2008-2-00517-TI Bab 2 PDF
2008-2-00517-TI Bab 2 PDF
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen yang baik hendaknya memprakarsai perusahaan untuk mempelajari nilainilai ini, di samping mengupayakan sistem manajemen yang ramping.
Ada dua macam pendekatan dalam memecahkan masalah. Yang pertama
berkaitan dengan inovasi yang menerapkan teknologi berbiaya tinggi, seperti
komputer dan berbagai perangkat lainnya yang disertai pembelajaan sejumlah besar
dana. Yang kedua menggunakan perangkat akal sehat, lembar periksa, dan teknikteknik sederhana yang tidak melibatkan terlampau banyak biaya. Pendekatan ini
disebut kaizen. Kaizen melibatkan semua orang, dimulai dari CEO dalam organisasi,
semuanya merencanakan dan bekerja untuk mencapai sukses.
Kaizen terdiri dari Kai artinya break, change, Zen artinya simple, better.
Kaizen artinya continous improvement yaitu perbaikan terus menerus. Konsep kaizen
ini mengasumsikan bahwa hidup kita (cara kerja, hidup bersosialisasi atau berumah
tangga) seharusnya berusaha untuk terus menerus mengalami perbaikan. Meskipun
perubahan di dalam Kaizen tidak dramatis tetapi sedikit dan bertahap, perubahan
yang diakibatkan dalam jangka waktu tertentu cukup besar. Hal ini berbeda dengan
perubahan yang dihasilkan oleh western manajemen yang biasanya dramatis.
Mengapa menggunakan kaizen :
Cepat dan mudah pelaksanaannya
Big impact > direct attack ke masalah
maupun jasa pelayanan. Baik karyawan maupun pimpinan dapat menarik manfaat
dari Genba Kaizen. Kelebihan kaizen sebagai salah satu dari sekian banyaknya alatalat manajemen adalah tidak pudar dimakan waktu, karena kaizen membantu kita
dalam memfokuskan diri pada bidang yang paling mendasar, yaitu cara kita
melakukan pekerjaan.
Orang Jepang menggunakan istilah genba didalam percakapan sehari-hari.
Saat gempa bumi mengguncang Kobe pada bulan Januari 1995, reporter TV yang
meliput berita di tempat tersebut mengatakan bahwa mereka melaporkan dari
genba; tampak dilatar belakang rumah-rumah yang terbakar atau jalan layang yang
runtuh. Dalam bisnis, kegiatan bernilai tambah yang memenuhi harapan dan
memuaskan konsumen terjadi di genba.
Dikalangan industri Jepang, istilah genba sama populernya seperti istilah
kaizen. Joop Bokern, salah satu dari konsultan kaizen yang pertama di Eropa, telah
bekerja untuk Philips Ellectronics N. V. di Eropa sebagai manajer produksi, direktur
pabrik, dan terakhir sebagai manajer kualitas tingkat korporat. Bokern berkata bahwa
bila ia mengunjungi perusahaan Jepang, ia punya pola khusus untuk menyimpulkan
apakah perusahaan tersebut baik atau buruk. Bila dalam berbicara dengan manajer
Jepang, ia mendengar istilah kaizen disebut pada lima menit pertama dan istilah
genba dalam sepuluh menit pertama pembicaraan, ia dapat menyimpulkan bahwa
perusahaan ini tentulah perusahaan baik. Contoh dari Bokern menunjukan betapa
istilah kaizen dan genba sangat dekat dihati para manajer tersebut dan mereka selalu
mengambil keputusan untuk kaizen berdasarkan pemahaman mereka terhadap genba.
Dalam konteks yang lebih khusus, seringkali genba berarti tempat dimana
produk atau jasa layanan dibuat. Genba merupakan tempat yang sering diabaikan
oleh pihak manajemen. Manajer seringkali memandang rendah atau hanya sebelah
mata terhadap area tempat kerja sebagai sarana untuk menciptakan penghasilan.
Mereka lebih menekankan dan menghargai sektor lain seperti manajemen keuangan,
marketing, bagian penjualan, serta pengembangan produk. Pada kenyataannya bila
manajemen memiliki perhatian terhadap genba atau tempat kerja mereka akan
menemukan lebih banyak peluang untuk membuat perusahaannya lebih sukses dan
menguntungkan. Dalam banyak sektor pada jasa yang berupa layanan, genba adalah
tempat dimana konsumen melakukan kontak dengan jasa layanan yang ditawarkan.
Dalam bisnis perhotelan misalnya, genba terdapat dimana-mana seperti di lobby,
ruang makan, ruang tamu, meja tamu, meja check-in dan layanan bisnis atau
konsierse. Di bank teller bekerja di genba, juga petugas kredit yang menerima
aplikasi. Hal yang sama berlaku untuk karyawan yang bekerja di meja kerjanya dalam
ruangan kantor dan operator telepon di depan meja tombol pengalih saluran. Jadi
genba bisa menggambarkan keadaan di ruang kantor dan fungsi administrasi.
2.2
produk ataupun jasa layanan, sehingga perusahaan dapat bertahan hidup dan
bertumbuh. Seharusnya perusahaan menempatkan genba dipuncak organisasi, yang
menggambarkan pentingnya genba buat perusahaan. Jenjang manajemen yang
umumnya ada seperti, manajemen puncak, manajer madya, staf rekayasa teknik, dan
supervisor ada karena mereka harus memberikan dukungan yang diperlukan genba.
Untuk itu, genba harus menjadi tempat bagi semua kegiatan perbaikan dan sumber
informasi. Dengan demikian, manajemen harus memelihara hubungan dekat dengan
keadaan nyata di genba sehingga mereka mampu memecahkan persoalan yang
tumbuh disana. Bila manajemen kurang menghargai genba, ia cenderung
mengeluarkan perintah, rancangan, dan berbagai dukungan tanpa melihat kebutuhan
nyata yang ada.
memiliki
kekurangan
pelatihan
mendasar
dalam
mengelola
atau
Adapun gambar dari dua perbedaan pandangan terhadap genba dapat dilihat
sebagai berikut ini :
kebijakan, sasaran, target, dan prioritas serta menempatkan sumber daya perusahaan
seperti tenaga kerja dan dana. Model ini manajemen harus mewujudkan
kepemimpinan serta menetapkan kaizen yang diperlukan segera. Proses mencapai
sasaran perusahaan ini disebut penjabaran kebijakan perusahaan. Karena letaknya
dalam hubungan antara genba-manajemen yang disebelah atas pada gambar banyak
manajer yang cenderung yakin bahwa tugas mereka adalah memerintah dan
menyuruh genba mengenai apa yang harus dikerjakan. Namun dengan juga
memahami model gambar 2.1, manajer hendaknya juga melihat bahwa mereka harus
mendengarkan dan belajar dari karyawan di genba agar mereka dapat memberikan
dukungan yang memadai. Genba dalam hal ini menjadi sumber untuk mencapai
perbaikan dengan akal sehat serta berbiaya rendah.
Asisten Profesor Takeshi Kawase dari Universitas Keio menulis dalam
Solving Industrial Engineering Problems (diterbitkan oleh Nikkan Kogyo Shinbun
dalam bahasa Jepang, 1995) yaitu, manusia dalam suatu perusahaan dapat dibagi
menjadi dua kelompok : mereka yang menghasilkan uang dan mereka yang tidak.
Hanya mereka yang berada digaris depan, yaitu mereka yang mengembangkan,
memproduksi, dan menjual produk yang menghasilkan uang bagi perusahaan. Pada
perusahaan yang ideal, sewajarnya hanya ada satu orang yang tak menghasilkan uang
bagi perusahaan, yaitu presiden, dan membiarkan karyawan yang lain selalu terlibat
langsung dengan kegiatan yang menghasilkan uang bagi perusahaan.
Mereka yang tidak menghasilkan uang bagi perusahaan adalah mereka yang
duduk di atas para penghasil uang, seperti karyawan yang bertitel kepala, pimpinan
atau manajer, termasuk presiden dan semua staf yang mencakup bagian personalia,
keuangan, periklanan, kualitas, dan bagian teknik industri. Bagaimanapun beratnya
pekerjaan mereka, mereka tetap saja tidak menghasilkan uang bagi perusahaan.
Untuk alasan ini, sebaiknya mereka disebut sebagai yang tertanggung. Bila
penghasil uang perusahaan berhenti bekerja selama sedetik, peluang perusahaan
menghasilkan uang akan hilang selama sedetik pula. Masalahnya adalah bahwa
mereka yang tak menghasilkan uang seringkali berpikir bahwa mereka tahu lebih
banyak dan lebih berkualitas daripada para penghasil uang karena mereka merasa
lebih terdidik. Mereka seringkali membuat tugas penghasil uang menjadi lebih berat.
Mereka umumnya berpikir Tanpa kami, mereka tak bisa bertahan padahal
seharusnya mereka berpikir tentang Apa yang dapat kami kerjakan untuk membantu
mereka agar mereka dapat mengerjakan pekerjaannya lebih baik, tanpa kami terlibat
secara terus menerus ?
Bila kita menyebut konsumen adalah raja, maka sepantasnya kita menyebut
orang-orang di genba sebagai Budha. Menurut sejarah, staf memainkan peran
pemimpin dalam hal genba. Staf bertanggung jawab atas efisisensi yang makin tinggi
dengan menyediakan bimbingan bagi orang-orang di genba untuk diikuti.
Kekurangan dari sistem ini adalah pemisahan tegas antara mereka yang memberi arah
dan mereka yang melaksanakannya. Pendekatan baru yang kita sebut saja sebagai
pendekatan terpusat genba, dimana genba bertanggung jawab tidak hanya terhadap
produksi namun juga kualitas dan biaya, sedang staf membantu mereka dari pinggir.
Berikut ini adalah kondisi yang dibutuhkan untuk keberhasilan penerapan pendekatan
terpusat genba :
Manajemen genba harus menerima taggung jawab dalam mencapai QCD
(kualitas, biaya, dan penyerahan).
Genba harus diberi ruang gerak yang cukup untuk melakukan kaizen.
Manajemen hendaknya menetapkan target untuk genba, namun ia juga harus
mempertanggung jawabkan hasilnya. Intinya manajemen harus membantu genba
dalam mencapai targetnya.
Manfaat dari pendekatan tepusat genba sangatlah banyak, yaitu :
Kebutuhan di genba lebih mudah diidentifikasi oleh mereka yang bekerja disana.
Beberapa orang di genba selalu memikirkan segala macam masalah dan
pemecahannya.
Penolakan terhadap perubahan dapat dikurangi.
Penyesuaian secara terus menerus dapat diterapkan.
Pemecahan berdasarkan keadaaan sebenarnya dapat diperoleh.
2.3
Bangunan Genba
Genba kaizen mempunyai bangunan utama yang terdiri dari 3 pilar, yaitu
merupakan
hasilnya.
Bangunan
genba
pada
gambar
2.3
2.3.1 Standardisasi
Standar dapat dirumuskan sebagai cara terbaik dalam melaksanakan suatu
tugas. Oleh karena produk atau jasa layanan tercipta sebagai hasil dari serangkaian
proses, maka standar tertentu harus diterapkan dan dipatuhi pada setiap proses yang
terlibat guna menjamin kualitas. Menjaga standar adalah cara untuk menjamin
kualitas pada setiap proses dan mencegah terjadinya kesalahan yang berkurang.
Dalam mewujudkan QCD (Quality, Cost, Delivery = kualitas, biaya, dan
penyerahan dianggap sebagai sasaran akhir dari manajemen, bila manajemen
berhasil mencapai QCD, maka dua dampak mengikuti yaitu kepuasan konsumen dan
keberhasilan perusahaan), perusahaan harus mengelola berbagai sumber daya secara
tepat dari hari ke hari. Sumber daya ini mencakup tenaga kerja, informasi, peralatan,
dan material. Pengelolaan harian dari berbagai sumber daya ini membutuhkan
standar. Setiap kali terjadi masalah atau ketakwajaran, manajer harus bertindak untuk
menyelidikinya dan menemukan penyebab utamanya serta mengubah standar yang
ada atau menerapkan standar baru guna mencegah terjadinya masalah berulang.
Standar menjadi bagian yang tak terpisahkan dari genba kaizen dan merupakan dasar
dari perbaikan sehari-hari.
Bila diterapkan dengan benar, kaizen dapat meningkatkan kualitas,
mengurangi biaya secara tajam, dan memenuhi tepat waktu penyerahan kepada
konsumen tanpa investasi yang besar maupun terobosan teknologi baru. Tiga
kegiatan utama kaizen yang paling mendasar yaitu standardisasi, 5S atau
pemeliharaan tempat kerja yang mencakup berbagai kegiatan pemeliharaan, serta
penghapusan muda (pemborosan) berjasa besar dalam mencapai QCD. Tiga kegiatan
ini tidak boleh diabaikan dalam membangun sarana QCD yang berhasil, ramping,
dan efisien. Standardisasi, penghapusan pemborosan, dan 5S begitu mudah dipahami
dan diterapkan serta tidak membutuhkan pengetahuan maupun teknologi canggih.
Semua orang manajer, supervisor, maupun karyawan biasa dapat segera
diperkenalkan dan menguasai kegiatan yang berdasarkan akal sehat dan berbiaya
rendah ini. Bagian yang sulit adalah membangun disiplin pribadi pada masing-
masing mereka yang dibutuhkan untuk menjaga dan memelihara apa yang telah
tercipta karena kegiatan tersebut.
Standardisasi di genba seringkali bermakna menerjemahkan kebutuhan
teknologikal dan teknikal yang telah ditetapkan oleh staf rekayasa teknik kedalam
standar operasional harian yang dipahami oleh tenaga kerja. Proses penerjemahan
tersebut tidak membutuhkan teknologi maupun kecanggihan apa-apa. Yang
dibutuhkan hanyalah rencana yang jelas dari manajemen untuk dijabarkan dalam
tahapan yang logis.
konsumen prospektif. Lima butir dari pemeliharaan tempat kerja (5S) ini merupakan
kegiatan awal bagi perusahaan apapun juga agar dapat dikenal dan dipandang
sebagai perusahaan apapun juga agar dapat dikenal dan dipandang sebagai
perusahaan bertanggung jawab yang berpotensi mendapatkan status kelas dunia.
Penataan atau 5S merupakan unsur esensial bagi manajemen yang baik.
Melalui 5S, karyawan mempelajari dan mempraktekkan disiplin diri. Karyawan
tanpa disiplin diri tak mungkin menghasilkan produk maupun jasa layanan yang
berkualitas bagi konsumen. Sebagai pedoman umum, memperkenalkan 5S di genba
akan mengurangi tingkat ketinggalan sampai dengan 50%, sementara standardisasi
akan menurunkan tingkat kegagalan lebih jauh sebesar 50% dari keadaan yang telah
dicapai sebelumnya.
tambah apapun. Sesungguhnya hanya mesin sajalah yang memberikan nilai tambah
kepada produk. Biarpun operatornya mengawasi dengan sungguh-sungguh dan
sangat teliti atas mesin tersebut sekalipun, ia tetap tidak menyumbangkan nilai
tambah. Nilai tambah hanya tercipta pada saat ia menggunakan peralatan kerjanya
untuk mengencangkan menyetel, atau memperbaiki mesin.
Adapun klasifikasi dan pengertian dari aktivitas di genba dijelaskan sebagai
berikut ini:
Tak ada konsumen yang mau membayar untuk kegiatan tak bernilai tambah.
Mengapa, begitu banyak orang di genba melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak
bernilai tambah ?. Seorang manajer sebuah pabrik pada suatu saat melakukan
penelitian tentang panjang lintasan yang ditempuh seorang pekerja dengan berjalan
di genba selama setahun penuh. Ia mendapati bahwa pekerja itu berjalan sejauh 400
km. Jalan cepat dan olahraga aerobik sebaiknya dilakukan di pusat kebugaran dan
bukannya di genba. Ironisnya beberapa pabrik justru melengkapi bangunannya
dengan fasilitas pusat kebugaran dan memiliki lintasan aerobik, sementara itu anak
buah mereka menyisihkan waktu lebih banyak untuk jalan cepat di genba selama
waktu kerja daripada di fasilitas tersebut seusai kerja.
Penghapusan pemborosan dan pemeliharaan tempat kerja seringkali berjalan
seiring. Fasilitas kerja dimana pemborosan telah dihapuskan, umumnya tertata rapi
dan memiliki tingkat 5S yang tinggi. Pemeliharaan tempat kerja yang baik
mencerminkan moral karyawan yang baik dan disiplin pribadi yang kokoh. Banyak
perusahaan yang mampu mencapai tingkat disiplin pribadi karyawan yang tinggi,
tetapi hanya untuk sementara. Memelihara agar tetap pada tingkat yang tinggi
tersebut, pada dasarnya adalah tugas yang sangat menantang. Pada saat disiplin
menjadi kabur dan menurun, hal ini paling mudah dipantau dengan kerancuan yang
terjadi di genba.
Moral dan disiplin pribadi yang ditingkatkan di genba membutuhkan
keterlibatan, partisipasi, dan saling berbagi informasi dengan karyawan. Beberapa
kita harus mengamati cara operator dalam memakai tangan dan kakinya. Dari
pengamatan itu, kemudian dapat dipikirkan penataan dari komponen serta
dikembangkan peralatan dan jig yang tepat guna.
Pemborosan Waktu Tunggu Atau Penundaan
Pemborosan waktu tunggu terjadi bila tangan operator kedapatan menganggur
(tak berfungsi apapun) atau pada saat operator menunda kerjaan sebagai
teknik mengatasi berbagai keadaan, seperti jalur kerja yang tak seimbang,
komponen yang belum tersedia, atau gangguan mesin. Jenis pemborosan ini
mudah dikenali. Kita dapat pula mengamati operator jaga yang hanya
berfungsi mengawasi mesin selagi mesin bekerja menghasilkan nilai tambah
ini juga termasuk dalam pemborosan waktu tunggu. Hal ini lebih sulit dikenali
sebagai sebagai pemborosan pada waktu tunggu karena seolah wajar saja
terjadi disaat mesin memproses benda kerja atau jalur rakit. Meski tampaknya
para operator bekerja keras, sejumlah besar pemborosan dapat terjadi dalam
kegiatan mereka tersebut, meskipun dalam hitungan detik atau menit namun
akumulasinya cukup berarti. Operator yang menunggu benda kerja berikut
tiba atau menunggu mesin menyelesaikan langkah kerjanya, pada saat ini
operator hanya mengawasi mesin saja tanpa memberikan nilai tambah.
Pemborosan Waktu
Jenis lain yang dapat dilihat setiap hari adalah pemborosan waktu, meskipun
kategori ini tidak dicantumkan dalam tujuh jenis pemborosan. Pemanfaatan
waktu yang buruk menyebabkan stagnasi. Material, produk, informasi, dan
dokumen yang mangkal disuatu tempat tanpa memberikan nilai tambah. Di
pabrik pemborosan ini tampak pada persediaan juga pada berkas atau checklist
yang harus ditandatangani oleh operator, sedang di kantor pemborosan ini
tampak jelas bila dokumen tinggal diam di meja atau di dalam media
komputer menunggu ditandatangani atau menunggu keputusan, dengan pola
yang sama tujuh jenis pemborosan juga akan berdampak pada pemborosan
waktu.
2.4
What (tujuan)
Why (alasan)
Where (tempat)
: Dimana dilakukannya ?
Who (orang)
How (metode)
2.5
Combine
Simplify
Merencanakan
kegiatan.
suatu
metode
untuk
menyederhanakan
2.6
Fishbone Diagram
Fishbone diagram merupakan salah satu dari 7 alat manajemen kualitas,
fishbone diagram biasa disebut juga Ishikawa diagram atau diagram-sebab akibat.
Diciptakan serta dikembangkan pertama kali oleh Dr. Kaoru Ishikawa guna
memperagakan sebab (proses) dan akibat (hasil), Dr. Kaoru yang merupakan pionir
proses manajemen kualitas di perusahaan Kawasaki dalam bidang perkapalan yang
juga merupakan Bapak dari modern manajemen. Fishbone diagram digunakan jika
kita ingin mencari tahu akar penyebab utama dari suatu masalah dan memerlukan
metode terstruktur sampai pada proses pemecahan masalah. Dinamakan fishbone
karena bentuknya yang seperti tulang ikan.
Penyebab masalah mempunyai diagram yang berbeda-beda dan dapat
dikategorikan sebagai berikut :
6 M s
Machine,
Method,
Materials,
Maintenance,
Man,
Mother
Nature,
4 S s
Surroundings, Suppliers, Systems, Skills (biasanya digunakan pada istilah
servis industri).
Adapun gambar diagram fishbone sebagai berikut :