Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai
cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera dibedakan
menjadi dua yaitu : Foraminifera Plantonik dan Foraminifera Bentonic.
foraminifera ditemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu
540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang
tersusun sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang
berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk
bola dengan satu lubang.
Radiolaria merupakan zooplankton yang tergolong dalam kelas Sarcodina,
filum Protozoa. Hewan ini umumnya mempunyai bentuk cangkang yang bulat,
dengan berbagai variasi struktur yang umumnya mempunyai simetri radial dan
memencar. Itu pula sebabnya ia dinamakan Radiolaria. Kerangka radiolaria
berupa jejaring yang membentuk pola geometri yang simetris menampilkan
bentuk yang sangat indah. Apalagi bahan pembentuk kerangkanya itu terbuat dari
bahan silika berupa kristal gelas opal. Namun bentuknya dalam jalinan yang
rumit nan indah itu detailnya hanya dapat dikagumi lewat mikroskop, karena
ukurannya sangat kecil. Ukuran sel radiolaria umumnya berkisar antara 30 m
hingga 2 mm.
Sebagaimana umumnya hewan Protozoa, radiolaria juga mempunyai kaki
semu (pseudopodia) yang merupakan bagian protoplasma yang dapat dijulurkan
untuk bergerak dan mencari makan. Makanan radiolaria sangat beragam, bisa
mencakup berbagai grup zooplankton seperti kopepod, larva krustasea, diatom,
dinoflagelat, tintinid, bakteri juga detritus organik. Seperti halnya pada
foraminera, radiolaria umumnya juga mempunyai simbion berupa mikroalga
dalam selnya, yang hidup bersimbiosis dengan hewan inangnya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Apa yang dimaksud dengan foraminifera dan radiolaria?
b. Di mana habitat foraminifera dan radiolaria dapat di temukan?
c. Apa mamfaat dari foraminifera dan radiolaria dalam kehidupan manusia?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa tahu apa yang di maksud dengan Foraminifera dan radiolaria.
b. Mahasiswa tahu jenis-jenis spesies yang tergabung dalam ordo
foraminifera dan radiolaria.
c. Mahasiswa dapat membedakan mana spesies dari ordo foraminifera dan
spesies radiolaria.
d. Mahasiswa akan tahu mamfaat dari foraminifera dan radiolaria.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Foraminifera
adalah suatu organisme satu sel yang memiliki cangkang kalsit dan
merupakan salah satu organisme dari kingdom protista yang sering dikenal
dengan rhizopoda (kaki semu). Cangkang atau kerangka foraminifera
merupakan petunjuk dalam pencarian sumber daya minyak, gas alam dan
mineral. Foraminifera adalah kerabat dekat Amoeba, hanya saja amoeba tidak
memiliki cangkang untuk melindungi protoplasmanya.
Klasifikasi Foraminifera didasarkan atas komposisi, atas komposisi
dinding testnya dan dinding testnya
a. Subordo Allogromina: Dinding test Tectinous/Subordo Allogromina: Dinding
test Tectinous/Pseudokhitin.
b. Subordo Textulariina : Dinding test Agglutinated /Subordo Textulariina :
Dinding

test

Agglutinated

/Arenaceous

tersusun

oleh

butiran

mineral/Arenaceous = tersusun oleh butiran mineral/pecahan cangkang yang


yang dilekatkan oleh zatpecahan cangkang yang yang dilekatkan oleh

zatperekat. Kenampakannya kasar, berbintil-bintil.perekat. Kenampakannya


kasar, berbintil-bintil.
c. Subordo Miliolina : Dinding test calcareous Subordo Miliolina : Dinding test
calcareous imperforate/porcellaneous, Kenampakan halus, imperforate
/porcellaneous, Kenampakan halus,putih, opak, seperti porselin.putih, opak,
seperti porselin.
Jenis-jenis Foraminifora begitu beragam. Klasifikasi Foraminifera
biasanya didasarkan pada bentuk cangkang dan cara hidupnya. Berdasarakan
cara hidupnya, macam macam foraminifera dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Foraminifera bentik
Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara
hidup secara vagile (merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang
digunakan untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia.
Terdapat yang semula sesile dan berkembang menjadi vagile serta hidup
sampai kedalaman 3000 meter di bawah permukaan laut. Material
penyusun test merupakan agglutinin, arenaceous, khitin, gampingan.
Foraminifera benthonik sangat baik digunakan untuk indikator paleoecology
dan bathymetri, karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang
terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi dari foraminifera benthonic
ini adalah :
a. Kedalaman laut
b. Suhu/temperature
c. Salinitas dan kimiaair
d. Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis
e. Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen)
f. Makanan yang tersedia
g. Tekanan hidrostatik dan lain-lain.
Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe
dari lautan yang mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus
biccarii adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat pantai.

Lagoon mempunyai salinitas yang sedang karena merupakan percampuran


antara air laut dengan air sungai. Foraminafera benthos yang dapat digunakan
sebagai indikator lingkungan laut secara umum (Tipsword 1966) adalah :
a. Pada kedalaman 0 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,banyak
dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina,Eggerella,
Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dindingcangkangnya dibuat
dari pasiran.
b. Pada kedalaman 15 90 m (3-16 C), dijumpai genus
Cilicides,Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina
danTriloculina.
c. Pada kedalaman 90 300 m (9-13oC), dijumpai genus
Gandryna,Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides
danTextularia.
d. Pada kedalaman 300 1000 m (5-8 C), dijumpai Listellera,Bulimina,
Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina
Berdasarkan bentuk cangkangnya, jenis-jenis foraminifera terbagi
menjadi 3, yaitu:
a. Arenaceous (Foraminifera bercangkang pasiran)
b. Porcelaneous (Foraminifera bercangkang gampingan tanpa pori)
c. Hyalin (Foraminifera bercangkang gampingan berpori)
Foraminifera bentik hidup di lapisan sedimen hingga kedalaman
beberapa puluh sentimeter. Berdasarkan ukuran mikroskopis, kekerasan
cangkang, serta sebaran geografis dan geologisnya, jenis hewan ini sangat
potensial untuk digunakan sebagai petunjuk kondisi suatu lingkungan, baik
pada masa kini maupun masa lalu.
Cangkang foraminifera bentik memiliki ukuran yang berkisar antara 5
hingga beberapa sentimeter. Foraminifera bentik memiliki bentuk cangkang
yang rumit dan memiliki arsitektur yang kompleks. Foraminifera
bercangkang pasiran biasa ditemukan di lingkungan yang ekstrim seperti

perairan payau atau di perairan laut dalam. Disebut pasiran karena


kenampakkan permukaan cangkang terlihat kasar seperti taburan gula pasir.
Foraminifera bercangkang gampingan tanpa pori biasa hidup soliter
dengan membenamkan cangkangnya ke dalam sedimen kecuali bagian
mulutnya (aperture) yang muncul kepermukaan sedimen. Dinamakan
Porselaneous karena pada cangkang dewasa, kenampakan foraminifera
porcellaneous tampak seperti jambangan porselen dengan bentuk kamar
bersegi atau lonjong. Foraminifera gampingan berpori merupakan jenis yang
memiliki variasi bentuk cangkang sangat banyak seperti lampu kristal dengan
ornamen rumit, bening dan berkilau.
Cangkang foraminifera terbuat dari kalsium karbonat (CaCO 3) dan
fosilnya dapat digunakan sebagai petunjuk dalam pencarian sumber daya
minyak, gas alam dan mineral. Selain itu karena keanekaragama dan
morfologinya kompleks, fosil Foraminifera juga berguna untuk biostratigrafi,
dan dapat memberikan tanggal relatif terhadap batuan. Beberapa jenis batu,
seperti batu gamping biasanya banyak ditemukan mengandung fosil
foraminifera dengan cara itu peneliti dapat mencocokan sampel batuan dan
mencari sumber asal batuan tersebut berdasarkan kesesuaian jenis fosil
foraminifera yang dimilikinya.
Susunan kamar foraminifera benthonik memiliki kemiripan dengan
foraminifera planktonik, susunan kamar dan bentuknya dapat dibedakan
menjadi :
a. Monothalamus yaitu susunan dan bentuk kamar-kamar akhir foraminifera
yang hanya terdiri dari satu kamar contoh : Saccammina, Lagena,
Hyperammina, Bathysiphon, Orthovertella, Psammaphis,
Rectocornuspira, Lenticulina sp dll.
b. Polythalamus merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar
foraminifera yang memiliki lebih dari satu kamar. Misalnya uniserial saja
atau biserial saja. Contoh : Siphonogerina, Nodogerina, Nodosaria,
Glandulina, Dentalina dll.

2. Foraminifera Planktonik
Foraminifera planktonik adalah foraminifera yang cara hidupnya
mengambang atau melayang di air,Foraminifera planktonik jumlah genusnya
sedikit,tetapi jumlah spesiesnya banyak. Susunan kamar foraminifera
plankton dibagi menjadi :
a. Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat
dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh:
Hastigerina
b. Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua
kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak
sama. Contohnya : Globigerina.
c. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral
menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:
Pulleniatina.
Plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
geologi, antara lain :
a. Sebagai fosil petunjuk
b. Korelasi
c. Penentuan lingkungan pengendapan
Foraminifera plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi
pada kedalaman tertentu ;
a. Hidup antara 30 50 meter
b. Hidup antara 50 100 meter
c. Hidup pada kedalaman 300 meter
d. Hidup pada kedalaman 1000 meter
Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri
terhadap temperatur, sehinggapa diwaktu siang hari hidupnya hampir di dasar
laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh

adalah Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman


30 sampai 50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup pada
kedalaman 200 sampai 300 meter

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

JENIS - JENIS SPESIES FORAMINIFERA YANG DI TEMUKAN DI AMBON


Bentik
Triloculina tricarinata
Textularia agglutinans
Spiroloculina sp.
Spiroloculina communis
Spiroloculina angulata
Siphogenerina raphanus
Siphogenerina alveolifrmis
Reusella sp.
Reusella simlex
Quinqueloculina tropicalis
Quinqueloculina sp.
Quinqueloculina seminulum
Quinqueloculina seminula
Quinqueloculina pulchella
Quinqueloculina parkery
Quinqueloculina lamarckiana
Quinqueloculina granulocostata
Quinqueloculina auberiana
Pyrulina angusta
Pyrgo depressa
Pseudorotalia schroeteriana
Pseudomassilina macilenta
Pleurostomella sp
Planorbulina larvata
Piliolina papelliformis
Peneroplis planatus
Peneroplis pertusus
Operculina ammonoides
Nonion depressulum
Nodosari sp.
Neocorbina terquemi
Miliolinella sublineata
Miliolinella oblonga
Massilina milleti
Massilina crenata

Plantonik
Globigerina bulloides
Globigerina falconensis
Globigerinella callida
Globigerinoides conglobatus
Globigerinoides cyclostomus
Globigerinoides fistulosus
Globigerinoides ruber
Globigerinoides sacculifer
Globoquadrina pseudofoliata
Globorotalia bermudezi
Globorotalia menardii
Globorotalia pseudopumilio
Globorotalia puncticulata
Globorotalia seiglei
Globorotalia trucatulinoides
Globorotalia tumida
Globorotalia ungulata
Neogloboquadrina blowi
Neogloboquadrina humerosa
Orbulina universa
Pulleniatina finalis
Pulleniatina obliqueloculata
Pulleniatina praecursor
Pulleniatina primalis
Spheroidinella dehiscens
-

36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61

Marginophora vertebralis
Loxostomum amygdalaeformis
Lecticulina sp.
Lecticulina elegans
Lecticulina cultrate
Hoglundina elegans
Heterostegina depressa
Eponides repandus
Eponide umbonatus
Elphidium macellum
Elphidium crispum
Elphidium craticulatum
Elphidium advenum
Discorbina sp
Discorbina mira
Cibicides praecinctus
Cancris oblongus
Calcarina calcar
Bolivina schwagerina
Bolivina earlandi
Baculogypsina sphaerulata
Anomalinella rostata
Amphistegina quoyii
Amphistegina lessonii
Ammonia umbonata
Ammonia beccarii

3. Manfaat foraminifera
Mamfaat dari Foraminifera bagi kehidupan manusia yaitu :
a. Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut
Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan
demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang
berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan
penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan
laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan
pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur
minyak yang dalam.

b. Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala


Geologi)
Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan
yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil
foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera
tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi
daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau,
dan perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es.
c. Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi.
Banyak spesies foraminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai
kisaran hidup yang pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang
diketemukan hanya pada lingkungan yang spesifik atau ter-tentu. Oleh karena
itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti sekeping kecil perconto batuan
yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan selanjutnya
menentukan umur geologi dan lingkungan saat batuan tersebut terben-uk.
Sejak

1920-an

industri

perminyakan

memanfaatkan

jasa

penelitian

mikropaleontologi dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan


menggunakan fosil foraminifera memberikan sumbangan yang berharga
dalam mengarahkan suatu pengeboran ke arah samping pada horison yang
mengandung minyak bumi guna meningkatkan produktifikas minyak.

B. Pengertian Radiolaria
Radiolaria merupakan zooplankton yang tergolong dalam kelas
Sarcodina, filum Protozoa. Hewan ini umumnya mempunyai bentuk
cangkang yang bulat, dengan berbagai variasi struktur yang umumnya
mempunyai simetri radial dan memencar. Itu pula sebabnya ia dinamakan
Radiolaria.

10

a. Habitat Radiolaria
Radiolaria terdapat luas di lautan, tetapi lebih banyak ditemui di
perairan tropis, biasanya di perairan lepas pantai dengan salinitas di atas
30 psu. Hewan ini banyak dijumpai di laut lapisan teratas hingga
kedalaman beberapa ratus meter, meskipun ada juga dilaporkan yang
hidup di lapisan yang lebih dalam. Sebaran geografiknya, baik di
permukaan maupun di bawah permukaan, banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor oseanografi setempat, seperti suhu, salinitas dan arus.
b. Ciri Biologi Radiolaria
Radiolaria yang dikenal hidup di laut umumnya bersel tunggal,
walaupun ada yang hidup berkoloni seperti beberapa Spumellaria. Koloni
tersebut terdiri dari banyak sekali individu yang diperkuat oleh skeletonskeleton, hingga kadang-kadang dapat mencapai ukuran beberapa cm.
Ciri khas yang paling mencolok adalah rangka tubuhnya, yang
telah mengalami spesialisasi ke tingkat tinggi. Organisme umum tubuh
axopodia dihubungkan dengan heliozodia, tetapi bentukan kapsul pusat
yang ada memisahkan zona dalam dan luar protoplasma yang
menyebabkan perbedaan. Kapsul pusat berada pada lapisan yang berbeda,
biasanya tunggal namun terkadang ganda dan dapat dideteksi dengan
mudah kecuali pada Actipylina. Kapsul tersebut mungkin berbentuk bulat,
bulat telur atau bercabang, dan tersusun atas kitin, pseudokitin, atau
tektin. Kapsul dapat diserap dalam kadar yang tinggi maupun rendah
tergantung spesiesnya, diperlukan dalam peningkatan diameter seiring

11

pertumbuhan organisme, dan mungkin agak berubah-ubah dalam bentuk


bahkan dalam organisme dewasa.
Kerangka radiolaria berupa jejaring yang membentuk pola
geometri yang simetris menampilkan bentuk yang sangat indah. Apalagi
bahan pembentuk kerangkanya itu terbuat dari bahan silika berupa kristal
gelas opal. Namun bentuknya dalam jalinan yang rumit nan indah itu
detailnya hanya dapat dikagumi lewat mikroskop, karena ukurannya
sangat kecil. Ukuran sel radiolaria umumnya berkisar antara 30 m
hingga 2 mm. Ciri-ciri kerangkanya, misalnya bahan pembentuknya dan
morfologinya, menjadi dasar yang penting untuk identifikasi. Bentuk
selnya mempunyai banyak perlanjutan bagaikan duri, akan memperbesar
total permukaan luas selnya hingga akan membantu pula dalam daya
apungnya (buoyancy) dalam air.
Sebagaimana
mempunyai

kaki

umumnya
semu

hewan

(pseudopodia)

Protozoa,
yang

radiolaria

merupakan

juga
bagian

protoplasma yang dapat dijulurkan untuk bergerak dan mencari makan.


Makanan radiolaria sangat beragam, bisa mencakup berbagai grup
zooplankton seperti kopepod, larva krustasea, diatom, dinoflagelat,
tintinid, bakteri juga detritus organik. Seperti halnya pada foraminera,
radiolaria umumnya juga mempunyai simbion berupa mikroalga dalam
selnya, yang hidup bersimbiosis dengan hewan inangnya.
Lebih dari 4000 jenis ditemukan dalam grup radiolaria ini, yang
banyak terdapat di perairan oseanik. Ada juga marga dari radiolaria yang
kerangkanya terbuat bukan dari silika, tetapi dari bahan strontium sulfat,
misalnya Acantharia. Komponen dasar duri berasal dari tubuh, melewati
kapsul pusat. Pada permukaan tubuh terdapat kisi atau shell,

yang

menyatu dengan duri radial. Untuk kelompok lain Radiolarida, elemen


rangka silikanya beraturan. Jika terdapat batang dan duri selalu berada di
luar kapsul. Kerangka kisi berbentuk bulat atau tidak bulat, dan dalam
kasus yang terakhir mungkin mendekati simetri bilateral. Kerangka yang
rumit sudah dikembangkan pada awal sejarah yang diketahui dari
Radiolarida.

12

Sitoplasma intra kapsular yang berisi inti tempat cadangan


disimpan, butiran pigmen pada beberapa spesies, dan yang disebut "sel
kuning" di Actipylina. Jumlah inti bervariasi. Pada Actipylina biasanya
multinukleat, sedangkan Monopylina dan Tripylina biasanya uninukleat.
"Sel kuning" yang terdapat dalam radiolarida banyak, namun pada
Tripylina hanya sedikit. Beberapa radiolarida seperti collozoum dan
sphaerozoum adalah bentuk koloni di mana sejumlah kapsul pusat
tertanam dalam bentuk memanjang dari sitoplasma extracapsular. Dalam
spesies tertentu setiap kapsul berisi sejumlah pusat inti. Elemen rangka
berkurang menjadi spikula yang tersebar.
Strontium adalah unsur kelumit (trace element) di laut, hampir
tidak dapat terukur karena sangat sedikitnya dalam laut, tetapi hewan ini
mampu mengakumulasi unsur kimia ini dalam kerangkanya. Karena
umumnya radiolaria mempunyai kerangka dari bahan silika yang tidak
mudah terurai, maka peninggalannya berupa fosil dapat terekam dengan
sangat baik dari jutaan tahun lalu. Jejak fosil radiolaria sudah terekam dari
era Palaeozonic atau kira-kira 600 juta tahun lalu. Karena itu pula fosil
radiolaria banyak dimanfaatkan dalam kajian-kajian lingkungan purba
(palaeo-enviroment). Karena kerangkanya dari silika itu pula, radiolaria
yang mati dan tenggelam akan dapat membentuk sedimen berupa selut
atau nenes (ooze) di dasar laut yang dikenal dengan selut radioaria
(radiolarian ooze).

13

Radiolaria dibagi menjadi empat ordo berdasarkan pada struktur


kerangka dan persebaran pori-pori pada kapsulanya:
1) Actipylina (Acantharia), dengan kerangka terdiri dari radial
spine yang masuk ke dalam pusat kapsula untuk berkumpul di
tengah tubuh.
2) Peripylina (Spumellaria), sering tanpa kerangka atau satu
terbatas untuk memutuskan hubungan ektrakapsuler dan kurang
umumnya dengan kulit yang berlubang; bentuk yang tidak teratur
di pusat kapsula menunjukkan satu bentuk persebaran pori-pori;
3) Monopyla (Nasselaria), dengan kapsul pusat yang tebal yang
pori-porinya terbatas pada satu tempat, atau lempeng pori-pori
4) Tripylina Phaeodaria), kapsul pusal memiliki satu atau dua asesori
besar yang terbuka

Gambar 2.7.a

Gambar 2.7.b

Subordo 1. Actipylina
Pusat kapsul, kadang berbentuk berbentuk lubang, sekalipun
susunan pori-pori di permukaannya sering diketahui. Kerangka tersebut
terdiri dari beberapa batang utama yang bagian tengahnya berlubang di
pusat kapsul dan biasanya menunjukkan susunan yang disebutkan oleh
hukum Mullers. Biasanya terdiri dari dua puluh (suatu saat kelipatan dua
puluh) batang yang membentuk pola tertentu. Kelompok yang sama
muncul dari tubuh 90o dari kutub, dan dua kelompok lain muncul pada 45 o
di atas dan bawah garis ekuator. Rangka dasar ini sesekali dimodifikasi
dengan pertumbuhan batang secara lateral yang membentuk lubang pada

14

kulitnya, membentuk bentukan khas dari dua puluh lempeng. Lapisan


terluar sitoplasma kapsul ektraseluler bersatu dengan batang kerangka,
rupanya kontraktil fibril memberi sedikit perubahan bentuk dan ukuran
tubuh, juga membantu pengontrolan pengapungan.
Subordo 2. Peripylina
Memiliki spherical tebal dan terang pada pusat kapsula dengan
pori-pori yang banyak tersebar seragam. Pada beberapa spesies tidak
memiliki kerangka. Pada spesies lain, memiliki kerangka sederhana terdiri
dari perpencaran spikula

ektrakapsula, kulit yang berlubang, atau

keduanya. Kulit kisi-kisi mungkin hanya satu, atau pada beberapa family
memiliki banyak bentuk konsentris.
Subordo 3. Monopylina
Dinding tebal pada pusat kapsula yang mungkin tersusun radial
atau simetri bilateral, menunjukkan satu lempeng pori besar atau lebih,
seringnya satu permukaan dari pori kecil dengan dinding yang menebal.
Psoudopodia sering muncul berlawanan dari permukaan ini. Kerangka
bersili tersusun dari elemen padat, menunjukkan 3 bagian (tripod,
kapitulum, dan cincin). Bentuk dasar tripod menunjukkan nama dari
strukturnya (Gambar 2.8.a). Cincin, jika ada berdempet dengan tripod
(Gambar 2.8.b). Tumbuh dari tripod dan cincin mungkin menghasilkan
kulit berbentuk helm, yaitu Capitulum (Gambar 2.8.c). Modifikasi dari
ketiga elemen dasar tersebut, dengan pengurangan atau penambahan dari
anggota tubuh dan dekorasi, memunculkan variasi kerangka.

15

Gambar 2.8.a

Gambar 2.8.b

Gambar 2.8.c

Subordo 4. Tripylina
Pusat kapsul memiliki satu atau dua asesori yang terbuka, yang
bagian belakang biasanya berada di arah berlawanan. Tipe khas astropil
tertutup dengan lempeng

lurik di bagian pusat yang terbuka sering

berubah menjadi pipa. Karakternya terkumpulnya materi hijau kecoklatan


di bagian luar astropil. Materi berwarna ini bertanggung jawab atas
penamaan Phaeodaria, yang sering digunakan untuk subordo ini.

c. Reproduksi Radiolaria
Meskipun reproduksi telah dilacak pada spesies relatif sedikit, fisi
terjadi pada spesies dengan unsur-unsur kerangka yang sederhana. Kapsul
pusat dibagi, dan setiap elemen rangka diteruskan ke organisme yang
sama. Fisi kerangka berbentuk helm tripilina tertentu. Satu organisme
mempertahankan shell tua, dan lain dan mengembangkan yang baru.
Menurut Brandt, Thallophysidae tertentu dapat menjalani plasmotomi
rumit yang berbeda dari induknya, dan menghasilkan sejumlah organisme
kecil, masing-masing dengan beberapa inti.
Bukti untuk fenomena seksual pada Radiolarida di literatur
dijelaskan mengenai gamet. Namun, syngamy belum diamati, dan chatton
menyimpulkan bahwa beberapa flagelata jelas tidak dinoflagellates dan
mereka menunjukkan kemiripan gamet dari Foraminiferida.
d. Manfaat Radiolaria
Mamfaat dari Radiolaria bagi kehidupan manusia yaitu :
a. Radiolaria yang mati akan mengendap yang disebut lumpur
radiolarian yang digunakan sebagai bahan peledak yaitu achantometron
dan collosphaera.
b. Cangkang dari silikon

(Radiolaria)

dan

Kalsium

Karbonat

(Foraminefera). Keduanya hidup di laut, Jika hewan tersebut mati


maka cangkangnya tetap hidup utuh dalam waktu yang sangat lama

16

sehingga dapat berubah menjadi fosil. Fosil ini digunakan untuk


menentukan umur lapisan bumi/ sebagai petunjuk sejarah bumi.
c. Sebagai bahan penggosok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang
mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal).
b. Foraminifera dibedakan menjadi dua yaitu : Foraminifera
Plantonik dan Foraminifera Bentonic.
c. Foraminifera dapat ditemukan di habitat pada dasar laut (bentik),
dan di permukaan laut sampai kedalaman 1000 m(plantonik).
d. Khusus untuk spesies yang pernah ditemukan di ambon sebanyak
61 jenis spesies foraminifera bentik dan 25 jenis spesies
foraminifera planktonik.
e. Mamfaat dari foraminifera tersebut sebagai : Foraminifera
memberikan data umur relatif batuan sedimen laut, Foraminifera
memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala
Geologi), dan Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan
minyak bumi.
f. Radiolaria merupakan zooplankton yang tergolong dalam kelas
Sarcodina, filum Protozoa.
g. Habitat dilaut lapisan teratas hingga kedalaman beberapa ratus
meter.
h. Ciri khas radiolaria adalah rangka tubuhnya, yang telah
mengalami spesialisasi ke tingkat tinggi.
i. Lebih dari 4000 jenis spesies radiolaria yang telah ditemukan.
j. Radiolaria dibagi menjadi empat ordo berdasarkan pada struktur
kerangka dan persebaran pori-pori pada kapsulanya: Actipylina,
Peripylina, Monopylina, Tripylina.
k. Mamfaat dari Radiolaria yaitu : sebagai bahan peledak yaitu
achantometron dan collosphaera, menentukan umur lapisan bumi/
sebagai petunjuk sejarah bumi, dan Sebagai bahan penggosok.

17

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan
maupun kesalahan yang tidak kami sadari, maka dari itu kami sangat
berharap kepada pembaca lebih khusunya dosen pengemban mata kuliah
ini ( Ir. S. Haumahu, M.Si. ) agar memberikan sanggahan kritikan yang
bersifat membangun, supaya untuk kedepannya kami dapat menulis
makalah dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Pringgopawiro H, 1984. Diktat Mikropaleontolgi Lanjut, Laboratorium
Mikropaleontologi Jur. T Geologi, ITB, Bandung
Subandrio, A. 1994. Study Paleobathimetry Cekungan Sumatera Utara,
Subcekungan Jambi dan Cekungan Barito, Thesis ITB, Bandung
Blow, W.H. 1969. Late Middle Eocene to Recent Planktonic Foraminifera
Biostratigraphy Cont. Planktonic Microfossil, Geneva, 1967, Pro.
Leiden, E.J Bull v.
http://biologi.um.ac.id/wp-content/uploads/2011/12/bab-ii.pdf
Encyclopedia.

2005.

(http://www.encyclopedia.com/topic/

Sarcodina.

(online)

Sarcodina.aspx. (diakses pada

tanggal 04 November 2016)


Natsir, Suharti. 1989. Radiolaria dan Penggunaannya Untuk Studi Sedimen
Purba. Jakarta : Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai