Anda di halaman 1dari 7

Resistansi Pembumian

Besarnya resistansi pembumian yang disyaratkan pada sistem Pembumian Netral


Pengaman (PNP) ini tergantung dari jenis jaringannya, yaitu :
a. Jaringan dengan pembumian pengaman sekaligus tiang JTR dan JTM yang terpisah
Untuk jenis jaringan yang seperti ini resistans pembumian menyeluruh hantaran netral
JTR yang telah tersambung pada transformator, tiang akhir dan PHB utama maksimum
adalah 5 ohm, dengan alasan :

Jika terjadi gangguan satu fasa ke tanah yang bukan merupakan hubung ke
hantaran netral dan selalu mengandung resistansi gangguan

Rf , maka hantaran

netralnya akan mengalami kenaikan potensial sesuai dengan persamaan :

V NE =

R NE
V 5
R NE + R f

di mana :

V NE ..............................................................= tegangan hantaran netral (Volt)


RNE .......................................................................= resistans pembumian ()
Rf .........................................................................= resistans gangguan (Volt)
V = tegangan sekunder (Volt)
Persamaan ini merupakan persamaan pendekatan dengan mengabaikan resistans

saluran.
Untuk keadaan khusus, misalnya JTR dengan transformator dengan kapasistas
kecil (maksimum 50 kVA fasa-tunggal atau 150 kVA fasa-tiga), dengan jumlah
konsumen yang masih sedikit dan resistans jenis tanahnya sehingga sukar

diperoleh harga 5 , maka memperkenankan resistans pembumian menyeluruhnya


maksimum 10 .
b. Jaringan dengan pembumian pengaman JTR dan JTM yang digabungkan (JTM adalah
kabel tanah)
Pada keadaan pembumian bersama dari macam jaringan seperti ini dilepas, nilai
pembumian JTR-nya sama dengan pada butir a.
c. Jaringan dengan pembumian pengaman JTR dan JTM yang digabungkan (JTR dan
JTM terpasang pada tiang yang sama)
Nilai resistans pembumian menyeluruh adalah maksimum 0,2 , untuk sistem dengan
arus gangguan satu fasa ke tanah di JTM tidak lebih besar dari 300 A.
d. Jaringan dimana JTR dan JTM mempunyai hantaran netral bersama
Sistem hantaran netral JTR jika disatukan dengan hantaran netral JTM, maka hantaran
netral tersebut mempunyai pembumian sekurangnya 4 buah untuk setiap 1,609 km (1
mil) dan besar resistansi yang dimiliki setiap elektroda pembumian adalah 25 .

Tegangan Sentuh pada Sistem Pembumian Pengaman (PNP)


Resistansi

pembumian

yang

harus

diterapkan

pada

instalasi

listrik

yang

menggunakan sistem Pengaman Pembumian (PP) :

R E 2=

50
IA

di mana :

RE2

= resistans pembumian BKT perlengkapan dan instalasi listrik, dalam ohm

IA

k In

= nilai arus yang menyebabkan bekerjanya gawai pengaman arus

lebih
dalam waktu maksimum 5 detik, dalam ampere
k

= suatu faktor yang nilainya bergantung pada karakteristik gawai pengaman arus
lebih. Untuk pengaman lebur, nilai k berkisar antara 2,5 dan 5, sedangkan
untuk gawai pengaman lainnya antara 1,25 dan 3,5 jadi nilai k tergantung pada
jenis gawai pengaman dan spesifikasi pabrik pembuatnya.

ln

= nilai arus nominal gawai pengaman arus lebih, dalam ampere

Pada

sistem

Pengaman

Pembumian (PP)

tersambung dengan rel/terminal netral.

rel/terminal

pengamannya

tidak

Keterangan :
RE1 = resistans pembumian di trafo distribusi
RE2 = resistans pembumian di konsumen
RL

= resistans saluran fasa

RN

= resistans saluran netral


Sebagai contoh bila terjadi kegagalan isolasi pada peralatan listrik konsumen dengan

sistem PP (lihat gambar III.5., dengan asumsi tahanan sumber diabaikan, maka rangkaian
ekivalennya dapat terlihat pada gambar III.6.

Selanjutnya tegangan sentuh pada badan peralatan konsumen dapat dihitung


dengan penurunan rumus, sebagai berikut :
Arus gangguan yang terjadi adalah :

If=

V
R E 1+ R E 2 + R L

di mana :

= tegangan sumber (tegangan antara fasa dengan netral), dalam volt

RE1

= resistans pembumian di gardu distribusi, dalam ohm

RL

= resistans saluran, dalam ohm

dan tegangan sentuhnya adalah :

V s=I f RE 2
Tegangan sentuh yang memenuhi persyaratan adalah sesuai dengan tabel III.1.
Tegangan sentuh yang kurang dari 50 volt adalah tidak berbahaya untuk waktu yang tak
terbatas. Untuk tegangan sentuh sebesar 50 volt dibatasi sampai 5 detik dan tegangan
sentuh sebesar 75 volt dibatasi untuk 1 detik dan seterusnya.
Jadi dalam hal ini besarnya tegangan sentuh yang dipersyaratkan tidak hanya
dibatasi oleh besarnya tegangan yang timbul, tetapi dibatasi pula oleh waktu pemutusan dari
alat pemutus arus (sekring) yang dipergunakan.
Kegagalan isolasi menyebabkan adanya tegangan pada badan peralatan, tetapi
masih sesuai atau di bawah batas yang diterapkan pada tabel III.1. Pada kasus ini tegangan
sentuh akan dibagi menjadi dua kategori:
a. 1. Memenuhi persyaratan dan sekring putus
2. Memenuhi persyaratan dan sekring tidak putus
b. 1. Tidak memenuhi persyaratan dan sekring putus
2. Tidak memenuhi persyaratan dan sekring tidak putus

a.1. Memenuhi persyaratan dan sekring putus


Contoh:
1. Diketahui sekring di konsumen 6A, resistans pembumian di tiang sebelum
konsumen (di gardu) RE1 = 2 dan resistans saluran Rf = 0.32 .
Dengan mengambil nilai k = 2.5, maka :

RE 2
If

50 50
50

3,33
I A kxln 2,5 x6

V
220

39,1A
RE1 RE 2 RL 2 0,3 3,33

Tegangan sentuh :

V s=I f RE 2=39,1 x 3,33=130 V

Tegangan sentuh sebesar 130 volt adalah cukup berbahaya, tetapi arus gangguan
yang terjadi yaitu 39,1 A, ini menyebabkan sekring putus, waktu yang diperlukan
bila keadaan standar dengan 6,5 x ln sekring akan putus dalam waktu 0,1 detik.
Dari tabel III.1 dengan tegangan sentuh 130 volt dan waktu pemutusan 0,1 detik
masih dalam batas yang aman.
2. Resistans pembumian yang diterapkan sesuai dengan persyaratan yaitu R E2 =
3,33, tetapi gangguan yang terjadi tidak langsung melainkan ada suatu nilai yang
menyebabkan tegangan sentuh Vs = 50 volt, dan sekring putus dalam waktu 5
detik.
a.2. Memenuhi persyaratan dan sekring tidak putus
Dimungkinkan terjadi dimana resistans pembumian memenuhi syarat yaitu RE2 = 3,33.
Gangguan yang terjadi tidak langsung, tetapi mempunyai nilai resistans yang cukup
tinggi sehingga arus yang mengalir relatif kecil (kurang k x ln), bahkan arus
gangguannya kurang dari 1,7 In (minimum fusing current) sehingga sekring tidak putus
dan tegangan sentuh kurang dari 50 volt.
b.1. Tidak memenuhi persyaratan dan sekring putus
Misalkan resistans pembumian di konsumen tidak memenuhi persyaratan yaitu R E2 =
10, maka :

If

V
220

17,9 A
RE1 RE 2 RL 2 0,3 10

Tegangan sentuh :

V s=I f RE 2=17,9 x 10=1790 V


Arus yang berkisar kurang lebih 3 x I n ini akan memutus sekring dalam waktu 5 detik.
Jika pada saat terjadi kegagalan isolasi ini tersentuh oleh manusia dapat berakibat fatal,
karena tegangan sentuh 179 volt menurut tabel III.1. akan aman bila waktu pemutusan
berkisar 0,05 sampai dengan 0,1 detik.
b.2. Tidak memenuhi persyaratan dan sekring tidak putus
Dimisalkan nilai resistans pembumian yang lebih besar lagi yaitu RE2 = 40.

If

V
220

5,2 A
R E1 R E 2 R L 2 0,3 40

Tegangan sentuh :

V s=I f RE 2=5,2 40=208 V

Arus di bawah minimum fusing current menyebabkan sekring tidak putus, sementara
tegangan sentuh mencapai 208 volt yang menurut tabel III.1. harus putus kurang dari
0,1 detik. Dari contoh a.1. dan a.2. tersebut di atas dapat dilihat bahwa tegangan sentuh
dan waktu pemutusannya tidak melampaui tabel III.1.
Disini dapat diuraikan bahwa semakin besar arus gangguan yang terjadi, maka
semakin besar tegangan sentuhnya, dan seiring dengan hal itu waktu pemutusan
sekringnya juga akan semakin cepat.
Lebih lanjut dapat dibuktikan bahwa jika sekring yang dipakai adalah sekring yang
memenuhi persyaratan standar, maka berapapun arus gangguan yang mungkin terjadi,
tegangan sentuh dan waktu pemutusannya tidak akan melampau tabel III.1.
Dari contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa sistem Pembumian Pengaman
(PP), yang sesuai persyaratan tersebut di atas tidak hanya sekedar sekring harus putus
melainkan tegangan sentuh yang akan terjadi dan waktu pemutusannya tidak melebihi
batas-batas tertentu yang berbahaya.
Perhitungan Resistans Penghantar
Resistans suatu penghantar akan berubah jika suhu pengantar berubah. Perubahan
ini disebut dengan koefisien temperature dari resistans (). Nilai dibuat dalam tabel yang
diukur pada temperatur 0C yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Rt 2=R t 1 [ 1+ t 1 ( t 2t 1) ]
di mana :

Rt 2

resistans pada temperatur

t2

Rt 1

resistans pada temperatur

t1

t1

koefisien temperatur dari resistans pada temperatur t = 1C

di mana :

t1

1
T0 t1

atau

T0

1
t1
t1

maka,

Rt 2

T0 t 2
xRt1
T0 t1

Untuk alumunium (AI) dengan konduktivitas 61%, keoefisien temperatur dari


resistans pada 200C adalah :

T0

1
t1
t1

T0

1
20
0,00403

T0 228,1C
Persyaratan yang sering dilanggar adalah tercapainya pemenuhan persyaratan nilai
resistans pembumian. Banyak instalasi mempunyai nilai resistans yang tinggi sehingga
dapat menimbulkan tegangan sentuh yang tinggi (di atas 50 V). Di Indonesia, banyak
terdapat daerah tidak memungkinkan tercapainya nilai resistans yang rendah. Pada daerah
ini dapat digunakan sistem dengan saklar pengaman arus sisa (ELCB).
Sistem pengaman dengan ELCB adalah pengamanan yang menggunakan saklar
yang peka terhadap arus sisa yang dapat memutuskan secara otomatis.
Apabila terjadi kegagalan isolasi, maka arus bocor akan mengalir melalui elektroda
bumi dan besarnya arus bocor ini tergantung dari sistem pembumiannya.

Anda mungkin juga menyukai