Asean Free Trade Area (AFTA) tidak lama lagi akan dimulai yaitu pada
tahun 2015. Semua perdagangan baik barang maupun jasa negara di kawasan ASEAN akan
bersaing secara bebas. Khusus untuk pekerja konstruksi, Indonesia akan bersaing ketat dengan
negara seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Siapkah industri konstruksi
Indonesia menghadapi AFTA tersebut?
Pelaku konstruksi kita bisa bersaing di Pasar ASEAN karena memang berkualitas, kata
Menteri Pekerjaan Umum (PU), Djoko Kirmanto pada acara pameran Indonesia
International Infrastructure Conference and Exhibition (IIICE) 2013. Untuk
meningkatkan daya saing konstruksi Indonesia di mata dunia, industri konstruksi
Indonesia harus lebih efisien dan memiliki daya tahan secara berkelanjutan. Pemerintah
akan mendorong konsolidasi nasional untuk memperbesar kapasitas dan transformasi
industri konstruksi melalui restrukturisasi sistem industri konstruksi, perkuatan rantai
pasok konstruksi, pemberdayaan usaha konstruksi skala mikro, kecil dan menengah dan
pengembangan kompetensi SDM konstruksi para arsitek, insinyur, teknisi dan tenaga
kerja konstruksi.
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, pada tempat yang sama mengatakan,
saat memasuki AEC 2015, maka ASEAN akan menjadi kawasan yang berdaya menuju
integrasi ekonomi global. Daya saing menjadi kata kunci keberhasilan, sedangkan pada
Ir. Sulistijo Sidarto Mulyo, MT Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil UPH
dalam seminar Tantangan dan Harapan Industri Konstruksi di Indonesia. Menurutnya,
Industri konstruksi di Indonesia masih terbilang tidak mantap. Masalahnya adalah
birokrasi industri konstruksi Indonesia banyak dirundung masalah. Ketidaksepahaman
stakeholder di Indonesia, tidak adanya dukungan dan pembenahan sehingga kelompok
palsu (pseudo-kontraktor dan pseudo-konsultan) serta tindakan KKN semakin merajalela.
Tindakan KKN serta sistem birokrasi yang tidak jelas akhirnya menyebabkan konstruksi
di Indonesia dikenakan dengan biaya yang sangat tinggi dan implementasi pasar
konstruksi menjadi tidak efektif. Dia berpendapat perlu ada kolaborasi antara lembaga
riset pemerintahan dengan dunia pendidikan baik dari sisi swasta maupun pemerintah.
Hal ini dikarenakan konstruksi Indonesia masih sangat kekurangan SDM yang
berkualitas sementara tuntutan dunia konstruksi semakin meningkat. Menyongsong era
pasar bebas dan AFTA diperlukan konstruksi yang aman, nyaman dan tertib di Indonesia.
Apalagi di era terbuka, inovasi, solusi, efesiensi dan produktifitas menjadi faktor penting
untuk bertahan di pasar dengan kompetisi yang luas. Untuk mencapai hal itu, diperlukan
peningkatan kualitas program pendidikan sehingga dapat memenuhi tuntutan pasar.
Di era ini, maka hanya bagi pemegang sertifikat yang hanya bisa bersaing. Sertifikat
inipun sertifikat yang sudah diakui atau sesuai dengan yang ditetapkan. Baik untuk
tingkat regional maupun internasional. Sepandai apapun seseorang, tanpa bisa
menunjukkan sertifikat keahlian sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan, tentu
akan mengalami kesulitan dalam memperoleh pekerjaan, kata Ir. Wisnu Suharto, Dipl,
HE Wakil Ketua II LPJK Prov Jateng.
Pembahasan
Memang ada dua pendapat berdasarkan penjelasan di atas. Ada yang bilang bahwa Indonesia
siap dengan syarat tertentu dan ada yang bilang tidak siap karena permasalahan khusus. Menurut
penulis pendapat diatas lebih menitik beratkan pada penilaian secara internal yang kurang
komplit. Mengapa? karena yang dibahas hanyalah di wilayah kulit luar, dan tidak fokus pada
pembahasan komparatif daya saing tenaga ahli konstruksi Indonesia terhadap negara ASEAN
lain. Ini tentu perlu riset tersendiri. Mestinya jika secara relatif tingkat daya saing konstruksi
Indonesia lebih baik, tentunya akan dinyatakan siap menghadapi AFTA dan demikian pula
sebaliknya.
Ada benang merah terhadap beberapa pendapat diatas, yaitu:
Lantas, bagaimana daya saing konstruksi Indonesia? Setelah berpengalaman mengerjakan dua
proyek kelas International, Penulis menilai secara jujur masih banyak kelemahan dibalik
beberapa prestasi yang telah dicapai. Kelemahan daya saing tersebut terutama terlihat pada aspek
SDM, produktifitas kerja, budaya dan sudut pandang pelaku konstruksi, Efisiensi kerja, dan
sistem serta regulasi yang ada. Semoga dalam setahun ini, kita bisa mempersiapkan diri sebaik
mungkin.
(Untuk berdiskusi dan konsultasi terkait permasalahan Project Management yang sedang
dihadapi, silahkan klik Konsultasi. Untuk melihat lengkap seluruh judul posting, silahkan klik
Table of Content.)