Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI


I. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH
A.

Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian
ideal diri/ cita-cita/ harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998).
Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa
harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun.
Harga diri rendah dibedakan menjadi bagian 2 yaitu :
1. Harga diri rendah kronik

adalah keadaan dimana individu

mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri atau kemampuan


dalam waktu lama.
2. Harga diri rendah situasional

adalah keadaan dimana individu

yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan


negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian
(kehilangan, perubahan).

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep


dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.

Respon adaptif

Aktualisasi
diri

Konsep diri
positif

Respon maladaptif

Harga diri
rendah

Kerancuan
identitas

Depersonalisasi

Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan :


Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri
Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
1. Faktor Predisposisi
a. Harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,
tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak
percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan
dalam stuktural sosial.

2.

Faktor Presipitasi
a.

Trauma
seksual

dan

psikologis

atau

seperti

menyaksikan

penganiayaan
kejadian

yang

mengancam kehidupannya.
b.

Ketegangan

peran

berhubungan

dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu


mengalaminya sebagai frustasi.
c.

Transisi Peran situasi adalah terjadi


dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran dan kematian.

d.

Transisi peran sehat sakit akibat


pergeseran dari keadaan sehat ke sakit dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk, penampilan, fungsi tubuh,
perubahan fisik berhubungan dengan tumbang normal moral dan
prosedur medis keperawatan.

C. Daftar Masalah Yang Terdapat Pada Pasien Dengan Harga Diri


Rendah
1. Harga diri rendah
2. Kerusakan interaksi sosial
3. Koping individu tidak efektif
D. Pohon Masalah
Kerusakan interaksi sosial (menarik diri)

----------------- Akibat

--------------------------- Core Problem

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

----------------------- Penyebab

E.

Tanda dan Gejala


Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Keliat (1992). Tanda
dan gejala yang ditemukan pada individu harga diri rendah :
1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
2. Merendahkan atau mengurangi martabat.
3. Rasa bersalah dan khawatir.
4. Manifestasi fisik.
5. Menunda keputusan.
6. Gangguan berhubungan.
7. Menarik diri dari realitas.
8. Merusak diri.
9. Merusak atau melukai orang lain.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah adalah mengkritik diri sendiri atau orang lain,
gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan tidak
mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau berlebihan, perasaan takut
mengenal tubuhnya ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup
yang pesmis, keluhan, pandangan hidup yang berlebihan, penolakan
terhadap kemampuan sosial, perguruan dan menjauh diri secara sosial,
pengurungan diri, menaruh diri secara sosial, penyalahgunaan zat.

F.

Penatalaksanaan dan Tindakan Keperawatan


Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa
ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi
yang dimaksudmeliputi :

1. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat
sebagai berikut:
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik
d)
e)
f)
g)
h)

untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia


Lebih cepat memulihkan fungsi kogitif
Tidak menyebabkan kantuk
Memperbaiki pola tidur
Tidak menyebabkan habituasi, adiksi dan dependensi
Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang

hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan


yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua
(atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang
termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.(Maramis,2005,hal.231).
3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
4. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan
rencana pengobatan untuk skizofrrenia

yang

ditujukan pada

kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan


5

latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.


Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan
yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan
therapy

aktivitas

kelompok

sosialisasi

(Keliat

dan

Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok


diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah therapy aktivitas kelompok
stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi
dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi

atau

alternatif

penyelesaian

masalah.

(Keliat

dan

Akemat,2005).
II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
KONSEP DIRI
A.

Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Adapun data yang diperoleh dari
klien dengan gangguan konsep diri yaitu:
a. Data Subjektif
Mengkritik diri sendiri/orang lain, perasaan tidak mampu, rasa
bersalah, perasaan negatif mengenai diri sendiri, klien mengatakan
bersedih dan kecewa, klien mengatakan pesimis dalam menghadapi
kehidupan, mengatakan hal-hal yang negatif tentang keadaan
tubuhnya.

b. Data Objektif
Gangguan dalam berhubungan, pandangan bertentangan terhadap
penolakan kemampuan personal, menarik diri secara personal, menarik
dir secara sosial, menarik diri secara realitas, merusak diri sendiri dan
orang lain, produktivitas menurun, bengong dan putus asa. Harga diri
rendah merupakan karakteristik skizofrenia dimana pada klien
skizofrenia harus dikaji riwayat keluarga karena salah satu faktor yang
berperan serta bagi munculnya gejala tersebut adalah faktor genetik
atau keturunan (Hawari,2001).
Selain tanda dan gejala tersebut, kita juga dapat mengamati
penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
Berikut ini pengkajian keperawatan jiwa menurut Dermawan & Rusdi
(2013), yaitu :
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal
dirawat. Isi pengkajian meliputi:
a. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontak dengan
klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
b. Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan apda klien/keluarga, apkaah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan/mengalami : penganiayaan fisik;
seksual; penolakan dari lingkungan; kekerasan dalam keluarga; tindakan
kriminal.
7

Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin


mengakibatkan terjadinya gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan
dan perkembangan individu pada prenatal, neonates, dan anakanak.
3) Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stres yang menumpuk.
d. Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernapasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kaji fungsi organ kalau
ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh : mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya, dan kepuasan klien sebagai
laki-laki/perempuan.
c) Peran : tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.
d) Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,
lingkungan, dan penyakitnya.
e) Harga diri : hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, baisanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sesuai wujud harga
diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
8

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya titik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien,

klien

mampu

menyiapkan

dan

membersihkan alat makan


2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan dan
merapikan pakaian
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh
klien
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah
5) Pantau pengggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
i. Pengetahuan
j. Data yang didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien : ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi kelurga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi
dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
B.

Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul dari pohon masalah di atas
adalah:
1. Harga diri rendah
2. Koping individu tidak efektif
3. Kerusakan interaksi sosial

C.

Perencanaan
Perencanaan terdiri dari 3 aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus
dan rencana perawatan.
9

Diagnosa keperawatan : gangguan konsep diri


Tujuan Umum :
Pasien memiliki konsep diri yang positif.
Tujuan Khusus :
1.

Pasien dapat membina hubungan saling percaya


dengan perawat dengan kriteria hasil: pasien menunjukkan ekspresi
wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, mau membalas salam,
mau menjabat tangan, mau menyebutkan nama, ada kontak mata,
pasien mau duduk berdampingan dengan perawat dan mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
f. Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
g. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya
Rasional : BHSP merupakan langkah pertama perawat agar pasien
bisa trust kepada perawat, sehingga perawat bisa lebih
mudah menggali informasi dari pasien, dan selanjutnya
bisa membantu pasien dalam mengatasi masalahnya.

2. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang


dimiliki, dengan kriteria hasil : pasien menyebutkan aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki pasien, aspek positif keluarga, aspek positif
lingkungan pasien.
Intervensi :
2.1 Diskusikan dengan pasien tentang :
a. Aspek positif yang dimiliki pasien, keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang dimiliki pasien
Rasional : Menggali aspek-aspek positif seperti kemampuan dan
prestasi yang dimiliki pasien
2.2 Bersama pasien buat daftar tentang :
10

a. Aspek positif, keluarga, lingkungan


b. Kemampuan yang dimiliki pasien
Rasional : Memberikan penguatan pada pasien, bahwa dia masih
memiliki hal-hal positif pada dirinya
2.3 Setiap bertemu beri pujian positif, hindarkan penilaian negative
Rasional : Untuk membantu meningkatkan harga diri pasien.
3. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan, dengan
kriteria hasil : pasien menyebutkan kemampuan yang dapat
dilaksanakan.
Intervensi :
3.1 Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih bisa digunakan
saat ini
Rasional : Menggali kemampuan yang masih bisa dilakukan pasien
dalam kondisi perawatan
3.2 Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
Rasional : Mengingatkan pasien kembali pada kemampuan yang
ada pada dirinya, sehingga memotivasi peningkatan
harga diri
3.3 Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi
pendengar yang aktif
Rasional : Meyakinkan pasien, bahwa kita benar-benar ingin
membantu mengatasi masalah pasien
4. Pasien dapat menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, dengan kriteria hasil : pasien membuat rencana kegiatan
harian.
Intervensi :
4.1 Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan pasien :
a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan bantuan
Rasional : Agar pasien memiliki panduan yang bisa dipakai dalam
melakukan

aktifitas

sehari-hari

sesuai

dengan

kemampuan yang dimiliki.


4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi pasien
Rasional : Menyesuaikan kegiatan dengan kondisi pasien.
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat pasien lakukan

11

Rasional : Pasien memiliki gambaran tentang aktifitas yang akan


5. Pasien

dapat

dilakukan.
melakukan

kegiatan

sesuai

kondisi

sakit

dan

kemampuannya, dengan kriteria hasil : pasien melakukan kegiatan


sesuai jadwal yang dibuat.

5.1 Beri kesempatan pasien mencoba rencananya


Rasional : Memotivasi pasien untuk memperlihatkan kemampuan
yang bisa digunakan.
5.2 Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
Rasional : Agar pasien memiliki gambaran tentang pelaksanaan
kegiatan yang akan dilakukan.
5.3 Bersama pasien peragakan kegiatan yang ditetapkan
Rasional : Pasien bisa membuktikan dirinya mampu melakukan
kegiatan sesuai kemampuanya.
5.4 Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien
Rasional : Untuk membantu meningkatkan harga diri pasien.
6. Pasien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada dengan
kriteria hasil : pasien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di
keluarga.
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
pasien dengan harga diri rendah.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan keluarga sebagai system
pendukung pasien
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama pasien dirawat
Rasional : Agar keluarga bisa membantu pasien dalam
meningkatkan harga dirinya
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Rasional : Agar keluarga siap merawat pasien di rumah
7. Pasien mampu memanfaatkan obat dengan benar dengan kriteria hasil :
pasien mengenal obat yang didapat dan minum obat pada waktunya.
Intervensi :

12

7.1 Bantu pasien mengenal obat yang didapat


Rasional : Memudahkan dalam pemberian therapy
7.2 Ajarkan pasien minta minum obat pada waktunya
Rasional : Pasien teratur dalam minum obat, sehingga menunjang
keberhasilan therapy
7.3 Berikan obat dengan prinsip 6 B
Rasional : Untuk menunjang keberhasilan program terapeutik
D.

Pelaksanaan
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
dalam pelaksanaan disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi
pasien.

E. Evaluasi
Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan
yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi
adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan
perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : respon

subyektif

pasien

terhadap

keperawatan

yang

telah

dilaksanakan
O : respon objektif pasien terhadapa keperawatan yang dilaksanakan
A : analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respom pasien.
Adapun hasil yang diharapkan yaitu :
1. Pasien mengungkapkan perasaannya terhadap keadaan yang diderita
2. Pasien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya
3. Pasien berperan serta dalam perawatan dirinya

13

4.

Pasien percaya diri dengan menetapkan keinginan


atau tujuan yang realistis

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC,
Jakarta
Dermawan & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hawari, D. (2001).

Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.

Jakarta : EGC
Isaacs, Ann. (2009). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatrik ( Edisi 3).
Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna dkk.1992.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC, Jakarta.
Maramis, W.F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Townsend, Mary C.1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta :
EGC

14

15

Anda mungkin juga menyukai