Anda di halaman 1dari 19

METODE PENULISAN

KARANGAN ILMIAH

oleh:
LAMUDDIN FINOZA

PENDAHULUAN

Rencana menulis makalah ini berawal dari keprihatinan saya melihat


kenyataan sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan menuliskan hasil
pemikirannya menjadi karangan. Saya makin tertarik membahas masalah karangan
karena ternyata menulis karangan ilmiah juga menjadi kendala bagi sebagian
sarjana. Masih banyak sarjana yang terus berkeinginan menulis karya ilmiah, namun
terhambat oleh kurangnya keterampilan menulis. Hal itu akan menjadi masalah
serius bagi mereka yang memilih profesi sebagai dosen. Seperti kita ketahui, untuk
persyaratan kenaikan pangkat akademik, setiap dosen harus menulis karangan
ilmiah.

Setelah mengamati tulisan para mahasiswa melalui tugas-tugas mereka,


termasuk skripsi, dan setelah membaca tulisan beberapa sarjana dalam majalah,
termasuk majalah yang meng-claim dirinya sebagai majalah ilmiah, saya
memperoleh kesan bahwa kurangnya pemahaman tentang metode ilmiah dan
lemahnya penguasaan bahasa Indonesia tulis telah mengakibatkan pekerjaan
menulis karangan menjadi sesuatu yang sulit dan karangan mereka menjadi kurang
berbobot.

Kondisi tersebut di atas mengundang sejumlah pertanyaan yang akan


diupayakan untuk menjawabnya dalam makalah ini. Inti pertanyaan itu adalah
sebagai berikut.
1. Apa kriteria karangan ilmiah?
1

2. Bagaimana mengorganisasikan karangan ilmiah yang ideal?


3. Apakah faktor bakat sangat dominan untuk dapat mengarang?

Makalah sederhana ini berisi pembahasan tentang metode penulisan


karangan ilmiah tanpa membicarakan masalah teknis penulisan. Untuk menulis
karangan ilmiah, penguasaan metode merupakan hal yang utama mengingat
pengertian metode itu sendiri adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu
dengan langkah-langkah sistematis (Senn, 1971:4; dan Suriasumantri, 1995:119).
Adapun yang dimaksud dengna teknis tidak lain adalah pengetahuan tentang
operasionalisasi suatu metode. Tanpa metode, pengetahuan tentang teknis
penulisan menjadi kurang berarti, dan karangan tidak mungkin mencapai bentuknya
yang ideal.

1. MENGENALI KARANGAN ILMIAH

1.1 Pengertian Karangan dan Karangan ilmiah


Pada hakikatnya karangan adalah penjabaran suatu pikiran secara resmi dan
teratur tentang suatu topik dengan mengindahkan prinsip komposisi dan konvensi
pernaskahan.

Karangan yang paling sederhana dapat berupa satu alinea. Namun, ide suatu
karangan pada prinsipnya lebih luas dari ide alinea sehingga karangan disebut juga
suatu wacana.

Wacana ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan


yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis (Suriasumantri, 1995:307). Suatu karangan
akan disebut ilmiah apabila karangan atau tulisan itu merupakan laporan dan
analisis dari suatu hasil penelitian, walau bagaimanapun sederhananya.

1.2 Ciri Karangan Ilmiah


Ciri karangan ilmiah (karil) yang membedakannya dengan karangan
nonilmiah, selain harus merupakan hasil penelitian (faktual objektif ) adalah tersusun
secara sistematis (sistematik); menggunakan metode ilmiah (metodik); berlaku
umum/bersifat universal, dan ditulis dengan ragam bahasa ilmiah (Darmodjo,
1986:12 dan Jasin, 1994:10).

Faktual objektif berarti ada faktanya dan sesuai dengan objek yang diteliti.
Kesesuaian itu harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga

mengandung pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai
ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran subjektif (selera perseorangan) .

Sistematik berarti tersusun atau terorganisasi dalam suatu sistem. Bagianbagiannya tidak ada yang berdiri sendiri. Bagian yang satu dengan bagian yang lain
harus saling berkaitan, saling menjelaskan, dan saling melengkapi sehingga secara
keseluruhan karangan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Metodik berarti menggunakan metode atau cara tertentu dengan langkahlangkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.

Berlaku umum berarti fenomena pengetahuan yang diobservasi tidak hanya


berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja. Siapa
saja dengan cara eksperimen dan kondisi yang sama akan memperoleh hasil yang
sama dengan yang diperoleh pendahulunya secara konsisten.

Betapa perlunya menguasai bahasa ilmiah dalam penulisan karil kiranya tidak
perlu diragukan. Tentang ciri bahasa ilmiah ini, Brotowidjoyo (1985:79) berpendapat:
bahasa dalam karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosakata, peristilahan, tata
kalimat, dan ejaan mengikuti bahasa yang telah dibakukan (distandardisasi).

Seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun S. Suriasumantri, menilai persoalan


kebahasaan begitu pentingnya sehingga dalam bukunya Pedoman Penulisan Ilmiah
(1986:59) kepada para calon penulis dia berpesan sebagai berikut.
4

Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah
kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan
mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara
subjek dan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang
tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika bepikir: tata
bahasa yang tidak cermat merupakan logika berpikir yang tidak cermat
pula. oleh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah
yang baik adalah mempergunakan tata bahasa yang benar.

Pakar yang lain, Surakhmad (1978 :12), juga mengatakan bahasa adalah
medium terpenting di dalam karangan. Diingatkannya, apabila bahasa yang dipakai
kurang cermat, karangan bukan saja sukar untuk dipahami, tetapi juga mudah
menimbulkan salah pengertian. Bahasa karangan yang kacau menggambarkan
kekacauan pikiran pengarangnya, tambahnya.

1.3 Sistematika Karangan ilmiah


Pada dasarnya isi karangan secara umum dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu
(1) pendahuluan, (2) isi/uraian, (3) penutup. Sebenarnya, pembabakan tersebut
hanya cocok untuk karangan nonilmiah (nonkaril). Adapun sistematika karangan
ilmiah yang ideal adalah (1) pendahuluan, (2) teori, (3) data, (4) analisis, (5)
kesimpulan dan saran (kalau ada).

Dari uraian di atas tampak bahwa faktor terpenting yang membedakan karil
dan nonkaril adalah ada atau tidaknya analisis. Analisis adalah kegiatan menghitung
(menambah, mengurangi, membagi), menimbang-nimbang, membandingkan antara
teori dan praktik serta mengkaji satu atau beberapa aspek berdasarkan satu atau
berbagai sudut pandang. Muara dari kegiatan menganalisis adalah menarik

simpulan, yaitu memberi penilaian yang objektif tentang maju mundur, untung rugi,
berhasil tidak berhasil, baik buruk, atau gabungan hal tersebut yang didasari oleh
argumentasi yang tepat dan ukuran yang akurat. Bila menganalisis sesuatu yang
merupakan kelemahan, dalam bagian itu pula sekaligus diberikan saran perbaikan
beserta alasan mengapa menyarankan seperti itu (Finoza, 1994: 78).

Dari kelima bagian isi karil, porsi yang terbesar adalah bagian analisis. Bagian
analisis merupakan tempat pengarang/penulis berimprovisasi mengolah kata dan
kalimat membedah materi sesuai dengan selera dan pandangannya untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dengan membaca bagian analisis inilah pembaca dapat
melihat sikap kritis dan ketajaman nalar seorang penulis.

Setiap penulis karil perlu menyadari bahwa bagian analisis dari karangannya
itulah yang orisinal merupakan karya ciptanya yang murni. Adapun menulis teori dan
data sebenarnya tidak lebih dari kegiatan mengutip atau memindahkan teori dan
data itu dari sumbernya ke dalam karangan, walaupun harus diakui bahwa
menyusunnya menjadi bagian yang terintegrasi ke dalam suatu karangan tetap
merupakan jasa penulisnya.

2. METODE PENULISAN KARANGAN ILMIAH

2.1 Prosedur Mengarang


Kegiatan menulis karil harus mengikuti prosedur :
1) memilih/menetapkan topik
2) mengidentifikasikan masalah
3) merumuskan tema/tujuan/tesis/hipotesis
4) menyusun kerangka (outline)
5) mengumpulkan data dan bahan rujukan (referensi)
5) melakukan penulisan awal (drafting)
7) melakukan penyuntingan (editing)
8) melakukan penulisan final.
Dalam makalah ini tidak semua langkah-langkah itu dibahas. Garis besar bagian
terpenting akan diuraikan berikut ini.

2 .1.1 Topik dan Judul Karangan


Topik adalah pokok pembicaraan tentang suatu hal yang akan digarap
menjadi karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan: masalah
apa yang akan ditulis? atau hendak menulis tentang apa? Ciri khas topik terletak
pada permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai, misalnya perbankan,
polusi, korupsi, pengangguran, bencana alam.

Mengingat topik sering kali bersifat umum sehingga terlalu luas untuk
dijadikan judul karangan, topik perlu dipersempit sampai batas dan ruang lingkupnya
sesuai dengan keinginan penulis.
Selain harus menghindari topik yang terlalu luas, penulis juga disarankan
jangan memilih topik yang terlalu sempit dan yang terlalu teknis. Ukuran yang dapat
kita jadikan patokan untuk itu diberikan oleh Cash (1977:17) seperti tersebut di
bawah ini.
Suatu topik dikatakan terlalu luas (too broad) apabila untuk membahasnya
secara mendalam diperlukan waktu maupun jumlah halaman yang lebih
banyak; dikatakan terlalu sempit (too narrow) apabila untuk nambahasnya
secara mendalam sulit menemukan referensi yang cukup; dan dikatakan
terlalu teknis (too technical) apabila untuk menulisnya diperlukan
pengetahuan khusus yang dirasakan tidak dimiliki oleh penulisnya secara
memadai.
Jadi, topik yang akan dipilih tentulah yang menarik perhatian penulis dan
permasalahannya benar-benar penulis kuasai.

Adapun judul karangan adalah perincian atau penjabaran dari topik. Jika
dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan telah menyiratkan permasalahan
atau variabel yang akan dibahas. Memang topik boleh saja dijadikan judul, tetapi
judul karangan tidaklah harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus dijadikan
judul, tentu saja karangannya akan bersifat umum dan ruang lingkupnya juga pasti
sangat luas.

Dengan uraian di atas dimaksudkan agar dipahami bahwa langkah pertama


untuk mengarang adalah menetapkan topik, bukan judul. Dari satu topik dapat
dibuat berbagai judul dan judul itu dapat diubah-ubah sesuai dengan tema atau
tujuan pengarang; sedangkan topik tidak boleh diubah, kecuali jika akan mengubah
karangan secara total.
8

2.1.2 Tema dan Tesis


Tema berarti pokok pemikiran, ide, atau gagasan terutama yang akan
dituangkan oleh penulis dalam karangannya. Tema adalah sesuatu yang melatar
belakangi dan mendorong seseorang menuliskan karangannya. Dalam kasus
kelangkaan BBM di tanah air kita, misalnya, seseorang yang mengetahui penyebab
kelangkaan itu ingin membagi pengetahuannya

itu kepada pembaca. Dalam

tulisannya ia akan menuangkan pokok pemikirannya untuk mengatasi kelangkaan


tersebut. Pokok pemikiran itulah yang disebut tema. Penetapan tema sebelum mulai
mengarang sangat penting sebagai pedoman untuk menulis karangan secara teratur
dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan oleh
penulis sejak semula.
Ide yang kita tangkap setelah selesai mambaca tulisan seseorang terlepas
dari kita menyetujui atau menolak pemikiran penulisnya itulah yang disebut tema.
Tema yang kita peroleh setelah selesai membaca karangan seseorang disebut tema
akhir. Dalam karya ilmiah mahasiswa, tema harus dirumuskan sejak awal untuk
diketahui oleh dosen pembimbing karya tulis. Tema seperti itu disebut tema awal.
Ilustrasi tersebut di atas dimaksud untuk menjelaskan ekstensi tema dan
kedudukan serta peranan tema dalam karangan. Tema, seperti halnya judul, dapat
dibuat bervariasi dan dapat diganti-ganti jika penulis beranggapan tidak tersedia
bahan yang cukup untuk digarap menjadi karangan, sementara topik atau pokok
pembicaraannya dapat saja tetap seperti semula.
Jika seseorang memikirkan sesuatu (tema) tentulah terkandung maksud,
tujuan, atau sasaran tertentu yang ingin dicapainya. Maksud dan tujuan itu disebut
9

tesis. Tesis adalah pernyataan singkat tentang maksud dan tujuan penulis. Karena
itu, tesis sering disebut pengungkapan maksud. Tesis harus lugas sehingga perlu
diungkapkan dalam suatu kalimat lengkap. Dalam karangan ilmiah murni, tesis
sering disebut dengan istilah hipotesis, yaitu pernyataan yang masih rendah, dan
oleh karena itu perlu dibuktikan kebenarannya.
Tema boleh dirumuskan dalam beberapa kalimat, sebab di dalamnya terdapat
pokok pemikiran. Berbeda dengan tesis, menjabarkan tema sering kali tidak cukup
dengan satu kalimat. Yang perlu diperhatikan adalah seluruh kalimat dalam sebuah
tema harus bersama-sama mengungkapkan satu ide atau satu gagasan (ide
karangan).
Jika penulis merasa dalam karangannya cukup dengan merumuskan tesis, ia
tidak perlu lagi merumuskan tema. Namun, jika dengan tesis terasa belum cukup,
penulis perlu merumuskan tema secara eksplisit untuk memudahkan penyusun bab
dan subbab dalam karangannya nanti. Perhatikan contoh di bawah ini.
1) Topik:
Tesis:

2) Topik:
Tesis:

3) Topik:
Tesis:

Cara Mengemukakan Pendapat yang Efektif


Mengemukakan pendapat haruslah secara logis dan sistematis dengan
menggunakan bahasa yang tepat dan cocok.
Dampak Buruk Aborsi
Aborsi berdampak buruk ditinjau dari sudut pandang kesehatan, moral,
dan agama
Kelangkaan BBM di Beberapa Kota di Indonesia
kelangkaan BBM di beberapa kota disebabkan oleh kelemahan
manajemen Pertamina.

Dalam contoh berikut ini tampak jelas kedudukan tema dalam suatu kerangka
karangan.
Topik

Kemacetan Lalu-lintas

10

Subtopik :

Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu-lintas

Tema

Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah seata-mata menjadi


tanggung jawab aparat kepolisian, melainkan juga menjadi tanggung
jawab seluruh warga masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu
lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa bantuan semua pihak
yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah kesadaran
berlalu-lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab.

Permusan tema seperti contoh

di atas pasti akan memudahkan penulis

menyusun kerangka karangan. Penyusunan pokok-pokok bahasan dalam kerangka


karangan akan lebih sulit dilakukan jika hanya berpatokan pada judul, apalagi pada
topik, sebab topik dan judul belum terurai.

2.1.3 Rumusan Masalah


Suatu hal yang menjadi masalah dalam penulisan karil adaIah mencari
masalah yang dapat dijadikan rumusan masalah. Apakah masalah itu? Apa saja
yang dapat dijadikan masalah?

Beberapa definisi yang diformulasikan oleh para pakar menunjukkan


pendapat mereka tentang masalah dapat digeneralisasikan. Para pakar umumnya
sepakat bahwa yang dimaksud dengan masalah adalah kesenjangan antara
bagaimana seharusnya (das solen) dan bagaimana senyatanya (das sain). Dengan
perkataan lain, masalah adalah dampak yang timbul akibat ketidaksesuaian antara
teori dan praktik.

Apa saja yang dapat dijadikan masalah? Menurut M. Nazir (1985:133),


masalah selalu ada di sekeliling kita. Masalah timbul karena adanya kesangsian
terhadap suatu fenomena, adanya gap antarkegiatan dan antarfenomena yang telah
ada ataupun yang akan ada. Selanjutnya M. Nazir mengetengahkan 11 sumber
11

untuk memperoleh masalah. Salah satu sumber itu adalah pengalaman atau catatan
pribadi (lihat M. Nazir. 1985:140).

Kegunaan rumusan masalah dalam karil adalah sebagai titik sentral


pembahasan. Teori dan data yang diangkat ke dalam karil harus relevan dengan
rumusan masalah. HaI itu sekaligus berarti analisis juga harus terfokus pada
rumusan masalah. Akhirnya, kesimpulan harus pula merupakan jawaban terhadap
rumusan masalah yang memang harus dibuat dalam bentuk pertanyaan.

2.1.4 Kerangka (Outline) Karangan


Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan
penyusunan gagasan dalam karangan. Fungsi utamanya untuk menunjukan
hubungan di antara gagasan yang ada. Dengan demikian, pengarang dapat
mengadakan penyesuaian sebelum menulis (bandingkan dengan blue print atau
cetak biru pembangunan gedung).

Rencana kerja dalam kerangka itu dapat mengalami perubahan terus


menerus untuk mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka karangan
dapat berbentuk catatan-catatan sederhana, namun dapat juga mendetail dan
digarap dengan sangat cermat.

Dalam penyusunan karangan ada tahap yang perlu dilakukan, yaitu memilih
topik, mengumpulkan informasi, mengatur gagasan, dan menulis karangan itu
sendiri. Pengaturan gagasan itulah yang dapat diumpamakan sebagai kerangka.
Jadi, di dalam kerangka terdapat strategi penempatan ide dan gagasan.

12

Outline tidak sama dengan rencana daftar isi. Rencana daftar isi memang
merupakan salah satu isi outline yang disebut dengan istilah sistematika/
penbabakan

skripsi.

Outline

adalah

rencana

penulisan

karangan

secara

keseluruhan.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan, selama ini terdapat


kekeliruan penafsiran tentang pengertian dan hakikat outline. Dalam praktik, outline
yang dibawa oleh mahasiswa pada waktu berkonsultasi dengan penbimbing skripsi
adalah satu atau dua lembar kertas yang di dalamnya tertulis judul-judul bab dan
subbab yang nantinya akan menjadi daftar isi dari skripsi yang akan ditulisnya tanpa
diskripsi sama sekali.

Outline skripsi memang dapat diartikan sebagai garis besar rencana kerja
penulisan skripsi. Rupanya yang dipegang sebagai key word selama ini adalah frasa
garis besar, sedangkan frasa rencana kerja ternyata dikesampingkan. Seharusnya,
pengertian rencana kerjalah yang harus lebih dimasyarakatkan. Secara harfiah,
rencana kerja berarti penyusunan kegiatan yang akan dilaksanakan. Di sini tampak
kata rencana secara implisit mengandung arti strategi.

Pengertian

outline

hendaknya

disejajarkan

dengan

proposal

karena

sebenarnya outline tidak lain adalah proposal penulisan laporan penelitian (mis.
tentang suatu perusahaan). Kalau rumusan ini disepakati, barulah dapat
diformulasikan lebih lanjut bahwa isi outline analog dengan isi proposal yang
umumnya meliputi dasar pemikiran/ latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang
lingkup, waktu dan tempat kegiatan, dst., (bandingkan dengan isi desain peneIitian).

13

Perbedaan yang prinsipal antara outline dan proposal adalah terdapatnya


komponen biaya dan kepanitiaan dalam proposal. Kedua komponen tersebut tidak
ada dalam outline. Komponen lainnya boleh dikatakan hampir sama. Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika ada perguruan tinggi yang menamakan outline sebagai
Rancangan Usul Penulisan Skripsi (RUPS). Menurut konsep ini, RUPS sekurangkurangnya memuat (a) judul, (b) Iatar belakang permasalahan, (c) masalah pokok
skripsi, (d) kerangka teori, (e) hipotesis, (f) tujuan penelitian, (g) metode penelitian,
(h)

sistematika/pembabakan skripsi (i) daftar pustaka,

(j)

rencana jadwal

penyelesaian skripsi (Ronda dan Muntaha, 1985 :64)

Rumusan Ronda dan Muntaha tersebut di atas rasanya logis atau masuk
akal. Dari segi penamaan mungkin terdapat perbedaan selera, namun dari segi isi
atau komponen ideal yang harus terdapat dalam outline dirasakan sangat tepat.
Outline yang baik seyogianya berisi uraian singkat tentang keseluruhan rencana
kerja

penyusunan

skripsi

mulai

dari

latar

belakang

pemilihan

judul

dan

permasalahannya sampai dengan rencana jadwal penulisan atau penyelesaian


skripsi.

Uraian singkat dari setiap butir outline berguna untuk memberi gambaran
terutama kepada pembimbing atau siapa saja yang akan membaca outline itu dan
sekaligus menjawab pertanyaan yang timbul di hati mereka. Melalui. outline yang
terurai, pembaca akan mengetahui metode penelitian yang dipakai, teknik
pengumpulan data dan teknik analisisnya, sumber data dan sumber pustaka,
pendekatan teoritis, dan sebagainya, yang tidak mungkin terjawab jika outline-nya
berupa judul-judul semata.

14

Sebagai penutup uraian, ingin saya singgung sedikit di sini tentang peranan
bakat dalam mengarang. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, untuk dapat
menulis karangan fiksi, faktor bakat sangat dituntut dari seseorang. Untuk menulis
karangan nonfiksi, termasuk karil, faktor bakat tidak dominan dan tidak dituntut
secara mutlak dari seseorang.

Jika seseorang berbakat menulis, tentu saja mengarang akan lebih mudah
baginya. Bagi orang yang kurang berbakat, kemampuan menulis sampai taraf
tertentu sebenarnya bisa dipelajari dan dilatih. Menulis adalah suatu keterampilan.
Semua orang yang normal bisa bernyanyi dan menggambarsampai tahap tertentu,
walaupun dia bukan penyanyi dan pelukis. Demikian pula halnya menulis. Setiap
siswa, mahasiswa, apalagi sarjana, seyogianya bisa menulis seperti halnya
bernyanyi dan menggambar sampai taraf tertentu dengan mengikuti norma-norma
penulisan tanpa mesti menjadi essais atau kolumnis yang memang menuntut
adanya talent khusus.

15

KESIMPULAN

1. Kriteria karil yang sekaligus menjadi ciri pembeda dengan karangan nonilmiah
terletak pada ada atau tidaknya masalah (teori), hasil penelitian (data), dan
analisis.

2. Karil harus diorganisasikan sesuai dengan metode ilmiah dengan mengikuti


prosedur pemilihan topik sampai penulisan final serta harus mengindahkan
konvensi pemaskahan.

3. Untuk dapat menulis karil, kualifikasi pendidikan lebih berperan daripada


bakat, dan menulis ilmiah merupakan keterampilan yang bisa dilatih dan
dipelajari.

4. Di samping penguasaan metode dan teknik penulisan, kemampuan


menggunakan bahasa tulis ilmiah sangat menentukan mutu dan efektivitas
suatu karangan.

16

KEPUSTAKAAN

Brotowidjoyo, Mukayat D.,1985, Penulisan Karangan llmiah, Jakarta: Akademika.


Cash, Phyllis., 1977, How to write A Research Paper Step By Step, New York:
Monarch Press.
Darmodjo, Hendro, 1985, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Karunika.
Finoza, Lamuddin, 1994., Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Notula, Jakarta:
Mawar Gempita.
Jasin, Maskoeri., 1994, IImu Alamiah Dasar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nazir, Mohammad, 1994, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ronda, Mirza, 1995, dan Ahmad Muntaha., Metode Penulisan Skripsi,
Jakarta: Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sahid.
Senn, Peter R., 1971, Social Science and its Methods, Boston: Holbrook
Surakhmad, Winarno , 1978, Paper, Thesis, dan Disertasi, Bandung: Tarsito
Suriasumantri, Jujun S., 1986, Pedoman Penulisan llmiah, Jakarta: Fakultas
Pascasarjana IKIP Jakarta.
Suriasumantri, Jujun S., 1995 , Filsafat llmu, Jakarta: Sinar Harapan.
Turabian, Kate L., 1973, A Manual For Writets, Fourth Edition, Chicago: The
Chicago University Press.

17

BIODATA SINGKAT

Lamuddin Finoza lahir di Takengon, Aceh: 15 Agustus 1945. Lulus sebagai Sarjana
Sastra Jurusan Bahasa Indonesia dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1977)
dan Program Akta Mengajar V UT/IKIP Jakarta (1987)

Sejak tahun 1981 menatar dalam bidang bahasa dan korespondensi Indonesia pada
berbagai instansi pemerintah dan swasta di Jakarta dan di daerah. Dapat disebut di
sini, Sekretariat Negara RI, Caltex Pacific Indonesia, dan Freeport Indonesia adalah
contoh lembaga/perusahaan yang pernah beliau jambangi.

Pekerjaan sekarang: Dosen tetap STIE Kampus Ungu, mengajar pada beberapa
perguruan tinggi di Jakarta, termasuk Universitas Indonesia.

Publikasi :
(a) Menulis artikel ilmiah dan features dalam harian Abadi, Berita Yudha,
Indonesia Raya (1971 - l975)
(b) Menulis buku pelajaran untuk SLTP dan SLTA yang diterbitkan oleh Penerbit
Yudhistira dan Mutiara (1978 - 1980)
(c) Menulis naskah untuk Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia melalui TVRI
(1978 -1991)
(d) Menulis buku bahasa Indonesia dan korespondensi
1. Aneka Surat Sekretaris dan Surat Bisnis Indonesia (199I)
2. Komposisi Bahasa Indonesia (1993)
3. Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Proposal (1994)
4. Bahasa Indonesia Kualifikasi Semenjana untuk SMK (2005)

18

Anda mungkin juga menyukai