KARANGAN ILMIAH
oleh:
LAMUDDIN FINOZA
PENDAHULUAN
Karangan yang paling sederhana dapat berupa satu alinea. Namun, ide suatu
karangan pada prinsipnya lebih luas dari ide alinea sehingga karangan disebut juga
suatu wacana.
Faktual objektif berarti ada faktanya dan sesuai dengan objek yang diteliti.
Kesesuaian itu harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Objektif juga
mengandung pengertian adanya sikap jujur dan tidak memihak, serta memakai
ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran subjektif (selera perseorangan) .
Sistematik berarti tersusun atau terorganisasi dalam suatu sistem. Bagianbagiannya tidak ada yang berdiri sendiri. Bagian yang satu dengan bagian yang lain
harus saling berkaitan, saling menjelaskan, dan saling melengkapi sehingga secara
keseluruhan karangan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Metodik berarti menggunakan metode atau cara tertentu dengan langkahlangkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Betapa perlunya menguasai bahasa ilmiah dalam penulisan karil kiranya tidak
perlu diragukan. Tentang ciri bahasa ilmiah ini, Brotowidjoyo (1985:79) berpendapat:
bahasa dalam karangan disebut ilmiah apabila lafal, kosakata, peristilahan, tata
kalimat, dan ejaan mengikuti bahasa yang telah dibakukan (distandardisasi).
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah
kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan
mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara
subjek dan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang
tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika bepikir: tata
bahasa yang tidak cermat merupakan logika berpikir yang tidak cermat
pula. oleh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah
yang baik adalah mempergunakan tata bahasa yang benar.
Pakar yang lain, Surakhmad (1978 :12), juga mengatakan bahasa adalah
medium terpenting di dalam karangan. Diingatkannya, apabila bahasa yang dipakai
kurang cermat, karangan bukan saja sukar untuk dipahami, tetapi juga mudah
menimbulkan salah pengertian. Bahasa karangan yang kacau menggambarkan
kekacauan pikiran pengarangnya, tambahnya.
Dari uraian di atas tampak bahwa faktor terpenting yang membedakan karil
dan nonkaril adalah ada atau tidaknya analisis. Analisis adalah kegiatan menghitung
(menambah, mengurangi, membagi), menimbang-nimbang, membandingkan antara
teori dan praktik serta mengkaji satu atau beberapa aspek berdasarkan satu atau
berbagai sudut pandang. Muara dari kegiatan menganalisis adalah menarik
simpulan, yaitu memberi penilaian yang objektif tentang maju mundur, untung rugi,
berhasil tidak berhasil, baik buruk, atau gabungan hal tersebut yang didasari oleh
argumentasi yang tepat dan ukuran yang akurat. Bila menganalisis sesuatu yang
merupakan kelemahan, dalam bagian itu pula sekaligus diberikan saran perbaikan
beserta alasan mengapa menyarankan seperti itu (Finoza, 1994: 78).
Dari kelima bagian isi karil, porsi yang terbesar adalah bagian analisis. Bagian
analisis merupakan tempat pengarang/penulis berimprovisasi mengolah kata dan
kalimat membedah materi sesuai dengan selera dan pandangannya untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dengan membaca bagian analisis inilah pembaca dapat
melihat sikap kritis dan ketajaman nalar seorang penulis.
Setiap penulis karil perlu menyadari bahwa bagian analisis dari karangannya
itulah yang orisinal merupakan karya ciptanya yang murni. Adapun menulis teori dan
data sebenarnya tidak lebih dari kegiatan mengutip atau memindahkan teori dan
data itu dari sumbernya ke dalam karangan, walaupun harus diakui bahwa
menyusunnya menjadi bagian yang terintegrasi ke dalam suatu karangan tetap
merupakan jasa penulisnya.
Mengingat topik sering kali bersifat umum sehingga terlalu luas untuk
dijadikan judul karangan, topik perlu dipersempit sampai batas dan ruang lingkupnya
sesuai dengan keinginan penulis.
Selain harus menghindari topik yang terlalu luas, penulis juga disarankan
jangan memilih topik yang terlalu sempit dan yang terlalu teknis. Ukuran yang dapat
kita jadikan patokan untuk itu diberikan oleh Cash (1977:17) seperti tersebut di
bawah ini.
Suatu topik dikatakan terlalu luas (too broad) apabila untuk membahasnya
secara mendalam diperlukan waktu maupun jumlah halaman yang lebih
banyak; dikatakan terlalu sempit (too narrow) apabila untuk nambahasnya
secara mendalam sulit menemukan referensi yang cukup; dan dikatakan
terlalu teknis (too technical) apabila untuk menulisnya diperlukan
pengetahuan khusus yang dirasakan tidak dimiliki oleh penulisnya secara
memadai.
Jadi, topik yang akan dipilih tentulah yang menarik perhatian penulis dan
permasalahannya benar-benar penulis kuasai.
Adapun judul karangan adalah perincian atau penjabaran dari topik. Jika
dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan telah menyiratkan permasalahan
atau variabel yang akan dibahas. Memang topik boleh saja dijadikan judul, tetapi
judul karangan tidaklah harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus dijadikan
judul, tentu saja karangannya akan bersifat umum dan ruang lingkupnya juga pasti
sangat luas.
tesis. Tesis adalah pernyataan singkat tentang maksud dan tujuan penulis. Karena
itu, tesis sering disebut pengungkapan maksud. Tesis harus lugas sehingga perlu
diungkapkan dalam suatu kalimat lengkap. Dalam karangan ilmiah murni, tesis
sering disebut dengan istilah hipotesis, yaitu pernyataan yang masih rendah, dan
oleh karena itu perlu dibuktikan kebenarannya.
Tema boleh dirumuskan dalam beberapa kalimat, sebab di dalamnya terdapat
pokok pemikiran. Berbeda dengan tesis, menjabarkan tema sering kali tidak cukup
dengan satu kalimat. Yang perlu diperhatikan adalah seluruh kalimat dalam sebuah
tema harus bersama-sama mengungkapkan satu ide atau satu gagasan (ide
karangan).
Jika penulis merasa dalam karangannya cukup dengan merumuskan tesis, ia
tidak perlu lagi merumuskan tema. Namun, jika dengan tesis terasa belum cukup,
penulis perlu merumuskan tema secara eksplisit untuk memudahkan penyusun bab
dan subbab dalam karangannya nanti. Perhatikan contoh di bawah ini.
1) Topik:
Tesis:
2) Topik:
Tesis:
3) Topik:
Tesis:
Dalam contoh berikut ini tampak jelas kedudukan tema dalam suatu kerangka
karangan.
Topik
Kemacetan Lalu-lintas
10
Subtopik :
Tema
untuk memperoleh masalah. Salah satu sumber itu adalah pengalaman atau catatan
pribadi (lihat M. Nazir. 1985:140).
Dalam penyusunan karangan ada tahap yang perlu dilakukan, yaitu memilih
topik, mengumpulkan informasi, mengatur gagasan, dan menulis karangan itu
sendiri. Pengaturan gagasan itulah yang dapat diumpamakan sebagai kerangka.
Jadi, di dalam kerangka terdapat strategi penempatan ide dan gagasan.
12
Outline tidak sama dengan rencana daftar isi. Rencana daftar isi memang
merupakan salah satu isi outline yang disebut dengan istilah sistematika/
penbabakan
skripsi.
Outline
adalah
rencana
penulisan
karangan
secara
keseluruhan.
Outline skripsi memang dapat diartikan sebagai garis besar rencana kerja
penulisan skripsi. Rupanya yang dipegang sebagai key word selama ini adalah frasa
garis besar, sedangkan frasa rencana kerja ternyata dikesampingkan. Seharusnya,
pengertian rencana kerjalah yang harus lebih dimasyarakatkan. Secara harfiah,
rencana kerja berarti penyusunan kegiatan yang akan dilaksanakan. Di sini tampak
kata rencana secara implisit mengandung arti strategi.
Pengertian
outline
hendaknya
disejajarkan
dengan
proposal
karena
sebenarnya outline tidak lain adalah proposal penulisan laporan penelitian (mis.
tentang suatu perusahaan). Kalau rumusan ini disepakati, barulah dapat
diformulasikan lebih lanjut bahwa isi outline analog dengan isi proposal yang
umumnya meliputi dasar pemikiran/ latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang
lingkup, waktu dan tempat kegiatan, dst., (bandingkan dengan isi desain peneIitian).
13
(j)
rencana jadwal
Rumusan Ronda dan Muntaha tersebut di atas rasanya logis atau masuk
akal. Dari segi penamaan mungkin terdapat perbedaan selera, namun dari segi isi
atau komponen ideal yang harus terdapat dalam outline dirasakan sangat tepat.
Outline yang baik seyogianya berisi uraian singkat tentang keseluruhan rencana
kerja
penyusunan
skripsi
mulai
dari
latar
belakang
pemilihan
judul
dan
Uraian singkat dari setiap butir outline berguna untuk memberi gambaran
terutama kepada pembimbing atau siapa saja yang akan membaca outline itu dan
sekaligus menjawab pertanyaan yang timbul di hati mereka. Melalui. outline yang
terurai, pembaca akan mengetahui metode penelitian yang dipakai, teknik
pengumpulan data dan teknik analisisnya, sumber data dan sumber pustaka,
pendekatan teoritis, dan sebagainya, yang tidak mungkin terjawab jika outline-nya
berupa judul-judul semata.
14
Sebagai penutup uraian, ingin saya singgung sedikit di sini tentang peranan
bakat dalam mengarang. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, untuk dapat
menulis karangan fiksi, faktor bakat sangat dituntut dari seseorang. Untuk menulis
karangan nonfiksi, termasuk karil, faktor bakat tidak dominan dan tidak dituntut
secara mutlak dari seseorang.
Jika seseorang berbakat menulis, tentu saja mengarang akan lebih mudah
baginya. Bagi orang yang kurang berbakat, kemampuan menulis sampai taraf
tertentu sebenarnya bisa dipelajari dan dilatih. Menulis adalah suatu keterampilan.
Semua orang yang normal bisa bernyanyi dan menggambarsampai tahap tertentu,
walaupun dia bukan penyanyi dan pelukis. Demikian pula halnya menulis. Setiap
siswa, mahasiswa, apalagi sarjana, seyogianya bisa menulis seperti halnya
bernyanyi dan menggambar sampai taraf tertentu dengan mengikuti norma-norma
penulisan tanpa mesti menjadi essais atau kolumnis yang memang menuntut
adanya talent khusus.
15
KESIMPULAN
1. Kriteria karil yang sekaligus menjadi ciri pembeda dengan karangan nonilmiah
terletak pada ada atau tidaknya masalah (teori), hasil penelitian (data), dan
analisis.
16
KEPUSTAKAAN
17
BIODATA SINGKAT
Lamuddin Finoza lahir di Takengon, Aceh: 15 Agustus 1945. Lulus sebagai Sarjana
Sastra Jurusan Bahasa Indonesia dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1977)
dan Program Akta Mengajar V UT/IKIP Jakarta (1987)
Sejak tahun 1981 menatar dalam bidang bahasa dan korespondensi Indonesia pada
berbagai instansi pemerintah dan swasta di Jakarta dan di daerah. Dapat disebut di
sini, Sekretariat Negara RI, Caltex Pacific Indonesia, dan Freeport Indonesia adalah
contoh lembaga/perusahaan yang pernah beliau jambangi.
Pekerjaan sekarang: Dosen tetap STIE Kampus Ungu, mengajar pada beberapa
perguruan tinggi di Jakarta, termasuk Universitas Indonesia.
Publikasi :
(a) Menulis artikel ilmiah dan features dalam harian Abadi, Berita Yudha,
Indonesia Raya (1971 - l975)
(b) Menulis buku pelajaran untuk SLTP dan SLTA yang diterbitkan oleh Penerbit
Yudhistira dan Mutiara (1978 - 1980)
(c) Menulis naskah untuk Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia melalui TVRI
(1978 -1991)
(d) Menulis buku bahasa Indonesia dan korespondensi
1. Aneka Surat Sekretaris dan Surat Bisnis Indonesia (199I)
2. Komposisi Bahasa Indonesia (1993)
3. Aneka Surat Statuta, Laporan, dan Proposal (1994)
4. Bahasa Indonesia Kualifikasi Semenjana untuk SMK (2005)
18