Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Angka Kematian Ibu yang tinggi merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di Indonesia. Jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2014 sebanyak 33 kasus dari 26.992 jumlah
kelahiran hidup atau sekitar 122,25 per 100.000 Kelahiran Hidup naik
jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 29 kasus dari 26.547
jumlah kelahiran hidup atau sekitar 109,2 per 100.000. Hal ini masih
lebih tinggi dari target MDGs 2015 yaitu 102 per 100 ribu penduduk.
(DKK Semarang, 2015). Salah satu yang mempengaruhi AKI adalah
masih banyaknya jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi (Basit, 2013).
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2014
adalah 28.215 (97,2%) tidak mengalami perubahan berarti dibanding
dengan tahun 2013 adalah 27.910 bumil (97,2%) (DKK Semarang,
2015).
Kehamilan dengan resiko tinggi memiliki komplikasi yang
berbahaya baik bagi ibu maupun janin yang dikandungnya (Rochjati,
2003). Komplikasi yang dapat terjadi antara lain keguguran, infeksi,
resiko perdarahan, persalinan lama dan sulit, persalinan prematur, berat
bayi lahir rendah, dan cacat bawaan. Kondisi ini dapat menyebabkan
angka kematian perinatal tinggi, demikian pula dengan angka
mortalitas dan morbiditas ibu pasca persalinan (Prawirohardjo, 2009).

Menurut Maidelwita (2010) kejadian kehamilan risiko tinggi pada ibu


hamil dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya kurangnya pengetahuan
ibu tentang kesehatan reproduksi, tingkat pendidikan yang rendah,
1

pekerjaan ibu, dan sikap ibu selama kehamilan. Berbagai upaya untuk
mendeteksi dini, melakukan pencegahan, penanganan awal telah dilakukan
oleh berbagai pihak, namun masih banyak ditemukan kehamilan dengan
resiko tinggi di masyarakat.
Angka Kematian Ibu yang tinggi merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di Indonesia. Jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2014 sebanyak 33 kasus dari 26.992 jumlah
kelahiran hidup atau sekitar 122,25 per 100.000 Kelahiran Hidup naik jika
dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 29 kasus dari 26.547 jumlah
kelahiran hidup atau sekitar 109,2 per 100.000. Hal ini masih lebih tinggi
dari target MDGs 2015 yaitu 102 per 100 ribu penduduk. (DKK Semarang,
2015). Salah satu yang mempengaruhi AKI adalah masih banyaknya
jumlah ibu hamil dengan resiko tinggi (Basit, 2013). Cakupan kunjungan
ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2014 adalah 28.215 (97,2%)
tidak mengalami perubahan berarti dibanding dengan tahun 2013 adalah
27.910 bumil (97,2%) (DKK Semarang, 2015).
Kejadian kehamilan resiko tinggi di wilayah kerja puskesmas
Bangetayu cukup tingggi pada bulan November 2015 angka kejadian Ibu
hamil resiko tinggi sebanyak 35 kasus, yang terdiri dari kelurahan
Bangeayu Kulon 3 kasus, Bangetayu Wetan 11 kasus, Sembung Harjo 6
kasus, Peggaron Lor 3 kaus, Kudu 3 kasus, Karang Roto 9 kasus,
sedangkan kejadian Anemia pada keamilan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangetayu 25 kasus yang terdiri dari kelurahan Bangetayu Kulon 6 kasus,
Bagetayu Wetan 7 kasus, Sembung Harjo 6 kasus, Kudu 3 kasus dan

Karang Roto 5 kasus dan yang 9 harus mendapakan penanganan lanjutan


ke rumah sakit. Sedangkan kejadian kehamilan resiko tinggi di wilayah
kerja puskesmas Bangetayu cukup tingggi pada bulan Desember 2015
angka kejadian Ibu hamil resiko tinggi sebanyak 24 kasus, yang terdiri dari
kelurahan Bangeayu Kulon 10 kasus, Bangetayu Wetan 4 kasus, Sembung
Harjo 3 kasus, Peggaron Lor 2 kaus, Kudu 3 kasus, Karang Roto 9 kasus,
sedangkan kejadian Anemia pada keamilan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangetayu 25 kasus yang terdiri dari kelurahan Bangetayu Kulon 7 kasus,
Bagetayu Wetan 8 kasus, Sembung Harjo 3 kasus, Penggaron Lor, Kudu 1
kasus dan Karang Roto 3 kasus.
Pada periode Januari 2016 Kejadian kehamilan resiko tinggi di
wilayah kerja puskesmas Bangetayu cukup tingggi sebanyak 36 kasus,
yang terdiri dari kelurahan Bangeayu Kulon 14 kasus, Bangetayu Wetan 4
kasus, Sembung Harjo 5 kasus, Peggaron Lor 2 kasus, Kudu 4 kasus,
Karang Roto 7 kasus, sedangkan kejadian Anemia pada keamilan di
Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu 24 kasus yang terdiri dari kelurahan
Bangetayu Kulon 11 kasus, Bagetayu Wetan 2 kasus, Sembung Harjo 3
kasus, Kudu 5 kasus dan Karang Roto 3 kasus.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
kasus kehamilan beresiko tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu
periode November 2015 sampai Januari 2016.

1.2.

Rumusan Masalah
Bagaimna kejadian kehamilan resiko tinggi di wilayah keja Puskesmas
Bangetayu Semarang Periode November 2015-Januari 2016?

1.3.

Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
1.3.1.1 Untuk memperoleh informasi mengenai Diagnosis Holistik
dan Terapi Komprehensif mengenai kehamilan resiko
tinggi di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu berdasarkan
pendekatan Trias Epidemiologi.

1.3.2. Tujuan Khusus


1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor Host yang
mempengaruhi kejadian kehamilan resiko tinggi di
wilayah kerja puskesmas Bangetayu periode November
2015-Januari 2016.
1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor Agent
yang mempengaruhi kejadian kehamilan resiko tinggi di
wilayah kerja puskesmas Bangetayu periode November
2015-Januari 2016.
1.3.2.3

Untuk

memperoleh

informasi

mengenai

faktor

Emviroment yang mempengaruhi pada kehamilan resiko


tinggi di wilayah kerja puskesmas Bangetayu periode
November 2015-Januari 2016

1.4

Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Keilmuan
1.4.1.1 Menambah wawasan tentang kehamilan resiko tinggi
dalam deteksi dini dan tanda bahaya dalam kehamilan
serta faktor-faktor yang mempegaruhinya.
1.4.1.2 Menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Bagi Masyarakat
1.4.2.1 Memberikan informasi bagi masyarakat terutama ibu
hamil untuk menambah pegetahuan tentang kehamilan
resiko tinggi serta faktor-faktor yang mempengarinya.
1.4.2.2 Member masukan bagi tenaga kesehatan untuk lebih
memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan
pomotif dan preventif pada kehamilan resiko tinggi.

BAB II
ANALISIS SITUASI

2.1 Cara dan Waktu Pengamatan


Data pasien yang diambil hanya data ibu hamil dengan resiko
tinggi. Setelah dilakukan penentuan responden, kami melakukan
kunjungan rumah responden untuk mencari informasi mengenai keluhan
pasien, pemeriksaan fisik, perilaku, gaya hidup pasien, dan melakukan
pengamatan lingkungan di sekitar rumah pasien. Kunjungan pertama
dilakukan pada 4 Februari 2016. Pada tanggal 6 Februari 2016, kami
melakukan kunjungan kembali ke rumah pasien untuk kedua kalinya untuk
melakukan follow up ke rumah pasien dan juga pada tanggal 10 Februari
2016, kami melakukan follow up ke rumah pasien.
2.2 Laporan Hasil Pengamatan
2.2.1

Identitas Pasien

Nama Lengkap

: Ny. Siti Sofiyatun

Tempat, Tanggal Lahir

: Semarang, 20 Juli 1987

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: RT 05 / RW IV

Desa/ Kelurahan

: Sembungharjo

Kecamatan

: Genuk

Kabupaten / Kota

: Semarang

2.3

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Kawin

Pendidikan

Pekerjaan

: Wiraswasta

Kewarganegaraan

: WNI

Cara Pembiayaan

: Umum / Mandiri

Nama Penanggungjawab : Tn. Teguh Ambar

No. Telpon / HP

: 083842830643

Klinik yang Dituju

: Kesehatan Ibu dan Anak

Terakhir

: SMP

Anamnesis Holistika
ASPEK 1

Personal

Keluhan Utama

Pusing, pandangan berkunang-kunang, lemah dan


lesu.

Harapan

Keluhan menghilang, dapat beraktivitas seperti sedia


kala, janin yang dikandungnya sehat

Kekhawatiran

Terjadi

hal-hal

yang

tidak

diinginkan

kehamilannya
ASPEK 2

Anamnesis Medis Umum

Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang wanita hamil mengeluh pusing, lemah dan lesu Keluhan tersebut
dirasakan sudah sejak awal kehamilan. Keluhan tersebut semakin dirasa ketika

pada

melakukan aktivitas yang berat dan membaik bila tidur.

Riwayat Haid
Menarche

: 15 tahun

HPHT

: 25 September 2015

Siklus haid

: 28 Hari

HPL

: 3 Juli 2016

Lama haid

: 5-7 Hari

Hamil

: 18 Minggu , 5 hari

Riwayat Pernikahan
Menikah satu kali dengan pria perjaka, pada tangga 20 Juli 2007, dengan
lama pernikahan 8 tahun.
Riwayat Obstetri
G3P1A1
No

Keterangan

Keguguran pada tahun 2008, umur kehamilan 18 minggu, 3 hari, ditolong


oleh bidan

Lahir anak perempuan, pada tanggal 3/4/2009, usia kehamilan 9 bulan 2


hari, berat 3000 gram, kelahiran normal, spontan dan ditolong bidan

Hamil 18 minggu 5 hari

Riwayat ANC
Terkontrol puskesmas lebih dari 2 kali (bidan dan puskesmas)

Riwayat imunisasi
TT sebanyak 2 kali sebelum hamil pertama

Riwayat KB
Menggunakan KB suntik tiga bulanan, dari pertengahan tahun 2009 sampai
akhir 2014
Riwayat Operasi
Tidak pernah operasi
Riwayat pijat saat hamil
Tidak pernah pijet saat hamil
Riwayat komsumsi jamu-jamuan atau ramuan
Tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamuan atau ramuan
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah menderita sakit seperti ini. Pasien sebelumnya
tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien juga mengakui tidak memiliki alergi
terhadap suatu makanan ataupun obat tertentu.

Diabetes mellitus

: disangkal

Hipertensi

: disangkal

Penyakit jantung

: disangkal

Alergi

: disangkal

Asma

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Dari hasil anamnesis kepasien bahwa riwayat penyait keluarga seperti dibawah
ini :

Diabetes mellitus : disangkal

Hipertensi

: disangkal

Penyakit jantung

: disangkal

Alergi

: disangkal

Asma

: disangkal

TB Paru

: disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal di rumah orang tuanya bersama suami, anak, bapak, ibu dan
adiknya. Pasien beraktifitas membuka warung kelontong. Rumah pasien

10

berukuran panjang 12 meter, lebar 6 meter dan tinggi 3 meter. Rumah tersebut
terdiri atas ruang tamu, 2 kamar tidur, sebuah ruang keluarga dan dapur.
Dinding dari kayu, lantai semen atau tekhel, sekat kamar kayu atap genteng.
Ventilasi dan pencahayaan kurang.

Keadaan lingkungan: rumah saling berdampingan dan menempel dengan


rumah tetangga lainnya.

Saat ini pasien menggunakan biaya mandiri untuk pembiayaan ketika berobat.

ASPEK 3

Faktor Resiko Internal

A. Data Individu
Pasien berusia 28 tahun dan sedang hamil 18 minggu, 5 hari. Pendidikan
terakhir pasien adalah SMP. Berat badan sebelum hamil adalah 41 kg dan berat
badan pasien selama hamil adalah 41 kg. Ini adalah kehamilan ketiga pasien.
B. Data Perilaku Pasien
Data Perilaku Makan

Sebelum hamil pasein makan secara rutin 3 kali dalam sehari. Dengan
pembagian porsi makan jam 8 pagi biasanya dengan nasi, lauk ikan
dengan sayuran, kemudian jam 2 siang pasien makan dengan se paroh
centong nasi dengan telur dan tempe, dan malam tiba sekitar jam 7 mlm
pasien makan ngemil biscuit dan roti. Sedangkan saat hamil makan 2 kali
sehari pada pagi dan malam hari dengan nasi kurang lebih setengah

11

centong dan lauk seadanyas. Kesehariannya terkadang makan telur, tempe.


Ibu senang mengkonsumsi sayur-sayuran seperti pecel, sop, lodeh. Selama
hamil ini pasien pernah makan buah-buahan pisang, jeruk, pepaya. pasien
pernah mengemil makanan saat siang dan malam hari. Saat kami
melakukan pengamatan, didapatkan nasi di makanan roti. Pasien juga
meminum susu khusus ibu hamil sekali sehari saat sore hari. Susu
berukuran kardus kecil 200 gram habis dalam seminggu.
Perilaku ANC

Pasien memeriksakan kehamilannya 4 x selama 18 minggu 5 hari


umur kehamilannya. Pemeriksaan pertama adalah di puskesmas
Bangetayu saat umur kehamilannya adalah 4 minggu. Pasien periksa
pertma kali di rumah bidan lalu pemeriksaan ke 4 kalinya ke puskesmas
Bangetayu

diantar

oleh

suaminya

menggunakan

sepeda

motor.

Pemeriksaan itu diawali dengan keluhan terlambat haid, badan lemas,


mual dan pusing. Saat itu pasien periksa ke rumah bidan ingin
memeriksakan apakah ia hamil. Setelah dilakukan pemeriksaan urin
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa pasien sedang hamil
Pemeriksaan empat adalah pada akhir awal bulan Februari di
Puskesmas Bangetayu dengan diantar suaminya menggunakan sepeda
motor. Pada pemeriksaan keempat pasien dilakukan pemeriksaan kadar
hemoglobin 9,2 gr/dL, protein urin -, Reduksi urin -, HbsAg negative dan

12

HIV non reaktif. Lalu pasien diberikan imunisasi TT2 dan terapi Sulfas
Ferosus, asam folat, Vit B6 dan Tablet Fe sebanyak 30 tablet yang
diminum 1x sehari untuk tablet Fe biasa diminum saat malam. Saat ANC
terakhir, pasien diminta sebulan kemudian untuk kontrol. Sementara itu, di
lingkungan rumah pasien telah diadakan posyandu yang diadakan setiap
tanggal 18 untuk posyandu balita, namun pasien tidak pernah datang
karena jaraknya jauh dari rumah pasien sedangkan kader posyadunyapun
tidak melakukan pemberitahuan dan beranggapan bahwa posyandu hanya
untuk balita.
Perilaku minum suplemen Fe

Perilaku meminum tablet Fe awalnya kurang pasien baik, dikarenakan


pasien

kurang

mengerti

pentingnya

meminum

tablet

Fe

bagi

kehamilannya. Tetapi ketika pemeriksaan yang ke terakhir di awal bulan


Februari 2016 setelah pemeriksaan di puskesmas, pasien mendapat 30
tablet Fe dengan asam folat dan beberapa vitamin. Saat melakukan
kunjungan ke rumah pasien, tablet Fe masih tersisa 23 tablet. Pasien
meminumnya satu kali pada pagi hari setengah jam setelah sarapan
dengan air putih tetapi untuk tablet Fe di minum malam hari apabila
pasien tidak lupa. Pasien mengaku sering lupa untuk meminum obat
tersebut karena kerjaan membuka warung klontong yang padahal dari
suami dan orangtua pasien sudah sering sekali dalam mengingatkan pasien
untuk meminum obat dari puskesmas.

13

Jadwal kegiatan Pasien sehari-hari

Pasien bangun pada pukul 05.00 lalu sholat shubuh dan dilanjutkan
olahraga jalan kaki di sekitar rumah. Kemudian pada pukul 06.30 pasien
mandi, sarapan lalu mencuci dan menjemur pakaian, kemudian menunggu
warung kelontong. jam 12.00 Kemudian pasien beristirahat sejenak dan
sholat Dzuhur. Setelah sholat Dzuhur, pasien kembali tidur siang sampe
jam 13.30. Pada sore hari, pasien hanya bersitirahat sejenak untuk sholat
Ashar dan menutup jualanya jam 17.30. Selepas sholat Maghrib, pasien
makan malam dengan lauk yang biasanya ia beli di sekitar rumah. Setelah
sholat Isya Kira-kira jam 8 malam pasien mulai tidur.
Pasien makan dari hasil beli di warung, dan pedagang keliling di
sekitar rumah. Untuk konsumsi air minum pasien biasanya merebus air
Atetis untuk konsumsi sehari-hari
Perilaku Seks

Pasien diketahui saat sebelum hamil melakukan hubungan seksual


selama 3 kali dalam satu minggu, setelah hamil ini jarang melakukannya
karena takut keguguran.
Aspek 4

Faktor Resiko Eksternal

A. Data Lingkungan
1) Ekonomi

14

Pasien tinggal di rumah orang tuanya bersama suami, anak, bapak,


ibu dan adiknya. Pasien beraktifitas membuka warung kelontong.
Rumah tinggal pasien saat pagi luasnya 12 m x 6 m = 72 m2
yang dihuni oleh 5 orang sehingga didapatkan kepadatan rumah 14.4
m2/orang. Rumah tersebut terdiri atas ruang tamu, 2 kamar tidur,
sebuah ruang keluarga dan dapur. Dinding dari kayu, lantai semen
atau tekhel,sekat kamar kayu atap genteng. Ventilasi dan
pencahayaan kurang.

Pasien bekerja membuka warung kelontong. Penghasilan dari ratarata mencapai Rp 350.000,00 / bulan. Sedangkan suaminya bekerja
sebagai sopir di toko material bahan bangunan disekitar Tlogosari.
Penghasilan suami pasien sebesar Rp 8.00.000,00 / bulan. Keadaan
lingkungan: rumah saling berdampingan dan menempel dengan
rumah tetangga lainnya.

Pasien saat ini berobat menggunakan pembiayaan mandiri atau


sendiri. Pasien berkeinginan kedepannya ingin mendaftar BPJS.

2) Sosial masyarakat
Keluarga pasien berhubungan baik dengan tetangganya sekitar
rumah. Tetangga pasien tidak ada yang menderita anemia. Rata-rata
lingkungan masyarakat pasien adalah golongan menengah ke bawah,
sedikit yang merupakan orang berada. Tetangga rumah yang kanan dan

15

kiri merupaka asih keluarga pasien, depan rumah jalan dan pekarangan
kosong, belakang rumah pekarangan kosong.
3) Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah asuransi jampersal (jaminan persalinan)
atau berupa BPJS, yang memperingan pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, seperti mendapatkan pemeriksaan kehamilan
dan obat secara gratis.
Kebijakan yang lain adalah diadakannya berbagai upaya untuk
menurunkan angka kejadian anemia di Indonesia dengan
pemberian tablet Fe.
B. Data Fasilitas Pelayanan yang Terdekat
1) Sarana pelayanan kesehatan
Pasien memeriksakan kehamilanya di Puskesmas Bangetayu.
2) Akses Pelayanan Kesehatan
Pasien harus menaiki sepeda motor untuk mencapai ke puskesmas
Bangetayu karena tidak terdapat angkutan umum untuk mencapai
puskesmas Bangetayu. Jarak dari rumah hingga puskesmas Bangetayu
skitar 4 kilometer. Pasien senang memeriksakan kehamilannya di
puskesmas Bangetayu karena biayanya juga cukup terjangkau.

16

3) Program pada Pelayanan Kesehatan


Kegiatan posyandu diadakan setiap tanggal 18 untuk posyandu
posyandu balita di RT 05 RW IV. Namun pasien tidak pernah datang
karena jauh dari rumahnya dan karena mengira posyandu hanya untuk
lansia.
Penyuluhan.

Menurut

pasien,

ia

belum

pernah

mendapatkan

penyuluhan mengenai ibu hamil sebelumnya. Namun oleh petugas


posyandu, pasien mengaku pernah dijelaskan mengenai isi buku KIA
dan pasien tidak pernah membaca buku tersebut. Puskesmas telah
berupaya Pemberian tablet

Fe, upaya ini dengan baik, terutama

dengan adanya edukasi pada tiap ibu hamil yang datang beserta
penjelasan mengenai makanan yang dianjurkan dan pemberian asam
folat, tablet Fe, vitamin C, vitamin B complex.
K1, K4. Puskesmas telah melakukan upaya ini dengan baik, terutama
dengan adanya edukasi bagi ibu hamil untuk kembali lagi setiap
bulannya.
ASPEK 5

Derajat Fungsional
Gambar 3.1 Genogram

17

1) Bentuk dan Struktur Keluarga


Bentuk keluarga

: keluarga inti (nuclear family)

Struktur keluarga

struktur komunikasi : kadang terbuka. Jika ada masalah jarang

didiskusikan dan dicari penyelesaiannya


struktur peran
:
- pasien yang merupakan suami/kepala keluarga berperan sebagai
-

pencari nafkah
isteri pasien sebagai pencari nafkah
anak pasien pertama belum berperan dengan baik karena masih
jarang membantu pekerjaan sehari-hari. Karena masih sekolah

kelas 1 SD.
Orang tua pasien selalu member perhatian kepada pasien dan
suami dan anak pasien
Struktur kekuatan

: expert power (pendapat ahli) dan

informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)


Nilai/norma/budaya keluarga :
- Menurut pasien kontrol ke pelayanan kesehatan hanya jika ada
-

keluhan ringan dan hamil.


Menurut ibu pasien pemeriksaan dan pengobtan sebaiknya

dipeayanan kesehtan terdekat.


Suami pasien selalu siaga

2) Fase Kehidupan Keluarga

18

Keluarga pasien berada di fase kehidupan


3) Identifikasi Fungsi Keluarga

Ayah

Nama

: Tn. Fakruroyi

Usia

: 50 tahun

Pekerjaan

: Karyawan Swasta

Ibu

Nama

: Ny. Juariyah

Usia

: 48 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Suami

Nama

: Tn. Teguh Ambar

Usia

: 32 tahun

Pekerjaan

: sopir

19

Anak

Nama

: Viona Aprilia

Usia

: 6 tahun

Adik

Nama

: Tn. Nurkholil

Usia

: 22 tahun

Pekerjaan

: karyawan swasta

Fungsi biologis
- Meneruskan keturunan ()
- Memelihara dan membesarkan anak ()
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga ()
Fungsi psikologis
- Memberi perhatian diantara anggota keluarga (kurang)
Fungsi sosial
- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak (kurang)
Fungsi ekonomi
- Suami mencari nafkah
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa depan
-

(+)
Adik pasien sering member perhatian kepada orang tua pasien

dan pasien
Kakak pasien jauh dari rumah tinggal pasien

4) Risiko-Risiko Internal Keluarga

20

Sikap keluarga yang cenderung perhatian dengan perhatian pasien

(dukungan keluarga kurang)


Stress (beban ekonomi bisa di kontrol)
Status ekonomi rendah karena penghasilan rendah
Ventilasi, higiene sanitasi kurang

5) Risiko-Risiko Eksternal Keluarga

Kurangnya kedokteran Gynecologi di wilayah kerja pasien.

Tidak berjalan efektifnya peraturan kesehatan kerja di wilayah pasien

PEMERIKSAAN FISIK PASIEN


Tanda Vital

Kesan umum : Lemah

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 86 x/ menit

Laju nafas

: 20 x/ menit

Suhu

: 36,8 C (axilla)

Data Antropometri
a

Berat Badan

: 41 kg

Tinggi Badan

: 150 cm

Lingkar Lengan Atas : 22,5 cm

21

Indeks Massa Tubuh : 23,4 kg/m2

Status Internus

Kepala

: Mesocephale

Mata

: Konjungtiva anemis(+/+), sklera ikterik(-/-)

Hidung

: Bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

Telinga

: Bentuk normal, discharge (-/-)

Mulut

: Bentuk normal, bibir kering (-), bibir sianosis (-),

Mucosa buccal pucat (+), lidah kotor (-)

Tenggorok : Tonsil T1/T1, detritus (-), hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Leher

Dinding thorax

: Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)


:

Paru
Inspeksi

: Tidak ada retraksi

Palpasi

: Pergerakan hemithorak yang tertinggal (-),


stem fremitus: tidak dinilai

Perkusi

: Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi

: Suara dasar : Vesikuler, suara tambahan : (-)

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Normal

Auskultasi

: BJ I-II regular, bising (-)

22

Abdomen

Inspeksi

: Cembung

Auskultasi

: Bising usus 13 x / menit

Perkusi

: Timpani

Palpasi

: Supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor <2detik

Ekstremitas :

Superior

Akral dingin

-/-

Akral sianosis

-/-

-/-

Oedem

-/-

-/-

Capillary refill

< 2

< 2

Kulit

Status Obstreticus

Wanita G3P1A1

Riwayat haid

: Teratur setiap bulan, siklus haid 28 hari, durasi haid 7 hari,

dihari pertama ngopyok.


c

HPHT

Taksiran Persalinan : 3 Juli 2016

Status Imunisasi

: 25 Septermber 2015

TT lalu

TT saat ini

: TT1
: TT2

Pemeriksaan
1

Inspeksi
a

-/-

: Turgor kembali < 2 detik

Inferior

Perut terlihat membesar

23

TFU = 13 cm, setinggi 2 cm di bawah umbilicus

Strie gravidum (+)

Palpasi

Ballotment (+)

Leopold I

: Tidak dapat dinilai

Leopold II

: Tidak dapat dinilai

Leopold III : Tidak dapat dinilai

Leopold IV : Tidak dapat dinilai

Auscultasi

DJJ

: (+)

Pemeriksaan Penunjang
Tabel Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
(Di Puskesmas Bangetayu umur kehamilan 18 minggu, 5 hari)
Golongan darah
Hb
Urin Reduksi
Protein urin
VDRL
HbsAg
HIV
Diagnosis Holistik

B
9,2 gr/dL
(-)
(-)
Negative
Negative
Non Reaktif

ASPEK 1 :
Keluhan Utama : Pusing, pandangan berkunang-kunang, lemah dan lesu.

Harapan : Keluhan menghilang, dapat beraktivitas seperti sedia kala, janin yang

24

dikandungnya sehat
Kekhawatiran : Terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada kehamilannya

ASPEK 2
Diagnosa Klinis : Wanita 28 tahun G3P1A1 usia kehamilan 18 minggu, 5 hari janin
tunggal hidup intrauterine dengan anemia, multipara
Diagnosis Banding : ASPEK 3 :
Faktor Resiko Internal

Pola makan

Pendidikan rendah

Kurangnya pengetahuan akan konsumsi makanan gizi seimbang

Kurangnya pengetahuan tentang ibu hamil resiko tinggi

Kurangnya pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil

Ketaatan minum tablet Fe kurang

Kenaikan berat badan (BB) selama kehamilan kurang

25

ASPEK 4 :
Faktor Resiko Eksternal

Kurangnya sosialisasi fungsi posyandu untuk ibu hamil

Kurangnya penyuluhan mengenai gizi dan kesehatan ibu hamil

Pasien belum memiliki jaminan kesehatan

Lingkungan rumah kurang sehat


ASPEK 5 :
Derajat Fungsional

Skala 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan


Diagnosis Keluarga
ASPEK 1 :
Keluhan Utama : Pusing, pandangan berkunang-kunang, lemah dan lesu.

Harapan : Keluhan menghilang, dapat beraktivitas seperti sedia kala, janin yang
dikandungnya sehat
Kekhawatiran : Terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada kehamilannya
ASPEK 2

26

Diagnosa Klinis : Wanita tahun G3P1A1 usia kehamilan 18 minggu, 5 hari, janin tunggal
hidup intrauterine dengan anemia, mutipara
Diagnosis Banding :
ASPEK 3 :
Faktor Resiko Internal

ASPEK 4 :
Faktor Resiko Eksternal

Pasien harus bekerja untuk mendapatkan tambahan tambahan pendapatan untuk keluarga

Sosioekonomi kurang

ASPEK 5 :
Derajat Fungsional : Skala 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan
2.4 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif
2.4.1

Identifikasi Masalah
Berdasarkan kasus tersebut, seorang wanita memeriksakan
kehamilannya ke poliklinik KIA Puskesmas Bangetayu dengan
keluhan sering pusing, badan lemas, lesu dan berkunang-kunang.

27

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pucat pada konjungtiva


palpebra kedua mata, mucosa buccal pucat dan wajah pucat.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan kadar Hb 9,2 gr/dL.
Berdasarkan

identifikasi

dari

faktor

resiko

internal

ditemukan bahwa usia pasien terlalu untuk hamil (28 tahun), pola
makan tidak teratur, pendidikan pasien SMP, pasien

kurangnya

pengetahuan pasien tentang ibu hamil resiko tinggi, anemia pada ibu
hamil dan konsumsi makanan gizi seimbang. Selain itu kenaikan BB
selama kehamilan yang kurang juga menjadi masalah pada pasien
ini.
Berdasarkan identifikasi dari faktor resiko eksternal
ditemukan bahwa lingkungan rumah yang kurang sehat menjadi
masalah. Selain itu, pasien juga merasa kurang mendapat sosialisasi
mengenai fungsi posyandu untuk menunjang kesehatan ibu hamil
dan penyuluhan mengenai gizi seimbang untuk ibu hamil serta status
pasien yang belum memiliki jaminan kesehatan sendiri
Pada kondisi saat ini, pasien mengalami sedikit kesulitan
dalam menjalankan aktifitas sehari-hari sehingga derajat fungsional
pasien 2
2.5

Pemantauan / Follow Up

Tanggal 4 Februari 2016


Pada pemeriksaan didapatkan Tekanan Darah 110/70 mmHg,
BB 45 kg, Suhu 36.9 C (axilla), laju nafas 20x/menit

28

membeikan penyuluhan dan inervensi

Tanggal 6 Februari 2016


Pada pemeriksaan didapatkan Tekanan Darah 120/80
mmHg, BB 45 kg, suhu 36,7 C (axilla), laju nafas

24x/menit.
membeikan penyuluhan dan intervensi
Tanggal 10 Februari 2016
Melakukan Follow up secara mendadat dengan melihat
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi Tablet Fe.
membeikan penyuluhan dan intervensi

29

BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Kehamilan pada pasien ini di kategorikan kehamilan resiko tinggi dimana


pada ibu hamil ini terdapat faktor resiko seperti riwaya obstetric yang jelek,
anemia, perdarahan. Dari masing masing penjelasan tersebut dapat diberi skor 4
riwayat obstetric yang jelek, 4 riwayat aemia dan 8 prdarahan saat hamil, skor ini
di dapatkan 16. Menurut pudji rochyati, apabila skor diatas 12 maka di
kategorikan kehamilan resiko tinggi.

28

3.1 Gambaran Proses dan Masalah


Enviroment
Penghasilan kurang
Lingkungan rumah

Host
Pola Makan tidak tertur
Anemia
Pendidikan renda
Pengetahuan tentang Gizi pada
Ibu Hamil
Kurangnya kenaikan Berat
Badan sebelum dan sesudah
kehamilan
Pengetahuan tentang Ibu Hamil
Resiko Tinggi
Perilaku Minum Susu Ibu Hamil
Perilaku Konsumsi Tablet Fe
Perilaku sexual

Agen

Gambar 2.2
Diagram Trias Epidemiologi

Sosialisasi kader tentang pelaynan posyandu kurang

29

3.2.

Uraian
Karakter Trias Epidemiologi

1) Host
a). Pola Makan
Kadarzi adalah keluarga yang mampu berperilaku gizi yang
benar, yaitu sikap dan perilaku dapat secara mandiri
mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin
pada pola pangan yang beraneka ragam dan bermutu gizi
seimbang. Dengan adanya indikator makan beraneka ragam
makanan dan suplementasi Tablet Tambah Darah bagi ibu hamil
diharapkan dapat menekan angka anemia yang secara tidak
langsung akan mengurangi angka kematian ibu (Depkes RI,
2007)
b). Anemia pada kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik
bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan
masa selanjutnya. Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat
anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs,
persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam
berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena
tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi
baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang
berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian
ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2007).

30

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar


hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar <
10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan
perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar <
10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan
perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena
hemodulasi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005).

31

Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu


hamil
1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil
yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu9hamil
yang berumur 20 35 tahun yaitu 50,5% menderita
anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun
atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi
untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan
dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu
mengalami anemia.
2. Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan
paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali lebih
besar untuk mengalami anemia di banding dengan
paritas

rendah.

Adanya

kecenderungan

bahwa

semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka


akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan
gizi. Timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti
kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial,
ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan
keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat

32

pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan


sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah
suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi
Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran
LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan

tatus

gizi

dalam

jangka

pendek.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat


digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang
Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu
hamil yang mempunyai ukuran LILA<23.5 cm.
Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah
mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam
intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi
juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya
besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang
menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia
(Darlina, 2003).
4. Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam
mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak mudah
terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan
kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih
(untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang
dapat

terkena

anemia

karena

meningkatnya

kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil,

33

kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau


menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi
(infeksi

cacing

tambang,

malaria,

TBC)

(Manuaba,2007). Ibu yang sedang hamil sangat peka


terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di
antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu,
tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi
janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus,
pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam
kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang
di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat
kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir
dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit,
ibu hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta
zat gizi lainnya (Bahar, 2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat
menentukan kualitas janin dan bayi yang akan
dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit
menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila
plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab
penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita
penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit
infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran.
Penyakit menular yang disebabkan virus dapat
menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit
tidak

menular

34

dapat

menimbulkan

komplikasi

kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30%


(Bahar, 2006).
5. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian
terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1 3 anak
dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata
jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi
kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan
yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai
waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya
agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu
hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi
anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi
ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan
janin yang dikandungnya.
6. Pendidikan
Pada beberapa

pengamatan

menunjukkan

bahwa kebanyakan anemia yang di derita masyarakat


adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di
daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan
gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan
tingkat social ekonomi rendah (Manuaba, 2010).
Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor
yang mempengaruhi status anemia adalah tingkat
pendidikan rendah.

35

c). Pengetahuan tentang Gizi pada Ibu Hamil


Adapun cara mencegah anemia defisiensi besi
antara lain dengan mengkonsumsi sayuran hijau, daging,
hati dan produk olahan susu, mengkonsumsi suplemen zat
besi, mengkonsumsi vitamin C untuk membantu proses
penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan, menghindari
kafein, misalnya kopi/teh dalam jumlah banyak karena
dapat menggangu penyerapan zat besi. Adapun upaya
penanggulangan anemia defisiensi besi yang mudah dan
murah adalah dengan pemberian tablet besi folat (Fe)
(Hidayah, 2012).
1. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi adalah keadaan tingkat kecukupan dan
penggunaansatu nutrien atau lebih yang mempengaruhi
kesehatan seseorang (Sediaoetama, 2000). Status gizi
seseorang

pada

hakekatnya

merupakan

hasil

keseimbangan antara konsumsi zat-zat makanan dengan


kebutuhan dari orang tersebut (Lubis, 2003).
Status

gizi

ibu

hamil

sangat

mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status


gizi

ibu

normal

pada

masa

kehamilan

maka

kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat,


cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata

36

lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada


keadaan gizi ibu selama hamil(Lubis, 2003).
2. Kebutuhan Gizi Selama Hamil
Kebutuhan zat gizi wanita hamil lebih besar bila
dibandingkan dengan wanita tidak hamil dan tidak
menyusui. Kebutuhan zat gizi tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Energi.
Kebutuhan tambahan energi yang dibutuhkan
selama kehamilan adalah sebesar 300 kkal per hari
menurut DEPKES RI (1996). Namun kebutuhan energi
ini tidak sama pada setiap periode kehamilan. Kebutuhan
energi pada triwulan pertama pertambahannya sedikit
sekali (minimal). Seiring dengan tumbuhnya janin,
kebutuhan energi meningkat secara signifikan, terutama
sepanjang triwulan dua dan tiga. Kebutuhan energi ini
berdasarkan pada penambahan berat badan yang
diharapkan yaitu 12,5 kg selama kehamilan (Prasetyono,
2009).
b) Protein.
Kebutuhan

tambahan

protein

tergantung

kecepatan pertumbuhan janinnya. Trimester pertama


kurang dari 6 gram tiap hari sampai trimester dua.

37

Trimester terakhir pada waktu pertumbuhan janin sangat


cepat sampai 10 gram/hari. Bila bayi sudah dilahirkan
protein dinaikkan menjadi 15 gram/hari (Paath, 2004).
Dalam loka karya Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi VI tahun 1998, beberapa pakar gizi menganjurkan
penambahan protein sebesar 12 gram per hari selama
kehamilan (Prasetyono, 2009).
c) Vitamin dan Mineral.
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan
berbagai vitamin dan mineral, diantaranya adalah :
1) Vitamin A.
Fungsi vitamin A adalah memberikan kontribusi
terhadap reaksi fotokimia dalam retina. Vitamin A juga
dibutuhkan dalam sintesis glikoprotein, yang mendorong
pertumbuhan dan diferensiasi sel, pembentukkan tunas
gigi dan pertumbuhan tulang. Sedangkan sumber
makanan untuk vitamin A meliputi sayuran berdaun
hijau, buah-buahan berwarna kuning pekat, hati sapi,
susu, margarin dan mentega (Walsh, 2007).
Kebutuhan normal ibu hamil pada vitamin A menurut
DEPKES RI (1996) adalah sebanyak 800 2.100 IU
(International Unit) per hari. (Prasetyono,2009).

38

2) Vitamin B.
Vitamin B6 (Piridoksin) adalah ko-enzim yang
dibutuhkan

untuk

metabolisme

asam

amino

dan

glikogen. Asupan janin yang cepat terhadap vitamin B6


dan meningkatnya asupan protein dalam kehamilan
mengharuskan peningkatan asupan vitamin B6 dalam
kehamilan. Sedangkan sumber
makanan yang banyak mengandung vitamin B6 adalah
daging sapi, daging unggas, telur, jeroan, tepung beras,
dan sereal (Walsh, 2007). Kebutuhan zat gizi akan
vitamin B6 menurut DEPKES RI (1996) adalah sebesar
2,5 mg per hari (Prasetyono, 2009).
Vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 (Riboflavin), dan
vitamin B3 (Niasin) diperlukan untuk metabolisme
energi.
Menurut DEPKES RI (1996) Angka Kecukupan Gizi
(AKG) untuk masing-masing vitamin tersebut adalah
sebesar 1,4 mg/hari, 1,4 mg/hari, dan 1,8 mg/hari.
Sumber-sumber makanan yang banyak mengandung
tiamin dan niasin adalah daging babi, daging sapi, dan
hati sedangkan riboflavin banyak ditemukan pada
gandum, sereal, susu, telur, dan keju (Prasetyono, 2009).

39

Vitamin

B12

(Kobalamin)

diperlukan

untuk

pembelahan sel, sintesis protein, pemeliharaan sel-sel


saraf serta produksi sel darah merah dan darah putih.
Vitamin B12 terutama ditemukan dalam protein hewani
(daging, ikan, susu) dan rumput laut. Menurut DEPKES
RI (1996) kebutuhan vitamin B12 pada masa kehamilan
adalah sebesar 2,6 g/hari (Prasetyono, 2009).
3) Vitamin C.
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan penting
dalam metabolisme tirosin, folat, histamin, dan beberapa
obatobatan. Selain itu, vitamin C dibutuhkan untuk
fungsi leukosit,
respon imun, penyembuhan luka, dan reaksi alergi
(Flood and Nutrition Board, 1990). Jumlah vitamin C
menurun dalam kehamilan, kemungkinan hal tersebut
disebabkan oleh peningkatan volume darah dan aktivitas
hormon. The National Research Council memperkirakan
bahwa penambahan 10 mg/hari vitamin C diperlukan
dalam kehamilan untuk memenuhi kebutuhan sistem
janin dan ibu. Sedangkan menurut DEPKES RI (1996)
menganjurkan kebutuhan gizi ibu hamil pada vitamin C
adalah sebesar 70 mg per hari. Sumber-sumber makanan
yang banyak mengandung vitamin C adalah jeruk,

40

strawberi, melon, brokoli, tomat, kentang, dan sayuran


hijau mentah (Walsh, 2007).
4) Vitamin D.
Vitamin D diperlukan untuk absorbsi kalsium dan
fosfor dari saluran pencernaan dan mineralisasi pada
tulang serta gigi ibu dan janinnya. Hampir semua
vitamin D disintesis dalam kulit seiring terpaparnya kulit
dengan sinar ultraviolet dari matahari. Kekurangan
vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan
metabolisme kalsium pada ibu dan janin, yaitu berupa
hipokalsemia bayi baru lahir, hipoplasia enamel gigi
bayi, dan osteomalasia pada ibu. Untuk menghindari halhal tersebut pada wanita hamil diberikan 10 g (400 iu)
per hari selama kehamilan serta mengkonsumsi susu
yang diperkaya dengan vitamin D (Arisman, 2004).
5) Vitamin E.
Vitamin E merupakan antioksidan yang penting bagi
manusia. Vitamin E dibutuhkan untuk memelihara
integritas dinding sel dan memelihara sel darah merah.
Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin E
adalah margarin, biji gandum, tepung beras, dan kacangkacangan (Walsh, 2007).
6) Vitamin K.
Vitamin

dibutuhkan

dalam

faktor-faktor

pembekuan dan sintesis protein di dalam tulang dan

41

ginjal.

Sumber-sumber

makanan

yang

banyak

mengandung vitamin K adalah sayuran berdaun hijau,


susu, daging, dan kuning telur. Tidak ada rekomendasi
spesifik untuk kehamilan akan kebutuhan vitamn K,
namun dari AKG dapat diketahui kebutuhan vitamin K
pada

wanita

dewasa

(Prasetyono, 2009).
7) Zat Besi.
Kekurangan
zat

yaitu

sebesar

besi

dalam

65

g/hari

kehamilan

dapatmengakibatkan anemia, karena kebutuhan wanita


hamil akan zat besi meningkat (untuk pembentukkan
plasenta dan sel darah merah) sebesar 200 % 300 %.
Rekomendasi Institute Of Medicine (IOM) terbaru untuk
ibu hamil yang tidak anemic adalah 30 mg zat besi fero
yang dimulai pada kehamilan minggu ke 12.
Sedangkan ibu hamil dengan anemia defisiensi zat besi
harus menambah asupan zat besi sebesar 60 120
mg/hari zat besi elemental. Anjuran tersebut sama
dengan AKG pada ibu hamil akan kebutuhan zat besi
selama kehamilan. Sumber makanan yang mengandung
zat besi diantaranya roti, sereal, kacang polong, sayuran,
dan buah-buahan (Walsh, 2007).
8) Kalsium.
Kalsium penting untuk kebutuhan kalsium ibu
yang meningkat dan pembentukkan tulang rangka janin

42

dan gigi. Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg/hari


bagi wanita hamil yang berusia 25 tahun dan cukup 800
mg untuk mereka yang berusia lebih muda. Sumber
utama kalsium adalah skimmed milk, yoghurt, keju,
udang, sarden, dan sayuran warna hijau tua
(Arisman, 2004).
9) Asam Folat.
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang
kebutuhannya

berlipat

dua

selama

kehamilan.

Kekurangan asam folat bisa berdampak pada lahirnya


bayi bayi cacat yang sudah terbentuk sejak 2 sampai 4
minggu kehamilan. Asam folat yang tidak cukup dapat
menyebabkan masalah pada tabung saraf bayi yang
sedang berkembang. Kekurangan asam folat juga
berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta,
dan neural tube defect. Jenis makanan yang banyak
mengandung asam folat antara lain ragi, hati, brokoli,
bayam, asparagus, kacangkacangan,
ikan, daging, jeruk, dan telur. Sedangkan kebutuhan gizi
ibu hamil akan asam folat adalah sebesar 400 mcg per
hari (Prasetyono, 2009).
10) Yodium.

43

Kekurangan yodium selama hamil mengakibatkan


janin

menderita

hipotiroidisme

yang

selanjutnya

berkembang menjadi kretinisme. Anjuran dari DEPKES


RI (1996) untuk asupan yodium per hari pada wanita
hamil dan menyusui adalah sebesar 175 g dalam bentuk
garam beryodium dan minyak beryodium (Prasetyono,
2009).
3. Penilaian Status Gizi
a) Penilaian Status Gizi Secara Langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi
menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik.
b) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat
dibagi menjadi tiga penilaian yaitu survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. (Supariasa,
2002).

d). Pengetahuan tentang Ibu Hamil Resiko Tinggi


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah
merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

44

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar


pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Semakin baik pengetahuan Ibu Hamil tentang kehamilan
resiko maka seorang ibu akan sering memeriksakan
kehamilannya. Begitu pula sebaliknya (Basit, 2013).
e). Perilaku Konsumsi Tablet Fe
Kebutuhan zat besi pada saat kehamilan meningkat.
Beberapa

literatur

meningkat

dua

mengatakan

kali

lipat

dari

kebutuhan
kebutuhan

zat

besi

sebelum

hamil.Suplementasi tablet besi merupakan salah satu cara


yang bermanfaat dalam mengatasi anemia (Prawirohardjo,
2009).

Berdasarkan

penelitian

Hidayah

(2012)

menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan ibu


hamil mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di
Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas
dengan nilai p = 0,005. Artinya semakin baik kepatuhan ibu
dalam mengkonsumsi tablet Fe maka semakin rendah
resiko ibu mengalami anemia
f). Perilaku Minum Susu Ibu Hamil
Pada saat hamil dibutuhkan tambahan kalori untuk
pertumbuhan serta perkembangan janin serta untuk
mempertahankan

kesehatan

si

ibu.

Oleh

karena

pertumbuhan janin yang pesat di mana jaringan otak


menjadi perhatian utama maka ibu hamil memerlukan
protein dan zat gizi lain seperti galaktosa yang ada pada

45

susu sehingga dianjurkan untuk minum susu 400 cc


(Simanjuntak, 2010).
2) Agen
Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya
yaitu:
a). Sosialisasi kader tentang pelaynan posyandu kurang
Kader tentang pelaynan posyandu menurut Direktorat
Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan
kader: Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih
dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara
sukarela. (Zulkifli, 2003). Sedangkan menurut Syafrudin, dan
Hamidah, (2006) Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki
atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk
menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan
pemberian pelayanan kesehatan.
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu ,
hal

ini

bertujuan

untuk

memberikan

kemudahan

dan

keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut


masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu
dan tempat yang sama (Azwar, 2001).
Tujuan Pelayanan Posyandu, (Notoatmodjo, 2001).
1) Kesehatan ibu dan anak :1. Pemberian pil tambah darah
(ibu hamil), 2. Pemberian vitamin a dosis tinggi ( bulan

46

vitamin a pada bulan februarii dan agustus), 3. PMT, 4.


Imunisasi.,5. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai
pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat
badan setiap bulan. keberhasilan program terlihat melalui
grafik pada kartu kms setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian pil KB dan kondom.
3) Pemberian oralit dan pengobatan.
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi
sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui
meja 4 dengan materi dasar dari kms baita dan ibu hamil.
keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN

S : semua balita diwilayah kerja posyandu.

K : semua balita yang memiliki KMS.

D : balita yang ditimbang.

N : balita yang naik berat badannya.

3) Emviroment
a). Penghasilan
Faktor

ekonomi

menjadi

penentu

dalam

pelaksanaan perawatan kehamilan dan persalinan. Keluarga


dan ekonomi yang cukup dapat melaksanakan perawatan
kehamilannya dengan rutin, merencanakan perawatan

47

kehamilan kepada tenaga kesehatan dan melakukan


persiapan lainnya dengan baik (Windyastuti, 2015).
Responden dengan penghasilan < Rp 1.200.000,00
cenderung tidak memiliki pendapatan keluarga yang cukup
memadai untuk memenuhi biaya pelayanan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Hal ini terjadi karena biaya persalinan di dukun
lebih murah dibandingkan di fasilitas pelayanan kesehatan
oleh tenaga kesehatan (Windyastuti, 2015).
b). Rumah tidak memenuhi syarat kesehatan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan.
Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi
penghuninya untuk berkarya. Sehingga dapat meningkatkan
produktivitasnya. Bahan bangunan dan kondisi rumah serta
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan,
merupakan faktor resiko dan sumber penularan berbagai
penyakit. Selain itu, penyediaan air bersih dan sanitasi
lingkungan yang tidak memenuhi syarat juga dapat menjadi
3.3
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

faktor resiko terhadap penyakit (Evierni, 2012).


Daftar Penyebab masalah dari Trias Epidemiologi
Pola Makan tidak tertur
Anemia pada ibu hamil
Pengetahuan tentang Gizi pada Ibu Hamil
Pengetahuan tentang Ibu Hamil Resiko Tinggi
Perilaku Minum Susu Ibu Hamil
Perilaku Konsumsi Tablet Fe
Pengasilan kurang
Rumah tidak memenuhi syarat sehat
Sosialisasi kader tentang pelaynan posyandu kurang

48

3.4 Prioritas Penyebab Masalah


Penyebab masalah yang teridentifikasi selanjutnya dilakukan prioritas
penyebab masalahnya dengan menggunakan Kualitatif / Non Scoring dengan 3
kelompok kriteria: Brainstroming, Delbeg, dan Delphi.

Berdasarkan urain diatas dalam penyelesaian prioritas penyebab masalah


yang teridentifikasi selanjutnya dilakukan prioritas penyebab masalahnya dengan
menggunakan Kualitatif / Non Scoring dengan 3 kelompok kriteria: Brainstrom.

3.5. Plan of Action (POA)


Tabel Plan of Action

Masal

o.

ah

Tujuan

Sasa

Met

ran

ode

Waktu Interve

Rp

nsi

Indikato
r
Keberha
silan

Pola

Penyul

pasie

Eduk Siang

Pemberi

Pasien

Makan

uhan

n itu asi

hari

an

dan

mengen

sendi

dan

atau

edukasi

anggo

ai pola ri dan disk

Sore

mengen

ta

makan

hari,

ai pola

keluar

Selur

usi

49

dan

uh

sepula

Gizi

angg

ng dari dan

menge

seimba

ota

pelaya

Gizi

tahui

ng pada kelua

nan

seimban

denga

Ibu

rga

keseha

n jelas

hamil

pasie

tan di Ibu

menge

puskes

nai

mas

makan

pada

hamil

ga

pola
makan
dan
Gizi
seimb
ang
pada
Ibu
hamil

52

Kurang Penyul

pasie

Eduk Siang

Pemberi

Rp.

nya

uhan

n itu asi

inform

mengen

sendi

asi

ai

menge

kehamil Selur

hari

an

75.000

dan

atau

edukasi

anggo

ri dan disk

Sore

mengen

ta

hari,

ai

keluar

nai

an

uh

sepula

kehamil

ga

kehami

resiko

angg

ng dari an

menge

lan

tinggi

ota

pelaya

resiko

tahui

resiko

kelua

nan

tinggi

denga

tinggi

rga

keseha

dan

n jelas

pasie

tan di pemberi

menge

puskes

an

nai

mas

makana

keham

ilan

pendam

resiko

ping

tinggi

usi

untuk

Pasien
dan

Pasien

ibu

rutin

hamil

ANC
setiap
bulan
nya

53

Kurang Penyul

pasie

Eduk Siang

Penyulu

Rp.

nya

uhan

n itu asi

inform

mengen

sendi

asi

hari

han

90.000

dan

atau

mengen

anggo

ai

ri dan disk

Sore

ai

ta

menge

anemia

Selur

hari,

Anemia

keluar

nai

pada

uh

sepula

pada

ga

anemia

ibu

angg

ng dari Ibu

meng

pada

hamil

ota

pelaya

Hamil

etahui

ibu

kelua

nan

terutam

denga

hamil

rga

keseha

n jelas

pasie

tan di pencega

meng

puskes

han dan

enai

mas

penanga

penye

nan

bab,

serta

dan

pemberi

pence

an

gahan

makana

anemi

pendam

a pada

ping

ibu

usi

Pasien
dan

hamil
Pasien

54

rutin
memi
num
tablet
Fe
Kadar
Hb
pasien
saat
pemer
iksaan
Hb
selanj
utnya
>

11

gr/Dl
4

Keadaa Penyul

pasie

Eduk Siang

Penyulu

Pasien

uhan

n itu asi

hari

han

dan

rumah

mengen

sendi

dan

atau

mengen

anggo

tidak

ai

ri dan disk

Sore

ai

ta

memen

penting

Selur

hari,

petingn

keluar

uhi

nya

uh

sepula

ya

ga

syarat

petingn

angg

ng dari perilaku

usi

55

meng

kesehat ya

ota

pelaya

hidup

etahui

an.

kelua

nan

bersih

denga

u hidup rga

keseha

dan

n jelas

bersih

pasie

tan di sehat

meng

dan

puskes

pada

enai

mas

keluarg

peting

pada

nya

keluarg

lingkun

perila

gan

ku

rumah

hidup

perilak

sehat

dan

lingkun

dan

gan

bersih

rumah

dan
sehat
pada
keluar
ga
dan
lingku
ngan
rumah

Intervensi
Promotif
Patient Centered

56

Memberikan edukasi kepada pasien mengenai makanan


yang dapat dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi

seimbang untuk ibu hamil


Memberikan edukasi kepada pasien tentang fungsi posyandu

untuk menunjang kesehatan kehamilannya


Family Oriented
Diharapkan keluarga dapat menyediakan makanan gizi

seimbang untuk menunjang gizi pasien


Diharapkan keluarga dapat mendorong pasien untuk dapat

mengunjungi posyandu
Community Oriented
Puskesmas atau pihak terkait dapat memberikan makanan
tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
Preventive
Patient Centered
Rutin periksa ANC ke puskesmas setiap bulannya
Rutin mengkonsumsi tablet Fe setiap harinya
Family Oriented
Keluarga pasien harus mendukung, jika perlu mengantarkan
pasien

untuk

rutin

memeriksakan

kehamilannya

ke

puskesmas setiap bulan


Keluarga pasien harus mendukung, mengingatkan dan
mengawasi pasien untuk mengonsumsi tablet Fe setiap

harinya

Community Oriented
Kuratif

Patient Centered
Sulfas Ferosus
XXX 1x1
Vitamin C
XXX 1x1
Vitamin B Complex
XXX 1x1

Family Oriented
Keluarga diharapkan dapat mengingatkan dan mengawasi
pasien untuk meminum obat tersebut

57

Keluarga diharapkan dapat memberikan asupan makanan gizi

seimbang kepada pasien.


Community Oriented
Kader diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai

pilihan makanan yang dapat dikonsumsi untuk mewujudkan


gizi seimbang
Posyandu diharapkan dapat memberikan makanan tambahan

kepada pasien.
Rehabilitatif

Patient Centered
Setiap pagi berolahraga rutin ringan (jalan-jalan) 30 menit
Family Oriented
Anggota keluarga dapat mengajak pasien untuk berolahraga
bersama
Community Oriented
Puskesmas atau pihak terkait diharapkan dapat mengadakan
kelas ibu hamil untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu
hamil di wilayahnya.

3.3.1
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.3.5

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

3.3.6

58

4.1.

Kesimpulan
3.3.7

Angka Kematian Ibu yang tinggi merupakan salah satu masalah

kesehatan utama di Indonesia. Jumlah kematian ibu maternal di Kota


Semarang pada tahun 2014 sebanyak 33 kasus dari 26.992 jumlah kelahiran
hidup atau sekitar 122,25 per 100.000 Kelahiran Hidup. Hal ini masih lebih
tinggi dari target MDGs 2015 yaitu 102 per 100 ribu penduduk.Salah satu
yang mempengaruhi AKI adalah masih banyaknya jumlah ibu hamil dengan
resiko tinggi. Kehamilan dengan resiko tinggi memiliki komplikasi yang
berbahaya baik bagi ibu maupun janin yang dikandungnya. Komplikasi yang
dapat terjadi antara lain keguguran, infeksi, resiko perdarahan, persalinan lama
dan sulit, persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, dan cacat bawaan.
Kondisi ini dapat menyebabkan angka kematian perinatal tinggi, demikian
pula dengan angka mortalitas dan morbiditas ibu pasca persalinan.
3.3.8

Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kejadian ibu hamil resiko


tinggi pada kasus ini berdasarkan pendekatan Trias Epidemiologi adalah :
a) Host
1) Pola Makan tidak tertur
2) Anemia pada kehamilan
3) Pendidikan renda
4) Pengetahuan tentang Gizi pada Ibu Hamil
5) Pengetahuan tentang Ibu Hamil Resiko Tinggi
6) Perilaku Minum Susu Ibu Hamil
7) Perilaku Konsumsi Tablet Fe
8) Perilaku sexual
b) Agent
Sosialisasi kader tentang pelaynan posyandu kurang
c) Lingkungan
1) Penghasilan kurang
2) Lingkungan rumah

59

3.3.9

Pasien sangat memiliki faktor resiko yang mendukung

terjadinya kehamilan resiko tinggi baik dari aspek perilaku maupun


lingkungan berdasarkan Teori Trias Epidemiologi.
3.3.10
Penyuluhan tentang kehamilan yang beresiko dan
edukasi untuk dapat meyadarkan bahaya kehamilan resiko tinggi pada pasien
3.3.11
Dengan meningkatkan kebersihan lingkungan rumah,
dan perilaku hidup bersih dan sehat pada seseorang yang sedang hamil dapat
mencegah timbulnya penyakit-penyakit tertentu berkaian kesehatan ibu amil.
3.3.12
4.2.

Saran
a

Untuk Pasien
- Menjaga pola makan dan asupan gizi ibu selama masa nifas agar
-

terhindar terjadinya eklamsi pada masa nifas


Meminum tablet Fe dengan teratur dan sesuai anjuran
Datang memeriksakan kehamilan ke posyandu dan bidan/

puskesmas
Menganjurkan

kehamilannya pada bidan, posyandu, atau puskesmas


Makan teratur dan gizi seimbang
Istirahat yang cukup
Suami , ayah dan ibu selalu mengingatkan untuk selalu meminum

tablet Fe bila waktunya


Suami, ayah dan ibu selalu mengingatkannya untuk makan setiap

hari
Suami, ayah dan ibu menyediakan waktu untuk mengantarkan

untuk

selalu

mencari

informasi

mengenai

pasien ke sarana pelayanan kesehatan terdekat


- Buka pintu rumah setiap pagi
b Untuk Puskesmas
- Meningkatkan kegiatan kunjungan rumah yang dirasa efektif untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai

60

penyebab, akibat dan cara penanganan kehamilan resiko tinggi dan

anemia pada ibu hamil dan dampaknya bagi janin dan ibu hamil.
Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang resiko dan

bahaya kehamilan resiko tinggi dan anemia pada ibu hamil


Mengadakan konsul gizi bagi setiap ibu hamil yang memeriksakan

diri di puskesmas dan dirasa beresiko terkena anemia


Memberikan makanan sebagai contoh makanan yang seimbang dan

penting dikonsumsi saat kehamilan.


Untuk FK Unissula
- Bekerjasama dengan pihak terkait untuk melakukan penyuluhan
-

mengenai ibu hamil resiko tinggi kepada masyarakat


Membimbing dokter muda di jejaring dengan lebih baik sehingga
data yang diambil oleh dokter muda dapat lebih tepat
3.3.13
3.3.14
3.3.15
3.3.16
3.3.17
3.3.18

3.3.19
3.3.20 DAFTAR PUSTAKA
3.3.21
3.3.22 Agustini, N.N.M., Ni, L.K.A.A., 2013, Infeksi Menular Seksual dan
Kehamilan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
3.3.23 Amin, Z., Bahar, A., 2006. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M.S., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Internal Publishing, 988-994

61

3.3.24 Amiruddin, R dan Wahyudin., 2004. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis
Terhadap

Kejadian

Anemia

di

Puskesmas

Batimurung.

http://ridwanamiruddin./2007/05/24/studi-kasus-kontrol-anemia-ibuhamil-jurnal-medika-unhas/
3.3.25 Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta.
3.3.26 Ayuningsih, N., Rolly, R., Mulyadi, 2014, Pengaruh Penyuluhan tentang
HIV-AIDS terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa di SMA Negeri I
Manado, Universitas Sam Ratulangi, Manado
3.3.27 Azwar, A., 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta
3.3.28 Basit, M., Syamsul A., 2013, Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Kehamilan Resiko Tinggi di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA)
Belitung, Dinamika Kesehatan Vol. 12, No. 12
3.3.29 Cunningham, F G,dkk., 2005. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC
3.3.30 Darlina. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia
Gizi pada Ibu Hamil di Kota Bogor Jawa Barat. Bogor : Departemen Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Skripsi FP IPB
3.3.31 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pedoman Strategi KIE
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.

62

3.3.32 Depkes RI. 1996. Makanan Ibu Hamil. Direktorat Bina Gizi
Masyarakat. Jakarta.
3.3.33 Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015, Profil Kesehatan Kota Semarang
2014, Dinas Kesehatan kota Semarang, Semarang
3.3.34 Evierni, Y., Zaidan, Tan M., 2012, Perumahan dan Kesehatan, Program
Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada, Palembang
3.3.35 Hidayah, W. dan Tri A. 2012. Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet Fe dengan Angka Kejadian Anemia di Desa
Pageraji Kec. Cilongok, Kab. Banyumas. Jurnal ilmiah Kebidanan Vol 3
(2)
3.3.36 Hidayah, W., Tri, A., 2012, Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi
Tablet Fe dengan Kejadian Anemia di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas, Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3, No.
2. Jakarta.
3.3.37 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Ayo ke Posyandu
Setiap Bulan, Posyandu Menjaga Anak dan Ibu Tetap Sehat, Pusat
Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
3.3.38 Lubis, Zulhaida. 2003. Jurnal Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya
Terhadap Bayi Yang Dilahirka.

63

3.3.39 Maidelwita Y., 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kehamilan


Resiko Tinggi di Puskesmas Nanggalo, Padang. Stikes Mercubaktijaya,
Padang.
3.3.40 Manuaba, 2012, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
3.3.41 Manuaba, IBG., 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
3.3.42 Monaldi, S.L.S.W., 2015, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ketujuh,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
3.3.43 Notoatmodjo, S., 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
3.3.44 Notoatmodjo, S., 2007.Metodologi Penelitian kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta.
3.3.45 Paath, E. F. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta.
3.3.46 Prasetyono. 2009. Mengenal Menu Sehat Ibu Hamil. DIVA Press.
Jogjakarta.
3.3.47 Prawirohardjo, S., 2009, Ilmu Kebidanan edisi keempat, Bina Pustaka,
Jakarta.
3.3.48 Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil, Airlangga
University Press, Surabaya.
3.3.49 Sediaoetama, A. D. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Dian
Rakyat.

64

3.3.50 Simanjuntak, D.H., Etti, S., 2010, Gizi pada Ibu Hamil dan Menyusui,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.3.51 Supariasa, I. D. N. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
3.3.52 Walsh, L. V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. EGC. Jakarta.
3.3.53 Windyastuti, E., Sheizi, P.S., Mamat, L., Ahmad, Y., 2015, Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Rencana Pertolongan Persalinan pada Ibu
Hamil di Kelurahan Margawati Wilayah Kerja Puskesmas Pasundan
Kabupaten Garut, Jurnal KesMaDasKa
3.3.54 Zulkifli, 2003, Posyandu dan Kader Kesehatan, Pelaksanaan Program
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu.

65

3.3.55 LAMPIRAN
3.3.56
-

Surat Persetujuan Responden

3.3.57
Pemeriksaan di rumah pasien

3.3.58
Penyuluhan ke pasien

3.3.59
Intervensi ke pasien hari ke I

66

3.3.60

3.3.61
3.3.62
-

Intervensi ke pasien hari ke II

3.3.63

3.3.64
3.3.65

67

3.3.66
3.3.67
3.3.68
3.3.69
3.3.70
-

Kondisi Rumah Pasien

3.3.71

3.3.72

68

3.3.73

3.3.74
3.3.75
3.3.76 Buku ANC Pasien

69

3.3.77
3.3.78
3.3.79

70

Anda mungkin juga menyukai