Lokasi Penyelidikan
Kegiatan penyelidikan batubara terletak di daerah Karaupa dan sekitarnya dimana
daerah ini termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi
Tengah.
Secara geografis daerah penyelidikan dibatasi oleh koordinat 121
30 00 121 45 00 BT dan 2 10 00
2 25 00 LS. (Gambar 1).
Daerah penyelidikan dapat dijangkau dari Kota Palu dengan kendaraan roda 4
dengan waktu tempuh sekitar 8 jam. Pelaksanaan kegiatan lapangan berlangsung selama
25 hari mulai tanggal 24 Maret-17 April 2015
Keadaan lingkungan
Kabupaten Morowali adalah salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Tenggara
dan beribukota di Bungku. Relief atau Keadaan permukaan wilayah Kabupaten Morowali
terdiri dari lembah, gunung bukit, pegunungan serta laut yang memanjang dari utara ke
selatan. Diantara lembah, bukit dan pegunungan tersebut terdapat lahan yang merupakan
kawasan yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian, per- kebunan dan
perikanan (Gambar 2). Daerah penyelidikan mempunyai ketinggian antara 1050 m sampai
<100 m, tapi umumnya antara 250 800 m dari permukaan laut.
Daerah pedataran yang jauh dari pinggir laut kondisi batuannya lebih didominasi oleh
batuan hasil pelapukan dan aktivitas sungai maupun hasil erosi dan longsoran yang berasal
dari hulu sungai (fluvial). Daerah pinggir pantai sebagian daerahnya relatif datar yang
tertutupi oleh
aluvial dan fluvial, tetapi sebagian relatif terjal dan curam dimana tertutupi oleh litologi
ultrabasa.
Berdasarkan data curah hujan di stasiun Metereologi Toili dan Luwuk, musim
hujan berlangsung dari bulan Maret hingga Agustus sedangkan musim panas dari bulan
September hingga Pebruari. Saat musim hujan, curah hujan berkisar dari 260 1320 mm,
sedangkan pada musim kemarau curah hujan berkisar dari
40 230 mm dengan suhu rata-rata 24oC
31oC.
Komoditi unggulan Kabupaten Morowali
yaitu sektor perkebunan, pertanian dan
jasa, sedangkan dari sektor pertambangan adalah Kromit dan Nikel.
Penyelidik Terdahulu
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh penyelidik terdahulu diantaranya
dilakukan oleh Sukamto, 1975 yang membagi Pulau Sulawesi dan sekitarnya menjadi 3
Mandala Geologi yaitu : Mandala Geologi Sulawesi Barat, Mandala Geologi Sulawesi Timur,
Mandala Geologi Banggai Sula.
Daerah penyelidikan merupakan sebagian dari daerah yang telah dipetakan oleh T.O.
Simanjuntak, E. Rusmana, J.B. Supandjono, A. Koswara, 1993, yaitu Peta Geologi Lembar
Bungku, Sulawesi dan diterbitkan oleh P3G Bandung yang banyak dipakai sebagai acuan
geologi secara regional dalam berbagai penyelidikan selanjutnya. Berdasarkan cekungannya,
daerah yang akan diselidiki masuk ke dalam Cekungan Kendari (Badan Geologi,
2009).
GEOLOGI
Geologi Regional
Kondisi Geologi Pulau Sulawesi secara umum terletak pada pertemuan 3
Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik dan Indo Australia serta sejumlah lempeng lebih
kecil (Lempeng Filipina) yang
Pekerjaan lapangan
Pekerjaan lapangan dilakukan untuk
memperoleh
data
primer
yang
merupakan hasil pemetaan geologi batubara. Kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan
lapangan diantaranya:
- Mencari lokasi singkapan-singkapan batubara berdasarkan informasi yang pernah
didapatkan, kemudian mengembangkan informasi tersebut berdasarkan temuan yang
didapatkan dilapangan.
- Mengukur
kududukan
dan
tebal lapisan kemudian dilakukan pemerian terhadap
singkapan tersebut, dan diplotkan pada peta dasar/peta topografi skala 1 : 50.000.
- Pengamatan pada formasi lainnya yang diduga sebagai formasi pembawa endapan
batubara.
- Membuat penampang terukur pada formasi-formasi yang dianggap penting.
- Dokumentasi singkapan seperlunya.
- Pengambilan conto batubara untuk keperluan analisis labolatorium.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium yang dilakukan antara lain :
- Analisis kimia batubara yang meliputi analisis proksimat, ultimat dan analisa abu
- Analisis petrografi organik batubara
Analisis Kimia Batubara
Analisis kimia yang dilakukan meliputi analisis proksimat dan ultimat, diantaranya
untuk mengetahui kandungan air, zat terbang, karbon tertambat, sulfur total, berat jenis
batubara, kalori serta kandungan abu. Analisis abu sangat penting pada penggunaan energi
batubara dalam industri, diantaranya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya pengerakan
dalam dinding alat (Furnace). Besar kecilnya pengerakan (Slagging) dapat dihitung
berdasarkan perhitungan rasio asam-basa. Untuk menghitung Slagging Index diperlukan data
kandungan
sulfur. Rumus untuk mencari slagging index adalah :
Slagging Index = Rasio Asam-Basa x Kandungan Sulfur.
di
daerah
penyelidikan
dan
umumnya di Sulawesi dipicu oleh gabungan antara mikrokontinen Benua Australia dan mikrokontinen Sunda yang terjadi sejak Miosen. Pergerakan dari pecahan lempeng Benua Australia
tersebut relatif ke arah barat. Adanya sesar utama seperti sesar Palu-Koro dan Sesar
Walanae juga memberikan peranan dalam pembentukan sesar-sesar kecil di sekitarnya. Data
dan hasil analisis struktur geologi, seperti pola kelurusan dan arah pergerakan relatif sesar,
mengindikasikan bahwa deformasi di daerah penyelidikan dipengaruhi oleh aktivitas Sesar
Mendatar Palu-Koro dan terusan Sesar Mendatar Walanae.
Pada skala yang lebih besar yaitu di daerah penyelidikan, pola kelurusan sesar
umumnya berarah Utara Baratdaya Selatan Tenggara dimana pada beberapa tempat sesar
sesar tersebut terpotong oleh sesar berarah Timurlaut Baratdaya.
Sesar yang terjadi tersebut diperkirakan berumur Plio-Plistosen yang mengakibatkan
hampir semua formasi yang ada mengalami pensesaran.
Pembahasan Hasil Penyelidikan
Data Lapangan dan Interpretasi
Hampir 50% daerah penyelidikan didominasi oleh batulempung, batupasir dan
konglomerat dari Formasi Tomata (Miosen Atas - Pliosen).
Tingkat pelapukan batuan pada Formasi Tomata umumnya sangat tinggi dan
kemiringan lapisan umumnya landai sehingga
sulit
untuk
menemukan singkapan
batuan yang baik untuk dilakukan
pengukuran
jurus
dan kemiringan lapisan.
Pada umumnya bagian bawah dari Formasi Tomata di daerah penyelidikan
merupakan
lapisan konglomerat. Lapisan batubara pada Formasi Tomata di
dapatkan secara terbatas sebagai sisipan pada lapisan batulempung berwarna abuabu dan batulempung berwarna hitam. Tebal
batubara bervariasi antara 20 cm sampai
30 cm.
Sebaran Batubara di daerah
Penyelidikan
Selama penyelidikan berlangsung hanya ditemukan 3 singkapan batubara yaitu MW03, MW-07 dan MW-08. Data singkapan batubara tersebut dapat dilihat pada tabel 3 dibawah
ini :
Interpretasi Lapisan Batubara
Rekonstruksi sebaran batubara daerah penyelidikan dilakukan ber- dasarkan data
singkapan. Diperkirakan terdapat 3 lapisan batubara (Lapisan a, b dan c) dengan arah
sebaran relatif Utara- Selatan.
Lapisan a
Singkapan MW-03 mewakili Lapisan a, dimana dari singkapan ini diinterpretasikan
lapisan menyebar secara lateral dengan arah Utara-Selatan. Panjang lapisan ke arah lateral
yang diyakini kontinuitasnya sejauh 500 m dari singkapan ke bagian kiri dan 500 m kearah
kanan. Total panjang lapisan a kearah jurus yang dihitung sumber dayanya adalah
1.000
dengan
kemiringan
lapisanm
yang
diketahui
0,25 m. lapisan ke arah Barat sebesar 10 , sedangkan tebal
Lapisan b
Lapisan b diinterpretasikan ber- dasarkan singkapan MW-07, lapisan ini menyebar
kearah lateral dengan arah Utara-Selatan. Panjang lapisan ke arah lateral yang diyakini
kontinuitasnya sejauh
Kandungan air pada umumnya cukup rendah antara 8,34-9,64 % adb, kandungan zat
terbang pada umumnya juga relatif rendah antara 8,34-9,64 % adb. Kandungan sulfur pada
umumnya lebih kecil dari 1% atau berkisar antara 0,43-0,57
% adb. Kandungan sulfur terbesar adalah pada MW-08 yaitu 0,57 % adb.
Nilai HGI menunjukan angka yang bervariasi antara 39,23-48,21 dengan nilai HGI
tertinggi ditunjukan oleh conto MW-07 yakni 48,21.
Hasil analisis ultimat menunjukan
bahwa kandungan unsur C, H, N dan O dari masing-masing conto pada umumnya tidak jauh
berbeda.
Petrografi Organik
Analisis petrografi organik terdiri dari dua yaitu analisa reflektansi vitrinit
yang berguna untuk mengetahui rank batubara/derajat kematangan dan analisis komposisi
maseral yang
bertujuan untuk mengetahui maseral pembentuk batubara sekaligus
mengetahui kandungan pengotor atau mineral matter secara mikroskopis.
Analisis petrografi organik dilakukan terhadap 3 conto batubara menunjukan bahwa
nilai vitrinit reflektan rata-rata adalah 0.33 %. Hal ini menunjukan bahwa batubara di daerah
penyelidikan mempunyai tingkat kematangan yang masih rendah (immature).
Hasil analisis maseral menunjukan
bahwa batubara di daerah Karaupa didominasi oleh kandungan Vitrinit yang tinggi yakni 85%.
Maseral Liptinit rata-rata antara 0,7% - 2,4%, sedangkan inertinit antara 0,6% - 1,6%. Mineral
matter menunjukan kandungan mineral lempung
7,3% - 14,5%, oksida besi 0,8% - 1,1 % dan pyrit antara 0,2% - 1,6%.
Analisis Abu
Analisis abu sangat diperlukan untuk menghitung Rasio-Asam
untuk menentukan besar kecilnya Slagging dan Fouling pada batubara.
dihitung
berdasarkan
unsur alkali
asam.
Berdasarkan
databerbanding
analisa dengan
abu
diatas maka angka Rasio alkali dalam abu pada conto batubara di
adalah 0,22 sedangkan Slagging indeks dihitung berdasarkan nilai rasio
dengan kandungan sulfur adalah sebesar 0,11.
daerah penyelidikan
asam basa dikalikan
Slagging Indeks
Karakteristik slagging ditentukan berdasarkan perhitungan rasio unsur alkali terhadap
unsur asam, dengan kadar sulfur.
Slagging indeks sangat penting pada penggunaan energi batubara dalam industri
diantaranya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya pengerakan dalam
dinding alat (Furnace). Besar kecilnya pengerakan (Slagging) dapat dihitung berdasarkan
perhitungan rasio asam-basa.
Coal
Berdasarkan
pada
quality
parameters and their influence in coal
utilisation (Shell International Petroleum
Co. Ltd, 1975) disebutkan bahwa batasan
nilai rasio asam-basa berkisar antara 0,101,00, adapun nilai rasio asam-basa di daerah penyelidikan adalah 0,22 Apabila nilai tersebut
lebih tinggi dari 1.00 maka pengerakannya dianggap tinggi sekali
sehingga tidak perlu dihitung Slagging
Indexnya.
Hasil perhitungan slagging index
batubara di daerah Karaupa adalah 0,11 atau berada di bawah ambang batas Low Slagging,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Slagging indeks di daerah penyelidikan adalah
rendah.
Fouling
Fouling
adalah
fenomena menempel dan menumpuknya abu pada dinding
penghantar panas (super heater maupun re-heater) yang dipasang di lingkungan dimana suhu
gas pada bagian belakang furnace lebih rendah dibandingkan suhu melunak abu (ash
softening temperature). Unsur yang paling berpengaruh pada penempelan abu ini adalah
material basa terutama Na, yang dalam hal ini adalah kadar Na2O.
Bila kadar abu batubara banyak,
kemudian unsur basa dalam abu juga banyak, ditambah kadar Na2O yang tinggi, maka fouling
akan mudah terjadi.
Evaluasi karakteristik fouling sama dengan untuk slagging, yaitu dinilai berdasarkan
rasio unsur basa dan asam, serta kadar Na2O di dalam abu. Jika nilai nilai tadi tinggi, maka
secara umum kecenderungan fouling juga meningkat.
Sumber Daya Batubara
Dasar perhitungan sumber daya batubara
yang didapatkan dari korelasi
adalah
penyebaran
ke
arah lateral
Subarnas A., 2000. Laporan Survei Tinjau Batubara Permian di daerah Timika, Kabupaten
Mimika, Provinsi Irian Jaya. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Amstrong F. Sompotan, 2012. Stuktur Geologi Sulawesi. Perpustakaan Sains Kebumian
Institut Teknologi Bandung
Badan Geologi, 2009. Peta Cekungan Sedimen Indonesia Berdasarkan Data Gaya Berat dan
Geologi. Skala 1:5.000.000, Bandung
Koesoemadinata, R.P., 1989, Geologi Minyak dan Gas Bumi. Institut Teknologi Bandung.
Simanjuntak, T.O., Rusmana, E., Supandjono, J.B., dan Koswara, A., 1993. Peta Geologi
Lembar Bungku, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Vincelette, R.R., 1973. Reef exploration in Irian Jaya, Indonesia. Indon. Petroleum Assoc. 2nd
Ann. Conv. Proc., p. 234-278.
Surono, 2009. Geologi lengan Tenggara Sulawesi. Badan Geologi Kementerian Energi dan
Sumberdaya Mineral.
Daerah
Karaupa,
Kab
Morowali
1213000 1214500
dan 21000 22500
Umur
Holosen
Formasi
Litologi
Qa
Miosen
Tersier
Kuarter
Aluvium
Lumpur, lempung, pasir, kerikil, kerakal
Plistosen
Paleosen Atas Tengah
Awal
Oligosen
Tmpt
Tems
Formasi Tomata
Formasi Salodik
Perselingan antara Kongl, btpsr, blp, serpih, dg sisipan Lignit
Eosen
Paleosen
Kapur
Km
Ku
Formasi
Matano
Kelompok
Ultramafic
Formasi
Kalsilutit, napal, serpih, sisipan rijang radiolariaan
Konglomerat,
Hazburgit, wehrlit, websterit, serpentinit,
dunit, diabas dan gabbro
Bt sabak, serpih,
Jura
Jkm
Jn
Formasi
Nanaka
Masiku
bps mikaan,
serpih, lensa batubara
filit,bps, btgpg
Trias
Trjt
Formasi
Tokala
Perselingan Btgamping klastika, bps sela, serpih, napal, lpg pasiran
GEOLOGI
DRA
PSL
PT
DRA
Gambar 9. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Karaupa dan Sekitarnya,
Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah
Lokasi
Koordinat
X
Y
Strike/
dip
Tebal
(m)
MW-03
121 4110
021742
173/10
0.25
MW-07
12137 40
0218 20
170/10
0.20
MW-08
12135 28
0218 22
286/12
0.25
Keterangan
Batubara berwarna hitam,
kusam, berlapis-menyerpih,
belahan memanjang,
mengotori tangan, terlihat
struktur daun.
Batubara berwarna coklat
kehitaman, kusam, berlapismenyerpih,belahan
memanjang, mengotori
tangan, terlihat struktur daun.
Batubara berwarna coklat ke
hitaman, kusam, berlapismenyerpih,belahan
memanjang, mengotori
tangan, terlihat struktur daun.
mudah hancur
Standard
Basis
Satuan
No Conto
MW-03
MW-07
MW-08
FM
ASTM D.2013-03
ar
40.34
38.38
40.14
TM
ar
46.09
43.52
45.53
PROKSIMATE
ASTM D.7582-10
adb
9.64
8.34
9.01
VM
adb
34.13
29.97
37.23
FC
adb
20.69
19.73
23.45
ASH
adb
35.54
41.96
30.31
0.52
0.43
0.57
41.30
48.21
39.23
TS
ISO 351-1996
adb
HGI
ASTM D.409M-12
adb
SG
AS.1038.21.1.1-2002
adb
1.61
1.74
1.60
CV
ASTM D.5865-10a
adb
3490
29.33
38.59
ASTM D.5373-08
daf
58.94
55.47
61.17
ASTM D.5373-08
daf
5.86
5.20
5.67
ASTM D.5373-08
daf
2.08
1.87
2.04
ISO 351-1996
daf
0.95
0.87
0.94
ASTM D.5373-08
daf
32.18
36.59
30.17
ULTIMATE
PARAMETER
RATA-RATA
SATUAN
8.34 9.64
8.99
VM
29.97 37.23
33.78
FC
19.73 23.45
21.29
ASH
30.31 41.96
35.94
S.Tot
0.43 0.57
0.50
SG
1.60 1.74
1.65
gr/cm3
CV
2933 3859
3427.33
kal/gr
HGI
39.23 48.21
42.91
KISARAN
(%)
RATA-RATA
(%)
SiO2
65.94-67.99
66,82
Al2O3
9.45-10.81
10,09
Fe2O3
7.50-7.80
7.06
CaO
2.94-4.07
3,55
MgO
5.00-5.63
5.29
Na2O
0.22-0.51
0,41
K2O
0.49-0.56
0.52
TiO2
0.35-0.40
0.38
MnO
0.44-0.62
0.50
P2O5
0.02-0.06
0,11
SO3
1.74-3.42
2,52
K2O
0.34-0.52
0.42
HD
2.03-3.40
2,51
Stot
0.43 0.57
0.50
Lebar
Tebal
Berat
jenis
Potensi
(Ton)
MW-08
1000
575.0
0,25
1.3
187.167,5
MW-07
1000
575.0
0.20
1.3
149.734,0
MW-03
1000
575.0
0.25
1.3
187.167,5
Lapisan
Singkapan
524.060,0