John Junior
10.2009.166 (C3)
FK Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6
john_junior@windowslive.com
Pendahuluan
Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil
konsepsi sebulum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat
ini janin yang terkecil, yang dilaporkan yang dapat hidup diluar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan
tetapi karena janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah
500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram
atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa
tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan ialah pengakhiran
kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik
ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
Aspek Hukum
A. Wanita yang menggugurkan kandungan
KUHP Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
merupakan petunjuk dan petunjuk itu adalah alat bukti yang sah, walaupun nilainya
agak rendah, tetapi diserahkan saja pada hakim yang menilainnya dalam sidang. 2
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melalukannya.
Pasal 216 KUHAP
(1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula
barangsiapa
dengan
sengaja
mencegah,
menghalang-halangi
atau
Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam
bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh
penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu dalam
bentuk sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal
adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan
kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacam code of
conduct bagi dokter.
World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 menelorkan
sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik Kedokteran
Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban
terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran
Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Internasional.
Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsipprinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat
keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu
keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam
perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi
pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics)
dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang medis.
Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan
memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter,
seperti autonomy (menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan
hak membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya), beneficence
(melakukan tindakan untuk kebaikan pasien), non maleficence(tidak melakukan perbuatan
yang memperburuk pasien) dan justice (bersikap adil dan jujur), serta sikap altruisme
(pengabdian profesi).
Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral
kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran, dengan
memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan,
dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik tertentu (clinical
ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari
pembuatan keputusan medis sehari-hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum
tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para
seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan.
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Page 6
Pemeriksaan Medis
Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan
anak lagi.
Kehamilan di luar nikah.
Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi
keluarga.
Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga
termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Wanita bersangkutan.
Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun)
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital
Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
Tanda syok
Tanda syok adalah seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90
mmHg, nadi > 112 x/menit. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri
perut bawah, adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan
kehamilan ektopik yang terganggu. Diduga kerana kehamilan ektopik ini,dokter
Perdarahan pervaginam
Pendarahan pervaginam yang mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi. Ini
harus dibedakan dengan darah haid.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.4
Pemeriksaan Ginekologis
Inspeksi vulva :
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
Pemeriksaan dalam :
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan
tidak nyeri 2
Melalui pemeriksaan ginekologi,kita dapat mendeteksi jika perempuan itu telah melakukan
aborsi atau tidak dengan melihat komplikasi setelah dilakukan aborsi seperti berikut:
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi
dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum,
atau ke kandung kencing. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis
Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat
bahaya perdarahan.
Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak dipraktikkan oleh dokter, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan
abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. 2
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Suction
Pemeriksaan Darah
Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena
merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan
manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk
membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah
yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada objek-objek tertentu seperti
lantai, meja, kursi, karpet, senjata dan pakaian yang dilumuri dengan darah korban
atau darah tersangka pelaku kejahatan. Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut
penting untuk menunjang atau menyingkirkan keterlibatan seseorang dengan TKP.
Walaupun dengan uji yang modern dan dengan peralatan yang canggih sekalipun,
masih sulit untuk memastikan bahwa darah tersebut berasal dari individu tertentu. 2
Dari bercak yang dicurigai harus dibuktikan bahwa bercak tersebut benar darah, darah
dari manusia atau hewan, golongan darahnya bila darah tersebut berasal dari manusia,
dan sama ada darah tersebut merupakan darah menstruasi atau bukan. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, harus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut :
1. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel-sel darah merah. Cara ini tidak
dapat dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah tersebut. Darah yang
masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca objek dan ditambahkan 1 tetes
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Page 10
larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Cara lain adalah dengan
membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua sediaan
tersebut, dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah.
Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan
kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah merah
berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas-kelas lainnya berbentuk
oval/elips dan berinti. Dari kelas mamalia, genus Cannelidae(golongan unta)
merupakan perkecualian dengan sel darah merah berbentuk oval/elips tetapi tidak
berinti. 5
Keuntungan sediaan apus dibandingkan dengan sediaan tanpa pewarnaan adalah dapat
terlihatnya sel-sel lekosit berinti banyak. Bila terlihat drum stick dalam jumlah lebih
dari 0,05%, dapatlah dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.
2. Pemeriksaan kimiawi
Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan rusak sehingga
pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi. Pemeriksaan kimiawi terdiri dari
pemeriksaan penyaring darah dan pemeriksaan penentuan darah.
Pemeriksaan penyaring darah
Prinsip pemeriksaan penyaring adalah : H2O2H2O + On
Reagen
Perubahan
warna( teroksidasi)
Pemeriksaan penyaring yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin dan reaksi
fenoftalin. Reagen yang digunakan dalam reaksi benzidin adalah larutan jenuh kristal
benzidin dalam asam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenolftalin digunakan
reagens yang dibuat dari fenolftalein 2g + 100ml. NaOH 20% dan dipanaskan dengan
biji-biji zinc sehingga terbentuk fenolftalin yang tidak berwarna.5
Cara pemeriksaan: Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai
kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidin. Hasil positif pada
reaksi benzidin adalah timbul warna biru gelap pada kertas saring.
Sedangkan pada reaksi fenolftalin, kertas saring yang telah digosokkan pada bercak
yang dicurigai langsung diteteskan dengan reagen fenolftalin yang akan memberikan
warna merah muda bila positif.
Hasil negatif pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan
darah, sedangkan hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Reaksi Teichman
o Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca objek, tambahkan 1
butir Kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial, tutup dengan kaca
penutup dan dipanaskan. Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya
Kristal hemin-HCl yang berbentuk batang berwarna coklat yang
3. Pemeriksaan spektroskopik
Pemeriksaan spektroskopik memastikan bahan
dijumpai pita-pita absorpsi yang khas dari hemoglobin atau turunannya. Bercak
kering dilarutkan dengan akuades dalam tabung reaksi dan kemudian dilihat dengan
spektroskop. Hemoglobin dan derivatnya akan menunjukkan pita-pita absorpsi yang
khas spektrum warna.5
Suspensi yang mengandungi oksihemoglobin berwarna merah terang dengan dua pita
absorpsi berwarna hitam di daerah kuning yaitu pada panjang gelombang 54 dan 59.
Bila ditambahkan reduktor, Na-ditionit, akan terbentuk hemoglobin ter-reduksi yang
berwarna merah keunguan dengan satu pita absorpsi yang lebarcdi daerah kuning
yaitu pada panjang gelombang 54-59. Bila ditambahkan lagi dengan alkali
encer(NaOH atau KOH) akan terbentuk hemokhromogen berwarna merah jingga
dengan dua pita absorpsi yang menempati daerah kuning yaitu pada panjang
gelombang 56 dan daerah perbatasan dengan hijau yaitu pada panjang gelombang 52.
4.Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah.
Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta
terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu. Prinsip
pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi
(antiserum) yang merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.
Penentuan Spesies
Lakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan larutan garam faal. Dianjurkan
untuk memakai 1cm2 bercak atau 1g darah kering tetapi tidak melebihi separuh bahan
yang tersedia. Cara-cara yang dapat dipergunakan adalah :
Reaksi Cincin (reaksi presipitin dalam tabung)
Ke dalam tabung reaksi kecil dimasukkan serum anti globulin manusia dan
keatasnya dituangkan ekstrak darah perlahan-lahan melalui tepi tabung. Biarkan pada
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Page 13
temperatur ruang kurang lebih 1.5 jam. Hasil positif tampak sebagai cincin presipitasi
yang keruh pada perbatasan kedua cairan.
Reaksi Presipitasi dalam Agar
Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan
selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan
diameter kurang lebih 2mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis. Masukkan
serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai
derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam
ruang lembab (moist chamber) pada temperatur ruang selama satu malam. Hasil
positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan tepi lubang.
Penentuan Golongan Darah
Diantara sistem-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah
antigen dari sistem golongan darah ABO. Darah yang telah mengering dapat berada
dalam pelbagai tahap kesegaran.
a. Bercak dengan sel darah merah masih utuh.
b. Bercak dengan sel darah merah sudah rusak tetapi dengan aglutinin dan
antigen yang masih dapat di deteksi
c. Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat dideteksi
namun sudah terjadi kerusakan aglutinin.
d. Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan agglutinin yang juga sudah
tidak dapat dideteksi.
Cara yang biasa dilakukan adalah cara absoropsi elusi dengan prosedur sebagai
berikut :
1) 2-3 helai benang mengandung bercak kering difiksasi dengan metal alcohol
selama 15 menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya
dialakukan penguraian benang terbebut menjadi serat-serat halus dengan
menggunakan 2 buah jarum.
2) Lakukan juga pada benang yang tidak mengandung bercak darah untuk
sebagai control negative.
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Page 14
Interpretasi Hasil
Daripada
terhadap dokter dan 3 wanita yang terlibat dalam kasus pengguguran bayi sehingga
pemeriksaan penunjang, untuk mengenakan tindakan pidana haruslah mendapatkan
bukti-bukti yang kukuh. Daripada anamnesis mungkin agak sukar untuk mendapatkan
pengakuan daripada pelaku yang terlibat. Maka dengan itu penting untuk kita
memeriksa barang bukti yaitu hasil suction yang dijumpai. Hasil suction itu dapat
dilakukan dengan memeriksa DNA dan darah si pelaku. Dengan dunia modern , serba
canggih maka walaupun hasil suction itu bercampur-campur antara 3 wanita, dunia
kedokteran dapat memisahkan sehingga bukti yang jelas dapat terlihat. Selain itu
pemeriksaan fisik dan ginekologi dapat dilakukan dari ketiga-tiga wanita itu dengan
melihat tanda-tanda kehamilan dan pasca aborsi. Dengan itu dapat menyokong kasus
pengguguran kandungan criminal.
Visum et Repertum
Visum et Repertum pengguguran kandungan ilegal contoh
Bahagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara, Jakarta Barat
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Page 16
Projustitia
Nomor : 3456-SK.III/2345/2-95.
HASIL PEMERIKSAAN.
Pemeriksaan Luar
1. Pelaku wanita -------------------------------------------------------------------------2. Pelaku wanita berpakaian seperti berikut : ------------------------------------------3. Pemeriksaan fisik : ----------------------------------------------------------------------4. Pada pemeriksaan ginekologi : --------------------------------------------------------Pemeriksaan Laboratorium
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Page 17
1. Penentuan tipedarah dari hasil suction : ---------------------------------------------2. Penentuan DNA dari hasil suction : -------------------------------------------------Kesimpulan
Pada pelaku wanita tersebut terdapat tanda pasca aborsi dan kesan dari hasil kuratase.
Pemeriksaan lanjut menunjukkan tipe darah dan DNA hasil suction sesuai dengan
DNA dan jenis darah si pelaku.
Demikianlah saya uraikan dengan sebenar benarnya berdasarkan keilmuan saya
yang sebaik baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.
Dokter yang memeriksa,
-----------------------------John Junior
Daftar Pustaka
1. Peraturan undang-undangan bidang kedokteran. Pengguguran
Kandungan,
bahagian
kedokteran
forensik,
fakultas
3. Etika
Kedokteran
Indonesia.
Diunduh
dari
URL
http://www.freewebs.com/etikakedokteranindonesia/.2007
4. Pengguguran
Kandungan.
Diunduh
dari
URL
:
:
http://www.scribd.com/doc/12030805/edisi-64. 2005
5. Pemeriksaan
laboratorium
forensic
sederhana.
Diunduh
dari