Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sulawesi Barat merupakan Propinsi ke-33 yang terbentuk pada Tahun
2004 berdasarkan

UU No 26 Tahun 2004. Saat ini Sulawesi Barat

terdiri atas 5 Kabupaten yaitu Mamuju, Majene, Polewali Mandar, Mamasa


dan Mamuju Utara. Dalam perjalanannya selama 8 Tahun, Sulawesi Barat
menunjukkan geliat yang signifikan, dimana pertumbuhan ekonomi
Propinsi termuda ini menunjukkan trend yang positif.

Sektor pertanian

merupakan penopang utama struktur perekonomian Sulawesi Barat,


sehingga tumbuhnya perekonomian Sulawesi Barat tidak lepas dari
tumbuhnya sektor pertanian.
Di sektor pertanian, Sulawesi Barat merupakan penghasil padi dan
palawija yang cukup untuk kebutuhan swasembada pangan Sulawesi
Barat. Tahun 2010, produksi padi sekitar 362.900 ton yang terdiri dari
produksi padi sawah sekitar 352.512 ton dan selebihnya adalah produksi
padi ladang sebesar 10.388 ton (BPS, 2011)
Meskipun masih tergolong muda, tapi geliat perekonomian di Propinsi
termuda

ini

begitu

mencengangkan,

pertumbuhan

ekonomi

15,1%

merupakan angka yang fantastis untuk sebuah wilayah baru dan telah
menjadi fakta bahwa dari angka fantastis tersebut sektor Pertanian
merupakan kontributor terbesar jika dilihat dari indikator PDRB (Bappeda
Sulbar, 2010)
Selain dari urgensi dari pangan itu sendiri, keberlanjutan dari pencapaian
swasembada beras

akan tetap menjadi strong point (kekuatan utama)

dari Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.


Salah satu langkah yang ditempuh adalah bagaimana semua pihak dapat
memberdayakan secara maksimal segala sumberdaya Pertanian.
Mamuju Utara merupakan salah satu Kabupaten yang terletak diujung
utara Sulawesi Barat, berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi
1

Tengah, komitmen Pemerintah Kabupaten dalam memajukan Mamuju


Utara dimanifestasikan dalam program Mamuju Utara SMART yang salah
satu

komponennya

adalah

mengembangkan

dan

memanfaatkan

teknologi tepat guna yang selaras dengan perkembangan dan kebutuhan,


hal tersebut dipandang sejalan dengan misi Badan Litbang Pertanian yaitu
mendiseminasikan teknologi spesifik lokasi.
Untuk dapat memaksimalkan sumberdaya Pertanian itu sendiri maka
dibutuhkan instrumen dalam penerapannya dan Program (SL-PTT) Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu merupakan salah satu pendekatan
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya pertanian
karena dengan program ini diharapakn terciptanya percepatan alih
teknologi

terkini

terbangunnya

bagi

sistem

para
alih

petani

teknologi

setempat.
dan

Sejatinya

dengan

terberdayakannya

seluruh

sumberdaya pertanian diharapkan dapat tercipta peningkatan produksi


yang secara otomatis tetap mendukung keberlanjutan swasembada beras.
Dengan demikian pelaksanaan SL-PTT Padi di Provinsi Sulawesi Barat
diharapkan dapat menjadikan Provinsi termuda ini sebagai Salah satu
penyumbang angka produksi yang signifikan untuk pencapaian tujuan
Nasional.
SL-PTT merupakan Sekolah Lapangan bagi petani dalam menerapkan
berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang
efisien

menurut

spesifik

lokasi

sehingga

mampu

menghasilkan

produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara


berkelanjutan.
Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui
pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan,
menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami
kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama
dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan
spesifik lokasi.

Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya


yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu
dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi
spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu
mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi,
jagung, dan kedelai. Namun demikian wilayah diluar SL-PTT akan tetap
dilakukan pembinaan peningkatan produksi sehingga produksi dan
produktivitas tahun 2012 dapat meningkat.
TUJUAN
Adapun tujuan dari pelaksanaan SL-PTT padi di Kabupaten Mamuju Utara
adalah Meningkatkan laju proses penerapan dan diseminasi inovasi
teknologi Padi dalam rangka mendukung Program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN) dan Pembangunan Pertanian Nasional dan Daerah.
KELUARAN
Adapun keluaran yang diharapkan dari Program SL-PTT Padi di Kabupaten
Mamuju Utara ini untuk meningkatkan laju proses penerapan dan
diseminasi inovasi teknologi padi di Mamuju utara Sulawesi Barat.
HASIL
Program SL-PTT Padi di Kabupaten Mamuju Utara untuk meningkatkan
pengetahuan petani tentang inovasi teknologi sehinnga inovasi tersebut
dapat diterapkan yang akan mendorong meningkatnya produktivitas dan
pendapatan petani serta pelestarian lingkungan produksi.
MANFAAT
Pelaksanaan Program SL-PTT Padi di Kabupaten Mamuju Utara adalah
untuk memperoleh kondisi percepatan implementasi dan diseminasi
inovasi teknologi usahatani padi yang akan menggiring pada sebuah
realitas terjadi peningkatan produktivitas dan pendapatan petani dan
masyarakat pedesaan.
DAMPAK
3

Adapun perkiraan dampak dari pelaksanaan Program SL-PTT di Kabupaten


Mamuju Utara adalah terciptanya stabilitas produksi komoditas utama
yang berkelanjutan

dan peningkatan mutu hasil serta member arah

kebijakan kepada Pemerintah Daerah dalam pengembangan komoditas


utama yang selanjutnya diharapkan dapat memberi kontribusi yang positif
dalam penerimaan pendapatan daerah dan penyediaan lapangan kerja.

METODOLOGI
Ruang Lingkup
Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT ini akan dilaksanakan secara bertahap
dan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Koordinasi dengan pemerintah daerah (stakeholder

yang

terkait): Dinas Pertanian dan Peternakan, Bakorluh, BP5K, PPL, POPT,


Petani/Kelompok Tani.

Membantu pelaksanaan kegiatan KKP (Kajian Kebutuhan dan


Peluang) untuk menggali potensi dan permasalahan di lokasi SL-PTT

Apresiasi teknologi PTT padi

Pelatihan/Bimbingan penerapan PTT padi

Display VUB padi

Monitoring dan evaluasi pendampingan SL-PTT

Pelaporan

Pendekatan (Kerangka Pemikiran)


Kabupaten Mamuju Utara merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi
Barat yang memiliki potensi lahan untuk pengembangan tanaman pangan
yang cukup luas, akan tetapi pemanfaatannya belum maksimal, selain itu
pada aspek produktivitasnya juga belum optimal. Karena itu dibutuhkan
sebuah langkah yang bisa menoptimalkan pemanfaatan lahan serta
teknologi budidaya tanaman secara optimal.
Pengelolaan tanaman terpadu merupakan salah satu model yang dapat
mensinergikan teknologi dan sumberdaya setempat sehingga diperoleh
4

efek sinergis dan efisiensi tinggi, sebagai wahana pengelolaan tanaman


dan sumberdaya spesifik lokasi.
Prinsip PTT adalah menprioritaskan pemecahan masalah setempat (petani
dan

lahannya)

serta

memadukan

pengelolaan

tanaman

dan

lingkungannya. PTT mengutamakan pemanfaatan sumberdaya yang ada


pada suatu lokasi, maka PTT merupakan model pengembangan yang
spesifik lokasi.
bertitik

tolak

setempat.

Oleh karenanya paket teknologi PTT harus benar-benar


dari

karkteristik

sumberdaya

dan

kebutuhan

petani

Pendekatan yang ditempuh PTT adalah : 1) pemecahan

masalah prioritas, 2) optimalisasi pemanfaatn sumberdaya dilokasi


spesifik, 3) efisiensi penggunaan input, 4) peningkatan dan pemeliharaan
kesuburan tanah,

5) partisipasi petani dan 6) kerjasama

antarinstansi/kelembagaan.
Bahan dan Metode Pelaksanaan
Inovasi Teknologi yang diinplementasikan pada Laboratorium Lapangan
PTT Padi adalah pengembangan Model PTT dengan komponen sebagai
berikut :
1. Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan,
lingkungan dan keinginan petani setempat
2. Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi)
3. Bibit muda (<21HSS)
4. Jumlah bibit 1-3 batang per lubang dan system tanam jajar legowo
4:1 dengan populasi minimum 250.000 rumpun/Ha
5. Pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD)
6. Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, PUTS atau
petak omisi serta pemecahan masalah kesuburan tanah apabila
terjadi.
7. Bahan organik (kompos jerami 5t/ha, atau pupuk kandang 2t/ha)
8. Pengairan berselang (Intermittent Irrigation)
9. Pengendalian gulma secara terpadu
10.
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT)
11.
Panen beregu dan pascapanen menggunakan alat perontok
Pada setiap akhir kegiatan dilakukan temu lapang dengan mengundang
Pemerintah Daerah, petani, penyuluh dan stakeholder lain yang berada
5

disekitar wilayah kegiatan untuk memperlihatkan hasil kegiatan tersebut


agar petani dapat menilai dan memilih teknologi yang terbaik bagi
usahataninya. Dari kegiatan ini juga diharapkan diperoleh uumpan balik
dari masyarakat tentang permasalahan dan teknologi yang dibutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan pertanian menempati prioritas utama pembangunan dalam
pembangunan ekonomi nasional. Karena itu sektor pertanian merupakan
sektor

utama

pembangunan

ekonomi

nasional.

Kedudukan

sektor

pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional adalah cukup nyata,


dilihat dari proporsinya terhadap pendapatan nasional (Agung BL, 2002)
Pertanian yang terabaikan adalah salah satu contoh kesalahan masa lalu
yang berdampak sangat luas terhadap kondisi Indonesia saat ini secara
keseluruhan.

Suatu

kepastian

bahwa

pertanian

sebagai

penyedia

kebutuhan dasar manusia, yakni pangan, harus kembali menjadi prioritas


utama

pembangunan

Permasalahannya

kini,

di

Indonesia
pertanian

disamping
seperti

sektor

apakah

pendidikan.
yang

harus

dikembangkan agar mampu menyediakan pangan yang aktual bagi


bangsa ini secara berkelanjutan (Umar H, 2006)
Pertanian terpadu pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu
menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrien
dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang
terjaga secara efektif dan efisien.
Pengelolaan tanaman dan sumber daya secara terpadu yang sering
diringkas

Pengelolaan

Tanaman

Terpadu

(PTT)

merupakan

suatu

pendekatan holistik yang semakin populer dewasa ini.Pendekatan ini


6

bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi


sehingga bukan merupakan paket teknologi yang harus diterapkan petani
di semua lokasi. Tujuan PTT adalah untuk meningkatkan pendapatan
petani melalui penerapan teknologi yang cocok untuk kondisi setempat
yang dapat meningkatkan hasil gabah dan mutu beras serta menjaga
kelestarian lingkungan (Balai Penelitian Tanaman Padi, 2004).

PTT

adalah upaya meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan

petani

melalui

pengelolaan

lahan,

air,

tanaman,

dan

organisme

pengganggu tanaman secara terpadu dan suatu pendekatan yang


bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan
teknologi yang cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan
hasil gabah dan mutu beras serta menjaga kelestarian lingkungan (Tim
KKNM, 2010)
Kementerian Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT.
Panduan

SL-PTT

padi

ini

dimaksudkan

sebagai:

(1)

acuan

dalam

pelaksanaanSL-PTT padi dalam upaya peningkatan produksi beras pada


tahun 2008 di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota; (2) pedoman
dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program peningkatan
produksi padi melalui SL-PTT antara di tingkat pusat, provinsi, dan
kabupaten/ kota; (3) acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT
padi

oleh petani

keterampilan

sehingga

dalam

upayapeningkatan

dapat meningkatkan pengetahuan dan

mengelola

produksi;

dan

usahataninya

untuk

mendukung

(4)

dalam

peningkatan

pedoman

produktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani padi (THL


TBPP, 2010).
PTT adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya
meningkatkan

produksi

dan

pendapatan
7

petani

melalui

perakitan

komponen

teknologi

secara

partisipatif

bersama

petani.

Dengan

pendekatan ini diharapkan selain produksi padi naik, biaya produksi


optimal, produknya berdaya saing dan lingkungan tetap terpelihara
sehingga bisa berkelanjutan.
PTT dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) prinsip utama, yaitu:
(1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai
kondisi

setempat

serta

meningkatkan

kemampuan

pembelajaran di laboratorium lapangan.


(2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian

teknologi

melalui
dengan

lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani setempat.


(3) Terpadu. Sumberdaya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik
secara terpadu.
(4) Sinergis atau serasi. Pemanfaatan teknologi terbaik memperhatikan
keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung.
(5) Dinamis. Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan
perkembangan dan kemajuan Iptek serta kondisi sosial ekonomi
setempat.
Komponen teknologi PTT Padi terdiri dari beberapa komponen yang
diantaranya sebagai berikut :
Komponen Teknologi Dasar
Teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi
sawah. Teknologi ini terdiri dari:
(1) Varietas unggul baru, inbrida, atau hibrida
(2) Benih bermutu dan berlabel
(3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau
dalam bentuk kompos
(4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum
(5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
(6)

Pengendalian

OPT

(organisme

pengganggu

tanaman)

dengan

pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu).


Komponen Teknologi Pilihan
Teknologi yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan
petani setempat. Teknologiini terdiri atas:

(1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam


(2) Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
(3) Tanam bibit 1 3 batang per rumpun
(4) Pengairan secara efektif dan efisien
(5) Penyiangan dengan landak atau gasrok
(6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok

SL-PTT adalah salah satu metode penyuluhan atau pendidikan non formal
kepada petani yang seluruh proses belajarmengajarnya di lakukan di
lapangan/lahan usahatani dan di tempat-tempat lain yang berdekatan
dengan lahan belajar, tidak terikat ruang kelas. Sekolah lapang (SL)
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, utamanya
dalam mengenali potensi, penyusunan rencana usahatani, dan mengatasi
permasalahan.
Melalui SL petani akan mampu mengambil keputusan untuk menerapkan
teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara
sinergis dan berwawasan lingkungan. Dengan demikian, usahataninya
lebih efisien, berproduktivitas tinggi, dan berkelanjutan. Pendekatan SLPTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para
petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan
pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok, serta sebagai
percontohan bagi kawasan lainnya.
Adapun penciri dari SL-PTT adalah sebagai berikut :
(1) Satu unit SL-PTT Padi inhibrida luasnya 25 hektar dan di dalam SL-PTT
terdapat laboratorium lapang (LL) seluas satu hektar. LL adalah
kawasan atau area dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai
9

media percontohan, tempat belajar dan tempat praktek penerapan


teknologi

yang

disusun

dan

diaplikasikan

bersama

kelompok

tani/petani. Komponen teknologi yang diterapkan berdasarkan hasil


kajian kebutuhan dan peluang (KKP) oleh petani.
(2) Didukung Pemandu Lapang (PL) yang terdiri dari Penyuluh Pertanian,
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), dan Pengawas
Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan. Pemandu
sebagai fasilitator memberikan bimbingan. Peserta dan pemandu
saling memberi dan menghargai.
(3) Menggunakan sarana kelompok tani yang sudah terbentuk dan masih
aktif,

berbasis

domisili

atau

hamparan

dimana

lokasi

lahan

usahataninya masih dalam satu hamparan. Perencanaan pengambilan


keputusan dilakukan bersama dengan kelompok tani dan gabungan
kelompok tani.
(4) Materi pelatihan, praktek, dan sarana belajar ada di lapangan dan
memiliki programa kegiatan untuk satu musim tanam.
(5) Terdapat Pos Simpul Koordinasi (POSKO) I V yaitu sebagai tempat
melaksanakan

koordinasi

dalam

rangka

mendukung

kelancaran

pelaksanaan SL-PTT. POSKO yang telah ada antara lain POSKO P2BN.
(6) Penyelenggaraan SL-PTT berlandaskan pada beberapa azas sebagai
berikut:
Sawah sebagai sarana belajar
Belajar lewat pengalaman dan penemuan petani sendiri
Pengkajian agroekosistem sawah
Metode belajar praktis
Programa berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan
(7) Pendidikan yang dikembangkan dalam SL-PTT meliputi tiga aspek,
yaitu:
Aspek teknologi: keterampilan dan pengetahuan
Aspek hubungan antar petani: interaksi dan komunikasi
Aspek pengelolaan: manajer di lahan usaha
Kegiatan SL-PTT di tiap lokasi akan memiliki jadwal waktu tanam yang
beragam, tergantung lokasi.
10

Keterkaitan kegiatan pendampingan SL-PTT oleh BPTP dengan program


lain dilakukan dengan cara seperti berikut :
1. Di tingkat provinsi, BPTP adalah bagian dari Tim SL-PTT Propinsi, turut
bertanggungjawab atas pelaksanaan program SL-PTT di wilayah
kerjanya. Sebagai bagian dari Tim Teknis SL-PTT Provinsi, BPTP dapat
melakukan koordinasi dan membangun kerja sama dengan Tim Teknis
Program Strategis lainnya (khususnya Tim Teknis PUAP Tingkat
Provinsi).
2. Di tingkat kabupaten, BPTP menempatkan salah satu stafnya sebagai
LO, dengan tugas pokok mengkoordinasikan program pendampingan
BPTP dengan Tim Teknis SL-PTT Kabupaten/Kota dan Tim Teknis PUAP
Kabupaten/Kota. Penempatan dan jumlah LO yang ditunjuk, mengacu
pada kondisi dan kebutuhan di masing-masing BPTP. Penunjukan LO
untuk di suatu Kabupaten/Kota

disarankan adalah staf BPTP yang

pernah ditugaskan sebagai Manajer PRIMA TANI atau Korwil PUAP atau
LO FEATI di kabupaten/kota tersebut. Apabila Kabupaten/Kota lokasi
SL-PTT tersebut sebelumnya tidak pernah ada program PRIMA TANI,
PUAP, atau FEATI maka penunjukan LO diserahkan kepada kebijakan
Kepala BPTP.
3. LO BPTP yang ditempatkan di Kabupaten/Kota secara khusus memiliki
peran sebagai berikut :
a. Membuat Unit Contoh SL-PTT. Kegiatan ini dilakukan pada Minggu
ke-2 Bulan September 2009.
b. Menjadikan Unit Contoh SL-PTT tersebut sebagai demplot dan
tempat

pelatihan

bagi

para

Penyuluh

Pendamping/Mahasiswa/Sarjana Relawan SL-PTT. Pada kesempatan


tersebut, masing-masing peserta diberikan benih 5 Varietas
Unggul Baru/VUB lengkap dengan petunjuk teknisnya (juknis) PTT.
Pelaksanaan kegiatan ini ditargetkan pada Minggu ke-2 Bulan
Oktober 2009.

11

c. Melaksanakan
pelaksanaan

koordinasi
SL-PTT

di

dan
wilayah

monitoring

perkembangan

kabupaten/kota-nya

melalui

kunjungan lapang atau berkomunikasi dengan para Penyuluh


Pendamping/Mahasiswa/

Sarjana

Relawan

SL-PTT

via

Short

Message Services/SMS. Kegiatan ini dimulai pada Minggu ke-3


Bulan Oktober 2009 dan seterusnya.
d. Menjadi narasumber dalam kegiatan sosialisasi dan apresiasi SLPTT di Kabupaten/Kota.
e. Berperan aktif dalam penyampaian 2 jenis laporan yakni:
1. Laporan Kemajuan Kegiatan. Laporan ini diserahkan ke BPTP
pada setiap akhir bulan. Adapun data penting yang harus
disampaikan dalam laporan ini diantaranya adalah:
-

Komponen teknologi yang diimplementasikan


-

Parameter vegetatif padi pada sampling di lokasi LL, SL-PTT,


dan di luar SL-PTT

Parameter produksi padi pada sampling di lokasi LL, SL-PTT,


dan di luar SL-PTT

2. Laporan Akhir Kegiatan. Laporan ini berisi laporan teknis dan


analisis finansial baik di lokasi LL, SL-PTT, maupun di luar SLPTT, dan disampaikan pada Minggu ke-4 Bulan Desember 2009.
4. Koordinasi pendampingan SL-PTT oleh BPTP harus dilakukan secara
intensif baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, maupun
desa. LO kabupaten/ kota memiliki posisi strategis dalam membangun
koordinasi pendampingan yang intensif dengan para pengawal SL-PTT
baik di tingkat kecamatan (Kantor Penyuluh Kecamatan dan Kepala
Cabang

Dinas

Pertanian

Kecamatan)

(PPL/Mahasiswa/Sarjana Relawan).

12

maupun

desa

Gambar 1. Mekanisme Pendampingan SL-PTT

HASIL PENDAMPINGAN
1. Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru
Pelaksanaan uji adaptasi varietas unggul baru di Kabupaten Mamuju Utara
dilaksanakan di tiga Kecamatan sentra padi dengan mengujikan beberapa
varietas. Adapun hasil dari uji adaptasi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:

13

Tabel 1. Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru Kabupaten Mamuju Utara Tahun
2012
N

Kecamata

Varietas

o
1

n
Pasangkayu

Ciapus, Sunggal, Cibogo,

(3 titik)

Inpari 8, Inpari 9

Hasil
Ciapus=5,1ton/ha,
Sunggal=5,6

ton/ha,

Cibogo=4,7 ton/ha, Inpari


8=6,6 ton/ha, Inpari 9=6,2
ton/ha.
2

Bambalamo

Ciapus, Sunggal, Cibogo,

tu (3 titik)

Inpari 8, Inpari 9

(2

titik

panen)
Ciapus=4,4

belum
ton/ha,

Sunggal=4,9, Cibogo=4,2
ton/ha,

Inpari

8=5,7

ton/ha,

Inpari

9=5,2

ton/ha (1 titik kekeringan


3.

Bambaira

Ciapus, Sunggal, Cibogo,

dan 1 titik belum panen)


Belum Panen

(3 titik)
Inpari 8, Inpari 9
Sumber:Data Pendampingan SL-PTT Padi Mamuju Utara, 2012
Pelaksanaan Uji Adapatasi di Kabupaten Mamuju Utara menunjukkan hasil
yang variatif, ada lima varietas yang diintroduksikan yaitu Ciapus,
Sunggal, Cibogo, Inpari 8 dan Inpari 9 dengan varietas pembanding
adalah ciliwung dan ciherang yang telah digunakan petani pada umumnya
di Kabupaten Mamuju Utara.
Dari hasil yang diperoleh Inpari 8 dan Inpari 9 menunjukkan angka
produksi yang tinggi, pada sebaran lokasi uji adaptasi, varietas tersebut
menunjukkan produktivitas yang tinggi yang membuat preferensi petani
terhadap varietas tersebut tinggi.

Varietas pembanding yaitu ciliwung

dan Ciherang rata-rata menghasilkan 3-4 ton/ha, dibandingkan Inpari 8


dan Inpari 9 produksinya masih diatas, sehingga petani antusias untuk
menggunakan varietas tersebut. Angka tertinggi dari sebaran lokasi Uji
Adaptasi VUB di Kabupaten Mamuju Utara ditunjukkan di Kecamatan
Pasangkayu dimana Inpari 8 menghasilkan 6,6 ton/ha GKG dan Inpari 9
14

menghasilkan 6,2 ton/ha GKG.

Hasil ini sesuai dengan pendapat

Suprihatno dkk (2010) yang menyatakan bahwa potensi hasil dari Inpari 8
dan Inpari 9 adalah 9,3 ton/ha dan 9,9 ton/ha.
Perkembangan masing-masing varietas juga diamati dipertanaman Uji
Adaptasi VUB dan adapun hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada
table berikut ini.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji VUB SL-PTT Padi Mamuju Utara 2012
No

Kecamata

Varieta

Tinggi

Anakan

Panjan

Produksi

Tanama

Produkt

g Malai

real

Ciapus

n
101 cm

if
13

5,1 ton/ha

Cibogo

102 cm

12

4,7 ton/ha

Sunggal

99,6 cm

14

5,6 ton/ha

Inpari 8

112 cm

19

6,6 ton/ha

Inpari 9

117 cm

17

6,2 ton/ha

Bambalamo

Ciapus

103 cm

13

4,4 ton/ha

tu

Cibogo

101 cm

11

4,1 ton/ha

Sunggal

105 cm

15

4,9 ton/ha

Inpari 8

111 cm

20

5,7 ton/ha

Inpari 9

114 cm

18

5,2 ton/ha

Pasangkayu

Blm

Bambaira
Panen
Sumber :Data Pendampingan SL-PTT Padi Mamuju Utara, 2012
Dalam pelaksanaan Uji Adaptasi VUB, dilakukan pengamatan pada
pertanaman, tinggi tanaman, anakan produktif, panjang malei dan
produksi real merupakan bagian-bagian yang diamati.
Sebagian besar pelaksanaan Uji Adaptasi VUB mengalami kemunduran,
hal ini disebabkan mundurnya musim tanam pada sebagian besar
pertanaman padi di Mamuju Utara dikarenakan tidak adanya air yang
mengairi persawahan.
2. Penyediaan dan Penyebaran Materi Diseminasi

15

Salah satu bagian kegiatan Pendampingan SL-PTT Padi Mamuju Utara


adalah

penyediaan

dan

pendistribusian

materi

diseminasi.

Pendistribusiannnya telah dilaksanakan, adapun materi diseminasi yang


didistribusikan dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3. Materi Diseminasi Pendampingan SL-PTT Kabupaten Mamuju
Utara 2012
N

Materi Diseminasi

Jumlah

o
1
2
3
4

Leaflet VUB Spesifik lokasi Sulawesi Barat


Leaflet Kalender tanam Terpadu
Poster Jajar Legowo
Buku Rekomendasi Teknologi Sulawesi

200
200
40
40

Barat
Poster

Informasi

Kalender

Tanam

per

30

Kecamatan
Sumber : Data Pendampingan SL-PTT Padi Mamuju Utara, 2012
Ada lima materi diseminasi yang telah disebarluaskan di kegiatan
pendampingan SL-PTT Padi Mamuju Utara 2012 ini, leaflet VUB spesifik
lokasi Sulawesi
lembar.

Barat yang disiapkan dan disebarkan sebanyak 200

Leaflet VUB spesifik lokasi Sulawesi Barat ini merupakan

masukan dari salah satu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten di Provinsi


Sulawesi Barat, stakeholder tersebut berpendapat bahwa dibutuhkan
media untuk menyebarluaskan Varietas Unggul Baru Badan Litbang
Pertanian yang telah diuji adaptasikan di lima kabupaten agar petani
dapat mengenal lebih jauh sehingga mengadopsi VUB yang telah diujikan
tersebut.

Hal ini dirasa penting untuk ditindaklanjuti mengingat hal

tersebut dijustifikasi merupakan kebutuhan petani di Sulawesi Barat.


Leaflet Kalender Tanam Terpadu disiapkan dan disebarkan di Mamuju
Utara sebanyak 200 lembar, Kalender Tanam Terpadu merupaka program
baru dari Badan Litbang Pertanian yang dijadikan sarana atau alat bantu
yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim,
awal waktu tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah rawan
kekeringan dan banjir, potensi serangan OPT, serta rekomendasi dosis dan
kebutuhan pupuk, varietas yang sesuai (pada lahan sawah irigasi, tadah
hujan dan rawa) berdasarkan prakiraan iklim. Sistem Informasi Kalender
16

Tanam Terpadu disusun secara sederhana agar mudah dipahami oleh


pemangku kepentingan, penyuluh, dan kelompok tani dalam mengatur
kalender dan pola tanam sesuai dengan kondisi iklim. Sistem Informasi
Kalender

Tanam

Terpadu

ini

dianggap

penting

untuk

dimassifkan

penyebarluasannya karena memiliki manfaat dan keunggulan, adapun


manfaat dari KATAM ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan waktu tanam setiap musim (MH,MK-1 dan MK-2).
2. Menentukan pola tanam, rotasi tanam dan rekomendasi teknologi
pada skala kecamatan.
3. Menduga potensi luas tanam untuk mendukung sistem perencanaan
tanam dan produksi tanaman pangan.
4. Mengurangi resiko penurunan dan kegagalan produksi serta kerugian
petani akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT.
Sedangkan keunggulan dari KATAM ini adalah sebagai berikut :
1. Dinamis: disusun berdasarkan prediksi iklim musiman dan tahunan.
2. Operasional dan spesifik lokasi: didasarkan pada potensi sumberdaya
iklim dan air, wilayah rawan bencana (banjir, kekeringan, OPT) tingkat
kecamatan
3. Terpadu: diintegrasikan dengan rekomendasi teknologi (pupuk, benih,
PHT).
4. Mudah diperbaharui
5. Mudah dipahami pengguna: disusun secara spasial dan tabular yang
dilengkapi manual cara menggunakan sistem
6. Informatif: dikomunikasikan dengan sistem informasi website yang
dapat diunduh setiap saat.
Manfaat dan keunggulan tersebut tertuang dan termuat dalam leaflet
tersebut. Selain berupa leaflet, informasi KATAM ini juga disebarluaskan
berupa poster yang memuat informasi potensi serangan hama penyakit
dan rekomendasi pemupukan, poster ini diwajibkan untuk dipasang
disetiap BPP Kecamatan dan sanggar tani, poster ini diperbanyak
sejumlah 30 lembar.
Sistem tanam jajar legowo juga dianggap penting untuk dimassifkan,
dengan itu untuk teknologi ini dibuatkan poster yang memuat manfaat
dan cara mengaplikasi teknologi tersebut.

Poster ini disebarluaskan di

Mamuju Utara sebanyak 40 lembar yang menyasar BPP Kecamatan serta

17

sanggar-sanggar tani yang menjadi tempat berkumpulnya petani dalam


membicarakan masalah-masalah yang terjadi.

Poster Sistem Tanam Jajar Legowo

Poster Mini Rekmonedasi


Katam
Per
Kecamatan

Booklet Rekomendasi Teknologi SL-PTT Padi


Spesifik Lokasi Sulawesi Barat

18

Leaflet KATAM

Leaflet VUB

Gambar 2. Bahan Diseminasi Pendampingan SL-PTT Padi

3. Temu Lapang
Temu Lapang adalah pertemuan antara para petani dengan peneliti dan
penyuluh untuk saling tukar-menukar informasi tentang teknologi yang
dihasilkan oleh peneliti dan umpan balik dari petani. Pelaksanaan temu
lapang seringkali dirangkaikan dengan panen raya padi pada demplot
pendampingan SL-PTT Padi.
Pelaksanaan Temu Lapang kegiatan pendampingan SL-PTT Padi Mamuju
Utara Desember di Kecamatan Bambalamotu, terjadi keterlambatan oleh
karena pelaksanaan uji adaptasi VUB pelaksanaannya mundur, hal ini
disebabkan hampir sebagian pertanaman padi di kabupaten Mamuju
Utara mengalami kekeringan.
Perencanaan pelaksanaan Temu Lapang ini dihadiri pejabat setempat
seperti Bupati Mamuju Utara, Ketua DPRD Mamuju Utara, Wakil Ketua
DPRD Mamuju Utara, Instansi terkait, PPL dan Kelompok Tani setempat.
Diharapkan dengan hadirnya pemerintah setempat maka persoalan atau
masalah petani dapat dikomunikasikan kepada pengambil kebijakan
pemerintah setempat.
4. Narasumber dalam Pelatihan/Bimbingan Teknis
Pelatihan atau bimbingan teknis menjadi bagian dari pelaksanaan
pendampingan SL-PTT Padi Mamuju Utara, ada beberapa pelatihan yang
dilaksanakan dan LPTP Sulawesi Barat menjadi narasumber, adapun
pelatihan yang dilaksanakan di Mamuju Utara dapat dilihat pada tabel
berikut :

19

No
.

Lokasi

Kabupaen
Mamuju
Utara

Kabupaten
Mamuju
Utara

Kabupaten
Mamuju
Utara
Kabupaten
Mamuju
Utara
Kabupaten
Mamuju
Utara

4
5

Materi/Tem
a

Tudang
Sipulung
(Peran
Teknologi)
Pameran
Pembanguna
n (Peragaan
Teknologi
LPTP Sulbar)
Pengomposa
n Jerami
Kalender
Tanam
Tudang
Sipulung
(Hama dan
Penyakit
pada Padi)

Target
(orang)
100

Peserta
Realisas
i
Asal Instansi
(orang)
200
Distanak, BP5K,
Kelompok Tani

150

300

Distanak, BP5K,
Kelompok Tani
dan masyarakat
mamuju utara

30

30

BP5K + KT

40

50

Distan, Disbun,
BP5K dan KT

100

200

Distan, Disbun,
BP5K dan KT

Tabel 4. Kegiatan Pelatihan di Kabupaten Mamuju Utara


Sumber : Data Pendampingan SL-PTT Padi Mamuju Utara, 2012
Kegiatan beberpa pelatihan ini ada yang dilaksanakan oleh instansi terkait
Mamuju Utara dan ada juga pelaksanaannya langsung dari LPTP Sulawesi
Barat.

Kepercayaan Pemerintah Mamuju Utara kepada LPTP Sulawesi

Barat ditunjukkan lewat pelibatan menjadi narasumber dalam perhelatan


pelatihan yang dilaksanakan Pemkab Mamuju Utara.
Salah satu event terbesar adalah dalam rangka memperingati HUT
Mamuju Utara dimana pelaksanaannya dirangkaikan dengan acara tudang
sipulung dan pameran pembangunan.
20

Pada acara tudang sipulung

Pemerintah Mamuju Utara mendaulat LPTP Sulawesi Barat menjadi salah


satu

narasumber

dengan

judul

materi

Peran

Teknologi

Pertanian,

pemaparan LPTP Sulawesi Barat yang dibawakan oleh LO SL-PTT Mamuju


Utara

menjelaskan

arti

pentingnya

mengelolah usahataninya.

teknologi

untuk

petani

dalam

Dan pada pameran pembangunan LPTP

Sulawesi Barat juga berpartisipasi dengan memperagakan beberapa


teknologi melalui media leaflet, poster, contoh benih UPBS dll, LO SL-PTT
Mamuju Utara bertindak sebagai narasumber pada stand pameran Dinas
Pertanian dan BP5K Mamuju Utara.
Pelatihan lain yang dilaksanakan adalah pengomposan jerami dengan
menggunakan starter promi, pelaksanaannya di Desa Polewali, pelatihan
ini dilakukan ditengah pertanaman yang sedang melaksanakan panen,
sehingga ketersediaan jerami untuk pelatihan dengan aplikasi langsung
dapat

dilaksanakan.

Respon

petani

setempat

dengan

teknologi

pengomposan jerami ini cukup tinggi, oleh karena sebelumnya dengan


kegiatan yang berbeda juga memberikan pelatihan pembuatan pupuk
organik akan tetapi sulit untuk diadopsi petani sebab bahan dan
pembuatannya yang rumit.
5. Gelar Teknologi
Pelaksanaan

Gelar

Teknologi

pada

kegiatan

pendampingan

SL-PTT

Kabupaten Mamuju Utara 2012 dipusatkan di pertanaman demfarm yang


ditangani oleh BP5K Kabupaten Mamuju Utara. Kerjasama ini berangkat
dari tawaran kerjasama dari pemerintah setempat agar LPTP Sulawesi
Barat dapat mengaplikasikan teknologi Badan Litbang Pertanian di
pertanaman Demfarm Kabupaten Mamuju Utara. Adapun Teknologi yang
diaplikasikan dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5. Aplikasi Teknologi pada pertanaman Demfarm Kabupaten Mamuju Utara
2012

N
o
1

Uraian

Jenis Teknologi

Bibit

Penanaman

Penggunaan Varietas Unggul Baru


Badan Litbang Pertanian yang berlabel
(Inpari 8)
Menggunakan Sistem Tanam Jajar
Legowo 2:1 dan 4:1, tanam bibit muda
21

dan tanam 1-3 perlubang


2
Pemupukan
Menggunakan PUTS, Penggunaan
organik dari bahan jerami
3
Pengendalian Hama
Pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu (PHT)
4
Panen
Penanganan Pascapanen yang tepat
Sumber : Data Pendampingan SL-PTT Padi Mamuju Utara, 2012
Pelaksanaan gelar teknologi pada demfarm yang dikelolah oleh BP5K
Mamuju Utara dilaksanakan di Kecamatan Bambaira, manfaat dari
kerjasama ini adalah semakin massifnya diseminasi teknologi ke pemakai.

6. Produktivitas SL-PTT Padi di Mamuju Utara


Pelaksanaan SL-PTT Padi di Kabupaten Mamuju Utara di Inisiasi oleh Dinas
Pertanian dan Peternakan Mamuju Utara yang melibatkan PPL dan LPTP
Sulawesi Barat, adapun produktivitas dari SL-PTT Padi Mamuju Utara dapat
dilihat pada table berikut ini
Tabel 6. Produktivitas SL-PTT Padi Mamuju Utara T.A 2012
N
o

Lokasi

Varieta
s

KT Siamasei,
Kec Tikke
Raya
KT Damai,
Kec Tikke
Raya
KT Salabulo,
Kec Tikke
Raya
KT Sinar
Jange Kec
Tikke Raya
KT Bukit
Harapan, Kec
Pasangkayu
KT Sinar

Inpari 7

Produktivit
as LL
(Ton/ha)
5,06

Produktivit
as SL
(Ton/ha)
4,09

Produktivit
as Non SL
(Ton/ha)
3-4

Inpari 7

6,02

5,31

3-4

Inpari 7

5,67

5,4

3-4

Inpari 7

5,03

4,76

3-4

Inpari 13

6,41

5,32

3-4

Inpari 13

5,56

4,65

3-4

22

Gangkung,
Kec
Pasangkayu
7
KT Bambalu,
Inpari 7
7,03
6,15
3-4
Kec
Pasangkayu
8
KT Guna
Inpari 7
6,21
5,34
3-4
Karya, Kec
9
KT Idolaku,
Inpari 7
6
5,77
3-4
Kec
Bambalamot
u
10
KT Sipatuo,
Inpari 7
5,32
4,8
3-4
Kec
Bambalamot
u
11
KT
Inpari 7
6,47
5,7
3-4
Hanasang,
Kec
Bambalamot
u
12
KT
Inpari 13
6,02
6
3-4
Situpuroso,
Kec
Bambalamot
u
13 KT Naru, Kec Inpari 13
5,39
5
3-4
Bambalamot
u
14
KT Batu
Inpari 7
6,45
5,7
3-4
Kapal Kec
Pedongga
15 KT Sejahtera, Inpari 7
6,97
6,1
3-4
Kec
Pedongga
16
KT
Mekongg
6
6
3-4
Bungalemo,
a
Kec
Bambaira
17
KT
Mekongg
6,43
5,9
3-4
Bungapadi,
a
Kec
Bambaira
Sumber : Data Dinas Pertanian dan Peternakan Mamuju Utara, 2012
23

Produktivitas

SL-PTT

Padi

di

Kabupaten

Mamuju

Utara

angkanya

bervariatif, dengan penggunaan VUB Badan Litbang Pertanian dan


pengawalan teknologi yang dilakukan LPTP Sulawesi Barat, target
produktivitas yang diberikan Pemerintah Kabupaten dapat dicapai.

KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan pendampingan SL-PTT Padi Mamuju Utara T.A 2012
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Uji Adaptasi VUB Badan Litbang Pertanian dilaksanakan di
tiga

Kecamatan sentra

padi

di Kabupaten Mamuju
24

Utara

yaitu

Kecamatan Pasangkayu, Bambalamotu dan Bambaira dan mengujikan 5


varietas yaitu Cibogo, Ciapus, Sunggal, Inpari 8 dan Inpari 9 dengan
varietas pembanding ciliwung dan ciherang.

Preferensi petani tinggi

terhadap VUB Badan Litbang Pertanian yang diujikan terutama untuk


varietas Inpari 8 dan Inpari 9.
2. Penyediaan materi diseminasi dan pendistribusiannya dilakukan hingga
tingkat

BPP

Kecamatan,

ada

lima

materi

diseminasi

yang

disebarluaskan yaitu leaflet VUB spesifik lokasi Sulawesi Barat, leaflet


Kalender tanam terpadu, poster jajar legowo, booklet rekomendasi
teknologi spesifik Sulawesi Barat dan Poster mini informasi Kalender
tanam Terpadu.
3. Jadwal pelaksanaan Temu Lapang mundur diakibatkan mundurnya
musim tanam di Kabupaten Mamuju Utara, yang direncanakan akan
dilaksanakan di Kecamatan Bambalamotu, Bupati Mamuju Utara, Ketua
DPRD Mamuju Utara, dan Kepala SKPD terkait serta Kelompok Tani
setempat.
4. Pelatihan Petani atau Bimbingan Teknis dilaksanakan lima kali dimana
LPTP Sulawesi Barat bertindak sebagai narasumber.
5. Pelaksanaan Gelar Teknologi pada pertanaman demfarm yang dikelolah
oleh BP5K Mamuju Utara, beberapa teknologi Badan litbang Pertanian
diaplikasikan di pertanaman tersebut.
Saran
Dalam pelaksanaan pendampingan SL-PTT Padi, LO Kabupaten diperlukan
koordinasi dan komunikasi yang intensif untuk kelancaran pelaksanaan
dilapangan, utamanya dalam menggali informasi dan data.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Mulkan. 2010. Leaflet sebagai Media Publikasi, UNSRI, Palembang.


Budilaksono, A, 2002.
Program Subsidi Pertanian Terpadu, Deptan,
Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Pedoman Bagi Penyuluh

25

Pertanian.

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Pertanian,

Departemen Pertanian, Jakarta.


Balai Penelitian tanaman Padi, 2004. Petunjuk lapang PTT Padi Sawah,
Depertemen Pertanian, Jakarta
Bappeda, 2010. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat 2010, Mamuju
BPS, 2008. Mamuju Utara Dalam Angka, Pasangkayu.
Cicu,dkk. 2011. Proposal Pendampingan SL-PTT Padi Sulawesi Barat. LPTP,
Mamuju.
Departemen Pertanian, 2008. Pedoman Umum Peningkatan Produksi dan
Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu
(SL-PTT). Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan.Jakarta
Departemen Pertanian, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang
Pengelolaan

Tanaman

Terpadu

(SL-PTT)

Padi.

Departemen

Pertanian, Jakarta.
Ikbal,T. 2008. Booklet. Tata Warna, Jakarta.
THL-TBPP, 2010. Inovasi Teknologi Padi, Kemtan, Jakarta.
Tim KKNM, 2010. Penyuluhan Pengelolaan Tanaman terpadu Padi Sawah,
Padawaras.

LAMPIRAN DOKUMENTASI

26

27

28

Anda mungkin juga menyukai