Anda di halaman 1dari 5

Perhitungan Sel Darah Pada Ikan Lele (Clarias sp.

)
Widhianto Harsono
230210150045
Kelompok 2
Ikan Lele (Clarias sp.)
Ikan lele (Clarias sp.) memiliki kemampuan hidup di dalam lumpur dan air dengan
kandungan oksigen rendah. Hal ini disebabkan karena ikan ini memiliki alat pernapasan
tambahan (arborescent) yang terdapat di dalam ruang udara sebelah atas insang, sehingga
ikan lele dapat mengambil oksigen untuk bernafas langsung dari udara di luar air (Suyanto
2007). Ikan lele (Clarias sp.) termasuk hewan malam (nokturnal), yang aktif bergerak pada
malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Pakan ikan lele berupa pakan alami dan pakan
tambahan (Suyanto 2007). Ikan Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar.
Klasifikasi Lele (Clarias sp.)
Menurut Saanin (1984), klasifikasi dari Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai berikut :
Kingdom
Sub-kingdom
Phyllum
Sub-phyllum
Class
Sub-class
Ordo
Sub-ordo
Familia
Genus
Spesies

: Animalia
: Metazoa
: Chordata
: Vertebrata
: Pisces
: Teleostei
: Ostariophysi
: Siluroidea
: Clariidae
: Clarias
: Clarias sp.

Gambar 1. Ikan lele

Morfologi Lele (Clarias sp.)


Ikan lele (Clarias sp.) mempunyai ciri ciri yang bisa digunakan untuk membedakan dengan
jenis ikan lainnya, yaitu memiliki bentuk memanjang, bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor,
tidak bersisik serta mengeluarkan mukus. Ikan lele memiliki kepala berbentuk pipih dan simetris,
memiliki patil, mulut lebar, tidak bergigi, dan mulut memiliki sepasang sungut mandibular dan
sepasang sungut maksilar yang lebih panjang dan tegar, daerah kepala sampai punggung berwarna
coklat kehitaman. Ikan lele memiliki sifat tenang dan lebih jinak (Suyanto 2007).
Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih ke bawah (depressed). Mulut berada di
ujung (terminal) dengan sepasang sungut, nasal, rahang atas, rahang bawah, dan mental. Sirip ekor
membundar tidak bergabung dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar. Mempunyai alat
pernafasan yang terdapat dalamrongga insang, bentuknya merupakan membran berlipat-lipat yang

penuh dengan kapiler darah dan berada dalam ruang udara sebelah atas insang. Ikan lele memiliki
patil yang digunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan di atas tanah.
Alat pernafasan tambahan terletak di bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh dua
pelat tulang kepala. Alat pernafasan iniberwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun
yang penuh kapiler-kapiler darah. Alat pernafasan tambahan tersebut sering disebut dengan nama
labyrinth yang memungkinkan lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernafasan
(Hernowo, 2008). Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut,
yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar dan dua pasang sungut mandibula.
Fungsi sungut tersebut adalah sebagai alat peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari
makan.
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan tawar, meliputi sungai dengan
aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang seperti waduk, danau, telaga, rawa, dan
genangan air seperti kolam. Ikan lele tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan
relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik.

Darah Ikan
Darah ikan mengalir dari jantung melalui aorta ventral dan arteri
arteri brankhial menuju ke insang untuk keperluan oksigenasi (Irianto
2005). Darah ikan tersusun dari sel sel darah yang tersuspensi dalam
plasma yang diedarkan ke seluruh jaringan tubuh (Moyle dan Cech 1988).
Fungsi darah ikan antara lain mengedarkan sari makanan dan oksigen ke
seluruh tubuh (Lagler et al. 1977).

Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan


komponen seluler (sel-sel darah). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih) dan rombosit (keping darah),
yang diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup
(Wedemeyer et al., 1990). Sel dan plasma darah mempunyai peranan
fisiologis yang sangat penting. Plasma darah adalah suatu cairan jernih

Gambar 2. Skema peredaran darah ikan

yang mengandung mineral terlarut, hasil absorpsi dari pencernaan


makanan, buangan hasil metabolisme, serta gas terlarut.

Prosedur Praktikum
Dalam percobaan ini langkah-langkah dalam praktikum Perhitungan Sel Darah Merah Pada Ikan Lele
(Clarias sp.) adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan mikroskop dengan perbesaran tertentu (40x) , lalu meletakkan haemacytometer
tipe Improved Neubauer di bawah mikroskop, dan mengamatinya sampai terlihat kotakkotak kecil baik untuk tempat pernghitungan sel darah merah (SDM).
2) Menempatkan ikan lele pada wadah lalu melukai bagian pangkal ekornya dengan pisau
bedah.
3) Menghisap darah yang keluar menggunakan pipet Thomma sebatas skala 0,5 dan
menghentikan penghisapan dengan menekan ujung lidah ke ujung karet penghisap, kemudian
menambahkan larutan Hayems sampai skala 101.
4) Melepaskan karet penghisap dari pipet dan kedua ujung pipet ditekan dengan ibu jari agar
cairan tidak keluar, selanjutnya digerakkan dengan arah memutar selama 3 menit agar merata.
5) Menetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit haemacytometer, kemudian
dilakukan penghitungan dengan menggunakan hand counter.
6) Untuk menghitung sel darah merah dilakukan dengan menghitung ke lima kotak di bagian
sudut dan hitung parsel kotak kemudian dijumlahkan dan dibagi lima untuk rata-ratanya.
Faktor pengali 200 x 10 x 25 = 50.000 yang harus dikalikan dengan jumlah rata-rata sel darah
merah tersebut yang merupakan jumlah SDM per ml darah.
Dalam percobaan ini langkah-langkah dalam praktikum Perhitungan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele
(Clarias sp.) adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan mikroskop dengan perbesaran tertentu (40x) , lalu meletakkan haemacytometer
tipe Improved Neubauer di bawah mikroskop, dan mengamatinya sampai terlihat kotakkotak kecil baik untuk tempat pernghitungan sel darah merah SDM maupun SDP.
2) Menempatkan ikan lele pada wadah lalu melukai bagian pangkal ekornya dengan pisau
bedah.
3) Menghisap darah yang keluar menggunakan pipet Thomma sebatas skala 0,5 dan
menghentikan penghisapan dengan menekan ujung lidah ke ujung karet penghisap, kemudian
menambahkan larutan Turks sampai skala 11.
4) Melepaskan karet penghisap dari pipet dan kedua ujung pipet ditekan dengan ibu jari agar
cairan tidak keluar, selanjutnya digerakkan dengan arah memutar selama 3 menit agar merata.
5) Menetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit haemacytometer, kemudian
dilakukan penghitungan dengan menggunakan hand counter.
6) Untuk menghitung sel darah putih dilakukan dengan menghitung ke empat kotak di bagian
sudut dan hitung parsel kotak kemudian dijumlahkan dan dibagi empat untuk rata-ratanya.
Faktor pengali 20 x 16 x 10 = 3200 yang harus dikalikan dengan jumlah rata-rata sel darah
putih tersebut yang merupakan jumlah SDP per ml darah.

Daftar Pustaka

Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. 1977. Ichthyology. John
Willey and Sons. Inc. new York-London. Hlm 506.
Sumpeno Dedi. 2005. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Lele Dumbo (Clarias sp), Pada Penebaran 15, 20, 25, dan 30
Ekor/Liter Dalam Pendederan Secara Indoor dengan Sistem
Resirkulasi. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Suyanto S Rachmatun. 2007. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya :
Jakarta.
Wells RMG, Baldwin J, Seymour RS, Chirtian K, Britain T. 2005. Blood Cell
Function and Haematology In Two Tropical Frehswater Fishes From
Australia. Comparative Biochemistry and Physiology.

Anda mungkin juga menyukai