Anda di halaman 1dari 16

Audit Siklus Pendapatan

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan II
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

OLEH
Nursoerya Sulaiman
Besse Mardiah Sari
Febriyana Siswi H

A31112018
A31112026
A31112271

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Hasanuddin
2015
Kata Pengantar
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, serta Puji syukur yang
tak terhingga hanya patut penyusun sembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
berkenan memberikan kekuatan, ketekunan, kemampuan, kesempatan, dan pemikiran kepada
penyusun sehingga penyusunan makalah ini dapat mencapai tahap penyelesaian yang
berjudulSiklus Audit Pendapatan, walaupun dalam bentuk dan kondisi yang sangat sederhana,
baik dilihat dari segi pembahasan maupun sistematika penyusunan.
Dalam rangka penyusunan makalah ini, penyusun mengakui karena adanya kemampuan
yang sangat terbatas, untuk itu penyusun banyak menemui kesulitan dan hambatan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, arahan dan bimbingan.

Penyusunan makalah ini telah di upayakan sebaik-baiknya, namun penyusun menyadari


sebagai manusia biasa bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat penyusun harapkan demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Makassar, Maret 2015


Penyusun
A. SIFAT SIKLUS PENDAPATAN
Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam
bentuk kas. Untuk perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus
pendapatan adalah (1) penjualan kredit (penjualan yang dilakukan dengan hutang), (2)
penerimaan kas (penagian piutang dan penjualan tunai), dan (3) penyesuaian penjualan
(potongan, retur penjualan dan pengurangan harga, serta piutang tak tertagih [(penyisihan dan
penghapusan]).
TUJUAN AUDIT
Tujuan audit untuk siklus pendapatan berkaitan dengan perolehan bukti kompeten yang
mencukupi tantang setiap asersi laporan keuangan yang signifikan menyangkut saldo dan
transaksi siklus pendapatan.
PENGGUNAAN PEMAHAN TENTANG BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN UNTUK
MENGEMBANGKAN STRATEGI AUDIT
Pemahaman Bisnis dan Industri Klien
Audit mengembangkan strategi audit berdasarkan risiko salah saji yang material.
Langkah pertama dalam menilai risiko itu adalah memperoleh pemahaman tentang bisnis dan
industri klien karena hal tersebut juga dapat membantu auditor dalam:
Mengembangkan ekspetasi tentang total pendapatan dengan memahami kapasitas klien, pasar,
dan pelanggan klien.
Mengembangkan ekpetasi tentang marjin kotor dengan memahami pangsa pasar (market share)
dan keunggulan kompetitif (competitive advantage) klien di pasar.
Mengembangkan ekspetasi tentang piutang bersih berdasarkan periode penagihan rata-rata untuk
klien dan industri.
Materialitas
Kelompok transaksi dan saldo akun yang menyertai siklus pendapatan biasaya
mempunyai pengaruh yang material terhadap laporan keuangan. Untuk meningkatkan
keefektifan dan keefisienan auditor dalam memenuhi tujuan audit spesifik pada siklus ini,
perhatian yang cermat harus diberikan guna mempertimbangkan risiko inheren, risiko prosedur
analitis, dan risiko pengendalian ketika menentukan strategi audit untuk setiap tujuan audit
tersebut.
Risiko Inheren

Dalam menilai risiko inheren pada asersi siklus pendapatan, auditor harus
mempertimbangkan faktor pervasif (pervasive) yang dapat mempengaruhi asersi dalam beberapa
siklus, termasuk siklus pendapatan, serta faktor-faktor yang hanya berkaitan dengan asersi
tertentu dalam siklus pendapatan.
Risiko Prosedur Analitis
Risiko prosedur analitis merupakan unsur risiko detektif bahwa prosedur analitis akan
gagal mendeteksi salah saji yang material. Prosedur analitis merupakan cara yang efektif dari
segi biaya dan mengandalkan pada pengetahuan auditor tentang bisnis dan industri klien.
Prosedur ini tidak hanya efektif dalam mengidentifikasi salah saji yag potensial atas laporan
keuangan, tetapi juga efektif dalam mengidentifikasi masalah yang timbul ketikamemberikan
jasa menilai tambah (value-added services) di samping laporan audit.
Tahap pertama dalam melakukan prosedur analitis adalah memperoleh pemahaman
mengenai total pendapatan yang diberikan (1) kapasitas klien dan (2) pasar produk-produk klien.
Salah satu prosedur analitis yang penting adlah memahami pansa pasar klien, yang
membantingkan pendapatan klien dengan total pendapatan dari pasar produk-produk klien.
Akhirnya, merupakan hal yang penting bagi auditor untuk mengevaluasi hari perputaran piutang
usaha (accounts receivable turn days), atau rata-rata periode penagihan, dan mampu
membandingkan periode penagihan klien menunjukkan bahwa piutang telah tumbuh lebih cepat
daripada volume penjualan, yang selanjutnya akan menghabiskan arus kas operasi bagi
perusahaan yang sedang tumbuh untuk memonitor periode penagihan perusahaan, kareni setiap
pertumbuhan penjualan biasanya disertai dengan pertumbuhan piutang yang akan menghabiskan
kas operasi.
MEMPERTIMBANGKAN KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian teridir dari beberapa faktor yang dapat mengurangi bebrapa
risiko inheren yang berkaitan dengan siklus pendapatan. Di samping itu, faktor-faktor ini juga
dapat meningkatkan atau mengurangi keefektifan komponen pengendalian internal lainnya
dalam mengendalikan risiko salah saji pada asersi siklus pendapatan.
Penilaian Risiko
Penilaian risiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalaha sama dengan
penilaian risiko inheren oleh auditor ekternal. Upaya yang cermat oleh sebagian manajemen
untuk megidentifikasi jenis-jenis risiko yang berkaitan dengan saldo dan transaksi siklus
pendapatan, bersama dengan komitmen untuk mengawali aktivitas pengendalian atas risiko
tersebut, harus mengurangi risiko salah saji.
Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
Pemahaman atas sistem akuntansi pendapatan memerlukan pengetahuan tentang
bagaimana (1) penuualan diawali, (2) barang dan jasa diberikan, (3) piutang dicatat, (4) kas
diterima, dan (5) penyesuaian penjualan dilakukan, termasuk metode pemrosesan data serta
dokumen penting dan catatan yang digunakan.
Pemantauan (Monitoring)
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang umpan balik ini dan apakah manajemen
telah mengawali setiap tindakan korektif berdasarkan informasi yang diterima dari aktivitas
pemantauan. Kemungkinan ini mencakup informasi yang diterima dari (1) pelanggan yang
mengalami kesalah penagihan, (2) lembaga pengatur yang memperhatikan ketidaksesuaian
kebijakan pengakuan pendapatan atau hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal, dan

(3) auditor eksternal yang mempertimbangkan kondisi yang dapat dilaporkan atau kelemahan
material dalam pengendalian internal yangn ditemukan pada audit sebelumnya.
Penilaian Awal atas Risiko Pengendalian dan Strategi Audit Pendahuluan
Pada saat auditor memproleh bukti tenyang keefektifan operasi pengendalian internal
yang berkaitan dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman, auditor dapat mengevaluasi
risiko pengendalian berdasarkan bukti tersebut. Dalam kasus semacam itu, kepastian yang
terbatas mungkin diperoleh tentang keefektifan pengendalian yang terutama didasarkan atas
prosedur yang mencangkup pengajuan pertanyaan, observasi, dan beberapa inspeksi atas bukti
yang didokumentasikan. Banyak auditor akan menilai resiko pengendalian untuk asersi tertentu
secara sepintas dibawah atau diatas maksimum.
B. AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PENJUALAN KREDIT
Transaksi penjualan ini biasanya dicatat dengan menggunakan system komputer yang
dapat memproses transaksi secara berurutan atau metode pemrosesan batch. Aktivitas
pengendalian selama transaksi penjualan berlangsung harus disesuaikan dengan perubahan
situasi.
Sesungguhnya setiap perusahaan yang memerlukan audit mempunyai system akuntasi
yang terkomputerisasi (computerized accounting system). Akhirnya, pertimbangan akan
diberikan pada prosedur yang digunakan oleh auditor untuk (1) memperoleh dan
mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal dan (2) melakukan pengujian
pengendalian yang digunakan dalam membuat penilaian akhir atas risiko pengendalian untuk
transaksi pembelian.
PEROLEHAN PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO PENGENDALIAN
Auditor harus memperoleh pemahaman atas siklus penjualan yang mencukupi untuk
merencanakan audit, yaitu auditor perlu mempunyai pemahaman yang cukup untuk dapat
(1)mengidentifikasi jenis salah saji yang potensial, (2) mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko salah saji yang material, dan (3) merancang pengujian substansif.
Auditor bisa saja merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat sedang
atau tinggi atau menggunakan pengetahuannya tentang keefektifan pengendalian siklus
pendapatan yang diperoleh ketika memahami pengendalian internal. Selain itu, auditor juga
dapat mengambil kesimpulan tentang efektifan pengendalian yang deprogram dengan
mengevaluasi keefektifan operasi pengendalian umum komputer dan mengajukan pertanyaan
serta menginspeksi dokumen yang berhubungan dengan prosedur yang digunakan untuk
menindaklanjuti laporan pengecualian yang dihasilkan oleh program pengendalian.
C. AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PENERIMAAN KAS
Pertimbangan Risiko Pengendalian Transaksi Penerimaan Kas
Fungsi
Salah Saji
Pengendalian
EO2 C2 RO2 VA2 PD2
yang
Komputer
Potensial
Pengendalian
Manual (huruf
miring)
Fungsi
Penjualan
Menggunakan
P
Penerimaan tunai tidak register kas atau
Kas
didaftar
titik penjualan.
D
Secara
periodik
mengawasi prosedur
penjualan tunai.

Penerimaan
melalui pos
hilang atau
digelapkan
setelah
diterima

Membatasi
pengesahan cek atas
penerimaan dengan
segera.
Segera
menyusun P
pradaftar
penerimaan melalui
pos.
Kas dan cek Secara independen D
yang
mengecek
diterima
kesesuaian antara
untuk
kas dan cek dengan
disetorkan
lembar perhitungan
tidak sesuai kas dan pradaftar
dengan
lembar
perhitungan
kas
dan
pradaftar
Kas
tidak Secara independen D
disetorkan
mengecek
secara utuh kesesuaian
slip
setiap hari.
setoran
yang
disahkan
dengan
ikhtisar kas harian.
Bukti
Secara independen D
penerimaan
mengecek
uang
tidak kesesuaian
bukti
sesuai
penerimaan
uang
dengan
dengan pradaftar.
pradaftar.
Beberapa
Komputer
penerimaan
menyesuaikan
tidak dicatat jumlah yang dijurnal
dan
diposting
dengan ikhtisar kas
harian.
Kesm alahan Menyiapkan
D
telah
rekonsiliasi
bank
dilakukan
yang
independen
dalam
secara periodik
membuat
jurnal
penerimaan.
Penerimaan
Mengirimkan
D
diposting ke laporan
ke

akun
pelanggan
yang salah
Kesalahan
telah
dilakukan
dalam
mencatat
penerimaan
kas

Penerimaan
kas
tidak
dicatat atau
diposting ke
akun
yang
salah

pelanggan
Komputer
membandingkan
informasi yang ada
dalam
jurnal
penerimaan
kas
dengan
informasi
dari pradaftar
Rekonsiliasi
bank
independen
Pengendalian
Manajemen
Tingkat manajemen
yang
sesuai
memonitor
ke
harian,
termasuk
penerimaan kas kas,
kelayakan jumlah,
dan
jumlah
pengkreditan
ke
piutang usaha.
Manajemen secara
aktif
menindaklanjuti
piutang yang telah
jatuh tempo

D. AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PENYESUAIAN PENJUALAN


Transaksi penyesuaian penjualan meliputi :
1. Pemberian potongan tunai
2. Pemberian retur penjualan dan pengurangan harga
3. Penentuan piutang tak tertagih
Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti tentang keefektifan
perancangan dan operasi sistem pengendalian internal perusahaan. Risiko inheren yang berkaitan
dengan transaksi penerimaan kas adalah tinggi akibat kemungkinan penipuan oleh karyawan
melalui pengalihan penerimaan kas. Jika prosedur analitis menunjukkan kenaikan jumlah hari
piutang beredar, maka hal ini mungkin dapat menjelaskan pengalihan penerimaan ka situ. Akibat
risiko inheren atas penggelapan kas, dan dampak transaksi penerimaan kas terhadap piutang,
auditor seringkali akan menguji prosedur pengendalian yang berkaitan dengan penerimaan kas.
Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat sedang
(moderate) atau tinggi, maka auditor mungkin akan mendukung penilaian risiko pengendalian

melibatkan pengendalian manual dan auditor akan memperoleh bukti melalui Tanya-jawab,
observasi, serta inspeksi dokumen.
Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat yang rendah,
maka auditor akan memperluas pengujian sehingga mencakup inspeksi dokumen dan
pelaksanaan kembali pengendalian manual.
E.

PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA


PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN
Kolerasi Komponen Risiko-Asersi Piutang Usaha
Komponen Eksistens Kelengkapa Hak dan Penilaian
Penyajian
Risiko
i atau
n
Kewajiba
atau
dan
Kejadian
n
Alokasi Pengungkapa
n
Risiko Audit Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Risiko
Maksimu Sedang
Sedang
Maksimu Sedang
Inheren
m
m
Risiko
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Tinggi
Prosedur
Analitis
Risiko
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Pengendalia
n- Transaksi
Penjualan
Kredit
Risiko
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Pengendalia
n- Transaksi
Penerimaan
Kas
Risiko
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Pengendalia
n-Transaksi
Penyesuaian
Penjualan
Risiko
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Pengendalia
n Gabungan
Risiko
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Pengujian
Rincian yang
Dapat
Diterima
PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
PROSEDUR AWAL
Titik awal untuk memenuhi setiap pengujian audit adalah memperoleh pemahaman tentang
bisnis dan industri klien. Prosedur awal yang penting untuk memperivikasi piutang usaha dan

a.
b.
c.
-

akun penyelisihan terkait adalah menelusuri saldo awal periode berjalan ke saldo akhir yang
telah diaudit dalam kertas kerja tahun sebelumnya (jika dapat dilakukan). Selanjutnya, aktivitas
periode berjalan dalam akun pengendalian buku besar dan akun penyisihan terkait harus direview
untuk setiap ayat jurnal yang signifikasi, yang tidak biasa dari segi sifat atau jumlah, yang
memerlukan investigasi khusus.
PROSEDUR ANALITIS
Tujuan auditor dalam melakukan prosedur analitis adalah mengembangkan ekspektasi atas saldo
piutang usaha, hubungan piutang usaha dengan penjualan, dalam marjin kotor perusahaan.
PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Pengujian rincian transaksi tertentu dapat dilaksanakan selama pekerjaan interim (interim work)
bersama dengan pengujian pengendalian dalam bentuk pengujian bertujuan ganda (dual-purpose
tests).
Memvouching Catatan Piutang ke Transaksi Pendukung
Melakukan Pengujian Pisah Batas untuk Penjualan dan Retur Penjualan
Melakukan Pengujian Pisah Batas atas Penerimaan Kas
PENGUJIAN RINCIAN SALDO
Dua bidang utama dari prosedur dalam kategori pengujian substantif untuk piutang usaha ini
akan dibahas : konfirmasi piutang dan prosedur tindak lanjut yang berkaitan serta prosedur untuk
mengevaluasi kecukupan penyisihan piutang tak tertagih.
Konfirmasi Piutang
Konfirmasi piutang usaha mencakup komunkasi tertulis secara langsung antara
pelanggan dan auditor.
Prosedur Audit Yang Berlaku Umum
Konfimasi piutang adalah prosedur sudit yang berlaku umum. AU 330, Proses
Konfimasi (SAS 67), menyatakan ada anggapan bahwa auditor akan meminta konfirmasi piutang
selama melakukan audit, kecuali:
Piutang usaha bersifat tidak material terhadap laporan keuangan.
Penggunaan konfirmasi akan menjadi tidak efektif sebagai suatu prosedur audit.
Penilaian gabungan auditor atas risiko inheren serta risiko pengendalian adalah rendah dan
bahwa penilaian ini, bersama dengan bukti yang diharapkan disediakan oleh prosedur analitis
atau pengujian substantif lainnya, sudah cukup untuk mengurangi risiko audit ke tingkat rendah
yang dapat diterima untuk asersi laporan keuangan yang berlaku.

F. JASA BERNILAI TAMBAH


Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur(benchmark) atas
kinerja purusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri itu. Sebagai contoh,
auditor dapat membicarakan apakah:
Perusahaan telah secara efektif memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan penjualan berdasarkan
rasio penjualan terhadap total aktiva.
Piutang telah tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan penjualan, sehingga menghabiskan arus
kas.
Perusahaan telah secara tepat menetapkan risiko yang berkaitan dengan perubahan atau
kedewasaan pasar.
Perusahaan telah sukses membuat inovasi produk baru di pasaran dan menikmati persentasi
pendapatan yang tinggi dari produk baru tersebut, relatif terhadap persaingan.

Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklu penjualan, dia harus mengikhtisarkan masalah
penting yang dapat menghambat kinerja jasa bernilai tambah kepada klien.
Definisi Utang Usaha
Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal
neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang
dikelompokkan dalam aktiva lancaratau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain. Utang
lancar digolongkan menjadi 6 kelompok berikut ini :
a) Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku
cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) Utang usaha dapat digolongkan menjadi
2 golongan : (1) utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account payable) dan
(2) utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel atau notes payable).
b) Uang jaminan masuk dari pelanggan.
c) Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
d) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk sebagai pemungut
pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), utang Pajak
Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan
e) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan
meskipun :
o Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
o Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang dijual
dengan garansi.
o Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa, pendapatan
yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.
f) Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang bank
(kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang pajak
penghasilan utang deviden.
Tujuan Pengujian Substantif Untuk Piutang Usaha
Tujuanaudit terhadap piutang usaha adalah
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang
usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan
saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN
Hutang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo maupun
oleh transaksi pengeluaran kas yang menurunkan risiko saldo tersebut. Jadi, risiko pengujian
rincian untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis, faktor
faktor risiko pengendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut. Auditor
menggunakan metodologi menggabungkan penilaian risiko pengendalian yang tepat atas asersi
kelompok transaksi guna mencapai penilaian risiko pengendalian untuk asersi asersi saldo akun

utang usaha. Metodologi yang dimaksud meliputi : matriks risiko audit, yang selanjutnya
digunakan untuk menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tingkat risiko spesifik
dalam matriks ini hanya bersifat ilustratif dan akan, karenanya, bervariasi menurut situasi yang
dihadapi klien.
Korelasi Komponen Risiko - Asersi Hutang Usaha
Komponen
Eksistensi
kelengkapan
Hak dan
Penilaian atau Penyajian dan
Risiko
atau kejadian
Kewajiban
alokasi
pengungkapan
Risiko audit
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Risiko
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Inheren
Risiko
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Prosedur
Analitis
Risiko
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Pengendalian
Transaksi
pengendalian
transaksi
pengeluaran
kas
Risiko
Sedang
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Pengendalian
Gabungan
Risiko
Pengendalian
Sedang
Sangat rendah
Sedang
Sedang
Sangat rendah
Rincian yang
Dapat
Diterima
PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi laporan laporan keuangan yang
signifikan dicapai dengan mengumpulkan bukti dari pengujian substantif yang dirancang secara
tepat, termasuk prosedur analitis, dan pengujian rincian. Ketika membahas piutang usaha, juga
dapat digunakan dalam merancang pengujian substantif untuk hutang usaha. Daftar pengujian
substantif yang mungkin dapat dimasukkan dalam program audit yang dikembangkan atas dasar
yang disajikan pada tabel di bawah ini. (Gambar 15-10)
Kategori

Pengujian Substantif
EO3

Prosedur1. Mendapatkan pemahaman tentang


Awal
bisns dan industri serta menentukan :
a. Signifikansi pembelian dan hutang
usaha bagi perusahaan
b. Pemicu ekonomi yang penting yang
mempengaruhi
pembelian
perusahaan dan hutang usaha.

Tujuan Audit Saldo Akun


C3
RO3 VA#

PD#

c.
d.
2.
a.
b.

c.

I.

II.

3.
a.

b.

c.

Termin perdagangan standar dalam


industri, termasuk tanggal musiman,
dan sebagainya.
Luas konsentrasi aktivitas dengan
pemasok dan komitmen pembelian
yang berkaitan
Melaksanakan prosedur awal atas
saldo utang usaha dan catatan yang
akan diuji lebih lanjut
Menelusuri saldo awal utang usaha
ke kertas kerja tahun sebelumnya.
Mereview aktivitas dalam akun buku
besar hutang usaha dan menyelidiki
ayat jurnal yang tampak tidak biasa
dari segi jumlah atau sumbernya.
Mendapatkan daftar hutang usaha
pada tanggal neraca dan menentukan
bahwa hal itu mencerminkan secara
akurat catatan akuntansi yang
mendasarinya dengan cara :
Menjumlahkan
daftar
dan
menentukan kesesuaian dengan (1)
total file voucher yang belum
dibayar, buku pembantu atau file
induk hutang usaha, dan (2) saldo
akun pengendali buku besar.
Menguji kecocokan pemasok dan
saldo daftar yang sama terdapat
dalam catatan akuntansi yang
mendasarinya.
Melaksanakan prosedur analitis
Mengembangkan ekspektasi atas
hutang usaha dengan menggunakan
pengetahuan tentang aktivitas bisnis
perusahaan, termin perdagangan
normal, dan sejarah perputaran
hutang usaha.
Menghitung rasio rasio :
Perputaran hutang usaha (pembelian
+ hutang usaha)
Hutang
usaha
terhadap
total
kewajiban lancar.
Menganalisis
hasil
rasio
dibandingkan dengan ekspektasi
berdasarkan data tahun sebelumnya,
data
industri,
jumlah
yang

dianggarkan, dan data lainnya.


d. Membandingan saldo beban dengan
tahun sebelumnya atau jumlah yang
dianggarkan
untuk
menyelidiki
kemungkinan kurang saji yang
berkaitan dengan hutang yang tidak
dicatat.
4. Menelusuri sampel sampel catatan
transaksi
hutang
usaha
ke
dokumentasi pendukungnya.
a. Menelusuri kredit ke voucher
pendukung lainnya.
b. Menelusuri debet ke pengeluaran kas
atau memo retur pembelian.
5. Melaksanakan pengujian pisah batas
pembelian.
a. Memilih sampel transaksi pembelian
yang dicatat dalam beberapa hari
sebelum dan sesudah akhir tahun
serta laporan penerimaan untuk
menentukan bahwa pembelian telah
dicatat pada periode yang tepat.
b. Melaksanakan pengujian pisah batas
pengeluaran kas
a. Mengobservasi nomor cek terakhir
yang diterbitkan dan dikirimkan pada
hari terakhir yang diterbitkan dan
periode audit dan menelusuri ke
catatan
akuntansi
untuk
memverifikasi keakuratan pisah batas
atau
6. Menelusuri tanggal pembayaran cek
yang dikembalikan dengan cek yang
dikembalikan dengan laporan pisah
batas bank akhir tahun ke tanggal
yang telah dicatat.
7. Melaksanakan pencarian kewajiban
yang belum dicatat.
a. Memeriksa pembayaran berikutnya
antara tanggal neraca dan akhir
pekerjaan lapangan, serta apabila
dokumen
yang
bersangkutan
menunjukkan bahwa pembayaran
dilakukan untuk kewajiban yang ada
paa tanggal neraca, maka telusurilah
ke daftar hutang usaha.

b. Memeriksa dokumentasi hutang


yang dicatat pada akhir tahun yang
masih belum dibayar sampai akhir
pekerjaan lapangan.
c. Menyelidiki pesanan pembelian,
laporan penerimaan, dan faktur
penjual yang tidak sesuai pada akhir
tahun.
d. Melakukan tanya jawab dengan
personil bagian akuntansi dan
pembelian mengenai hutang yang
belum dicatat
e. Mereview anggaran modal, perintah
kerja dan kontrak konstruksi sebagai
bukti atas hutang yang belum dicatat.
8. Mengkonfirmasi hutang usaha
a. Mengidentifikasi pemasok utama
engan mereview register voucher
atau buku pembantu atau file induk
hutang usaha dan mengirimkan
permintaan permintaan konfirmasi
kepada pemasok dengan saldo yang
besar.
b. Menyelidiki dan merekonsiliasi
perbedaan
9. Merekonsiliasi hutang yang belum
dikonfirmasi dengan laporan bulanan
yang diterima klien dari pemasok.
10. Membandingkan penyajian laporan
dengan GAAP
a. Menentukan bahwa hutang telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan
secara tepat menurut jenis serta
periode
pembayaran
yang
diperkirakan.
b. Menentukan apakah ada saldo debet
yang signifikan secara keseluruhan
sehingga harus direklasifikasi.
c. Menentukan
ketetapan
pengungkapan
yang
berkaitan
dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa atau hutang
dijamin.
d. Mengajukan pertanyaan kepada
manajemen
tentang
eksistensi
komitmen yang belum diungkapkan

atau kewajiban kontinjen.


Prosedur Awal
Titik awal bagi setiap pengujian audit adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan
industri klien. Pemahaman tentang signifikansi siklus pembelian dalam perusahaan menyediakan
konteks untuk penilaian risiko yang penting. Pemahaman atas pemicu atau penggerak ekonomi
perusahaan, termin perdagangan standar, dan seberapa luas konsentrasi bisnis dengan pemasok
tertentu menyediakan konteks untuk menyevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian
pengendalian, dan pengujian substantif.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah menelusuri saldo
awal kertas kerja tahun sebelumnya dan menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi
dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa. Serta untuk
mengembangkan daftar jumlah yang terhutang pada tanggal neraca. Biasanya klien mempunyai
daftar file voucher yang belum dibayar, buku pembantu hutang usaha, dan file induk dalam
bentuk elektronik. Auditor juga dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk
menentukan ketepatan matematis dari daftar tersebut dengan cara menjumlah ulang total dengan
memvefikasi bahwa jumlahnya bahwa jumlahnya telah sesuai dengan saldo akun buku besar.
Prosedur Analitis
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan ekspektasi atas saldo
akun hutang dan hubungan antara hutang usaha dengan akun akun kunci lainnya seperti
pembelian atau persediaan. Suatu penurunan yang abnormal atas rasio perputaran hutang usaha
atau kenaikan yang tidak diharapkan atas rasio lancar dapat menjadi indikator bahwa kewajiban
telah ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap akhir penugasan
untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian telah konsisten dengan
gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan. (Tambah Gambar 15-3)
Pengujian Rincian Transaksi
1. Menelusuri Hutang yang Dicatat ke Dokumentasi Pendukung
Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke dokumentasi
pendukung dalam file klien, seperti voucher, faktur penjual, laporan penerimaan dan pesanan
pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen transaksi pengeluaran kas, seperti buku
pengeluaran cek, atau memo dari penjual menyangkut retur pembelian dan pengurangan harga.
2. Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pembelian
Pengujian pisah batas pembelian mencakup penentuan bahwa transaksi pembelian yang terjadi
mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan
menelusuri tanggal tanggal laporan penerimaan kas ke ayat jurnal yang dicatat ke dokumentasi
pendukungnya.
3. Melakukan pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas
Pisah batas yang tepat atas transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah sangat penting
untuk penyajian kas dan hutang usaha yang benar pada tanggal neraca. Bukti tentang pengujian
pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh melalui observasi langsung dan review atas
dokumentasi internal. Apabila auditor dapat menyajikan pada tanggal neracs, maka ia secara
langsung dapat menyaksikan lembar cek terakhir yang ditarik klien.
4. Melakukan Pencarian Hutang yang Belum Tercatat
Pencarian utang usaha yang belum tercatat terdiri dari prosedur prosedur yang dirancang secara
khusus untuk mendeteksi kewajiban signifikan yang belum dicatat pada tanggal neraca.

Pembayaran kemudian. Pemeriksaan atas pembayaran kemudian terdiri dari pemeriksaan


dokumentasi untuk cek cek yang diterbitkan atau voucher yang dibayar setelah tanggal neraca.
Apabila dokumentasi ini menunjukkan bahwa pembayaran tersebut untuk membayar kewajiban
yang ada pada tanggal neraca, maka auditor harus menelusuri ke daftar hutang usaha guna
menentukan apakah hal tersebut termasuk ke daftar utang usaha. Prosedur lainnya. Prosedur
lainnya yang dapat mengungkapkan hutang yang belum dicatat meliputi : (1) menginvestigasi
pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur penjualan yang tidak sesuai pada akhir
tahun, (2) mengajukan pertanyaan kepada personel akuntansi dan pembelian tentang hutang yang
belum dicatat, serta (3) mereview anggaran modal, perintah kerja, dan kontrak konstruksi untuk
mencari bukti adanya hutang yang belum dicatat.
Pengujian Rincian Saldo
1. Konfirmasi Hutang Saldo
Tidak seperti konfirmasi piutang usaha, tidak ada anggapan yang dibuat mengenai konfirmasi
hutang usaha. Prosedur ini bersifat opsional karena (1) Konfirmasi ini tidak dapat menjamin
bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat ditemukan, dan (2) bukti eksternal berupa faktur
dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang
usahanya direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual dengan
saldo yang relatif besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya.
2. Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan pemasok
Dalam banyak kasus, para pemasok biasanya mengirimkan laporan ini, jumah yang terutang
kepada pemasok menurut daftar hutang klien dapat direkonsiliasi dengan laporan tersebut. Bukti
yang diperoleh dari prosedur ini juga berlaku untuk asersi yang sama seperti konfirmasi, tetapi
kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan kepada klien, dan bukan
langsung kepada auditor.
Pembandingan Penyajian Laporan dengan GAAP
Jika saldo hutang usaha mencakup pembayaran dimuka yang material kepada para
pemasok untuk pengiriman barang dan jasa di masa depan, maka jumlah semacam itu harus di
reklasifikasi sebagai uang muka kepada pemasok dan dicatat sebagai aktiva. Selain itu,
pengungkapan juga perlu dilakukan atas penjaminan dan hutang pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, komitmen pembelian, serta kewajjiban kontinjen. Jadi, penyajian dan
pengungkapan manajemen harus di bandingkan dengan persyaratan GAAP.
JASA BERNILAI TAMBAH
Standar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan bahwa auditor harus melakukan jasa
bernilai tambah. Meskipun demikian, apabila auditor telah menyelesaikan suatu audit, maka
biasanya mereka sangat mengetahui tentang bisnis dan praktik bisnis klien, hasil operasi dan arus
kasnya, serta pengendalian internal perusahaan. Manajemen dan dewan komisaris biasanya ingin
secara penuh memanfaatkan pengetahuan auditor itu. Sekarang mari kita pertimbangkan contoh
berikut tentang lembaga nirlaba. Setelah menyelesaikan audit siklus pengeluaran, auditor
mengakui bahwa organisasi tersebut telah mensubkontrakkan jasa jasa tertentu dan
menerapkan praktik pembayaran honor bulanan yang tetap pada awal bulan atas jasa dari
subkontraktor itu. Perusahaan menanggung biaya tetap built-in dngan tanggung jawab yang
kecil. Ketika tiba waktunya untuk menegosiasikan kembali kontrak itu, berdasarkan rekomendasi
auditor, agen dtersebut menegosiasikan kontrak dimana subkontraktor telah membayar kembali
pada akhir bulan berdasarkan jumlah orang yang bekerja. Pimpinan agen tersebut lalu
menyerahkan tingkat pertanggung jawaban yang lebih tinggi kepada dewan komisaris dan

meningkatkan arus kasnya sebagai pembayaran kembali yang hanya dilakukan setelah jasa
diberikan.
Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur (benchmark) atas
pengeluaran perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama.
Sebagai contoh, untuk tahun yang berakhir 28 januari 2000, perputaran persediaan Dell computer
rata rata adalah 6 hari, 34 hari untuk perputaran piutang dan 43 hari untuk melunasi hutangnya.
Tidakada kas yang dibutuhkan untuk mendanai siklus operasi tersebut. Jasa penting yang
ditawarkan Akuntan Publik adalah membantu klien mengantisipasi jenis peluang ini dan
membantunya mengembangkan visi bagaimana membuat jenis arus kas yang positif ini menjadi
kenyataan.

Anda mungkin juga menyukai