Definisi
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk
ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru,
hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh,
tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
Intoksikasi atau keracunan merujuk pada suatu kejadian berupa efek samping
obat, zat kimia,atau substansi asing lainnya yang berhubungan dengan dosis. Terdapat
variasi respon dan kecenderungan individual terhadap dosis
Variasi ini terjadi baik secara genetik maupun yang didapat, karena induksi enzim,
inhibisi, maupun toleransi.
Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena
beberapa faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah
pemberian obat,dan lain lain
Sedangkan alergi obat adalah suatu reaksi yang ditimbulkan oleh tubuh akibat
pemberian senyawa asing.
B. Etiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan wujudnya, zat
yang dapat menyebabkan keracunan antara lain : zat padat (obat-obatan, makanan),
zat gas (CO2), dan zat cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/
racun hewan)
Racun racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara,
diantaranya :
1.
Melalui kulit
2.
3.
4.
Melalui suntikan
1
5.
C. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri
keracunan
umumnya
tidak
khas
dan
dipengaruhi
oleh
cara
akut
morfin
dan
alkaloid.
Kulit
muka
merah,banyak
ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat
dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
E. Patoflow
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan
analisis dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin.
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun
melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi lambung.
2. Laboratorium klinik
Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah. Beberapa gangguan
gas
darah
dapat
membantu
penegakan
diagnosis
penyebab
keracunan.
Pemeriksaan fingsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena selain
berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadiakan sebagai dasar
diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan yang
mengandung asam jengkol.
3. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan
adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia,
gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantunmg iskemik.
G. Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
H. Penatalaksanaan Pre Hospital Dan Intra Hospital Pada Intoksikasi
a) Penatalaksanaan pada pre hospital pada intoksikasi adalah :
1. Pastikan ABC dalam kondisi baik
2. Melindungi jalan nafas, dan memberi bantalan atau ikatan jika perlu
3. Baringkan di tempat yang datar dengan posisi miring kesalah satu sisi tubuh
4. Letakan bantal atau benda lunat lain di bawah kepala
5. Keluarkan benda atau makanan yang ada di dalam mulut
6. Longgarkan baju atau aksesoris yang ketat
7. Beri obat, atau bawa ke UGD terdekat
b) Penatalaksanaan pada intra hospital pada intoksikasi adalah :
1. Pengobatan penunjang
Tetap pantau ABCD dalam keadaan baik
Merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau
dengan pemberian sirup ipecac 15-30 ml. dapat diulang setelah 20 menit bila
tidak berhasil
Semua pakaian ketat dibuka
Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
Pantau fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR, dan fungsi jantung
rambut
dan
memandikan
seluruh
tubuh
dengan
sabun.
5. Penilaian Klinis
6. Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci.
Beberapa
pegangan
keracunan,ialah :
a.
Kumpulkan
anamnesis
informasi
yang
penting
selengkapnya
dalam
tentang
upaya
seluruh
mengatasi
obat
yang
permukaan
dekontaminasi
saluran
sangat
cerna
agar
diperlukan.
bahan
Di
yang
samping
tertelan
itu,dilakukan
hanya
sedikit
Prognosis
Prognosis dari kasus ini pada umumnya baik, bila pengobatan dilakukan secepat
mungkin, namun akan berdampak fatal hingga pada kematian jika terjadi kesalahan
dalam pengobatan. Beberapa kesalahan pengobatan yang sering terjadi, berupa :
1. Resusitasi kurang baik dikerjakan.
2. Eliminasi racun kurang baik.
3. Dosis atropin kurang adekuat, atau terlalu cepat dihentikan.
J. Pencegahan
Penyuluhan tatap muka dalam bentuk ceramah dan diskusi, sarasehan, seminar
Pelayanan dan penyebaran informasi yang benar melalui media cetak (surat kabar,
majalah, buletin, leaflet, booklets, dll) dan media elektrolit (televisi, radio, website dll)
Pelayanan dan penyebaran informasi yang benar melalui media cetak (surat kabar,
majalah, buletin, leaflet, booklets dll) dan media elektronik (televisi, radio, website
dll)
Dalami spiritual
K. Askep Teori
A. PENGKAJIAN
1.
Pengkajian Primer
a. Airway
Periksa klancaran jalan napas, gangguan jalan napas sering terjadi pada
klien dengan keracunan baygon, botulisme karena klien sering mengalami
depresi pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinun.
b. Breathing
Kaji keadekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui analisa
gas darah atau spirometri.
c. Circulation
Kaji TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan
vena sentral dan suhu. mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio
depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena di ekstremitas
bawah,
atau
penurunan
sirkulasi
volume
darah,
sampai
dengan
2. PengkajianSekunder
a. Riwayat Kesehatan
riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
b. Pemeriksaan fisik head to toe
c. Pemeriksaan ADL (Activity Daily Living)
1. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
8
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
2. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus
berat) ,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
4. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
5. Neurosensori
Gejala
Sakit
kepala,penglihatan
kabur,midriasis,miosis,pupil
mengecil,kram otot/kejang
Tanda
Gangguan
status
perhatian,ketidakmampuan
mental,penurunan
berkonsentrasi
lapang
kehilangan
B.
C.
RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria
Diagnosa
1. Tidak
efektifnya
pola
nafas
berhubunga
n
dengan
distress
pernapasan
Hasil
Tujuan
:
Mempertahanka
n
keefektifan
pola nafas.
Kriteria hasil :
RR dalam batas
normal,
nafas
sputum
Intervensi
Rasional
a. Pantau tingkat,
irama
pernapasan
&
suara
napas
serta
pola
pernapasan
jalan
mengakibatkan
hilangnya
pernapasan,
pengkajian
yang
berulang
bersih,
kadar
tidak
toksisitas
mungkin berubah-ubah
ada
secara drastis.
b. Menurunkan kemungkinan
b. Tinggikan
kepala tempat
tidur
c. Dorong
batuk/
10
untuk menigkatkan
inflasi paru.
untuk
nafas
dalam
mengurangi
resiko
atelektasis/pneumonia.
d. Pasien beresiko atelektasis
d. Auskultasi
dihubungkan
suara napas
dengan
e. Hipoksia
f.
Kolaborasi
untuk sinar
dada,
Blood
Gas Analysis
terjadi
dibutuhkan
f.
mungkin
Memantau
kemungkinan
munculnya
komplikasi
sekunder
seperti
atelektasis/pneumonia,
evaluasi
kefektifan
dari
usaha pernapasan.
2. Resiko
Tujuan
a. Monitor
a. Dokumentasi
yang
kekurangan
Kekurangan
pemasukan
dapat
cairan tubuh
cairan
dan
mengidentifikasi pengeluran
berhubunga
terjadi
pengeluaran
dengan
output yang
berlebihan
Kriteria
tidak
hasil
Tanda-tanda
vital
stabil,
Turgor
kulit
cairan.
suhu
palpasi
denyut perifer.
stabil,
denyut
yang
lemah
mengindikasikan penurunan
sirkulasi
perifer
dan
Membran
cairan tambahan.
c. Mual,
muntah
mukosa
lembab,
dalam
b. Monitor
kulit,
membantu
akurat
c. Observasi
11
dan
Pengeluaran
adanya mual,
urine normal 1
muntah,
BB/jam
cc/kg
perdarahan
d. Pantau tanda-
dapat
mengacu
pada
hipordemia.
d. Hipotensi,
takikardia,
peningkatan
pernapasan
tanda vital
mengindikasikan
kekurangan
cairan
(dehindrasi/hipovolemia).
e. Pemasukan
peroral
bergantung
kepada
e. Berikan
kembali
pengembalian
pemasukan
gastrointestinal.
oral
fungsi
secara
berangsurf.
angsur.
Cairan
parenteral
dibutuhkan
f.
Kolaborasi
dengan
medis
untuk
/mencegah hipotensi.
dalam
pemberian
cairan
g. Antiemetik
parenteral
g. Kolaborasi
pemberian
h. Pantau
menyebabkan
ketidak
seimbangan pemasukan
h. Sebagai indikator untuk
antiemetic
Tujuan :
menghilangkan
mual/muntah yang dapat
dalam
3. Perubahan
dapat
studi
menentukan
volume
laboratorium
(Hb, Ht).
cairan.
a. Kaji
12
adanya
a. Data
tersebut
berguna
perfusi
Mempertahankan
jaringan
perfusi
berhubunga
yang adekuat
jaringan
dengan
efek
perubahan
dalam
tanda-tanda
perubahan perfusi
vital.
b. Kaji
daerah
dingin,lembab,
pada
dan sianosis
mioakrd
b. Ekstremitas
yang
dingin,sianosis
ekstremitas
toksik
menentukan
c. Berikan
kenyamanan
dan istirahat
menunjukan
penurunan
perfusi jaringan
c. Kenyamanan
fisik
memperbaiki
kesejahteraan
istirahat
pasien
mengurangi
komsumsi oksigen
d. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
d. Obat
antidot
dapat
(penawar)
mengakumulasi
penumpukan racun.
pemberian
terapi
antidotum
4. Tidak
Tujuan :
efektifnya
pola
napas
berhubunga
n
dengan
depresi
Mempertahankan
pola napas tetap
efektif
a. Observasi
a. Untuk
tanda-tanda
keadaan
vital.
dalam
b. Berikan
O2
sesuai anjuran
dokter
pernapasan
c. Jika
pernafasan
depresi
,berikan
13
mengetahui
umum
pasien
menentukan
tindakan selanjutnya
b. Terapi
oksigen
meningkatkan
suplai
oksigen ke jantung
c. Ventilator bisa membantu
memperbaiki depresi jalan
napas
oksigen(ventila
tor)
dan
lakukan
suction.
d. Berikan
d. Kenyamanan
fisik
akan
kenyamanan
memperbaiki
dan
istirahat
pada
pasien
mengurangi
dengan
kecemasan,istirahat
memberikan
mengurangi
asuhan
oksigen miokard
komsumsi
keperawatan
5. Penurunan
kesadaran
berhubunga
n
dengan
depresi
sistem saraf
pusat
individual
a. Monitor vital
Tujuan :
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
diharapkan
mempertahankan
tingkat
sign tiap 15
bermakna
merupakan
menit
indikasi
penurunan
kesadaran
b. Penurunan
kesadaran
b. Catat
dapat
kesadaran
klien
(komposmentis)
tingkat
kesadaran
pasien
c. Kaji
sebagai
indikasi
penurunan
adanya
tanda-tanda
distress
pernapasan,n
adi
aliran
otak.
c. Gejala
darah
tersebut
merupakan
manifestasi
cepat,sianosis
dan kolapsnya
pembuluh
darah
d. Monitor
adanya
d. Tindakan
umum
yang
perubahan
bertujuan
untuk
tingkat
keselamatan
hidup,
kesadaran
meliputi
resusitasi
e. Kolaborasi
dengan
medis
e. Anti
tim
dalam
pemberian
6. Cemas
berhubunga
n
dengan
Tujuan :
Setelah
dilakukan
anti dotum
a. Kaji
tingkat
dotum
(penawar
kecemasan
dan
sedang
pasien
ditoleransi
dengan
pengertian
koping yang
tindakan
pemberian
tidak efektif
perawatan
sedangkan
kecemasan
diperlukan
berkurang
bisa
yang
berat
tindakan
medikamentosa
b. Pengetahuan
terhadap
b. Jelaskan
mekanisme
pengobatan
mekanisme
pengobatan
diharapkan
dapat
mengurangi
kecemasan
pasien
c. Kecemasan akan dapat
c. Tingkatkan
mekanisme
koping
yang
efektif
d. Jika keracunan
sebagai usaha
untuk
diri
bunuh
maka
lakukan safety
precautions.
15
teratasi
jika
mekanisme
psikiatri
klinis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam
tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal
dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung
sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek
yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan ilmu mengenai
keracunan dan penanganannya, apalagi kita sebagai calon pendidik harus mengetahui
apa saja penyebab dan solusi dari keracunan ini.
Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan penanganan
racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan yang cepat
dan benar.
Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti
jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga penanganan
tindakan risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Nur. 2008. Buku Panduan Pelatihan BC & TLS (Basic Cardiac & Trauma Life
Support). Jakarta : EMS 119
https://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/
diakses tanggal 25 Februari 2016. Jam 15:32:15 WITA
http://keperawatan-wn.blogspot.co.id/2012/10/asuhan-keperawatan-pada-kasus.html
diakses
diakses
17