Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

KAPABILITAS EKSTRAKTIF, DISTRIBUTIF, DAN REGULATIF BESERTA


CONTOHNYA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH : NAMA :REHULINA
NIM : 2015 22 008

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016

1. Ekstraktif
Ekstraktif adalah kemampuan pemerintah untuk melakukan pengolahan
terhadap SDA dan SDM dilingkungan dalam maupun lingkungan luar. Adapun
menurut Gabriel Almond mengemukakan bahwa Kapabilitas Ekstraktif, yaitu
kemampuan mengumpulkan dan mengelola sumber daya alam dan sumber
daya manusia dari lingkungan dalam negeri dan internasional. Kemampuan
SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara
maksimal oleh pemerintah, seperti bagaimana pemerintah mengelola
pertambangan berhadapan dengan modal domestik mau pun asing dan
kepentingan kemakmuran rakyat di sisi yang lain. Sementara kemampuan
pengelolaan SDM akan berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan,
peningkatan sumber daya, pengalokasian SDM dan lain-lain. Tentu saja, pada
akhirnya kedua dimensi kemampuan pengelolaan potensi SDA dan SDM
harus dipadukan ke dalam satu tujuan, yakni kemaslahatan bangsa di mana
sistem politik itu bekerja.
Contoh Kasus
Kemampuan ekstraktif dalam hal ini dapat dilihat dari pengelolaan
minyak dan pertambangan oleh penanam modal asing yang akan memberikan
pemasukan bagi pemerintah yang berupa pajak. Seperti contoh penambangan
emas di Papua oleh PT Freeport Indonesia yang mampu menyetorkan pajak
senilai 19 triliun kepada pemerintahan Indonesia. Walaupun kapabilitas
ekstraktif ini telah dilakukan namun pada kenyataanya sumber-sumber
material belum mampu mengolah sumber daya alam untuk mensejahterakan
rakyat. Masyarakat tetap saja bergumul dengan kemelaratan dan kemiskinan,
Karena konstribusi pajak senilai 19 triliun itu dinilai tidak sebanding dengan
eksplotasi yang dilakukan oleh PT FI yang berdampak pada kerusakan
lingkungan yang berupa Limbah produksi yang dibuang kesungai.
2. Distributif

Distributif adalah kemampuan pemerintah untuk mengalokasikan dan


mendistribusikan SDA dan SDM berupa barang dan jasa yang dimiliki oleh
masyarakat dan negara secara merata. Menurut Gabriel Almond Kapabilitas
Distributif yakni merujuk kepada kemampuan melakukan alokasi dan
distribusi sumber-sumber ekonomi, penghargaan, status, dan kesempatan
untuk semua lapisan masyarakat. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan
negara diolah sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata,
dalam rangka penciptaan keadilan sosial. Pada saat yang sama distribusi
sumber-sumber penghidupan dan pekerjaan serta mobilitas sosial juga penting
diperlihatkan oleh kapabilitas distributif ini. Demikian pula dengan pajak
sebagai pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah. Sistem dan struktur perpajakan, dengan demikian,
akan memengaruhi corak kenegaraan, apakah bisa dikatakan lebih adil atau
kurang adil, lebih mampu menjalankan kapabilitas distributif atau malah
gagal.
Contoh Kasus
Saat ini masalah kesenjangan dalam distribusi pendapatan dan
kekayaan tidak pernah mendapatkan perhatian secara serius. Malahan ada
kecenderungan semakin memburuk mengenai hal ini. Kebijakan ekonomi
neoliberal yang semakin intensif dilakukan oleh pemerintahan SBY telah
membuat ketimpangan dan kesenjangan antara kelompok yang kaya dan
kelompok yang miskin semakin memprihatinkan. Biaya pendidikan semakin
mahal sehingga hanya kelompok tertentu saja yang mampu mengakses,
terlebih lagi harus ada sistem standarisasi kelulusan berupa UN yang menuai
kontra dari berbagai pihak. Bagaimana tidak, sistem ini malah justru menjadi
diskriminasi bagi anak yang bersekolah di pedesaan yang harus disamakan
standarnya dengan anak perkotaan yang jauh lebih banyak penerima fasilitas
pendidikan dibanding dengan anak-anak didaerah terpencil. Demikian pula
dalam pelayanan kesehatan. Semakin mahalnya biaya kesehatan membuat

masyarakat miskin tidak lagi memperoleh pelayanan kesehatan yang layak,


sementara kelompok yang kaya dapat memilih jenis pelayanan kesehatan
apapun, termasuk pelayanan standar internasional. Sebagai contoh seorang
yang harus kehilangan anaknya karena ditolak oleh 10 rumah sakit dengan
alasan yang tidak tidak logis, menjadi pemandangan tersendiri bagi bobroknya
kapabilitas ditributif dari sistem politik indonesia.

3. Regulatif
Regulatif adalah kemampuan pemerintah untuk membuat aturanaturan yang dapat mengontrol dan mengendalikan perilaku individu atau
kelompok agar sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Gabriel
Almond beranggapan bahwa Kapabilitas Regulatif sama dengan pengaturan
yang merujuk kepada aliran kontrol atas perilaku individu dan relasi-relasi
kelompok di dalam sistem politik. Point ini biasanya dilakukan dengan cara
menerapkan

peraturan-peraturan

secara

umum,

dimana

tolok

ukur

penilaiannya terletak pada sejauh mana pola-pola tingkah laku dari pada
individu-individu yang ada beserta berbagai bidang di dalamnya dapat diatur
oleh suatu sistem politik.
Contoh kasus
Kemampuan regulatif adalah kemampuan yang sangat kritis terjadi di
indonesia. Regulasi yang seharusnya hadir sebagai pengontrol dan pengendali
tingkah laku dalam berjalannya sistem politik terkadang disalah gunakan para
pembuat regulasi, bahkan cenderung membentengi diri lewat peraturan yang
dibuatnya. Telah banyak peristiwa besar yang terjadi di negara kita saat ini,
seperti DPR yang merupakan pembuat undang-undang, justru mereka sendiri
yang banyak melanggarnya. Selain itu, maraknya kasus mafia hukum yang
notabene dilakukan penegak hukum itu sendiri.

Apabila kemampuan regulatif sistem politik ini dimaknai sebagai interaksi


yang mempengaruhi semua penggunaan paksaan fisik yang sah, maka
sungguh tidak efektif kemampuan sistem politik ini. Karena masih sangat
marak aksi premanisasi yang terjadi tanpa aparat negara yang mampu
mencegahnya, bahkan pengerusakan tempat-tempat ibadah menjadi fenomena
tersendiri dalam negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai