Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pembangunan Indonesia pada dasarnya adalah upaya pemenuhan keadilan
bagi rakyat Indonesia. Pembangnan dilaksanakan berdasar rencana besar bangsa
Indonesia melalui perencanaan nasional, provinsi, kabupaten dan desa. Dalam
melakukan perencanaan pembangunan dalam UU No 25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) secara legal menjamin
aspirasi masyarakat dalam pembangunan dalam kesatuannya dengan epentingan
politis (keputusan pembangunan yang ditetapkan oleh legislatif) maupun
kepentingan teknokratis (perencanaan pembangunan yang dirumuskan oleh
birokrasi). Aspirasi dan kepentingan masyarakat ini dirumuskan melalui proses
perencanaan partisipatif yang secara legal menjamin kedaulatan rakyat dalam
berbagai program/proyek pembangunan desa. Perencanaan partisipatif yang
terpadukan dengan perencanaan teknokratis dan politis menjadi wujud nyata
kerjasama pembangunan antara masyarakat dan pemerintah.(2010:1)
Dalam perkembanganya lahirlah undang undang Desa no 06 tahun 2014
tentang desa bahwa desa bahwa perncanaan pembangunan harus dilakukan
disetiap desa dan menjadi kewajiban desa sebagai upaya perencanaan
pembangunan yang sistematis. Sebenarnya dari dulu perencanaan sudah
dianjurkanakan tetapi kondisi desa yang belum memungkinkan untuk membuat
perencanaan secara baik. Baru pada awal 2010 ketika muncul program
perencanaan sistem pembangunan Partisipatis (P2SPP) sebagai awal integrasi
program pembangunan dengan memadukan pendekatan tekhnokratis, politis dan
partisipatif.
Ruh perencanaan pembangunan yang terintegrasi tersebut kemudian
menjadi makna inti dari pembangunan desa, pasca keluarnya Undang undang
tentang Desa dimana semangat 1 desa, satu perencanaan dan 1 penganggran
mulai dipakai, artinya semua perencanaan baik dari partisipatif, politis, maupun
oleh
pemerintah
Desa
dengan
melibatkan
Badan
jadi
sudah
selayaknya
masyarakat
terlibat
dalam
proses
pembangunan, atau dengan kata lain partisipasi masyarakat (dalam Suwandi dan
Dewi Rostyaningsih)
Dengan peningkatan pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan
maka diharapkan hasil pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan
tujuan pembangunan itu sendiri sebagaimana disebutkan dalam Permendagri 114
Pasal 1 ayat 9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Dari uaran
tersebut sangatlah jelas bahwa pembangunan yang melibatkan masyarakat secara
aktif akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Perencanaan Pembangunan Desa Sebagai Pedoman Pembangunan Desa
Dengan lahirnya Undang Undang no 6 tahun 2014 tentang desa, semakin
nyata bahwa desa mempunyai kewenangan yang sangat luas dalam mengelola
pemerintahannya. Pasal 1 ayat 1 mengatakan peraturan desa adalah desa dan desa
adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Dengan kewenangan yang begitu besar maka desa wajib membuat
perencanaan pembangunan dalam bentuk Rencana pembangunan Jangka
menengah desa yang dioperasionalkan dalam kegiatan tahunan dalam bentuk
rencana kerja pembangunan tahunan RKP Desa
Dalam proses perencanaan Pembangunan desa yang harus dilihat dan
dipahami bahwa Perencanaan pembangunan desa merupakan suatu panduan atau
model penggalian potensi dan gagasan pembangunan desa yang menitikberatkan
pada peranserta masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan.(Supeno,
2011: 32)
Lebih lanjut supeno(2011:32) mengatakan secara garis besar garis besar
perencanaan desa mengandung pengertian sebagai berikut;
a.
b.
peningkatan
menjadi 4(empat) bidang sesuai dengan Pasal 6 Permendagri 114 tahun 2014
yaitu;
1. Bidang penyelenggaraan pemerintahan desa;
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
10
arah
kebijakan
ini
merupakan
kegiatan
untuk
11
Dalam kegiatan ini proses yang harus dilakukan adalah penyelarasan data desa,
penggalian gagasan dan penyusunan laporan hasil penggalian gagasan dari
masyarakat.
Dalam proses penggalian gagasan dilakukan di setiap kelompok masyarakat,
dusun, RT, RW. Ini dilakukan untuk menggali kebutuhan masyarakat secara
dalam sehingga kebutuhan masyarakat dapat terekapitulasi dalam laporan Tim
penyusun untuk dapat dilaporkan kepada kepala desa dan selanjutnya dapat
dijadikan bahan dalam musyawarah Desa.
4. Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
Setelah dilakukan rekapitulasi dan disampaikan kepada kepala desa maka
kepala desa kemudian menyampaikan kepada BPD untuk dilakukan Pembahasan
dalam musyawarah Desa dengan menfokuskan pada arah pembangunan desa,
prioritas pembangunan desa yang dilakukan secara demokratis dan partisipatif
5. Penyusunan rancangan RPJM Desa;
Hasil musyawarah desa kemudian disusun oleh tim perumus ke dalam
format penyusunan rancangan rencana pembangunan jangka menengah desa
dengan memperhatikan hasil musyawarah desa dan hasilnya disampaikan ke
kepala desa untuk dapat diperiksa dan ditelita sebelum dilakukan musyawarah
perenncanaan pembangunan Desa (Musrenbangdes)
6. Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah perencanaan
pembangunan Desa
Hasil dari penyusunan rancangan rencana pembangunan desa kemudian
dibahas melalui musrenbangdes dengan tujuan untuk menyusun Rencana
Pembangunan jangka menengah desa dan menyepakati secara bersam untuk
dapat ditetapkan dalam Perdes Rencana pembangunan Jangka Menengah desa
7. Penetapan RPJM Desa.
Setelah dilakukan Musrenbangdesa dan diperoleh kesepakatan secara
bersama maka tim penyusun kemudian melakukan revisi atas apa yang sudah
dibahas dalam musyawarah tersebut kemudian kepala desa membahas bersama
raperdes tentang RPJM desa dengan Badan permusyaratan desa untuk dijadikan
peraturan desa
12
perencanaan
pembangunan
desa
dilakukan
melalui
13
tugas dari tim penyusun adalah pencermatan pagu indikatif desa dan
penyelarasan program/kegiatan masuk ke desa, pencermatan ulang dokumen
RPJM Desa, c. penyusunan rancangan RKP Desa; dan, d. penyusunan rancangan
daftar usulan RKP Desa
3. Pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke
Desa
Tim penyusun RKP kemudian melakukan pencermatan terhadap pagu
indikatif desa dan melakukan penyelarasan program yang masuk ke desa meliputi
rencana dana Desa yang bersumber dari APBN, ADD, bagi hasil pajak dan
restrbusi, rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah provinsi dan anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota
4. Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
Pencermatan atas Rencana Pembangunan jangka Menengah desa
merupkan upaya identifikasi untuk tahun anggaran berikutnya sebagai masukan
dalan Penyusunan RKP Desa
5. Penyusunan rancangan RKP Desa;
Penyusunan Rancangan RKP desa harus berpedoman pada hasil
kesepakatan musyawarah Desa, pagu indikatif Desa,pendapatan asli Desa,
rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota, jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD
kabupaten/kota, hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa, hasil
kesepakatan kerjasama antar Desa; dan hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan
pihak ketiga
6. Penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa;
Hasil rancangan RKP desencana kerja Pembangunan desa dengan
melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan. Melakukan prioritas
pembangunan dengan mengevaluasi hasil perencanaan tahun sebelumnya. Hasil
prioritas kemudian dijadikan Rencana kerja pembangunan desa
7. Penetapan RKP Desa;
Setelah disepakati dalam musrenbangdesa maka selanjutanya dilakukan
pembenahan terhadap hasil musyawarah tersebut, kemudian kepala desa
menyusun raperdes RKP desa dan hasil pembahasan RKP menjadi lampiran
Perdes.
14
Kecamatan
dan
kabupaten.
Hasil
pembahasan
dalam
kemudian
Kesimpulan
Perencanaan pembangunan merupakan proses yang sangat penting dalam
pelaksanaan
pembangunan,
salah
satu
kunci
dari
keberhasilan
tujuan
Saran
Dalam konsep perencanaan desa berdasarkan permendagri 114 tahun 2014
proses penyusunan dokumen Rencana pembangunan desa sangatlah sederhana
dibandingkan dengan Permendagri 66 Tahun 2007. Penyusunan rencana
pembangunan hanya didasarkan pada consensus atau musyawarah mufakat
sehingga dimungkinkan peran tokoh masyarakat, perangkat desa dan kepala desa
cukup besar dalam merencanakan kegiatan di desa. Berbeda dengan permendagri
66 tahun 2007 dimana mulai proses awal sudah dilakukan penilain mulai dari
penilaian masalah sampai dengan penilaian laternatif tindakan atau usulan
kegiatan.
15
Daftar Pustaka