BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tujuan pembangunan pertanian yaitu mengembangkan sistem pertanian yang
berkelanjutan, dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut diperlukan upaya untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berguna dalam menunjang
pembangunan pertanian. Peningkatan kualitas ini tidak hanya dalam peningkatan
produktivitas para petani, namun dapat meningkatkan kemampuan mereka agar
dapat lebih berperan dalam berbagai proses pembangunan. Dalam hal ini
penyuluhan pertanian merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan tujuan
pembangunan pertanian tersebut.
Melalui penyuluhan pertanian, masyarakat pertanian dibekali dengan ilmu,
pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di
bidang pertanian dengan sapta usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip
agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin,
kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Yang lebih penting lagi adalah
mengubah sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka tahu dan mau
menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh penyuluh
pertanian.
Keberhasilan penyebaran suatu teknologi sebaiknya tidak terlepas dari peran
penyuluh yang menjalankan fungsinya sebagai agen pembaharu. Van den Ban dan
Hawkins (1999) mengemukakan peranan utama penyuluhan di banyak negara
pada masa lalu dipandang sebagai alih teknologi dari peneliti ke petani, namun
sekarang peranan penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani
untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka,
dan dengan cara menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai
konsekuensi dari masing-masing pilihan itu.
Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para petani
dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan mereka.
Jadi penyuluhan pertanian tujuannya adalah perubahan perilaku petani, sehingga
mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanamnya, lebih beruntung
usahataninya dan lebih layak hidupnya, atau yang sering dikatakan keluarga tani
maju dan sejahtera.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
penyuluh
pertanian
terhadap
peningkatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang
bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya
bagi masyarakat luas. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) istilah
penyuluhan dalam bahasa Belanda digunakan kata voorlichting yang berarti
memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini
digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda, walaupun
sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua belah pihak. Namun, Jahi
(Mardikanto, 1993) menyebutkan istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan
dari kata Extension yang dipakai secara meluas di banyak kalangan. Extension itu sendiri, dalam bahasa aslinya dapat diartikan sebagai perluasan
atau penyebarluasan. Proses penyebarluasan yang dimaksud adalah proses
peyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara
bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan
petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang diupayakan
melalui kegiatan pembangunan pertanian.
Penyuluhan bertugas untuk mendorong, membimbing dan mengarahkan
petani/ nelayan agar mampu mandiri dalam mengelola usahataninya karena
penyuluahn pertanian merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganesasikan dalam
mengakses informasi informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya
lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan sangat membantu para petani untuk dapat menganilisis dan
menafsirkan situasi yang sedang berkembang, sehingga petani/nelayan dapat
mmbuat perkiraan ke depan dan memilimaliskan kemungkinan masalah yang akan
dihadapi. Selain itu kegiatan penyuluhan pertanian sebagai proses belajat petani
nelayan melalui pendekatan kelompok dan diarahkan untuk untuk terwujudnya
kemampuan kerja sama yang lebih efektif, sehingga mampu menerapkan inovasi,
mengatasi berbagai resiko kegagalan usaha.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penulis memulai menulis karya ilmiah ini pada tanggal 1 Juli 2015 hingga
tanggal 03 September 2015 bertempat di Bpp belik dan dirumah penulis sendiri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Fungsi Dan Peran Penyuluh Pertanian
Didalam Undang-undang No 16 tahun 2006 yang dimaksud dengan
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraanya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Pelaku utama dalam kegiatan pertanian adalah petani beserta
keluarga intinya.
Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang
bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya
bagi masyarakat luas. Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan
yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di
lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran
yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya
dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan
kepentingan petani.
Hanafi (1986) menyatakan bahwa penyuluh pertanian berfungsi sebagi mata
rantai, penghubung antara dua sistem sosial, yaitu pemerintah /dinas lingkup
pertanian dengan masyarakat tani. Disamping itu peranan penyuluh sebagai guru
pertanian, penasehat, penganalisis dan sebagai organisatoris, serta sebagai kawan
yang memberi dorongan bekerja (Mosher, 1968). Daram era baru pertanian,
penyuluh lapangan dituntut untuk memiliki fungsi paling tidak dalam tiga hal
yaitu transfer teknologi (technology transfer), fasilitasi (facilitation) dan
penasehat (advisory work). Untuk mendukung fungsi-fungsi tersebut, penyuluh
pertanian lapangan mestinya juga menguasai dan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Secara rinci, Samsudin (1994) membagi peranan penyuluhan pertanian
menjadi: (1) menyebarkan ilmu dan teknologi pertanian, (2) membantu petani
10
11
perbaikan mutu hidup. Pesan yang disampaikan kepada petani dalam berbagai
bentuk yang meliputi informasi teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi,
hukum dan kelestarian lingkungan.
Materi penyuluhan dibuat tidak hanya sekedar peningkatan produksi namun
menyesuaikan dengan isu global yang lain, seperti upaya menyiapkan petani
dalam mengatasi persoalan iklim global. Petani perlu dikenalkan dengan sarana
produksi yang memiliki adaptasi tinggi terhadap goncangan iklim karena akan
berpengaruh kepada rawan pangan dan pengurangan produktifitas tanamannya.
Selain itu materi penyuluhan perlu berorientasi pada teknik bertani yang ramah
lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik dalam meningkatkan produktifitas
dan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Keberhasilan
penyebaran suatu teknologi sebaiknya tidak terlepas dari peran penyuluh yang
menjalankan fungsinya sebagai agen pembaharu. Menurut Rogers dan
Schoemaker (1986) peranan yang dijalankan oleh agen pembaharu dalam
menyebarkan inovasi antara lain: membangkitkan kebutuhan untuk berubah,
mengadakan hubungan untuk perubahan, mengidentifikasi masalah sasaran,
memotivasi dan merencanakan tindakan perubahan.
Departemen Pertanian (2000) melalui Program Peningkatan Ketahanan
Pangan telah memberikan bantuan fasilitas penguatan modal, pelatihan dan
pembinaan agar petani mau dan mampu bekerjasama dan mampu menerapkan
teknologi sesuai rekomendasi dengan manajemen usahatani yang profesional.
Menurut Soekartawi (1988), adopsi terhadap suatu teknologi baru biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Tingkat pendidikan petani
Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap yang
menguntungkan menuju penggunaan praktek praktek pertanian yang lebih
modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan
teknologi dan melaksanakan proses adopsi.
2. Luas lahan
Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi
daripada petani yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefesienan
dalam menggunakan sarana produksi.
3. Umur
12
Petani yang memiliki umur yang semakin tua (> 50 tahun), biasanya makin
lamban dalam mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melakukan kegiatan
kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat setempat.
4. Pengalaman bertani
Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi
daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak,
sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan untuk
mengadopsi suatu inovasi.
5. Jumlah tanggungan
Petani dengan jumlah tanggungan yang semakin tinggi akan makin lamban
dalam mengadopsi suatu inovasi, karena jumlah tanggungan yang besar akan
mengharuskan mereka untuk memikirkan bagaimana cara pemenuhan kebutuhan
hidup keluarganya sehari hari. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang
besar harus mampu dalam mengambil keputusan yang tepat, agar tidak mengalami
resiko yang fatal bila kelak inovasi yang diadopsi mengalami kegagalan.
6. Pendapatan
Petani dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi biasanya akan semakin
cepat dalam mengadopsi inovasi karena memiliki ekonomi yang cukup baik.
7. Status pemilikan lahan
Para pemilik lahan dapat membuat keputusan untuk mengadopsi inovasi sesuai
dengan keinginannya, tetapi penyewa harus sering mendapatkan persetujuan dari
pemilik tanah sebelum mencoba atau mempergunakan teknologi baru yang akan
di praktekkan. Konsekuensi tingkat adopsi biasanya lebih tinggi untuk pemilik
usahatani daripada orang orang yang menyewa.
8. Tingkat kosmopolitan
Petani yang memiliki pandangan luas terhadap dunia luar dengan kelompok
sosial yang lain, umumnya akan lebih mudah dalam mengadopsi suatu inovasi
bila dibandingkan dengan golongan masyarakat yang hanya berorientasi pada
kondisi lokal, karena pengalaman mereka yang terbatas menyebabkan mereka
sulit dalam menerima perubahan atau mengadopsi suatu inovasi. Hal ini karena
13
mereka belum pernah mendengar atau bahkan belum mengenal informasi dengan
cukup tentang inovasi tersebut.
Pembangunan pertanian merupakan bagian terpenting dari pembangunan
sebagian besar daerah di Indonesia dan untuk membangunnya perlu ditunjang
dengan SDM yang berkualitas.Semangat usaha yang cenderung menurun akibat
dihadapkan pada nilai jual produk yang belum menguntungkan, dan choise
dengan produk komoditi usaha tani yang lain yang lebih menguntungkan. Karena
itu petani padi kita perlu mendapatkan inspirasi yang selalu up to date agar
tumbuh motivasi dan gairah usaha dengan konsistensi dan komitmen yang tinggi
untuk maju demi nusa bangsa kita Indonesia.
Untuk membangun itu semua, penyuluhan pertanian memegang peranan yang
cukup strategis. Agar penyuluhan pertanian dapat berjalan efektif dan efisien, UU
No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (SP3K) yang mengatur penyelenggaraan penyuluhan, hendaknya dapat
diimplementasikan, tentunya menghendaki adanya kearifan lokal dari otonomi
daerah.
14
keuntungan yang besar. Semua kegiatan tersebut akan menimbulkan efek yang
besar bagi kesejahteraan masyarakat serta pendapatan masyarakat yang secara
langsung atau tidak langsung akan membantu pembangunan di daerah tersebut.
Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian
dengan, pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi
penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta
sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan
pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi
petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Selain itu Sektor
agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran
penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain
1. meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik,
2. penyedia tenaga kerja terbesar,
3. memperbesar pasar untuk industri,
4. meningkatkan supply uang tabungan, dan
5. meningkatkan devisa.
Untuk mengefektifkan penyuluh, Kementerian Pertanian melakukan kegiatan
demfarm yaitu demonstrasi yang dilaksanakan oleh beberapa orang petani dalam
kelompok tani pada luasan hamparan 1-5 hektar dalam waktu bersamaan. Materi
penyuluhan dibuat tidak hanya sekedar peningkatan produksi namun
menyesuaikan dengan isu global yang lain, seperti upaya menyiapkan petani
dalam mengatasi persoalan iklim global. Petani perlu dikenalkan dengan sarana
produksi yang memiliki adaptasi tinggi terhadap goncangan iklim karena akan
berpengaruh kepada rawan pangan dan pengurangan produktifitas padi. Selain itu
materi penyuluhan perlu berorientasi pada teknik bertani yang ramah lingkungan,
seperti penggunaan pupuk organik dalam meningkatkan produktifitas padi dan
mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik dan
benar apabila didukung dengan tenaga penyuluh yang profesional, kelembagaan
penyuluh yang handal, materi penyuluhan yang terus-menerus mengalir, sistem
penyelenggaraan penyuluhan yang benar serta metode penyuluhan yang tepat dan
manajemen penyuluhan yang polivalen. Dengan demikian penyuluhan pertanian
sangat penting artinya dalam memberikan modal bagi petani dan keluargannya,
sehingga memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan
dalam memperbaiki kesejahteraan hidup petani dan keluarganya.
15
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan penulis dalam karya tulis ini maka
dapat disimpulkan bahwa penyuluh pertanian memiliki peran pemberi motivasi
dan fasilitas dalam upaya menggerakkan usaha petani dengan memberikan
penyuluhan kepada petani akan pentingnya berusaha tani dengan memperhatikan
kelestarian dari sumber daya alam. Peranan penyuluhan pertanian adalah
membantu petani membentuk pendapat dan membuat keputusan yang baik dengan
cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
petani. Penyuluh pertanian dituntut menyampaikan pesan yang bersifat inovatif
yang mampu mengubah dan mendorong perubahan perilaku petani sehingga
terwujud perbaikan mutu hidup. Dengan demikian peran penyuluhan pertanian
sangat penting dalam memberikan informasi dan inovasi yang dapat
menggerakkan motivasi petani sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta
kesejahteraan keluarga petani.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam karya ilmiah ini, penulis
memberikan saran kepada penyuluh pertanian untuk meningkatkan peran dan
kontribusinya terhadap perkembangan pertanian serta membentuk sistem
kelembagaan dan metode penyuluh pertanian yang baik dan benar.
17
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan,Jakarta.
Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press. Surakarta.
Suharto,
Edi.
2005.
Membangun
Masyarakat.Bandung. PT Refika Aditama.
Masyarakat
Memberdayakan
Van Den Ban, A.W & H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta.
Kanisius.
http://ayyayy.wordpress.com/2010/05/10/peranan-penyuluhan-dalampembangunan-pertanian-sebagai-upaya-meningkatkan-kesejahteraan-petani/
(Diakses Pada Tanggal 15 Agustus 2015)
18
Agustus