Kontrak Tahun Tunggal
Kontrak Tahun Tunggal
secara sepihak oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen); dan kedua, mengatur
tentang tindakan yang dilakukan oleh PPK setelah dilakukan pemutusan kontrak
karena kesalahan Penyedia. Berikut kutipan lengkap isi pasal 93 ayat (1) dan (2).
Pasal 93 ayat (1), PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila: a.
kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak;
a.1. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai
dengan 50 hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk
menyelesaikan pekerjaan; a.2. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan
pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan; b.
Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan; c.
Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan
dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang
berwenang; dan/atau d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan
KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada Pasal 93 ayat (1) antara lain
penggunaan kata dapat pada kalimat PPK dapat memutuskan Kontrak secara
sepihak, apabila: a. d. Makna kata dapat yang sesuai dengan kalimat
tersebut adalah bisa atau boleh (Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Makna kata dapat tentu berbeda dengan kata wajib atau harus. Selain itu,
perlu diperhatikan juga penggunaan kata penghubung dan/atau pada akhir
kalimat Pasal 93 ayat (1) huruf c. Kata dan/atau tersebut bersifat optionalkumulative. Artinya, pemutusan Kontrak hanya dapat dilakukan jika telah
memenuhi minimal satu ketentuan yang ditetapkan tersebut. Tindakan
pemutusan Kontrak merupakan penjabaran dari salah satu kewenangan PPK
dalam pelaksanaan dan pengendalian Kontrak sebagaimana diatur pada Pasal
11 ayat (1) huruf d dan e.
Ketentuan pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK seringkali
disalahtafsirkan. Oleh karena itu, Penulis akan mengurai makna dari setiap
klausul pada Pasal 93 ayat (1) yang berhubungan dengan pelaksanaan kontrak
tahun tahun tunggal. Pasal 93 ayat (1) huruf a, a.1, c, dan d tidak perlu lagi
ditafsirkan lain karena sudah jelas maksud dan tujuannya. Penulis hanya akan
menguraikan makna Pasal 93 ayat (1) huruf a.2 dan huruf b.
Pasal 93 ayat (1) huruf a.2 memberikan ruang kepada Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam kurun waktu 50 hari kalender masa
keterlambatan. Penjelasan Pasal ini tercantum cukup jelas, artinya tidak perlu
lagi dimaknai lain. Dengan demikian, tidak ada larangan jika masa
keterlambatan tersebut melampaui batas akhir tahun anggaran. Pemberian
waktu keterlambatan tentu didasari pada itikad baik (good faith) dari masingmasing pihak untuk menyelesaikan pekerjaan. Selama masa keterlambatan
Penyedia dikenakan denda sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak
atau nilai bagian Kontrak untuk setiap hari keterlambatan (Pasal 120).
Pasal 93 ayat (1) huruf b: Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam
melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan. Penggunaan kata penghubung dan pada Pasal
93 ayat (1) huruf b bermakna bahwa pemutusan Kontrak hanya dapat dilakukan
jika memenuhi dua unsur, yaitu: 1). Penyedia lalai/cidera janji; dan 2). Penyedia
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pemutusan Kontrak tidak dapat dilakukan jika hanya memenuhi unsure yang
pertama (lalai/cidera janji).
Penjelasan Pasal 93 ayat (1) huruf b: Adendum bukti perjanjian dalam hal ini
hanya dapat dilakukan untuk mencantumkan sumber dana dari dokumen
anggaran Tahun Anggaran berikutnya atas sisa pekerjaan yang akan
diselesaikan (apabila dibutuhkan). Masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan
untuk Pekerjaan Konstruksi disebut juga Provisional Hand Over. Berdasarkan
Penjelasan tersebut, PPK dan Penyedia diharuskan melakukan addendum bukti
perjanjian apabila waktu keterlambatan selama 50 hari kalender akan melewati
batas akhir tahun anggaran. Hal yang perlu diadendum hanyalah sumber dana
untuk sisa pekerjaan yang belum terbayarkan pada tahun anggaran berkenaan.
Pembiayaan penyelesaian sisa pekerjaan tersebut bersumber dari dokumen
anggaran tahun anggaran berikutnya. Prosedur dan mekanisme penganggaran
terhadap sisa pekerjaan pada tahun anggaran berkenaan yang dibebankan pada
dokumen anggaran tahun anggaran berikutnya mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tindakan PPK atas Pemutusan kontrak secara sepihak akibat kesalahan
Penyedia diatur pada Pasal 93 Ayat (2): Dalam hal pemutusan Kontrak
dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, maka PPK melakukan
tindakan berupa: a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan; b. sisa Uang Muka harus
dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan; c.
Penyedia Barang/Jasa membayar denda; dan d. Barang/Jasa dimasukkan dalam
Daftar Hitam. Tindakan pada huruf a, b, dan c bersifat situasional, sedangkan
huruf d bersifat mengikat.
Pencairan Jaminan Pelaksanaan tidak berlaku pada paket pekerjaan yang tidak
menggunakan Jaminan Pelaksanaan (Jasa Konsultansi dan Pengadaan
Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Kontrak sampai dengan Rp. 200
Juta). Pelunasan sisa uang muka atau pencairan Jamina Uang Muka tidak berlaku
bagi Penyedia yang tidak mencairkan uang muka. Pengenaan denda
keterlambatan tidak berlaku jika pemutusan Kontrak dilakukan masih dalam
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan .
Lebih baik memberikan waktu keterlambatan untuk penyelesaian pekerjaan
walaupun akan melampaui batas akhir tahun anggaran daripada melakukan
pemutusan Kontrak hanya karena alasan batas akhir tahun anggaran. Didalam
19 Bab dan 136 Pasal pada Perpres 54/2010 beserta semua perubahannya tidak
ada satu klausulpun yang menyatakan bahwa pemutusan Kontrak diakhir tahun
wajib atau harus dilakukan pada pekerjaan dengan Kontrak Tahun Tunggal.
Akhirnya, semoga Pembaca sudah menemukan jawaban atas pertanyaan yang
tersirat dalam judul tulisan. Wallahu Alam Bishawab
Tulisan ini telah dimuat di Harian Radar Totabuan (JPNN), edisi Senin 7 Januari
2013
sumber : http://rahfanmokoginta.wordpress.com/2013/01/08/kontrak-tahuntunggal-haruskah-putus-kontrak-di-akhir-tahun/