Anda di halaman 1dari 2

Landasan Hukum Ketidaksetaraan Pemerintah dan Pengusaha Tambang di Usaha Minerba

(Perizinan): UU RI No 4 tahun 2009 bahwa mineral dan batubara yang terkandung dalam
wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat
hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi
nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.
Kelebihan Ketidaksetaraan dalam Usaha Minerba:
1.Dengan berlakunya sistem perizinan dalam usaha minerba, pengusaha tambang diwajibkan
meminta izin kepada pemerintah untuk membuka usaha tambang dengan memperoleh
IUP/IPR/IUPK jika tidak sesuai pasal 158 UU No. 4 tahun 2009: Setiap orang yang
melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah). Hal ini tentunya akan menguntungkan bagi pihak masyarakat Indonesia, karena
sesuai dengan pasal UU RI No 4 tahun 2009 pasal 95 pihak pemegang IUP/IUPK harus
memenuhi kewajibannya yang tertera dalam pasal tersebut sehingga akan terjadi
keterjaminan dalam hal:
A. Masyarakat dan potensi wilayah setempat akan diberdayakan dan dikembangkan (Pasal
95), serta keterjaminan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri.
B. Keselamatan dan kesehatan pekerja tambang (Pasal 96).
C. Lingkungan Penambangan akan terkelola dan terpantau melalui adanya AMDAL,
reklamasi dan standardisasi mutu dalam pembuangan limbah (pasal 96).
2. Dengan adanya IUP/IUPK pengusaha tambang akan memiliki jaminan keberlangsungan
usaha pertambangan dari ancaman/gangguan pihak lain. (Pasal 162 Setiap orang yang
merintangi atau mengganggu kegiatan usaha pertambangan dari pemegang IUP atau IUPK
yang telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
3. Pengusaha tambang akan difasilitasi dan diberikan keringanan dalam menjalankan
usahanya serta fasilitas perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk
meningkatkan investasi (Pasal 168).

4. Kontraktor tambang lokal akan lebih diuntungkan karena setiap pemegang IUP dan IUPK
diwajibkan untuk menggunakan perusahaan jasa pertambangan lokal dan/atau nasional. Jika
tidak tidak terdapat perusahaan lokal dan/atau nasional, pemegang IUP atau IUPK dapat
menggunakan perusahaan jasa pertambangan lain yang berbadan hukum Indonesia (Pasal 124
ayat (1) dan (2)). Begitu juga dengan tenaga kerjanya. Pelaku usaha jasa pertambangan wajib
mengutamakan kontraktor dan tenaga kerja lokal (Pasal 125 ayat (3)).
5. Kepastian Hukum Lebih Terjamin dan menghindari ruang kolusi, korupsi dan nepotisme
yang dapat timbul dalam proses negosiasi pada rejim kontrak terutama di kesepakatan Dua
Belah Pihak yang membuka

peluang penyimpangan

dan penyalahgunaan

wewenang,

karena bagi yang menyalahgunakan wewenang dalam memberikan IUP/IUPK/IPR ada


sanksinya (Pasal 165), di kontrak tidak ada. Sistem kontrak menjadikan pemerintah sebagai
regulator maupun sebagai pelaku usaha hanya akan melemahkan posisi dari pemerintah
karena satu sisi membuat regulasi juga sebagai pelaku usaha yang wajib taat pada aturan
hukum. Hal tersebut akan membawa implikasi bahwa jika terjadi sengketa dikemudian hari
dan jika dibawa ke arbitrase internasional kemudian mengalami kekalahan, maka asset negara
yang akan menjadi taruhannya.
6. Menghilangkan kasus tumpang tindih dalam mendapatkan WIUP (Wilayah Izin Usaha
Pertambangan) dengan cara lelang UU no 4 tahun 2009 pasal 51.
7. Meningkatnya pendapatan negara dan daerah dari penerimaan pajak dan penerimaan
negara bukan pajak (Pasal 128).
8. Keuntungan yang didapat dari divestasi saham (di sistem kontrak tidak diatur) (Pasal 112)
sehingga pemerintah dapat memiliki saham dengan jumlah yang besar dalam perusahaan
pertambangan setelah investasi perusahaan asing masuk sebagai modal.
9. Dilakukannya penyidikan kasus atas suatu pelanggaran kejahatan dalam usaha minerba
(pasal 145).

Anda mungkin juga menyukai