Anda di halaman 1dari 6

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas

Vol. 16, No. 3, Juli 2015

ISSN 2087-3557

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR-UNSUR NKRI


MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
Kartikaningsih
SMP Negeri 1 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
dapat meningkatkan pemahaman unsur-unsur NKRI. Penelitian dilakukan di kelas VIII.5 dengan
jumlah subyek penelitian 35 siswa. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, tes
dan observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dan
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match dapat meningkatkan pemahaman unsur-unsur NKRI.
2015 Didaktikum
Kata Kunci: Akitivitas; Model Make a Match; Unsur-unsur NKRI

PENDAHULUAN
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan,
keberanian, untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia.
Negara kesatuan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 oleh para
pendiri negara. Negara Indonesia merupakan hasil perjuangan panjang bangsa Indonesia.
Kemerdekaaan yang diraih merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa dan hasil jerih payah
perjuangan para pahlwan bangsa. Sebelum Indonesia merdeka di Indonesia terdapat banyak
kerajaan yang disatukan oleh Belanda dalam koloni atau daerah jajahan Hindia Belanda.
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yaitu suatu negara yang
terdiri atas gugusan pulau-pulau sebagai satu kesatuan. Pada awal kemerdekaan wilayah Indonesia
terpisah-pisah antara satu pulau dengan dengan pulau lain oleh perairan internasional. Sesuai
dengan hukum laut teritorial saat itu, bahwa wilayah laut teritorial Indonesia sejauh 3 mil laut dari
tiap-tiap pulau. Sedangkan jarak antarpulau di Indonesia bermil-mil, sehingga wilayah pulau-pulau
dipisahkan oleh perairan internasional.
Wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan setelah dikeluarkan
Deklarasi Djuanda yang menetapkan wilayah laut teritotial sejauh 12 mil laut dari garis lurus yang
menghubungkan pulau-pulau paling luar Indonesia. Akibat dari Deklarasi Djuanda ini, maka
perairan laut antar pulau di Indonesia yang sebelumnya merupakan perairan internasional menjadi
perairan pedalaman Indonesia.
PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR-UNSUR NKRI MENGGUNAKAN
MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
Kartikaningsih

65

Unsur-unsur Negara Kesatuan Republik Indonesia diantaranya memenuhi : (a) wilayah


NKRI, (b) rakyat indonesia, (c) pemerintahan yang berdaulat, (d) pengakuan dari negara lain.
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat (1) menegaskan
bahwa Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Berdasarkan hasil hasil tes formatif pra siklus kompetensi dasar memahami unsur-unsur
NKRI siswa mendapatkan nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 60, nilai rata-rata 72, dan
ketuntasan klasikal adalah 60%. Ketuntasan klasikal yang hanya mencapai 60% menunjukkan
bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai rendah, maka dari itu dilakukan perbaikan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.
Metode pembelajaran Make a Match dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Huda: 2011),
yaitu siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana
yang menyenangkan. Metode ini bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Metode pembelajaran Make a Match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman
kemampuan sosial terutama kemampuan bekerjasama melalui permainan mencari pasangan
dibantu kartu. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan
melatih keterampilan siswa dengan bekerja sama disamping melatih kecepatan berpikir siswa. Siswa
dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.
Dalam pembelajaran metode Make a Match guru harus mempertimbangkan indikator yang
ingin dicapai, kondisi kelas yang meliputi jumlah siswa dan efektifitas ruangan, dan alokasi waktu
yang akan digunakan dan waktu persiapan. Tujuan dari strategi metode ini antara lain: (1)
pendalaman materi; (2) penggalian materi; dan (3) edutainment. Tata laksananya cukup mudah,
tetapi guru perlu melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini.
Penerapan metode Make a Match cocok digunakan untuk meningkatkan perhatian siswa dan
bertujuan memperdalam pemahaman materi. Metode Make a Match bisa dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan permainan sehingga ketika metode tersebut diterapkan suasana proses
pembelajaran akan terkesan menyenangkan. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsurunsur NKRI.
Kelebihan dari metode ini diantaranya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik
secara kognitif maupun fisik, metode ini menyenangkan karena ada unsur permainan,
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi., efektif
melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Rumusan penelitian ini yaitu apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
dapat meningkatkan pemahaman unsur-unsur NKRI? Sedangkan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan
pemahaman unsur-unsur NKRI.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2010)
menjelaskan proses penelitian dilaksanakan dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap
yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan bertempat di SMP Negeri 1 Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan dengan subjek penelitian yaitu 35 siswa kelas VIII.5. Metode pengumpulan
datanya menggunakan dokumentasi, tes dan observasi.
66

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas


Vol. 16. No. 3. Juli 2015

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif
kualitatif. Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisa hasil tes formatif siswa, sedangkan
teknik kualitatif digunakan untuk menganalisa hasil pengamatan aktivitas siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama ini model pembelajaran yang sering digunakan guru dalam proses pembelajaran
adalah model pembelajaran konvensional dan kurang bervariasi yaitu ceramah. Aktivitas siswa saat
proses pembelajaran PKn cenderung rendah, siswa terlihat bosan dan kurang tertarik mengikuti
proses pembelajaran. Kondisi siswa yang pasif tersebut memberi dampak pada nilai hasil belajar
siswa yang rendah. Berdasarkan hasil tes formatif pra siklus nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah
60, nilai rata-rata 72, dan ketuntasan klasikal adalah 60%.
Siklus I
1. Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan pada perencanaan siklus I : (a) menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match,
mempersiapkan materi pelajaran, (b) membuat media kartu, yaitu kartu-kartu yang berisi
pertanyaan dan kartu-kartu yang berisi jawaban, (c) menyusun butir soal tes formatif, (d) menyusun
pedoman observasi aktivitas siswa.
2. Pelaksanaan
Secara garis besar kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Berikut penjelasan masing-masing kegiatan:
a. Kegiatan Awal
Guru memimpin doa dan mengkondisikan kelas, kemudian melakukan apersepsi dan
memberikan motivasi. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran Make a Match.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) guru menjelaskan materi secara singkat, (2) guru
membagi media kartu dan membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama
merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah
kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai,
(3) mengatur posisi kelompok-kelompok agar berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan
kedua berjajar saling berhadapan, (4) guru membunyikan peluit, kemudian kelompok pertama
maupun kelompok kedua saling bergerak dan bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang
cocok dengan batas waktu yang ditentukan, (5) kelompok yang sudah menemukan pasangannya
melakukan diskusi.
Selanjutnya (6) pasangan-pasangan yang sudah berbentuk kemudian menunjukkan
pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai, (7) pada sesi kedua, guru mengatur kelompok
sedemikian rupa sehingga terjadi pergantian posisi kelompok penilai, kelompok pembawa kartu
soal, dan kelompok pembawa jawaban, (8) mengulangi kembali langkah-langkah tadi supaya siswa
secara merata mendapat kartu soal, kartu jawaban maupun berperan sebagai penilai, (9) guru
memberikan penjelasan mengenai pertanyaan dari jawaban yang benar.
c. Kegiatan Penutup
Guru dan siswa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
membimbing siswa menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Kemudian secara individu
siswa mengerjakan tes formatif.
PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR-UNSUR NKRI MENGGUNAKAN
MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH 67
Kartikaningsih

3.

Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui perilaku dan aktivitas belajar siswa selama
proses pembelajaran dan dampak yang ditimbulkan dari tindakan yang diberikan guru kepada siswa
selama proses pembelajaran. Selain itu kegiatan observasi juga dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana kesesuaian pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru dengan perencanaan tindakan
yang telah dirancang sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I
memperoleh rata-rata 19 dengan kategori cukup aktif.
4. Refleksi
Hasil refleksi pada pelaksanaan siklus I menemukan berbagai kekurangan, sehingga akan
dilakukan rencana perbaikan sebagai berikut :
a. Guru memberikan tambahan poin atau hadiah lainnya kepada siswa yang berpartisipasi secara
aktif dalam diskusi dan pencarian pasangan dari kartu soal atau kartu jawaban yang mereka
dapatkan.
b. Pada saat kelompok penilai memberikan penilaian kepada pasangan, guru melakukan perannya
sebagai fasilitator dalam meluruskan jawaban dan pemberian penilaian.
c. Penyampaian materi dilakukan secara perlahan dengan menggunakan masalah-masalah
kontekstual yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari dan memanfaatkan media/ alat
belajar yang ada disekitar siswa
d. Pemberian motivasi kepada siswa supaya aktif dalam pergiliran posisi kelompok dan memainkan
perannya secara maksimal, agar siswa benar-benar memahami materi.
e. Guru lebih menekankan pada penyampaian langkah-langkah metode pembelajaran Make a Match
dan memberikan pengawasan lebih kepada siswa yang belum menguasai langkah-langkah
metode pembelajaran.
Siklus II
1. Perencanaan
Pada prinsipnya kegiatan perencanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan perencanaan
siklus I. Siklus II merupakan upaya perbaikan dan penyempurnaan terhadap tindakan siklus I.
Semua tahapan yang dilakukan sama, hanya saja pada siklus II ada beberapa hal yang perlu
ditekankan dan ditambahkan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, yaitu: memberikan
tambahan poin atau hadiah lainnya kepada siswa yang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi,
memberikan penilaian kepada pasangan, motivasi kepada siswa supaya aktif dan menekankan pada
penyampaian langkah-langkah metode pembelajaran Make a Match.
2. Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
Guru memimpin doa dan mengkondisikan kelas, melakukan apersepsi dan memberikan
motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
Make a Match.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) guru menjelaskan materi secara singkat, (2) guru
membagi media kartu dan membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama
merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah
kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai,
(3) mengatur posisi kelompok-kelompok agar berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan
kedua berjajar saling berhadapan, (4) guru membunyikan peluit, kemudian kelompok pertama
maupun kelompok kedua saling bergerak dan bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang
68

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas


Vol. 16. No. 3. Juli 2015

cocok dengan batas waktu yang ditentukan, (5) kelompok yang sudah menemukan pasangannya
melakukan diskusi.
Selanjutnya (6) pasangan-pasangan yang sudah berbentuk kemudian menunjukkan
pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai, (7) pada sesi kedua, guru mengatur kelompok
sedemikian rupa sehingga terjadi pergantian posisi kelompok penilai, kelompok pembawa kartu
soal, dan kelompok pembawa jawaban, (8) mengulangi kembali langkah-langkah tadi supaya siswa
secara merata mendapat kartu soal, kartu jawaban maupun berperan sebagai penilai, (9) guru
memberikan penjelasan mengenai pertanyaan dari jawaban yang benar.
c. Kegiatan Penutup
Guru dan siswa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemudian guru membimbing siswa menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Kegiatan
terakhir yang dilakukan adalah siswa mengerjakan tes formatif.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas belajar
siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode Make a Match. Selanjutnya hasil
observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I. Berdasarkan hasil
observasi aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata-rata 22 dengan kategori aktif.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan hasil tes formatif siswa selama pelaksanaan
mengalami peningkatan sehingga tindakan berakhir pada siklus II.
Hasil peningkatan pemahaman unsur-unsur NKRI pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
dapat dilihat Tabel 1 dan Gambar 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pemahaman Unsur-unsur NKRI Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Kategori

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Frekuensi

Frekuensi

Frekuensi

Tuntas

21

60%

25

71%

29

83%

Belum
Tuntas

14

40%

10

29%

17%

Jumlah

35

100%

35

100%

35

100%

Gambar 1. Hasil Pemahaman Unsur-unsur NKRI (Pra, Siklus I dan Siklus II)
PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR-UNSUR NKRI MENGGUNAKAN
MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH 69
Kartikaningsih

SIMPULAN
Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan pemahaman unsurunsur NKRI, yang dilihat dari nilai tes formatif yang mengalami peningkatan dari pra siklus hingga
siklus II. Perbaikan tindakan yang dilakukan yaitu memberikan tambahan poin atau hadiah lainnya
kepada siswa yang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi, memberikan penilaian kepada
pasangan, motivasi kepada siswa supaya aktif dan menekankan pada penyampaian langkah-langkah
metode pembelajaran Make a Match.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kepada Tim Pembimbing Penelitian Tindakan dari tim Fasilitator dari Unnes (Dr. Eko
Supraptono., dkk), Kolaborator, Guru dan siswa kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Wonopringgo peneliti
ucapkan banyak terima kasih atas kerjasamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Solihatin, Etin. dkk. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara

70

Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas


Vol. 16. No. 3. Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai