PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Dewasa ini, etika dalam berbagai hal sangatlah dijunjung tinggi oleh
kebanyakan orang. Etika dianggap sebagai sesuatu hal yang bernilai tinggi, begitu
juga dalam hal proses auditing. Dalam proses auditing, seorang auditor haruslah
bekerja dan bertindak secara professional sesuai dengan etika dan aturan yang ada.
Etika dan regulator itu telah ditetapkan oleh pasar modal dan BAPEPAM.
Pengambilan keputusan seorang auditor nantinya sangat berpengaruh kepada public
dan para pengguna keputusan. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai
etika dalam auditing. Akan dibahas pula bagaimana regulasi etika profesi seorang
auditor.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Pada penulisan sebuah makalah, akan menimbulkan beberapa pertanyaan yang
pada bab ini akan dicari pemecahan dengan penjelasan dan penjabarannya. Berikut
rumusan masalah yang terdapat dalam makalah berjudul Etika Dalam Auditing
yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Etika dalam Auditing ?
2. Bagaimana tanggung jawab auditor kepada public ?
3. Bagaimana hubungan etika dalam auditing dengan kepercayaan public?
4. Apa saja tanggung jawab dasar seorang auditor ?
5. Bagaimana regulator tentang independensi seorang akuntan public ?
1.3.
sehingga makalah dapat bermanfaat tidak hanya sebagai sebuah tugas yang hanya
dituntut untuk menyelesaikannya saja. Berikut tujuan dan manfaat yang ingin dicapai
dalam makalah berjudul Etika dalam Auditing :
1 | Page
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ETIKA PROFESIONAL
Etika secara harfiah bermakna pengetahuan tentang azas-azas akhlak atau
moral. Etika secara terminologi kemudian berkembang menjadi suatu konsep yang
menjelaskan tentang batasan baik atau buruk, benar atau salah, dan bisa atau tidak
bisa, akan suatu hal untuk dilakukan dalam suatu pekerjaan tertentu.
2 | Page
mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan
standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan
audit. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi
sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan
kepentingan.
Pentingnya Nilai-Nilai Etika dalam Auditing
Beragam masalah etis berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
auditing. Banyak auditor menghadapi masalah serius karena mereka melakukan halhal kecil yang tak satu pun tampak mengandung kesalahan serius, namun ternyata
hanya menumpuknya hingga menjadi suatu kesalahan yang besar. Untuk itu
pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya masalah etika akan memberikan
peluang untuk melindungi diri sendiri.
Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri.
Pemecahan Dilema Etika
3 | Page
terhadap
a.
Standar umum perilaku yang ideal dan menjadi khusus tentang perilaku yang harus
dilakukan terdiri dari empat bagian yaitu :
Prinsip etika profesi
Peraturan etika
Interpretasi atas peraturan etika
Kaidah etika
4 | Page
ketergantungan
dalam
hal
tanggung-jawab
akuntan
terhadap
kepentingan publik. Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki
tanggung jawab terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki
tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik adalah kepentingan
masyarakat
dan
institusi
yang
dilayani
secara
keseluruhan.
Publik
akan
5 | Page
Sistem Akuntansi.
Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi
dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
Bukti Audit.
Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan
kesimpulan rasional.
Pengendalian Intern.
6 | Page
Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam
hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang
didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
2) Kepentingan publik
Akuntan sebagai anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3) Integritas
Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan
menjaga integritasnya setinggi mungkin.
4) Obyektifitas
Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAI
harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan.
5) Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehatihatian,
kompetensi,
dan
ketekunan,
serta
mempunyai
kewajiban
untuk
7 | Page
7) Perilaku profesional
Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras
dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesinya.
8) Standar teknis
Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektifitas.
C. Independensi Profesi Auditor
Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26).
Independensi
juga
berarti
adanya
kejujuran
dalam
diri
dalam
8 | Page
9 | Page
yang
dapat
mengakibatkan
masyarakat
meragukan
kebebasannya.
10 | P a g e
bahwa
fee
audit
adalah
fee yang
11 | P a g e
12 | P a g e
rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian
antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan
untuk kepentingan klien.
Jasa konsultasi dapat berupa :
Konsultasi memberikan konsultasi atau saran profesional berdasarkan pada
kesepakatan bersama dengan klien. Contoh: review dan komentar terhadap
rencana bisnis buatan klien
Jasa pemberian saran profesional - mengembangkan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh:
pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik
Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan.
Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel
praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Contoh: penyediaan jasa
instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan.
Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa
transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh: jasa
pengurusan kepailitan.
Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf yang
memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa
pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien. Staf
tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan
mengharuskan demikian. Contoh: menajemen fasilitas pemrosesan data.
Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional
sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk
tertentu. Contoh: penjualan dan penyerahan paket program pelatihan,
penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer
F. KEPUTUSAN
MENTERI
KEUANGAN
REPUBLIK
INDONESIA
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Seorang auditor juga harus memiliki etika-etika perilaku profesional yang
sangat penting dalam lingkup auditing sebagai panduan mereka agar meminimalisir
kecurangan dan kesalahan. Auditor dalam menjalankan profesionalitas nya juga harus
sesuai dengan peraturan yang telah dibuat oleh IAI. Kualitas audit yang di ukur KAP
yang telah menetapkan sembilan unsur kendali mutu yang harus dipenuhi oleh kantor
akuntan dalam melakukan profesinya. Auditor harus kompeten dan independen.
Karena seorang auditor itu harus mendapatkan kepercayaan publik, bukan nya
mendapatkan keraguan dari publik karena maraknya terjadi rekayasa laporan yang
dilakukan oleh seorang auditor.
14 | P a g e
15 | P a g e