Bahan Anfisko
Bahan Anfisko
inti), spektroskopi NMR berhubungan dengan karakter inti dari suatu atom
dalam suatu molekul yang dianalisis. Pada dasarnya spektrometri NMR
merupakan bentuk lain dari spektroskopi absorbsi sama halnya dengan UVVIS dan IR. Perbedaan dengan IR dan UV-VIS adalah
1. Sistem absorbsi dibawah pengaruh medan magnet dan hal ini tidak ada pada
menjadikan analisis secara akurat dari detik ke detik bahkan hingga orde
jam.
Seperti yang telah disinggung bahwa berhubungan dengan karakter inti dari
suatu atom dalam suatu molekul, oleh sebab itu spektroskopi NMR
digunakan untuk mendeteksi berbagai jenis inti sesuai dengan sifat khas inti,
misalnya 1H, 13C, 19F dan 31P.
Karakter jenis inti yang dapat dideteksi menggunakan spkektroskopi NMR
yaitu jenis kategori inti yang dalam kaitannya dengan bilangan kuantum
spin inti, yakni:
o
Kategori 3 yakni inti dengan proton dan netron ganjil. Inti ini
memiliki I = 1, 2 atau lebih tinggi. Yang tergolong kategori ini adalah
2
H, 14N, 10B. Isotop-isotop ini lebih sukar diamati dan pola spektranya
melebar.
perpisahan antar puncak resonansi pada spektrum NMR makin besar dan kondisi
demikian dikenal dengan NMR resolusi tinggi.
Geseran kimia inti yang terbaca dalam spektrometer NMR sebagai ppm (part per
million) dan dilambangkan . Perlu diperhatikan bahwa ppm disini tidak sama
dengan ppm konsentrasi. Nilai ppm tergantung pada frekuensi alat yang di gunakan
yang ditulis denga persamaan berikut.
ppm = v/v x 106
dengan
ppm = geseran kimia inti senyawa
v = frekuensi sampel 0 (frekuensi senyawa pembanding biasanya nol)
v = frekuensi yang dipasang atau digunakan
TMS biasanya langsung ditambahkan ke dalam larutan sampel yang akan diuji.
TMS digunakan sebagai pembanding karena memiliki beberapa keunggulan antara
lain:
1. Bersifat inert.
2. Tingkat simetri yang tinggi, dalam hal ini semua atom H dan C berada pada
5. Geseran kimia TMS tidak dipengaruhi oleh kekompleksan pelarut atau tidak
dipengaruhi pelarut karena tidak mengandung gugus-gugus polar.
Selain TMS terdapat pula beberapa senyawa pembanding lain yaitu Na-2,2dimetil-2-silapentana-5-sulfonat (DSS) dan Na-2,2,3,3-tetradeuterio-4-4-dimetil4silapentanoat (TSP-d4). Struktur kedua senyawa tersebut sebagai berikut.
Sampel atau cuplikan yang akan dianalisa dipreparasi dalam bentuk larutan.
Larutan yang akan dianalisa menggunakan NMR memiliki beberapa kriteri sebagai
berikut:
1. Spektrometer NMR 60 MHz. Masa sampel 5-10 mg dalam 0,4 mL pada
tabung gelas dengan diameter 5 mm dan kedalaman tabung 35 mm. Sedangkan
Kebersihan tabung
Kemurnian pelarut
3. Tabung untuk cuplikan di buat dari gelas sangat tipis, mudah pecah dan sangat
rapus terutama pada saat dibuka tutupnya.
4. Jika tabung yang digunakan tidak dipecahkan (mungkin disebabkan jumlah
sampel yang sedikit dan harganya relatif mahal) maka segera dicuci dengan aseton
atau dikloroetana bila telah selesai digunakan, dikeringkan dengan blower dalam
udara bersih atau nitrogen dengan menggunakan pelat tipis dari logam selanjutnya
dijaga dan disimpan pada tempat yang aman. Pengeringan tabung menggunakan
oven atau dengan cara pemanasan sangat tidak dianjurkan.
Dari semua sifat di atas, CCl4 merupakan pelarut yang ideal yang hampir
memenuhi semua persyaratan, tetapi pelarut ini sangat nonpolar sehingga
mempunyai kapsitas pelarutan yang relatif rendah. Misalnya tidak dapat
melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat polar. Karena hal-hal tersebut maka
terdapat beberapa pelarut yang sering digunakan pada spektrometer NMR yakni
pelarut yang telah terdeuterasi, misalnya
Deuterokloroform (CDCl3)
Heksadeterobenzena (C6D6)
Aseton-d6 (CD3COCD3)