Anda di halaman 1dari 8

Sesuai namanya NMR (nuklear magnetic resonance, resonansi magnetik

inti), spektroskopi NMR berhubungan dengan karakter inti dari suatu atom
dalam suatu molekul yang dianalisis. Pada dasarnya spektrometri NMR
merupakan bentuk lain dari spektroskopi absorbsi sama halnya dengan UVVIS dan IR. Perbedaan dengan IR dan UV-VIS adalah
1. Sistem absorbsi dibawah pengaruh medan magnet dan hal ini tidak ada pada

UV-VIS dan IR.


2. Pada NMR energi radiasi elektromagnetik pada daerah frekuensi radio.

Spekktroskopi NMR sangat penting artinya dalam analisis kualitatif,


khususnya dalam penentuan struktur molekul zat organik. Lebih tepatnya
letak suatu atom dalam molekulnya.
Seperti yang diketahui semua inti atom bermuatan karena mengandung
proton dan juga mempunyai spin inti. Sifat inti atom dan karakter spinnya
menyebabkan beberapa inti bersifat magnet.
Perputaran elektron pada porosnya (spin) menyebabkan dihasilkan momen
dipol magnet. Perilaku dipol magnetik ini dicirikan oleh bilangan kuantum
spin inti megnet yang dinyatakan atau diberi simbol I.
Apabila inti diletakan pada suatu medan magnet (medan magnet eksternal)
maka akan terjadi interaksi inti dengan magnet ekternal tersebut.
Interaksinya tergantung pada jenis inti yang berinteraksi. Berikut merupakan
kriteria penggunaaan medan magnet pada spektroskopi NMR:
1. Medan magnet harus kuat. Karena kepekaan spektroskopi NMR makin

tinggi seiring meningkatnya kekuatan medan magnet.


2. Medan magnet harus cukup homogen terhadap semua sampel yang

dianalisis. Apabila tidak terjadi kemogenan medan magnet akan


menghasilkan pita-pita yang melebar dan terjadi distorsi sinyal.
3. Medan magnet harus sangat stabil. Dengan kestabilan yang tinggi

menjadikan analisis secara akurat dari detik ke detik bahkan hingga orde
jam.

Seperti yang telah disinggung bahwa berhubungan dengan karakter inti dari
suatu atom dalam suatu molekul, oleh sebab itu spektroskopi NMR
digunakan untuk mendeteksi berbagai jenis inti sesuai dengan sifat khas inti,
misalnya 1H, 13C, 19F dan 31P.
Karakter jenis inti yang dapat dideteksi menggunakan spkektroskopi NMR
yaitu jenis kategori inti yang dalam kaitannya dengan bilangan kuantum
spin inti, yakni:
o

Kategori I, yakni inti dengan I = 0. Inti dalam kategori ini tidak


berinteraksi dengan medan magnet yang diterapkan pada NMR
(medan magnet eksternal) sehingga disebut tidak ada kromofor NMR
atau tidak aktif NMR. Inti dengan I = 0 adalah atom-atom dengan
jumlah proton genap dan jumlah netron yang genap pula. Inti dengan
I = 0 misalnya 12C, 16O dan 32S. Walaupun tidak dapat dicermati
namun ketiga atom tersebut terdapat isotop yang dapat di deteksi.

Kategori 2 yakni inti dengan I = . Inti ini memiliki nomor massa


ganjil sehingga mempunyai momen magnet tidak sama dengan nol.
Hal inilah yang meneyebabkan inti dapat berinteraksi dengan medan
magnet eksternal, oleh sebab itu disebut ada kromofor NMR. Inti
dengan kategori ini misalnya 1H. 13C, 19F.

Kategori 3 yakni inti dengan proton dan netron ganjil. Inti ini
memiliki I = 1, 2 atau lebih tinggi. Yang tergolong kategori ini adalah
2
H, 14N, 10B. Isotop-isotop ini lebih sukar diamati dan pola spektranya
melebar.

Geseran Kimia Dalam Spektroskopi NMR


Dalam spektroskopi NMR setiap jenis inti yang memiliki sifat yang khas
dinyatakan dengan istilah geseran kimia (chemical shift) dan kopling spin-spin
(Spin-spin coupling). Kedua besaran atau fenomena ini merefleksikan lingkungan
kimia spin inti yang diamati dalam eksperimen NMR dan ini dapat dipandang
sebagai efek kimia dalam spektroskopi NMR.
Frekuensi resonansi yang dialami inti bergantung pada besarnya kuat medan
magnet yang diterapkan. Jadi frekuensi resonansi sebanding dengan medan magnet
yang dialami oleh inti yang diamati. Makin besar spektrometer NMR, maka

perpisahan antar puncak resonansi pada spektrum NMR makin besar dan kondisi
demikian dikenal dengan NMR resolusi tinggi.
Geseran kimia inti yang terbaca dalam spektrometer NMR sebagai ppm (part per
million) dan dilambangkan . Perlu diperhatikan bahwa ppm disini tidak sama
dengan ppm konsentrasi. Nilai ppm tergantung pada frekuensi alat yang di gunakan
yang ditulis denga persamaan berikut.
ppm = v/v x 106
dengan
ppm = geseran kimia inti senyawa
v = frekuensi sampel 0 (frekuensi senyawa pembanding biasanya nol)
v = frekuensi yang dipasang atau digunakan

Senyawa Pembanding dalam NMR


Dalam mempelajari NMR digunakan suatu senyawa sebagai pembanding. Suatu
senyawa pembanding yang biasa di gunakan adalah tetrametilsilana, (CH3)4Si atau
yang disingkat TMS. Struktur TMS diberikan pada Gambar.

TMS biasanya langsung ditambahkan ke dalam larutan sampel yang akan diuji.
TMS digunakan sebagai pembanding karena memiliki beberapa keunggulan antara
lain:
1. Bersifat inert.
2. Tingkat simetri yang tinggi, dalam hal ini semua atom H dan C berada pada

lingkungan kimia yang sama sehingga memberikan puncak absorbsi tunggal


karena semua atom H dan C ekivalen.

3. Volatil, memiliki titik didih 27C.


4. Nonpolar sehingga mudah larut dalam pelarut organik.

5. Geseran kimia TMS tidak dipengaruhi oleh kekompleksan pelarut atau tidak
dipengaruhi pelarut karena tidak mengandung gugus-gugus polar.

Selain TMS terdapat pula beberapa senyawa pembanding lain yaitu Na-2,2dimetil-2-silapentana-5-sulfonat (DSS) dan Na-2,2,3,3-tetradeuterio-4-4-dimetil4silapentanoat (TSP-d4). Struktur kedua senyawa tersebut sebagai berikut.

Spektrometer dan penanganan Sampel


Spektrometer NMR adalah alat atau instrumen untuk mengukur resosnansi
magnetik inti. Intrumen ini menghasilkan medan magnet pada tingkat energi
gelombang radio dan digunakan untuk mendeteksi radiasi yang dipancarkan pleh
suatu inti. Kualitas spektrometer NMR tergantung pada dua hal yakni:
1. Kekuatan dan kehomogenan medan magnet yang digunakan.
2. Kestabilan kekuatan medan magnet selama digunakan.

Sampel atau cuplikan yang akan dianalisa dipreparasi dalam bentuk larutan.
Larutan yang akan dianalisa menggunakan NMR memiliki beberapa kriteri sebagai
berikut:
1. Spektrometer NMR 60 MHz. Masa sampel 5-10 mg dalam 0,4 mL pada
tabung gelas dengan diameter 5 mm dan kedalaman tabung 35 mm. Sedangkan

untuk spektrometer NMR 500 MHz diperlukan jumlah cuplikan < 1 mg


(mikrogram) dalam tabung mikro pula.
2. Kualitas hasil sprktrum yang dihasilkan tergantung pada.
Kemurnian cuplikan

Kebersihan tabung

Kemurnian pelarut
3. Tabung untuk cuplikan di buat dari gelas sangat tipis, mudah pecah dan sangat
rapus terutama pada saat dibuka tutupnya.
4. Jika tabung yang digunakan tidak dipecahkan (mungkin disebabkan jumlah
sampel yang sedikit dan harganya relatif mahal) maka segera dicuci dengan aseton
atau dikloroetana bila telah selesai digunakan, dikeringkan dengan blower dalam
udara bersih atau nitrogen dengan menggunakan pelat tipis dari logam selanjutnya
dijaga dan disimpan pada tempat yang aman. Pengeringan tabung menggunakan
oven atau dengan cara pemanasan sangat tidak dianjurkan.

Pelarut yang digunakan untuk mempreparasi sampel memiliki beberapa kriteria,


yakni:
1. Tidak mengandung inti yang akan dideteksi atau diamati. Misalnya untuk

1H-NMR pelarutnya tidak boleh mengandung hidrogen-1 sedangkan untuk


13C-NMR pelarutnya tidak boleh mengandung 13-C.
2. Bersifat iner,
3. Nopolar
4. Titik didih rendah.
5. Tidak mahal.

Dari semua sifat di atas, CCl4 merupakan pelarut yang ideal yang hampir
memenuhi semua persyaratan, tetapi pelarut ini sangat nonpolar sehingga
mempunyai kapsitas pelarutan yang relatif rendah. Misalnya tidak dapat
melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat polar. Karena hal-hal tersebut maka

terdapat beberapa pelarut yang sering digunakan pada spektrometer NMR yakni
pelarut yang telah terdeuterasi, misalnya
Deuterokloroform (CDCl3)
Heksadeterobenzena (C6D6)
Aseton-d6 (CD3COCD3)

Spektra atau Spektrum NMR


Geseran kimia yang menunjukan terjadinya resonansi spin inti dalam lingkungan
kimia yang berbeda pada suatu molekul digambarkan atau ditunjukan dalam
bentuk grafik. Grafik NMR menggambarkan nilai (geseran kimia) dari setiap inti
tertentu dalam lingkungan kimia yang tertentu pula.
Berdasarkan perjanjian atau yang telah ditetapkan pada ujung kanan memiliki
geseran kimia sama dengan nol (0) merupakan inti yang memiliki atau
memerlukan frekuensi kuat medan magnet besar (biasanya disebut juga kuat
medan atas), sedangkan pada ujung kiri merupakan inti yang memiliki atau
memerlukan frekuensi kuat medan magnet yang kecil (biasanya disebut juga kuat
medan bawah). Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut.

Inti Terlindungi Dan Kurang Terlindungi


setiap inti dilindungi atau dilingkupi oleh elektron-elektron yang megelilininya.
Akibatnya setiap inti akan mengalami atau menerima pengaruh medan magnet
eksternal atau medan magnet alat yang berbeda pula dan hal ini bergantung pada
beberapa efek keterlindungan ini. Karena hal inilah inti-inti yang berbeda
keterlindungannya akan mempunyai geseran kimia yang berbeda pada spektrum
NMR-nya.
Hal ini memberikan magna bahwa, jumlah sinyal dalam spektrum NMR
menunjukan banyaknya inti dengan lingkungan kimia yang berbeda dari
molekul yang dianalisis. Inti yang efek keterlindungan tinggi (inti makin
terlindung) maka inti akan beresonansi pada kuat medan magnet yang tinggi

sehingga mempunyai geseran kimia () yang rendah dibanding senyawa


standar (TMS). Sebaliknya inti yang memiliki efek keterlindungan rendah
(inti semakin tidak terlindung) maka inti akan beresonansi pada kuat medan
magnet yang rendah sehingga mempunyai geseran kimia () yang tinggi
dibanding senyawa pembanding (TMS).

Dari penjelasan ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Secara umum inti-inti yang mengalami geseran diamagnetik dan paramagnetik


dijelaskan sebagai berikut.
1. Distribusi awan elektron disekita inti. Distribusi awan elektron disekita
inti sangat menentukan derajat keterlindungan inti. Makin besar
kerapan distribusi awan elektron disekita inti makin besar dan makin
efektif derajat keterlindungan dan menyebabkan inti harus beresonansi
pada kuat medan magnet tinggi (medan magnet atas) dan mempunyai
geseran kimia yang kecil atau semakin mendekati TMS = 0. Hal ini
tentu berlaku juga untuk kondisi yang sebaliknya.
2. Gugus atau substituen penarik elektron. Gugus-gugus atau substituen

penarik elektron seperti OH, -OR, -OCOOH, -OCOR, -NO 2, -halogen,


yang terikat pada rantai alifatik menyebabkan derajat keterlindungan inti
dan merubah geseran kimia ke arah medan rendah.
3. Karakter aniostropik magnetik. Contoh sirkulasi elektron dalam cincin

bensena. Pengaruh anisotropik terhadap keterlindungan inti ini bekerja pada


senyawa-senyawa aromatik, karbonil dan alkuna. Pengaruh karakter ini
menyebabbkan inti semakin terlindung dan menggeser nilai geseran kimia
pada kuat medan bawah atau kuat medan rendah. Nilai geseran kimia dalam
ppm semakin besar dibanding TMS.

4. Karakter hibridisasi atom karbon dalam molekul. Perbedaan jenis atom


karbon, yakni sp3, sp2, atau sp mempengaruhi derajat keterlindungan inti
dalam spektroskopi NMR. Distribusi awan elektron pada atom karbon sp 3
lebih rendah daripada sp2, dan lebih rendah dibanding sp akibatnya nilai
geseran kimia sp3<sp2<sp dibanding senyawa pembanding (TMS).

Anda mungkin juga menyukai