BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAROS
2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI
2.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Maros merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terletak
dibagian barat Sulawesi Selatan antara 40455007 lintang selatan dan 109205-12912 bujur
timur yang berbatasan dengan kabupaten Pangkep sebelah utara, Kota Makassar dan Kabupaten
Gowa sebelah Selatan, Kabupaten Bone disebelah Timur dan Selat Makassar disebelah Barat.
Secara administratif, kabupaten Maros terdiri atas 14 kecamatan , 80 Desa dan 23 kelurahan.
Pembagian wilayah menurut kecamatan, ibukota kecamatan dan jumlah desa / kelurahan sebagai
berikut :
Luas wilayah menurut kecamatan Tahun 2010
No
Kecamatan
Ibukota
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Mandai
Moncongloe
Maros baru
Lau
Turikale
Marusu
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Total
Bontoa
Moncongloe
Baju Bodoa
Maccini Baji
Turikale
Temmapadduae
Bontoa
Kalabbirang
Jenetaesa
Borong
Pucak
Cempaniaga
Limampocoe
Sabila
Jumlah
desa/Keluraha
n
6
5
7
6
7
7
9
8
6
8
8
8
7
11
103
Luas
Persentase terhadap
luas Kab(%)
49,11
46,87
53,76
53,73
29,93
73,83
93,52
173,70
105,31
89,45
287,65
145,36
180,97
235,92
1.619,11
3,03
2,89
3,32
3,32
1,85
4,56
5,78
10,73
6,50
5,52
17,77
8,98
11,18
14,57
100,00
Sumber: diolah Pansus DPRD Kab. Maros (dalam Perda Kab.Maros No.10 tahun 2010)
Ibukota kabupaten Maros terletak tiga puluh kilometer arah utara kota Makassar ibukota Propinsi
Sulawesi selatan. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin terletak di Kabupaten Maros,
yang merupakan Bandar Udara terbesar di Kawasan timur Indonesia. Letak kabupaten Maros
yang berdekatan dengan Kota Makassar merupakan potensi bagi pengembangan berbagai
kegiatan produksi dan ekonomi di kabupaten Maros.
Kabupaten Maros yang terletak dibawah garis khatulistiwa dan beriklim tropis-humid. Cuaca yang
sangat mempengaruhi potensi pertanian di kabupaten Maros, seperti berikut ini:
a. Arus Angin
Arus angin yang terjadi tiap tahun sebagai berikut;
- Pada bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah barat, barat laut dan timur
barat.
- Pada bulan Juni sampai Agustus angin bertiup dari arah barat dengan kecepatan ratarata 7 km/jam.
b. Temperatur
Rata-rata temperatur sebagai berikut :
- Pada Daerah Kabupaten Maros temperatur udara rat-rata berkisar antara 26C dan
27,6C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 34,6C dan
temperatur minimum 19,9C.
c. Curah Hujan
Di Kabupaten Maros terjadi musim hujan dari bulan November sampai bulan Maret. Curah
hujan bulanan rata-rata yang terjadi di kabupaten Maros dapat dilihat dalam tabel berikut :
Curah Hujan Bulanan rata-rata
No Kecamatan
Jan Feb
1
Mandai
191 668
0
2
Maros baru
122 719
6
3
B.Murung
1122 689
6
Tanralili
887 455
5
Camba
877 601
6
Mallawa
161 118
7
Moncongloe 104 713
9
8
Turikale
1185 700
9
Marusu
128 573
4
10 Lau
X
X
11 Simbang
X
601
12 Tompobulu
147 719
1
13 Cenrana
X
167
14 Bontoa
X
601
Mar
X
Apr
281
Mei
313
Jun
x
Jul
-
Ags
2
Sep
102
Okt
-
Nov
380
Des
943
186
146
219
83
46
17
16
112
486
142
99
X
X
749
165
55
X
98
735
335
334
X
X
407
x
x
X
X
X
0
X
0
18
X
3
55
26
17
X
8
55
130
159
X
107
395
684
482
X
61
977
155
133
142
251
194
265
X
75
31
30
X
14
25
8
46
38
12
27
X
0
577
84
X
65
127
X
96
325
X
225
249
X
X
45
X
X
25
X
X
0
X
X
-
X
X
X
X
X
147
X
X
491
174
65
206
96
239
X
54
X
6
47
32
157
103
59
39
31
107
X
513
Sumber Data: Klimatologi BMG kab.Maros 2009 (dalam Draf Final Laporan RP2I Kab.Maros
Dari data yang disajikan diatas dapat disimpulkan bahwa wilayah yang mendapatkan iklim yang
paling sesuai untuk budidaya padi adalah daerah topografi Bantimurung dan Maros baru, yang
terletak dalam kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Maros baru daerah topografi
berbukit/bergunung lebih sesuai dengan tanaman palawija.
d. Perubahan iklim
Perubahan iklim menjadi fenomena yang penting untuk dipertimbangkan. Pada wilayah pesisir,
trend peningkatan evolusi laut pasang mulai menimbulkan abrasi tanah pantai dan juga
berpengaruh pada efektifitas Sistem drainase pada daerah irigasi di wilayah datar dekat laut. Pada
wilayah perbukitan, terjadi peningkatan intensitas curah hujan, yang mengakibatkan banjir pada
sungai dan erosi tanah dalam DAS. Kedua hal ini berpengaruh kepada kapasitas bendungbendung irigasi yang ada dan fasilitas pencegahan masuknya lumpur pada saluran induk (kantong
lumpur).
Dampak yang mungkin akan terjadi akibat perubahan cuaca di kabupaten Maros adalah sebagai
berikut :
a. Pengaruh sistem drainase di wilayah datar dekat laut kecamatan Bontoa, Maros baru dan
Marusu
b. Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah perbukitan, khususnya di Camba, Cenrana
dan Mallawa.
2.1.2. Kondisi Topografis
Kemiringan lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi secara
Global, regional atau dikhususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu variabel yang digunakan
dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian
diatasmuka laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang
bekerja.
Secera defenisi bahasanya lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki
sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu sehingga dapat ditarik suatu anila bahwa
dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel beda tinggi antara dua tempat yang
dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Berdasarkan data hasil penelitian
Laporan Geologi Terpadu Kabupaten Maros, pada peta rupabumi dengan skala 1:50.000
(Surwanda Wijaya, dkk 1994) dapat diklarifikasi pengelompokan sudut lereng yang terdapat di
kabupaten Maros, yaitu sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Sudut
Lereng
Ketinggian
diatas
muka laut
Luas
(%)
Bentangan
dan bantuan
penyusun
<3
0-30
33,33 Pedataran;
dominan
Aluvium
3-5
15-300
1,87
Perbukitan,se
Sebaran(kecamatan)
Jenis/peruntukan lahan
Lau,Bontoa,Turikale,
Maros
baru,Marusu,Mandai
,Bantimurung,Camb
a dan Tanralili
Mallawa,camba,banti
Persawahan
pertambakan
perkebunan
permukiman
pertambangan
Permukiman
5-10
25-750
10-15
100-1.565
15-30
25-1.540
30-70
100-1.458
dimen dan
vulkanik
4,31 Perbukitan
kars
dan
intrusi serta
pegunungan
vulkanik
11,48 Perbukitan
intrusi
vulkanik kars
dan sedimen
23,30 Pegunungan
vulkanik,Perb
ukitan kars,
intrusi
dan
sedimen
20,09 Pegunungan
Vulkanik,
Perbukitan
intrusi
dan
Kars
5,61 Perbukitan
kars
dan
Pegunungan
vulkanik
murung,bontoa dan
Tanralili
Mallawa,Camba,Tanr
alili,Tompobulu dan
bantimurung
perkebunan
Mallawa,Camba,Ban
timurung,Bontoa,Sim
bang,Tanralili
dan
Tompobulu
Mallawa,Camba,Ban
timurung,Bontoa,To
mpobulu,Tanralili,Mo
ncongloe
dan
Simbang
Mallawa,Camba,bant
imurung,Simbang,
dan Bontoa
Perkebunan
peternakan
permukiman , Hutan
belukar , Alang alang
Perkebunan,
Hutan
lindung,Semak
belukar,Peternakan,Per
mukiman
Perkebunan
peternakan
permukiman
pertambangan
Hutan lindung,Hutan
produksi
terbatas,Perkebunan,R
ekreasi,Pertambangan,
Permukiman.
7
>70
35-1.437
Mallawa,Camba,bant Hutan lindung,Hutan
imurung,Simbang,To produksi
mpobulu
dan terbatas,Perkebunan,s
Tanralili
emak
belukar,
Rekreasi.
Sumber: Dinas Pertambangan dan energi kab.Maros, 2009 (dalam revisi RTRW kab.Maros)
Kondisi topografi Kabupaten Maros sangat bervariasi mulai dari wilayah datar sampai
bergunung-gunung. Hampir semua wilayah di Kabupaten Maros terdapat daerah daratan dengan
kemiringan lereng 0 2 % merupakan daerah yang dominan dengan luas wilayah sekitar 70.882
Ha atau sebesar 43,8 % dari total wilayah Kabupaten Maros, sedangkan daerah yang memiliki
luas daerah yang sempit berada pada kemiringan 2 5 % dengan luas wilayah 9.165 Ha atau
sebesar 6 % dari luas total wilayah. Untuk pengembangan wilayah dengan tingkat kelerengan 0
2 % dominan berada pada sebelah Barat. Daerah yang mempunyai kemiringan lereng di atas 40
% atau wilayah yang bergunung-gunung mempunyai luas 49.869 Ha atau sebesar 30,8 % dari
luas wilayah Kabupaten Maros yang berada pada sebelah timur wilayah Kabupaten Maros.
Peta Topografi
2.1.3. Geohidrologi
a. Hidrologi
Keadaan hidrologi di Kabupaten Maros dapat diamati dengan adanya air tanah yang
bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir di permukaan ( run off ) dan sebagian lagi
meresap ke bumi dan sampai ke tempat-tempat yang dangkal, serta sebagian lagi mencapai
tempat-tempat yang dalam, dimana sering dikategorikan sebagai air tanah tertekan yang dapat
diperoleh dari pemboran dengan kedalaman 75-100 meter.
Pada umumnya jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten Maros adalah berasal dari
sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut, yaitu sungai Maros, Parangpakku, Marusu, Pute,
Borongkaluku, Batu Pute, Bentimurung, Marana, Cambaya, Pattunuang Asue, Bontotengga dan
Sabantang. Untuk Jenis air ini sebagian besar dipergunakan untuk keperluan pertanian,
sedangkan untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan kedalaman sekitar 10
15 meter dengan kualitas airnya cukup memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air
sumur ini dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan
rumah tangga.
Kondisi Daerah aliran sungai (DAS)
No
Nama DAS
1
Cambajawayya
2
Jeneberang
3
Maros
4
Mario
5
Minraleng
6
Camba/Laiya
7
Tompobulu
8
Bantimurung
9
Tanralili
10
Toddopulia
11
Toddolimae
12
Benteng Gajah
13
Purna Karya
14
Bone tanjora
15
Samanggi
16
Panagi
17
Cenrana
18
Galaggara
19
Balangkasa
20
Borong kaluku
21
Batu Putih
22
Pattontongan
23
Moncongloe
24
Balombong
25
Leang leang
26
Batangase Kampala
27
Marana
28
Bulumarapa
29
Borong(Bandara)
30
Manrepo(Tombolo)
31
Balangajia(Bontolangkasa)
32
Cabella
Total
Luas DAS
10,00
68,01
841,07
14,53
524,01
36,00
277,00
29,00
19,50
7,00
9,00
12,00
8,50
10,50
6,20
6,00
14,70
41,00
8,10
11,00
20,20
16,50
14,50
7,80
11,20
8,00
4,00
18,00
4,50
4,10
10,00
6,00
2.077,92
Sumber: Dinas Kehutanan, DinasPU/SDA kab.Maros,Dinas PSDA Prov Sul-sel tahun 2009(dalam Draf final
RP2I kab.Maros)
Peta DAS
Dari informasi diatas , dapat disimpulkan bahwa wilayah hulu DAS Maros sudah dalam keadaan
kritis, dikarenakan erosi dan pengikisan bibir sungai.
Hal ini sangat mempengaruhi aliran air sungai Maros pada musim hujan maupun musim kemarau.
Ketersediaan air untuk irigasi pada musim kemarau sudah mulai menurun.
b. Jenis Tanah
Jenis Tanah di Kabupaten Maros diklarifikasikan dalam 4(empat) tipe :
a. Alluvial Muda merupakan endapan alluvium (endapan aluvial sungai pantai dan rawa) yang
berumur kuarter(resen) dan menempati daerah morfologi pedataran dengan ketinggian 0-60
m dengan sudut kemiringan lereng <3%.
Tekstur beraneka mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal
dengan tingkat kesuburan yang tinggi.
b. Regosol adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunung api dan menempati daerah
perbukitan vulkanik. Sifat sifat fisik nya berwarna coklat hingga kemerahan.
c. Litosol merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan induk, berupa batuan beku(intrusi)
dan/atau batuan sedimen yang menempati daerah perbukitan dengan ketinggian 3-1.150 m
dan sudut lereng , 70%. Kenampakan sifat fisik berwarna coklat kemerahan, berukuran
lempung, lempeng lanauan, hingga pasir lempungan, plastisitas sedang tinggi, agak padu,
solam dangkal, tebal 0,2-4,5 m dan sudut lereng ,70%.
d. Mediteran merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batu gamping yang menempati
daerah perbukitan Kars, dengan ketinggian 8-750 m dan sudut lereng .705.Kenampakan
fisik yang terlihat berwarna coklat kehitaman, berukuran lempung pasiran, plastisitas
sedang-tinggi, agak padu, permeabilitas sedang, rentan erosi, tebal 0,1-1,5 m.
Klasifikasi Jenis Tanah di kab.Maros
Jenis
Litologi Batuan
Luas
Sebaran(Kecamatan)
Tanah
Alluvia
Endapan Alluvial
14,20%(229,91)
Lau,Bontoa,Turikale,Maros
Muda
baru,Moncongloe,Marusu,Mandai,
Camba, B.murung,Tanralili,Tompobulu
Regosol
Batuan vulkanik dan 26,50%(429,06)
Cenrana,Camba, Mallawa,Tompobulu
lapukan gunug api
Litosol
Batuan beku/sedimen 37,60%(608,79)
Mallawa,Camba,Bantimurung,Cenrana
dan lapukannya
,Simbang,mandai,Tompobulu,Tanralili
Mediteran Batu Gamping & 21,70%(351,35)
Mallawa,Camba,Bantimurung,Bontoa,
lapukan
Simbang,Tompobulu,Tanralili.
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Maros, 2009(dalam revisi RTRW)
c. Klimatologi
Kabupaten Maros termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya yang dekat dengan
khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60 82 %, curah hujan tahunan rata-rata 347
mm/thn dengan rata-rata hari hujan sekitar 16 hari. Temperatur udara rata-rata 29C. Kecepatan
angin rata-rata 2 3 knot/jam.
Daerah Kabupaten Maros pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim, berdasarkan curah
hujan yakni :
a. Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret
b. Musim kemarau pada periode bulan April sampai Septembar
Menurut Oldement, tipe iklim di Kabupaten Maros adalah tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm)
selama 2 3 bulan berturut-turut dan bulan kering (100 mm) selama 2 3 bulan berturut-turut.
Beberapa desa di Kecamatan Camba yang berbatasan dengan Kabupaten Bone mempunyai iklim
seperti daerah bagian Timur Sulawesi Selatan yakni musim hujan dari periode bulan Oktober
sampai Maret dan musim kemarau dalam bulan April sampai September.
d. Curah Hujan
Jumlah curah Hujan dan banyaknya hari Hujan menurut bulan Tahun 2010 di kabupaten Maros
Bulan
(1)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Curah Hujan
(2)
1.033
532
274
218
430
197
229
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata
88
330
201
455
752
395
17
25
25
23
27
23
Luas
Daerah
30
Pedataran alluvial
Bagian Barat 25
dengan
arah
penyebaran
Utara sampai
selatan
Ciri Morfologi
Bantuan Penyusun
Relief
Topografi,Tinggi
kemiringan,lereng
terjal,
tekstur
topografi kasar
Perbukita setempatsetempat
kemiringan lereng
sedang
Relief topografi kars
membentuk tower
tower dengan relief
yang kasar
Topografi
Datar,
relief
rendah,
tekstur
topografi
halus
Batuan
vulkanik,Beku(intrusi)
dan sedimen
Batu
gamping(batu
kapur)
Endapan aluvial
2.2. ADMINISTRASI
Secara umum luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1.619,12 km dan secara administrasi
pemerintahan terdiri atas 14 wilayah kecamatan dan 103 desa/ kelurahan.
Kedudukan secara administratif berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa.
Banyaknya Desa/kelurahan, lingkungan, dusun, rukun warga/rukun kampung dan rukun tetangga
menurut kecamatan tahun 2010
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Lingkungan
Dusun
Mandai
6
10
16
Moncongloe
5
0
17
Maros Baru
7
11
13
Marusu
7
0
25
Turikale
7
31
0
Lau
6
19
6
Bontoa
9
3
34
Bantimurung
8
4
33
Simbang
6
0
24
Tanralili
8
2
30
Tompobulu
8
0
35
Camba
8
6
22
Cenrana
7
0
33
Mallawa
11
3
32
Jumlah
103
89
320
Sumber: Badan pemberdayaan Masyarakat dan pemerintah Desa Kab.Maros(Maros dalam angka 2010)
Peta administrasi
2.3. KEPENDUDUKAN
1. Kepadatan Penduduk
Penduduk Kabupaten Maros berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 berjumlah 319.020 jiwa,
yang tersebar di 14 kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 41.294 jiwa yang
mendiami Kecamatan Turikale.
Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang
lebih kecil dari 100. Namun di Kecamatan Mandai dan Kecamatan Tanralili, rasio jenis kelamin
laki-lakil lebih besar dari 100, hal ini menunjukkan jumlah penduduk di dua kecamatan tersebut
lebih besar dari penduduk perempuan.
Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kecamatan Turikale,1.380 jiwa/km2.
Sedangkan yang terendah di Kecamatan Mallawa, 45 jiwa/km2.
Tingkat Kepadatan penduduk menurut Kecamatan tahun 2010
Kecamatan
Luas
%
Jumlah
penduduk(orang)
Mandai
49,11
0,03
35.044
Moncongloe
46,87
0,03
16.939
Maros Baru
53,76
0,03
23.987
%
21,64
10,46
14,81
Kepadatan
penduduk
714
361
446
Marusu
Turikale
Lau
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
53,73
29,93
73,83
93,52
173,70
105,31
89,45
287,66
145,36
180,97
235,92
Jumlah total
1.619,12
0,03
0,02
0,05
0,06
0,11
0,07
0,06
0,18
0,09
0,11
0,15
25.226
41.319
24.201
26.573
28.078
22.209
24.456
14.104
12.554
13.593
10.719
319.002
15,58
25,52
14,95
16,41
17,34
13,72
15,10
8,71
7,75
8,40
6,62
469
1.381
328
284
162
211
273
49
86
75
45
197
Ruma
Tahun
h sakit
2007
2008
2009
2010
2
2
2
3
Rumah
bersali
n
1
2
2
2
Puskesma
s
Posyand
u
14
14
14
14
389
392
392
392
Klinik/Bala
i
kesehatan
0
2
2
4
Pust
u
Poskesde
s
polinde
s
35
34
34
34
1
27
58
61
12
2
2
2
Kecamatan
Dokte
r
Dokte
r gigi
Mandai
Monconglo
e
Maros baru
Marusu
Turikale
Lau
Bontoa
Bt.Murung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Jumlah
6
2
4
2
1
5
6
3
1
3
4
3
1
2
2
2
41
3
1
3
2
3
3
2
2
2
2
2
1
32
Tenaga Medis
Jumla
perawa
h
t
dokter
10
13
4
8
4
6
9
5
4
6
6
5
3
4
4
3
73
12
12
7
12
14
16
6
8
11
3
2
13
137
Tenaga medis
Bida
n
Farmas
i
18
12
3
4
Ahl
i
gizi
5
2
7
5
13
9
9
11
8
10
4
7
5
5
123
0
3
2
3
1
3
0
0
1
1
1
0
22
2
3
4
4
3
3
2
2
1
1
1
1
34
Teknisi
medis
Sanitas
i
Kesehatan
masy
2
1
2
0
6
6
0
1
0
2
3
1
1
0
0
0
1
0
12
1
2
1
2
2
1
1
1
0
0
0
1
14
2
5
6
9
4
4
3
2
4
3
2
3
59
5. Sosial Masyarakat
Sikap dan prilaku manusia dalam melaksanakan kehidupannya pada dasarnya dilandasi dengan
keyakinan dan agama yang dianut dan menjadi pedoman yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat. Struktur Penduduk menurut agama di kabupaten Maros
didominasi oleh penduduk yang menganut agama Islam. Perkembangan pembangunan dibidang
spritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama.
Banyaknya tempat Peribadatan menurut kecamatan tahun 2010
Kecamatan
Mandai
Moncongloe
Maros baru
Marusu
Turikale
Masjid
55
26
43
34
46
Musholla
7
1
5
8
Gereja
4
2
4
2
Pura
-
Vihara
-
Lau
Bontoa
Bt.Murung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Jumlah
49
40
53
47
46
47
37
38
36
3
2
1
6
2
7
1
4
4
1
1
-
597
47
18
PEREKONOMIAN
1. Pertumbuhan Ekonomi
Kemajuan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari perkembangannya PDRB nya .
Nilai PDRB kabupaten Maros selama kurun waktu tahun 2005-2009 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun . hal ini dipengaruhi oleh prodduksi beberapa jenis
komoditas kegiatan ekonomi yang mengalami peningkatan , disamping itu harga
komoditas beberapa jenis kegiatan
ekonomi tersebut juga mengalami peningkatan.
Tabel . Nilai dan Kontribusi sektor PDRB tahun 2007 s/d 2011 atas dasar harga Konstan
Kab.Maros
2007
No
Sektor
Pertanian
(Rp)
393.598,73
2008
%
(Rp)
41,00
405.983,67
2009
%
40,0
4
2010
(Rp)
420.285,13
%
39,0
1
1,5
2
14.629,81
1,52
15.392,72
Industri Pengolahan
209.664,59
21,84
226.453,81
16.345,04
245.187,79
8.275,73
0,86
8.893,70
9.629,22
5
6
7
8
Konstruksi
Perdagangan,Hotel
Restoran
Pengakuan & Konsumsi
Keuangan,Sewa,
&
Perusahaan
14.561,32
1,52
15.856,18
17.342,35
Jasa-Jasa
51.694,39
7,94
5,38
82.225,18
56.543,55
8,11
5,5
8
Js.
88.882,05
61.395,58
56.777,13
5,91
60.382,22
134.596,54
14,02
142.181,47
100,00
1.013.912,50
1.077.477,97
5,85
67.225,7
9
14,3
154.117,41
8,46
67.445,9
5,9
64.293,40
1,67
97.521,8
5,9
960.035,92
Sumber: BPS
0,91
19.268,0
5,7
100,0
PDRB
6
8,2
76.237,68
23,23
10.522,9
1,6
14,0
9
&
1,51
267.841,0
0,8
1,5
38,51
0
100,0
0
17.387,7
22,7
0,8
4
6
1,5
22,3
3
(Rp)
444.070,7
5,83
161.897,8
14,04
1.153.181,9
100,00
7,5
6,27
5,61
4,33
4,58
2006
2007
3,11
2,5
0
2005
2008
2009
Perekonomian Daerah
Sebagian besar dari luas wilayah kabupaten Maros merupakan dataran rendah sehingga sangat
potensial untuk kegiatan sektor- sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Kawasan pantai sepanjang 31 km sangat sesuai dengan kegiatan pengelolaan hasil laut.
Disamping itu potensi perairan Pantai tersebut dapat dikembangkan menjadi objek wisata bahari.
a. Pertanian
Kabupaten Maros merupakan salah satu wilayah Kabupaten yang memiliki pengusahaan
pertanian tanaman pangan pertanian yang sangat strategis di provinsi Sulawesi selatan. Luas
baku areal persawahan tahun 2009 mencapai 25.919 Ha. Total areal persawahan yang paling
luas adalah kecamatan Bantimurung mencapai 3.908 Ha. Total produksi padi pada tahun
2009 sebesar 271.570 ton dengan luas panen 44.907 Ha. Produksi jagung sebesar 24.899
Ton dengan luas panen 5.000 Ha. Hasil produksi perkebunan rakyat yang utama adalah
kemiri(sekitar 5.500-6.000 ton) dan jambu mente sekitar 5.00-1.000 ton. Produksi hasil hutan
terdiri dari Kayu Jati sekitar 850.000 ton, bambu 175.000 batang, rotan 400.000 ton dan
getah pinus sekitar 550.000 kg.
b. Peternakan
Populasi ternak di kabupaten Maros adalah Sapi, kerbau dan kambing dan unggas.Pada
tahun 2009 berdasarkan Sumber data dari Dinas Perikanan, kelautan dan peternakan kab.
Maros Jumlah populasi Sapi sebanyak 30.403 ekor, sedangkan kerbau 4.041 ekor dan
Kambing 11.569 ekor, kuda 4.452 ekor. Untuk populasi ternak unggas, ayam kampung
sebanyak 390.351 ekor, total ayam petelur 212.723 ekor, ayam pedaging 7.982.504 dan itik
241.706 ekor.
c. Perikanan
d.
e.
f.
g.
Usaha perikanan kabupaten Maros terdiri atas perikanan laut dan perikanan darat. Produksi
perikanan laut pada tahun 2009 adalah 13.534 ton, dengan jenis tangkapan ikan, teripang
dan kepiting. Sedangkan untuk produksi perikanan darat sebesar 506,6 ton yang terdiri atas
ikan bandeng dan windu.
Pertambangan dan galian
Komoditas unggulan yang lain di kabupaten Maros adalah sektor pertambangan. Namun
baru sebagian kecil dieksploitasi. Dengan demikian peranannya terhadap PDRB kabupaten
Maros relatif sangat rendah yaitu berkisar 1,30 persen.
Perdagangan
Peluang pengembangan sektor perdangan kabupaten Maros, sangat potensial dengan
posisi strategis sebagai wilayah pendukung Mamminasata. Kegiatan perdagangan dengan
skala besar adalah kegiatan ekspor yang dilakukan oleh beberapa perusahaan meliputi
ekspor kancing, kayu jati, dan marmer yang semuanya itu diproduksi secara lokal. Kegiatan
perdagangan potensi produksi wilayah lainnya adalah semen yang masih masuk tahap
perdagangan antar pulau , antar daerah.
Perindustrian
Sektor industri kabupaten Maros menunjukkan kecenderungan meningkat baik dilihat dari
jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, maupun nilai investasinya. Industri kabupaten
Maros terbagi atas tiga kelompok yaitu industri besar, menengah dan kecil. Kegiatan industri
kabupaten Maros telah ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Lokasi industri umumnya
berada pada jalur utama (jalan arteri), berdasarkan RTRW kabupaten Maros dan rencana
tata ruang kawasan metropolitan Mamminasata, kawasan industri ditetapkan di kecamatan
Marusu.
Pariwisata
Potensi Sumber daya alam (SDA) unggulan kabupaten Maros lainnya adalah potensi wisata
alam seperti permandian alam Bantimurung, Cagar alam Karaenta, taman wisata alam Goa
Pattunuang, taman safari puncak, permandian air panas Reatoa, air terjun Lacolla dan bonto
somba, Batu Napara / sungai putedan pasir putih Kuri. Potensi wisata lainnya adalah taman
purbakala leang-leang yang terletak pada perbukitan kapur yang curam, sekitar 17km dari
kota Maros. Sebagian dari objek-objek wisata tersebut masih belum dikembangkan dan
dikelola secara profesional. Khusus untuk objek wisata alam Bantimurung dengan kondisi
alam tropis yang subur menjadikan daerah ini sebagai permukiman yang ideal dari berbagai
jenis Kupu-kupu, dimana pada saat ini tercatat sekitar 150 jenis kupu-kupu yang di daerah
lain sudah amat sulit ditemukan.
7. Kesetaraan: adalah memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
8. Wawasan ke depan: adalah membangun daerah berdasarkan visi dan strategis yang
jelas dan mengikut sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga
merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. Partisipasi: adalah mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembangunan, yang menyangkut kepentingan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
10. Penegakan hukum: adalah mewujudkan supremasi hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
Misi
1. 1.Meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan mendorong secara sungguh-sungguh
simpul perekonomian;
2. Mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan melalui penciptaan iklim, usaha yang kondusif;
3. Penataan biroksasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;
4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan;
5. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat;
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan;
7. Meningkatkan pembinaan keagamaan;
8. Meningkatkan pemberdayaan perempuan;
9. Meningkatkan daya dukung lingkungan hidup.
Berdasarkan Visi dan Misi yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya kemudian
dijabarkan secara lebih sistematis ke dalam perumusan strategi, arah kebijakan, program dan
kegiatan. Selain itu, untuk mengukur ketercapaian kinerja maka dirumuskanlah pula indikator
sebagai tolak kinerja.
2.9. INSTITUSI DAN ORGANISASI PEMDA
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, oleh Pemerintah
Kabupaten Maros telah dilakukan penyesuaian dan penataan organisasi perangkat daerah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah tersebut, sehingga dalam kurun waktu tahun 2008 telah diberlakukan
Struktur Organisasi Perangkat Daerah.
Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada awalnya Pemerintah Kabupaten Maros telah menetapkan Organisasi Perangkat Daerah
yang terdiri dari 15 (lima belas) dinas, 7 (tujuh) badan, 6 (enam) kantor termasuk Inspektorat, Satpol
PP dan RSUD, serta 2 (dua) sekretariat, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Seiring dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah, monitoring dan evaluasi
terhadap efektifitas penyelenggaraan pemerintahan senantiasa dilaksanakan, sehingga sampai dengan
akhir Desember Tahun 2010 telah dilakukan penyesuaian/perubahan Organisasi Perangkat Daerah dan
berlaku efektif pada Tahun 2011 sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Dinas Pendidikan
Dinas Kesehatan
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Tata Ruang dan Perumahan
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Dinas Pengelola Keuangan Daerah
Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
Dinas Pertanian
Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan
Dinas Pemuda Olah Raga dan Seni
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat
ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia
yang ditetapkan sebagai benda purbakala. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan
sebisa mungkin menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat
baik ruang darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati,
yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau,
baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan
sempadan jalan. Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan
diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang
didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan diarahkan
juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam memproduksi dan
mengolah daya penentralisiran limbah.
Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian
fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan daya tampung
lingkungan, dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung
proses pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Maros.
Tabel 52
Luas Penggunaan Lahan berdasarkan Rencana Pola Ruang
Kabupaten Maros
No
Luas (ha)
Persentase
Kawasan Bandara
Kawasan Konservasi
Kawasan Mangrove
Kawasan Perikanan
Kawasan Perkebunan
Kawasan Permukiman
10
Kawasan Pertambangan
11
12
13
Kawasan Tambak
14
Sungai
Total
384
14.611
0.26
10.05
15.364
10.57
6.434
4.43
28.611
19.69
135
0.09
286
0.20
7.165
4.93
3.442
2.37
48
0.03
29.344
20.19
28.688
19.74
987
6.74
1.010
0.70
145.311
100
.
Arahan kawasan lindung ditetapkan dengan dasar sebagai berikut:
1.
Menetapkan kawasan lindung sebesar minimal 30% dari luas seluruh wilayah
Kabupaten Maros yang dikelompokan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) atau biasa
disebut juga Daerah Pengaliran Sungai (DPS), yang meliputi kawasan yang
berfungsi lindung di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan, termasuk
berbagai kawasan konservasi.
2. Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi
hidrologis untuk menjamin katersediaan sumber daya air.
3.
Memberikan
Perlindungan
terhadap
Kawasan
a. Hutan Lindung
Sebaran luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Maros terdapat di 7 (tujuh)
wilayah kecamatan antara lain: Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Camba, Kecamatan
Cenrana, Kecamatan Mallawa, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Simbang dan
Kecamatan Tompobulu.
Pengembangan kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Maros, dilakukan
dengan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
itu reboisasi dan perubahan peran komunitas di kawasan hutan dari mencari nafkah
dengan menebang pohon tak terkendali menjadi mendapatkan tambahan nafkah
karena perannya sebagai penjamin fungsi hutan. Revitalisasi fungsi hutan dan peran
masyarakat ini sangat penting untuk ikut andil dalam mengendalikan proses
perubahan iklim dan pemanasan global.
Tekanan terhadap kawasan lindung juga akan terjadi di sekitar jalan-jalan
penghubung baru. Seperti yang juga terjadi di beberapa wilayah, pembukaan atau
peningkatan aksesibilitas dan kapasitas jalan selalu diikuti oleh perobahan tata guna
lahan melalui proses alih fungsinya. Khususnya di kawasan lindung, pengendalian
alih fungsi ruang di sepanjang kanan dan kiri jalan perlu pengendalian yang sangat
ketat. Perlu dibuat sistem pengamanan yang tidak hanya mengandalkan aspek legal
hukum dan pengawasan dari petugas, tetapi juga sistem pengamanan yang
melibatkan masyarakat itu sendiri, dikemas dalam program yang arif bijaksana.
Hendaknya, kegiatan permukiman secara tegas dibatasi, tetapi diarahkan pada
kegiatan dan bangunan dalam rangka wisata alam yang dikaitkan dengan konservasi
kawasan lindung.
Luas kawasan hutan lindung di Wilayah Kabupaten Maros adalah kurang lebih seluas
14.611 ha. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 53.
Tabel 53
Rencana Luas Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Maros
No
Luas (Ha)
Persentase
Kec. Bantimurung
2,417
16.54
Kec. Bontoa
323
2.21
Kec. Cenrana
4,972
34.03
Kec. Lau
87
0.59
Kec. Mallawa
574
3.93
Kec. Simbang
16
0.11
Kec. Tompobulu
6,222
42.59
14.611
100
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis Tim, Tahun 2011
Adanya perlindungan terhadap kawasan hutan bakau yang ada saat ini dan
Kawasan sungai yang perlu mendapat perlindungan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian lingkungan. Tujuan perlindungan terhadap
kawasan sungai dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kawasan sungai dari
gangguan manusia. Sempadan sungai ditetapkan di Sungai Lekopancing, Sungai
Bantimurung, dan Sungai Maros dengan ketentuan :
Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima)
meter dari kaki tanggul sebelah luar;
Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan
Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
Sempadan sungai adalah lahan di kiri dan kanan sungai yang dapat dipengaruhi oleh
keadaan air sungai. yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Maros.
Pengembangan kawasan sempadan sungai, adalah :
b.
c.
d.
e.
f.
meliputi:
- Penerapan sistem peringatan dini bencana gempa bumi; dan
- Penerapan standar konstruksi bangunan tahan gempa.
c.
-
d.
meliputi:
- Pengendalian kegiatan manusia di kawasan rawan bencana banjir untuk
melindungi manusia, kegiatan budidaya, serta prasarana dan sarana
penunjang perikehidupan manusia; dan
- Pengembangan prasarana pengendali banjir.
Daerah dengan kerawanan gerakan tanah tinggi dianggap tidak layak menjadi
lokasi permukiman, hal ini karena peletakan bangunan pada daerah tersebut
dapat merusak konstruksi bangunan dan dapat mengganggu keselamatan
para penghuni bangunan tersebut.
Daerah dengan potensi banjir tinggi dianggap tidak layak, hal ini dapat
mengganggu keselamatan penghuni bangunan.
Daerah sesar dengan menetapkan buffer zone sepanjang 300 m sebagai
daerah tidak layak. Penetapan ini didasarkan pada hasil kesepakatan para ahli
dengan pertimbangan zona patahan merupakan zona lemah sehingga tidak
stabil jika terimbas gelombang gempa. Tidak dibedakan antara patahan aktif
dan tidak aktif.
N1 (tidak sesuai pada saat ini) : lahan mempunyai pembatas yang lebih
serius, tetapi masih mempunyai kemungkinan untuk diatasi hanya tidak dapat
diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal.
sudah memiliki irigasi teknis, irigasi semi teknis, irigasi sederhana dan tadah
hujan;
Mempertahankan lahan basah yang telah ada;
meluas;
Perbaikan sistem pemasaran pasca panen;
Penyediaan bibit unggul dan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan;
Tabel 54
Sebaran Kawasan Pertanian Tnaman Pangan Lahan Basah
Luas (Ha)
Persentase
Kec. Bantimurung
4.358
15.19
Kec.Bontoa
966
3.37
Kec.Camba
927
3.23
Kec.Cenrana
2.022
7.05
Kec.Lau
2.223
7.75
Kec.Mallawa
417
1.45
Kec.Mandai
2.158
7.52
Kec.Maros Baru
985
3.43
Kec.Marusu
1.594
5.55
10
Kec.Moncongloe
3.652
12.73
11
Kec.Simbang
3.367
11.74
12
Kec.Tanralili
2.920
10.18
13
Kec.Tompobulu
1.743
6.08
14
Kec.Turikale
1.357
4.73
28.688
100.00
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011
Tabel 55
Sebaran Kawasan Pertanian Lahan Kering
di Kabupaten Maros Dirinci Menurut Kecamatan
No
Luas (Ha)
Persentase
Kec. Bantimurung
735
2.50
Kec. Bontoa
539
1.84
Kec. Camba
4.349
14.82
Kec. Cenrana
5.364
18.28
Kec. Lau
144
0.49
Kec. Mallawa
5.293
18.04
Kec. Mandai
845
2.88
361
1.23
Kec. Marusu
575
1.96
10
Kec. Moncongloe
1.060
3.61
11
Kec. Simbang
1.007
3.43
12
Kec. Tanralili
4.382
14.93
13
Kec. Tompobulu
4,375
14.91
14
Kec. Turikale
315
1.07
29.344
100.00
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011
2.
3.
untuk
memudahkan
Kawasan Perkebunan
Luas (Ha)
Persentase
Kec. Bantimurung
469
6.54
Kec. Bontoa
130
1.82
Kec. Camba
1.744
24.34
Kec. Cenrana
1.082
15.10
Kec. Mallawa
2.687
37.51
Kec. Mandai
25
0.35
Kec. Marusu
0.00
0.00
Kec. Moncongloe
38
0.53
Kec. Simbang
253
3.54
10
Kec. Tanralili
117
1.64
11
Kec. Tompobulu
619
8.64
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011
7.165
100.00
PETA RENCANA
Pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan yang memadai sebab saat
ini terlihat masih banyaknya kekurangan akan ketersediaan sarana dan prasarana
perkotaan.
Wilayah
desa
yang
mempunyai
potensi
cepat
berkembang
dan
dapat
Kawasan Permukiman
Luas (Ha)
Persentase
Kec. Bantimurung
407
11.83
Kec. Bontoa
90
2.61
Kec. Camba
18
0.51
Kec. Cenrana
164
4.77
Kec. Lau
266
7.71
Kec. Mandai
457
13.27
371
10.79
Kec. Marusu
251
7.30
Kec. Moncongloe
180
5.22
10
Kec. Simbang
273
7.92
11
Kec. Tanralili
421
12.24
12
Kec. Tompobulu
81
2.34
13
Kec. Turikale
465
13.50
3.442
100.00
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011
produksinya
serta
memperhatikan
aspek-aspek
Marusu
di
Kelurahan
Desa
Desa
Maros
Baru
dan
Kelurahan
Turikale
Mallawa,
Kecamatan
Tanralili,
Kecamatan
Marusu,
Kompi Zeni dan Tempur A, B, dan C serta Batalyon Zeni dan Tempur 8
Sakti Mandraguna di Kecamatan Tanralili;
Kepolisian
sector
di
Kecamatan
Mandai,
Kecamatan
Camba,
Mallawa,
Kecamatan
Tanralili,
Kecamatan
Marusu,
Bantimurung,
Kawasan
perkotaan
Parang
Tinggi
di