Anda di halaman 1dari 78

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAROS
2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI
2.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Maros merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terletak
dibagian barat Sulawesi Selatan antara 40455007 lintang selatan dan 109205-12912 bujur
timur yang berbatasan dengan kabupaten Pangkep sebelah utara, Kota Makassar dan Kabupaten
Gowa sebelah Selatan, Kabupaten Bone disebelah Timur dan Selat Makassar disebelah Barat.
Secara administratif, kabupaten Maros terdiri atas 14 kecamatan , 80 Desa dan 23 kelurahan.
Pembagian wilayah menurut kecamatan, ibukota kecamatan dan jumlah desa / kelurahan sebagai
berikut :
Luas wilayah menurut kecamatan Tahun 2010
No

Kecamatan

Ibukota
Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Mandai
Moncongloe
Maros baru
Lau
Turikale
Marusu
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Total

Bontoa
Moncongloe
Baju Bodoa
Maccini Baji
Turikale
Temmapadduae
Bontoa
Kalabbirang
Jenetaesa
Borong
Pucak
Cempaniaga
Limampocoe
Sabila

Jumlah
desa/Keluraha
n
6
5
7
6
7
7
9
8
6
8
8
8
7
11
103

Luas

Persentase terhadap
luas Kab(%)

49,11
46,87
53,76
53,73
29,93
73,83
93,52
173,70
105,31
89,45
287,65
145,36
180,97
235,92
1.619,11

3,03
2,89
3,32
3,32
1,85
4,56
5,78
10,73
6,50
5,52
17,77
8,98
11,18
14,57
100,00

Sumber: diolah Pansus DPRD Kab. Maros (dalam Perda Kab.Maros No.10 tahun 2010)

Ibukota kabupaten Maros terletak tiga puluh kilometer arah utara kota Makassar ibukota Propinsi
Sulawesi selatan. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin terletak di Kabupaten Maros,
yang merupakan Bandar Udara terbesar di Kawasan timur Indonesia. Letak kabupaten Maros
yang berdekatan dengan Kota Makassar merupakan potensi bagi pengembangan berbagai
kegiatan produksi dan ekonomi di kabupaten Maros.
Kabupaten Maros yang terletak dibawah garis khatulistiwa dan beriklim tropis-humid. Cuaca yang
sangat mempengaruhi potensi pertanian di kabupaten Maros, seperti berikut ini:

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

a. Arus Angin
Arus angin yang terjadi tiap tahun sebagai berikut;
- Pada bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah barat, barat laut dan timur
barat.
- Pada bulan Juni sampai Agustus angin bertiup dari arah barat dengan kecepatan ratarata 7 km/jam.
b. Temperatur
Rata-rata temperatur sebagai berikut :
- Pada Daerah Kabupaten Maros temperatur udara rat-rata berkisar antara 26C dan
27,6C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 34,6C dan
temperatur minimum 19,9C.
c. Curah Hujan
Di Kabupaten Maros terjadi musim hujan dari bulan November sampai bulan Maret. Curah
hujan bulanan rata-rata yang terjadi di kabupaten Maros dapat dilihat dalam tabel berikut :
Curah Hujan Bulanan rata-rata
No Kecamatan
Jan Feb
1
Mandai
191 668
0
2
Maros baru
122 719
6
3
B.Murung
1122 689
6
Tanralili
887 455
5
Camba
877 601
6
Mallawa
161 118
7
Moncongloe 104 713
9
8
Turikale
1185 700
9
Marusu
128 573
4
10 Lau
X
X
11 Simbang
X
601
12 Tompobulu
147 719
1
13 Cenrana
X
167
14 Bontoa
X
601

Mar
X

Apr
281

Mei
313

Jun
x

Jul
-

Ags
2

Sep
102

Okt
-

Nov
380

Des
943

186

146

219

83

46

17

16

112

486

142
99
X
X
749

165
55
X
98
735

335
334
X
X
407

x
x
X
X
X

0
X
0

18
X
3
55

26
17
X
8
55

130
159
X
107
395

684
482
X
61
977

155
133

142
251

194
265

X
75

31
30
X
14
25
8
46
38

12
27

X
0

577
84

X
65
127

X
96
325

X
225
249

X
X
45

X
X
25

X
X
0

X
X
-

X
X
X

X
X
147

X
X
491

174
65

206
96

239
X

54
X

6
47

32

157
103

59
39

31
107

X
513

Sumber Data: Klimatologi BMG kab.Maros 2009 (dalam Draf Final Laporan RP2I Kab.Maros

Dari data yang disajikan diatas dapat disimpulkan bahwa wilayah yang mendapatkan iklim yang
paling sesuai untuk budidaya padi adalah daerah topografi Bantimurung dan Maros baru, yang
terletak dalam kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Maros baru daerah topografi
berbukit/bergunung lebih sesuai dengan tanaman palawija.
d. Perubahan iklim
Perubahan iklim menjadi fenomena yang penting untuk dipertimbangkan. Pada wilayah pesisir,
trend peningkatan evolusi laut pasang mulai menimbulkan abrasi tanah pantai dan juga

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

berpengaruh pada efektifitas Sistem drainase pada daerah irigasi di wilayah datar dekat laut. Pada
wilayah perbukitan, terjadi peningkatan intensitas curah hujan, yang mengakibatkan banjir pada
sungai dan erosi tanah dalam DAS. Kedua hal ini berpengaruh kepada kapasitas bendungbendung irigasi yang ada dan fasilitas pencegahan masuknya lumpur pada saluran induk (kantong
lumpur).
Dampak yang mungkin akan terjadi akibat perubahan cuaca di kabupaten Maros adalah sebagai
berikut :
a. Pengaruh sistem drainase di wilayah datar dekat laut kecamatan Bontoa, Maros baru dan
Marusu
b. Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah perbukitan, khususnya di Camba, Cenrana
dan Mallawa.
2.1.2. Kondisi Topografis
Kemiringan lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi secara
Global, regional atau dikhususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu variabel yang digunakan
dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian
diatasmuka laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang
bekerja.
Secera defenisi bahasanya lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki
sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu sehingga dapat ditarik suatu anila bahwa
dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel beda tinggi antara dua tempat yang
dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Berdasarkan data hasil penelitian
Laporan Geologi Terpadu Kabupaten Maros, pada peta rupabumi dengan skala 1:50.000
(Surwanda Wijaya, dkk 1994) dapat diklarifikasi pengelompokan sudut lereng yang terdapat di
kabupaten Maros, yaitu sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Wilayah sudut lereng ,3%


Wilayah sudut lereng 3-5%
Wilayah sudut lereng 5-10%
Wilayah sudut lereng 10-15%
Wilayah sudut lereng 30-70%
Wilayah sudut lereng >70%

Klasifikasi Sudut lereng di kab.Maros


No

Sudut
Lereng

Ketinggian
diatas
muka laut

Luas
(%)

Bentangan
dan bantuan
penyusun

<3

0-30

33,33 Pedataran;
dominan
Aluvium

3-5

15-300

1,87

Perbukitan,se

Sebaran(kecamatan)

Jenis/peruntukan lahan

Lau,Bontoa,Turikale,
Maros
baru,Marusu,Mandai
,Bantimurung,Camb
a dan Tanralili
Mallawa,camba,banti

Persawahan
pertambakan
perkebunan
permukiman
pertambangan
Permukiman

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

5-10

25-750

10-15

100-1.565

15-30

25-1.540

30-70

100-1.458

dimen dan
vulkanik
4,31 Perbukitan
kars
dan
intrusi serta
pegunungan
vulkanik
11,48 Perbukitan
intrusi
vulkanik kars
dan sedimen
23,30 Pegunungan
vulkanik,Perb
ukitan kars,
intrusi
dan
sedimen
20,09 Pegunungan
Vulkanik,
Perbukitan
intrusi
dan
Kars
5,61 Perbukitan
kars
dan
Pegunungan
vulkanik

murung,bontoa dan
Tanralili
Mallawa,Camba,Tanr
alili,Tompobulu dan
bantimurung

perkebunan

Mallawa,Camba,Ban
timurung,Bontoa,Sim
bang,Tanralili
dan
Tompobulu
Mallawa,Camba,Ban
timurung,Bontoa,To
mpobulu,Tanralili,Mo
ncongloe
dan
Simbang
Mallawa,Camba,bant
imurung,Simbang,
dan Bontoa

Perkebunan
peternakan
permukiman , Hutan
belukar , Alang alang
Perkebunan,
Hutan
lindung,Semak
belukar,Peternakan,Per
mukiman

Perkebunan
peternakan
permukiman
pertambangan

Hutan lindung,Hutan
produksi
terbatas,Perkebunan,R
ekreasi,Pertambangan,
Permukiman.
7
>70
35-1.437
Mallawa,Camba,bant Hutan lindung,Hutan
imurung,Simbang,To produksi
mpobulu
dan terbatas,Perkebunan,s
Tanralili
emak
belukar,
Rekreasi.
Sumber: Dinas Pertambangan dan energi kab.Maros, 2009 (dalam revisi RTRW kab.Maros)
Kondisi topografi Kabupaten Maros sangat bervariasi mulai dari wilayah datar sampai
bergunung-gunung. Hampir semua wilayah di Kabupaten Maros terdapat daerah daratan dengan
kemiringan lereng 0 2 % merupakan daerah yang dominan dengan luas wilayah sekitar 70.882
Ha atau sebesar 43,8 % dari total wilayah Kabupaten Maros, sedangkan daerah yang memiliki
luas daerah yang sempit berada pada kemiringan 2 5 % dengan luas wilayah 9.165 Ha atau
sebesar 6 % dari luas total wilayah. Untuk pengembangan wilayah dengan tingkat kelerengan 0
2 % dominan berada pada sebelah Barat. Daerah yang mempunyai kemiringan lereng di atas 40
% atau wilayah yang bergunung-gunung mempunyai luas 49.869 Ha atau sebesar 30,8 % dari
luas wilayah Kabupaten Maros yang berada pada sebelah timur wilayah Kabupaten Maros.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Peta Topografi

2.1.3. Geohidrologi
a. Hidrologi
Keadaan hidrologi di Kabupaten Maros dapat diamati dengan adanya air tanah yang
bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir di permukaan ( run off ) dan sebagian lagi
meresap ke bumi dan sampai ke tempat-tempat yang dangkal, serta sebagian lagi mencapai
tempat-tempat yang dalam, dimana sering dikategorikan sebagai air tanah tertekan yang dapat
diperoleh dari pemboran dengan kedalaman 75-100 meter.
Pada umumnya jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten Maros adalah berasal dari
sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut, yaitu sungai Maros, Parangpakku, Marusu, Pute,
Borongkaluku, Batu Pute, Bentimurung, Marana, Cambaya, Pattunuang Asue, Bontotengga dan
Sabantang. Untuk Jenis air ini sebagian besar dipergunakan untuk keperluan pertanian,
sedangkan untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan kedalaman sekitar 10
15 meter dengan kualitas airnya cukup memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

sumur ini dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan
rumah tangga.
Kondisi Daerah aliran sungai (DAS)
No
Nama DAS
1
Cambajawayya
2
Jeneberang
3
Maros
4
Mario
5
Minraleng
6
Camba/Laiya
7
Tompobulu
8
Bantimurung
9
Tanralili
10
Toddopulia
11
Toddolimae
12
Benteng Gajah
13
Purna Karya
14
Bone tanjora
15
Samanggi
16
Panagi
17
Cenrana
18
Galaggara
19
Balangkasa
20
Borong kaluku
21
Batu Putih
22
Pattontongan
23
Moncongloe
24
Balombong
25
Leang leang
26
Batangase Kampala
27
Marana
28
Bulumarapa
29
Borong(Bandara)
30
Manrepo(Tombolo)
31
Balangajia(Bontolangkasa)
32
Cabella
Total

Luas DAS
10,00
68,01
841,07
14,53
524,01
36,00
277,00
29,00
19,50
7,00
9,00
12,00
8,50
10,50
6,20
6,00
14,70
41,00
8,10
11,00
20,20
16,50
14,50
7,80
11,20
8,00
4,00
18,00
4,50
4,10
10,00
6,00
2.077,92

Lahan Kritis (%)


1,30
18,39
0,46
6,67
214,91
241,73

Sumber: Dinas Kehutanan, DinasPU/SDA kab.Maros,Dinas PSDA Prov Sul-sel tahun 2009(dalam Draf final
RP2I kab.Maros)

Peta DAS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Dari informasi diatas , dapat disimpulkan bahwa wilayah hulu DAS Maros sudah dalam keadaan
kritis, dikarenakan erosi dan pengikisan bibir sungai.
Hal ini sangat mempengaruhi aliran air sungai Maros pada musim hujan maupun musim kemarau.
Ketersediaan air untuk irigasi pada musim kemarau sudah mulai menurun.
b. Jenis Tanah
Jenis Tanah di Kabupaten Maros diklarifikasikan dalam 4(empat) tipe :
a. Alluvial Muda merupakan endapan alluvium (endapan aluvial sungai pantai dan rawa) yang
berumur kuarter(resen) dan menempati daerah morfologi pedataran dengan ketinggian 0-60
m dengan sudut kemiringan lereng <3%.
Tekstur beraneka mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal
dengan tingkat kesuburan yang tinggi.
b. Regosol adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunung api dan menempati daerah
perbukitan vulkanik. Sifat sifat fisik nya berwarna coklat hingga kemerahan.
c. Litosol merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan induk, berupa batuan beku(intrusi)
dan/atau batuan sedimen yang menempati daerah perbukitan dengan ketinggian 3-1.150 m
dan sudut lereng , 70%. Kenampakan sifat fisik berwarna coklat kemerahan, berukuran
lempung, lempeng lanauan, hingga pasir lempungan, plastisitas sedang tinggi, agak padu,
solam dangkal, tebal 0,2-4,5 m dan sudut lereng ,70%.
d. Mediteran merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batu gamping yang menempati
daerah perbukitan Kars, dengan ketinggian 8-750 m dan sudut lereng .705.Kenampakan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

fisik yang terlihat berwarna coklat kehitaman, berukuran lempung pasiran, plastisitas
sedang-tinggi, agak padu, permeabilitas sedang, rentan erosi, tebal 0,1-1,5 m.
Klasifikasi Jenis Tanah di kab.Maros
Jenis
Litologi Batuan
Luas
Sebaran(Kecamatan)
Tanah
Alluvia
Endapan Alluvial
14,20%(229,91)
Lau,Bontoa,Turikale,Maros
Muda
baru,Moncongloe,Marusu,Mandai,
Camba, B.murung,Tanralili,Tompobulu
Regosol
Batuan vulkanik dan 26,50%(429,06)
Cenrana,Camba, Mallawa,Tompobulu
lapukan gunug api
Litosol
Batuan beku/sedimen 37,60%(608,79)
Mallawa,Camba,Bantimurung,Cenrana
dan lapukannya
,Simbang,mandai,Tompobulu,Tanralili
Mediteran Batu Gamping & 21,70%(351,35)
Mallawa,Camba,Bantimurung,Bontoa,
lapukan
Simbang,Tompobulu,Tanralili.
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Maros, 2009(dalam revisi RTRW)

c. Klimatologi
Kabupaten Maros termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya yang dekat dengan
khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60 82 %, curah hujan tahunan rata-rata 347
mm/thn dengan rata-rata hari hujan sekitar 16 hari. Temperatur udara rata-rata 29C. Kecepatan
angin rata-rata 2 3 knot/jam.
Daerah Kabupaten Maros pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim, berdasarkan curah
hujan yakni :
a. Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret
b. Musim kemarau pada periode bulan April sampai Septembar
Menurut Oldement, tipe iklim di Kabupaten Maros adalah tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm)
selama 2 3 bulan berturut-turut dan bulan kering (100 mm) selama 2 3 bulan berturut-turut.
Beberapa desa di Kecamatan Camba yang berbatasan dengan Kabupaten Bone mempunyai iklim
seperti daerah bagian Timur Sulawesi Selatan yakni musim hujan dari periode bulan Oktober
sampai Maret dan musim kemarau dalam bulan April sampai September.
d. Curah Hujan
Jumlah curah Hujan dan banyaknya hari Hujan menurut bulan Tahun 2010 di kabupaten Maros
Bulan
(1)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli

Curah Hujan
(2)
1.033
532
274
218
430
197
229

Jumlah hari Hujan


(3)
30
23
16
20
28
21
19

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Agustus
September
Oktober
November
Desember
Rata-rata

88
330
201
455
752
395

17
25
25
23
27
23

Sumber: Stasiun Klimatologi Klas I (dalam Maros dalam Angka 2010)

e. Informasi Geografis Lainnya


Geologi dan Geomorfologi
a.
b.
c.
d.

Kabupaten Maros terbagi dalam empat satuan geomorfologi, sebagai berikut :


Satuan pegunungan Vulkanik: menempati bagian utara, tengah dan timur puncak tertnggi
Bulu lekke (1.361 m dpl) menempati luas 30% dari luas daerah kabupaten Maros.
Satuan perbukitan vulkanik: intrusi dan sedimen. Menempati daerah perbukitan yang
menyebar secara setempat-setempat sekitar 15% dari luas Kabupaten Maros.
Satuan perbukitan Kars: satuan perbukitan ini tersebar cuckup luas pada bagian tengah,
timur laut daerah kabupaten Maros.
Satuan Pedataran Alluvium: terletak dibagian barat yang tersebar dengan arah utara-selatan,
menempati sekitar 25% dari luas daerah Kabupaten Maros.

Pembagian Satuan Geomorfologi kab.Maros


No Satuan
Daerah
Geomorfologi
Sebaran
1
Pegunungan
Utara,tengah,
Vulkanik
timur

Luas
Daerah
30

Perbukitan vulkanik Tersebar


15
setempatsetempat tidak
terkonsentrasi
PerbukitanKarst
Tengah
dan 30
Timur laut

Pedataran alluvial

Bagian Barat 25
dengan
arah
penyebaran
Utara sampai
selatan

Ciri Morfologi

Bantuan Penyusun

Relief
Topografi,Tinggi
kemiringan,lereng
terjal,
tekstur
topografi kasar
Perbukita setempatsetempat
kemiringan lereng
sedang
Relief topografi kars
membentuk tower
tower dengan relief
yang kasar
Topografi
Datar,
relief
rendah,
tekstur
topografi
halus

Batuan gunung api

Sumber: Dinas Pertambangan dan energi kab.Maros,2009 (dalam revisi RTRW)

Batuan
vulkanik,Beku(intrusi)
dan sedimen
Batu
gamping(batu
kapur)

Endapan aluvial

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

2.2. ADMINISTRASI
Secara umum luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1.619,12 km dan secara administrasi
pemerintahan terdiri atas 14 wilayah kecamatan dan 103 desa/ kelurahan.
Kedudukan secara administratif berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa.
Banyaknya Desa/kelurahan, lingkungan, dusun, rukun warga/rukun kampung dan rukun tetangga
menurut kecamatan tahun 2010
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Lingkungan
Dusun
Mandai
6
10
16
Moncongloe
5
0
17
Maros Baru
7
11
13
Marusu
7
0
25
Turikale
7
31
0
Lau
6
19
6
Bontoa
9
3
34
Bantimurung
8
4
33
Simbang
6
0
24
Tanralili
8
2
30
Tompobulu
8
0
35
Camba
8
6
22
Cenrana
7
0
33
Mallawa
11
3
32
Jumlah
103
89
320
Sumber: Badan pemberdayaan Masyarakat dan pemerintah Desa Kab.Maros(Maros dalam angka 2010)

Peta administrasi

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

2.3. KEPENDUDUKAN
1. Kepadatan Penduduk
Penduduk Kabupaten Maros berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 berjumlah 319.020 jiwa,
yang tersebar di 14 kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 41.294 jiwa yang
mendiami Kecamatan Turikale.
Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang
lebih kecil dari 100. Namun di Kecamatan Mandai dan Kecamatan Tanralili, rasio jenis kelamin
laki-lakil lebih besar dari 100, hal ini menunjukkan jumlah penduduk di dua kecamatan tersebut
lebih besar dari penduduk perempuan.
Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kecamatan Turikale,1.380 jiwa/km2.
Sedangkan yang terendah di Kecamatan Mallawa, 45 jiwa/km2.
Tingkat Kepadatan penduduk menurut Kecamatan tahun 2010
Kecamatan
Luas
%
Jumlah
penduduk(orang)
Mandai
49,11
0,03
35.044
Moncongloe
46,87
0,03
16.939
Maros Baru
53,76
0,03
23.987

%
21,64
10,46
14,81

Kepadatan
penduduk
714
361
446

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Marusu
Turikale
Lau
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa

53,73
29,93
73,83
93,52
173,70
105,31
89,45
287,66
145,36
180,97
235,92

Jumlah total

1.619,12

0,03
0,02
0,05
0,06
0,11
0,07
0,06
0,18
0,09
0,11
0,15

25.226
41.319
24.201
26.573
28.078
22.209
24.456
14.104
12.554
13.593
10.719
319.002

15,58
25,52
14,95
16,41
17,34
13,72
15,10
8,71
7,75
8,40
6,62

469
1.381
328
284
162
211
273
49
86
75
45
197

Sumber; BPS Kab.Maros(Maros dalam angka 2010)

2. Penduduk Menurut Mata Pencaharian


Struktur penduduk menurut mata pencaharian dimaksudkan untuk melihat struktur lapangan kerja
sebagai mata pencaharian utama masyarakat di kabupaten Maros. Adapun lapangan kerja
masyarakat di kabupaten Maros meliputi; PNS/TNI-POLRI, pertanian, tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan wiraswasta.
3. Pendidikan
Pembagunan bidang Pendidikan bertujuan utuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan
sumber daya manusia (SDM) suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan
ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut. Dari tahun
ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat , hal ini
berkaitan dengan dengan berbagai program yang dicanagkan pemerintah untuk lebih
meningkatkan kesempatan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Peninhkatan
partisipasi pendidikan untuk memperoleh pendidikan tentunya harus diikuti dengan peningkatan
penyediaan sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidikan yang memadai.
Kebutuhan fasilitas pendidikan sangat tergantung pada jumlah penduduk usia sekolah. Sesuai
standar kebutuhan untuk keberadaan fasilitas pendidikan didasarkan pada jumlah ruang kelas ,
radius pelayanan setiap fasilitas dan lahan yang dibutuhkan.
4. Kesehatan
Di kabupaten Maros pada tahun 2010 terdapat 3 rumah sakit , 2 rumah bersalin, 14 puskesmas,
392 posyandu, 4 balai kesehatan , 34 puskesmas pembantu, 61 puskesdes dan 2 polindes. Dalam
pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB), jumlah akseptor baru yang terjaring pada tahun
2010 sebanyak 11.562 orang.
Banyaknya Fasilitas Kesehatan di kabupaten Maros 2007-2010

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Ruma
Tahun
h sakit
2007
2008
2009
2010

2
2
2
3

Rumah
bersali
n
1
2
2
2

Puskesma
s

Posyand
u

14
14
14
14

389
392
392
392

Klinik/Bala
i
kesehatan
0
2
2
4

Pust
u

Poskesde
s

polinde
s

35
34
34
34

1
27
58
61

12
2
2
2

Sumber: Dinas Kesehatan kab.Maros (Maros dalam Angka 2010)

Banyaknya tenaga Kesehatan menurut kecamatan di Kabupaten Maros

Kecamatan

Dokte
r

Dokte
r gigi

Mandai
Monconglo
e
Maros baru
Marusu
Turikale
Lau
Bontoa
Bt.Murung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Jumlah

6
2

4
2

1
5
6
3
1
3
4
3
1
2
2
2
41

3
1
3
2
3
3
2
2
2
2
2
1
32

Tenaga Medis
Jumla
perawa
h
t
dokter
10
13
4
8
4
6
9
5
4
6
6
5
3
4
4
3
73

12
12
7
12
14
16
6
8
11
3
2
13
137

Tenaga medis
Bida
n

Farmas
i

18
12

3
4

Ahl
i
gizi
5
2

7
5
13
9
9
11
8
10
4
7
5
5
123

0
3
2
3
1
3
0
0
1
1
1
0
22

2
3
4
4
3
3
2
2
1
1
1
1
34

Teknisi
medis

Sanitas
i

Kesehatan
masy

2
1

2
0

6
6

0
1
0
2
3
1
1
0
0
0
1
0
12

1
2
1
2
2
1
1
1
0
0
0
1
14

2
5
6
9
4
4
3
2
4
3
2
3
59

Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Maros(Maros dalam Angka 2010)

5. Sosial Masyarakat
Sikap dan prilaku manusia dalam melaksanakan kehidupannya pada dasarnya dilandasi dengan
keyakinan dan agama yang dianut dan menjadi pedoman yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat. Struktur Penduduk menurut agama di kabupaten Maros
didominasi oleh penduduk yang menganut agama Islam. Perkembangan pembangunan dibidang
spritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama.
Banyaknya tempat Peribadatan menurut kecamatan tahun 2010
Kecamatan
Mandai
Moncongloe
Maros baru
Marusu
Turikale

Masjid
55
26
43
34
46

Musholla
7
1
5
8

Gereja
4
2
4
2

Pura
-

Vihara
-

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Lau
Bontoa
Bt.Murung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
Jumlah

49
40
53
47
46
47
37
38
36

3
2
1
6
2
7
1
4

4
1
1
-

597

47

18

Sumber: Kementerian Agama Kab.Maros(Maros dalam Angka 2010)

PEREKONOMIAN
1. Pertumbuhan Ekonomi
Kemajuan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari perkembangannya PDRB nya .
Nilai PDRB kabupaten Maros selama kurun waktu tahun 2005-2009 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun . hal ini dipengaruhi oleh prodduksi beberapa jenis
komoditas kegiatan ekonomi yang mengalami peningkatan , disamping itu harga
komoditas beberapa jenis kegiatan
ekonomi tersebut juga mengalami peningkatan.
Tabel . Nilai dan Kontribusi sektor PDRB tahun 2007 s/d 2011 atas dasar harga Konstan
Kab.Maros
2007

No

Sektor

Pertanian

(Rp)
393.598,73

2008
%

(Rp)

41,00

405.983,67

2009
%
40,0
4

2010

(Rp)
420.285,13

%
39,0
1

1,5
2

Pertambangan & Penggalian

14.629,81

1,52

15.392,72

Industri Pengolahan

209.664,59

21,84

226.453,81

16.345,04

245.187,79

Listrik,Gas & Air bersih

8.275,73

0,86

8.893,70

9.629,22

5
6
7
8

Konstruksi
Perdagangan,Hotel
Restoran
Pengakuan & Konsumsi
Keuangan,Sewa,
&
Perusahaan

14.561,32

1,52

15.856,18

17.342,35

Jasa-Jasa

51.694,39

7,94
5,38

82.225,18
56.543,55

8,11
5,5
8

Js.

88.882,05

61.395,58

56.777,13

5,91

60.382,22

134.596,54

14,02

142.181,47

100,00

1.013.912,50

1.077.477,97

5,85
67.225,7

9
14,3

154.117,41

8,46
67.445,9

5,9
64.293,40

1,67
97.521,8

5,9

960.035,92

Sumber: BPS

0,91
19.268,0

5,7

100,0
PDRB

6
8,2

76.237,68

23,23
10.522,9

1,6

14,0
9

&

1,51
267.841,0

0,8

1,5

38,51

0
100,0
0

17.387,7

22,7

0,8
4

6
1,5

22,3
3

(Rp)
444.070,7

5,83
161.897,8

14,04
1.153.181,9

100,00

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

7,5

6,27
5,61

4,33

4,58

2006

2007

3,11
2,5

0
2005

2008

2009

Perekonomian Daerah
Sebagian besar dari luas wilayah kabupaten Maros merupakan dataran rendah sehingga sangat
potensial untuk kegiatan sektor- sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Kawasan pantai sepanjang 31 km sangat sesuai dengan kegiatan pengelolaan hasil laut.
Disamping itu potensi perairan Pantai tersebut dapat dikembangkan menjadi objek wisata bahari.
a. Pertanian
Kabupaten Maros merupakan salah satu wilayah Kabupaten yang memiliki pengusahaan
pertanian tanaman pangan pertanian yang sangat strategis di provinsi Sulawesi selatan. Luas
baku areal persawahan tahun 2009 mencapai 25.919 Ha. Total areal persawahan yang paling
luas adalah kecamatan Bantimurung mencapai 3.908 Ha. Total produksi padi pada tahun
2009 sebesar 271.570 ton dengan luas panen 44.907 Ha. Produksi jagung sebesar 24.899
Ton dengan luas panen 5.000 Ha. Hasil produksi perkebunan rakyat yang utama adalah
kemiri(sekitar 5.500-6.000 ton) dan jambu mente sekitar 5.00-1.000 ton. Produksi hasil hutan
terdiri dari Kayu Jati sekitar 850.000 ton, bambu 175.000 batang, rotan 400.000 ton dan
getah pinus sekitar 550.000 kg.
b. Peternakan
Populasi ternak di kabupaten Maros adalah Sapi, kerbau dan kambing dan unggas.Pada
tahun 2009 berdasarkan Sumber data dari Dinas Perikanan, kelautan dan peternakan kab.
Maros Jumlah populasi Sapi sebanyak 30.403 ekor, sedangkan kerbau 4.041 ekor dan
Kambing 11.569 ekor, kuda 4.452 ekor. Untuk populasi ternak unggas, ayam kampung
sebanyak 390.351 ekor, total ayam petelur 212.723 ekor, ayam pedaging 7.982.504 dan itik
241.706 ekor.
c. Perikanan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

d.

e.

f.

g.

Usaha perikanan kabupaten Maros terdiri atas perikanan laut dan perikanan darat. Produksi
perikanan laut pada tahun 2009 adalah 13.534 ton, dengan jenis tangkapan ikan, teripang
dan kepiting. Sedangkan untuk produksi perikanan darat sebesar 506,6 ton yang terdiri atas
ikan bandeng dan windu.
Pertambangan dan galian
Komoditas unggulan yang lain di kabupaten Maros adalah sektor pertambangan. Namun
baru sebagian kecil dieksploitasi. Dengan demikian peranannya terhadap PDRB kabupaten
Maros relatif sangat rendah yaitu berkisar 1,30 persen.
Perdagangan
Peluang pengembangan sektor perdangan kabupaten Maros, sangat potensial dengan
posisi strategis sebagai wilayah pendukung Mamminasata. Kegiatan perdagangan dengan
skala besar adalah kegiatan ekspor yang dilakukan oleh beberapa perusahaan meliputi
ekspor kancing, kayu jati, dan marmer yang semuanya itu diproduksi secara lokal. Kegiatan
perdagangan potensi produksi wilayah lainnya adalah semen yang masih masuk tahap
perdagangan antar pulau , antar daerah.
Perindustrian
Sektor industri kabupaten Maros menunjukkan kecenderungan meningkat baik dilihat dari
jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, maupun nilai investasinya. Industri kabupaten
Maros terbagi atas tiga kelompok yaitu industri besar, menengah dan kecil. Kegiatan industri
kabupaten Maros telah ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Lokasi industri umumnya
berada pada jalur utama (jalan arteri), berdasarkan RTRW kabupaten Maros dan rencana
tata ruang kawasan metropolitan Mamminasata, kawasan industri ditetapkan di kecamatan
Marusu.
Pariwisata
Potensi Sumber daya alam (SDA) unggulan kabupaten Maros lainnya adalah potensi wisata
alam seperti permandian alam Bantimurung, Cagar alam Karaenta, taman wisata alam Goa
Pattunuang, taman safari puncak, permandian air panas Reatoa, air terjun Lacolla dan bonto
somba, Batu Napara / sungai putedan pasir putih Kuri. Potensi wisata lainnya adalah taman
purbakala leang-leang yang terletak pada perbukitan kapur yang curam, sekitar 17km dari
kota Maros. Sebagian dari objek-objek wisata tersebut masih belum dikembangkan dan
dikelola secara profesional. Khusus untuk objek wisata alam Bantimurung dengan kondisi
alam tropis yang subur menjadikan daerah ini sebagai permukiman yang ideal dari berbagai
jenis Kupu-kupu, dimana pada saat ini tercatat sekitar 150 jenis kupu-kupu yang di daerah
lain sudah amat sulit ditemukan.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

VISI dan MISI Kabupaten Maros


Visi
Mewujudkan masyarakat Maros yang sejahtera dan beriman melalui Pemerintahan yang bersih
dan profesional.
Yang Sejahtera menurut pengertian Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat yaitu suatu
kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa
kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan
kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya
hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan takwa kepada Tuhan yang
maha Esa.
Berdasarkan pengertian tersebut indikatornya adalah tercukupinya kebutuhan minimum hak dasar
yang meliputi; pangan, kesehatan, pedidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,
sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak
kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial ekonomi dan politik.
Yang dimaksud beriman adalah menjalankan ibadah yang telah disyariatkan oleh agama, ini
mencakup aspek amalan hati, perkataan dan perbuatan dan tunduk kepada Allah, terhadap
perintah dan larangannya. Indikatornya adalah dilaksanakannya nilai- nilai keagamaan bagi para
pemeluk agama.
Yang dimaksud Pemerintahan yang bersih dan profesional adalah pemerintah yang
menjalankan prinsip-prinsip Good Governance yang meliputi 10 prinsip yaitu:
1. Akuntabilitas: adalah setiap kegiatan dan hasil akhir dari pembangunan daerah harus
dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentua peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Pengawasan: adalah setiap kegiatan pembangunan daerah dipantau secara
proporsionalbaik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau rakyat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Daya tanggap: adalah tingkat kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap
perkembangan dan dinamika masyarakat untuk penanganan segera.
4. Profesionalisme: adalah tingkat kemampuan penyelenggara pemerintah yang
menguasai bidangnya sehingga mampu memberi pelayanan yang optimal kepada
masyarakat.
5. Efesiensi dan efektifitas: terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan
pemanfaatan sumber daya secara optimal dengan hal yang maksimal.
6. Transparansi: adalah keterbukaan informasi yang benar , jujur dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan pembangunan daerah dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

7. Kesetaraan: adalah memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
8. Wawasan ke depan: adalah membangun daerah berdasarkan visi dan strategis yang
jelas dan mengikut sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga
merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. Partisipasi: adalah mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembangunan, yang menyangkut kepentingan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
10. Penegakan hukum: adalah mewujudkan supremasi hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
Misi
1. 1.Meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan mendorong secara sungguh-sungguh
simpul perekonomian;
2. Mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan melalui penciptaan iklim, usaha yang kondusif;
3. Penataan biroksasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;
4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan;
5. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat;
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan;
7. Meningkatkan pembinaan keagamaan;
8. Meningkatkan pemberdayaan perempuan;
9. Meningkatkan daya dukung lingkungan hidup.
Berdasarkan Visi dan Misi yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya kemudian
dijabarkan secara lebih sistematis ke dalam perumusan strategi, arah kebijakan, program dan
kegiatan. Selain itu, untuk mengukur ketercapaian kinerja maka dirumuskanlah pula indikator
sebagai tolak kinerja.
2.9. INSTITUSI DAN ORGANISASI PEMDA
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, oleh Pemerintah
Kabupaten Maros telah dilakukan penyesuaian dan penataan organisasi perangkat daerah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah tersebut, sehingga dalam kurun waktu tahun 2008 telah diberlakukan
Struktur Organisasi Perangkat Daerah.
Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada awalnya Pemerintah Kabupaten Maros telah menetapkan Organisasi Perangkat Daerah
yang terdiri dari 15 (lima belas) dinas, 7 (tujuh) badan, 6 (enam) kantor termasuk Inspektorat, Satpol
PP dan RSUD, serta 2 (dua) sekretariat, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga


Dinas Kesehatan
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
Dinas Pekerjaan Umum

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Dinas Tata Ruang dan Perumahan


Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Dinas Pengelola Keuangan Daerah
Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam Kebakaran
Dinas Pertanian
Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Bdan Kepegawaian Daerah dan Diklat
Badan Lingkungan Hidup
Kantor Pelayanan Perijinan Satu Pintu
Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kantor Pengelola Daerah Kawasan dan Penanaman Modal
Inspektorat
Rumah Sakit Umum Salewangang
Satuan Polisi Pamong Praja
Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD

Seiring dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah, monitoring dan evaluasi
terhadap efektifitas penyelenggaraan pemerintahan senantiasa dilaksanakan, sehingga sampai dengan
akhir Desember Tahun 2010 telah dilakukan penyesuaian/perubahan Organisasi Perangkat Daerah dan
berlaku efektif pada Tahun 2011 sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Dinas Pendidikan
Dinas Kesehatan
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Tata Ruang dan Perumahan
Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan
Dinas Pengelola Keuangan Daerah
Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
Dinas Pertanian
Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan
Dinas Pemuda Olah Raga dan Seni
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat


Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Badan Lingkungan Hidup
Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal
Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kantor Pendapatan Daerah
Inspektorat
Rumah Sakit Umum Salewangang
Satuan Polisi Pamong Praja
Sekretariat Daerah
Sekretariat DPRD
Sekretariat KORPRI

2.10. TATA RUANG WILAYAH


Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Maros meliputi rencana kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan untuk
mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan
lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri
dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi berupa hutan
lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan daerah hulu (upstream)
Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii) konservasi berupa

taman margasatwa. Selain

daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat
ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia
yang ditetapkan sebagai benda purbakala. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan
sebisa mungkin menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat
baik ruang darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati,
yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau,
baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan
sempadan jalan. Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan
diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang
didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan diarahkan
juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam memproduksi dan
mengolah daya penentralisiran limbah.
Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian
fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan daya tampung
lingkungan, dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung
proses pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Maros.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Tabel 52
Luas Penggunaan Lahan berdasarkan Rencana Pola Ruang
Kabupaten Maros
No

Jenis Penggunaan Lahan

Luas (ha)

Persentase

Kawasan Bandara

Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Hutan Produksi

Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Kawasan Konservasi

Kawasan Mangrove

Kawasan Perikanan

Kawasan Perkebunan

Kawasan Permukiman

10

Kawasan Pertambangan

11

Kawasan Pertanian Lahan Kering

12

Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah

13

Kawasan Tambak

14

Sungai
Total

384
14.611

0.26
10.05

15.364

10.57

6.434

4.43

28.611

19.69

135

0.09

286

0.20

7.165

4.93

3.442

2.37

48

0.03

29.344

20.19

28.688

19.74

987

6.74

1.010

0.70

145.311

100

Sumber: Hasil Analisis Tim, 2011

.
Arahan kawasan lindung ditetapkan dengan dasar sebagai berikut:
1.

Menetapkan kawasan lindung sebesar minimal 30% dari luas seluruh wilayah
Kabupaten Maros yang dikelompokan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) atau biasa
disebut juga Daerah Pengaliran Sungai (DPS), yang meliputi kawasan yang
berfungsi lindung di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan, termasuk
berbagai kawasan konservasi.
2. Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi
hidrologis untuk menjamin katersediaan sumber daya air.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

3.

Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi


lindung.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung


Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumbedaya
buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan
berkelanjutan. Kawasan lindung di Kabupaten Maros mutlak ada dan diperlukan, baik
untuk perlindungan pada lingkup ruang wilayah Kabupaten Maros maupun untuk
perlindungan pada wilayah sekitarnya. Perlindungan ini dilakukan untuk melindungi
lingkungan hidup, manusia dan makhluk hidup lainnya beserta aktivitasnya dari akibat
yang ditimbulkan oleh bencana alam, dan/atau ulah manusia dan makhluk hidup lainnya
yang merusak kealamian, kelestarian dan keselamatan tata kehidupan.
Kawasan lindung adalah kawasan yang fungsinya tidak diperkenankan adanya
kegiatan manusia. Yang termasuk kawasan lindung di Kabupaten Maros terbagi atas :

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

Kawasan perlindungan setempat;

Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar


budaya;

Kawasan rawan bencana alam;

Kawasan lindung geologi; dan

Kawasan lindung lainnya.

4.1.1 Kawasan Yang


Bawahannya

Memberikan

Perlindungan

terhadap

Kawasan

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya


merupakan kawasan yang ditetapkan dengan tujuan mencegah terjadinya erosi dan
sedimentasi, menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsure hara
tanah, air tanah, dan air permukaan serta memberikan ruang yang cukup bagi peresapan
air hujan.
Dilihat dari fungsinya, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
di bawahnya terdiri dari Kawasan hutan lindung dan Kawasan resapan air.
Dalam RTRWK ini, penentuan kawasan lindung didasarkan pada Peta Kawasan
Hutan Kabupaten Maros yang dikeluarkan Departemen Kehutanan. Melengkapi peta
kawasan tersebut, juga dilakukan analisis penentuan peruntukan kawasan dalam skala
yang lebih rinci berdasarkan data elevasi (wilayah dengan elevasi di atas 2.000 m dpl
sesuai Peta Kontur digital dari Bakorsutanal menjadi kawasan lindung), kemiringan lereng
(>45 % masuk kawasan lindung), dikombinasikan dengan data intensitas hujan dan sifat
fisik tanah.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

a. Hutan Lindung
Sebaran luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Maros terdapat di 7 (tujuh)
wilayah kecamatan antara lain: Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Camba, Kecamatan
Cenrana, Kecamatan Mallawa, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Simbang dan
Kecamatan Tompobulu.
Pengembangan kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Maros, dilakukan
dengan :
a.
b.
c.
d.

e.
f.
g.

Dilakukan pendelineasian kawasan yang ditetapkan sebagai hutan lindung


sesuai rencana pemanfaatan ruang.
Menghindari kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung yang dapat merusak
fungsi lindung dan menimbulkan degradasi lingkungan sementara ataupun permanen.
Melakukan perlindungan terhadap flora dan fauna yang ada di hutan lindung
tersebut.
Pembatasan dan relokasi kegiatan budidaya yang sudah ada dari hutan
lindung ke lahan yang sesuai dengan peruntukannya dalam rencana pemanfaatan
ruang.
Penetapan enclove bagi kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung guna
menghindari perkembangan kegiatan budidaya tersebut.
Penegasan status lahan kawasan lindung oleh instansi terkait sehingga jelas
dan tegas peruntukannya dan keberadaannya terlindungi.
Reboisasi terhadap hutan lindung atau lahan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan hutan lindung sehingga sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan hasil analisis pola ruang kawasan hutan lindung di Wilayah Kabupaten
Maros memperlihatkan bahwa beberapa kawasan hutan lindung yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah Kabuaten Maros melalui Dinas Kehutanan dan
Perkebunan. Selanjutnya dari hasil kaji analisis fungsi kawasan hutan berdasarkan
kriteria, fungsi dan pola sebarannya memperlihatkan sebaran kawasan hutan lindung
di Kabupaten Maros, meliputi: wilayah Kecamatan Mallawa, Kecamatan Lau,
Kecamatan Bontoa, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan
Simbang dan Kecamatan Tompobulu.
Keberadaan dan terpeliharanya kawasan lindung di Kabupaten Maros dianggap
sangat urgen. Pada wilayah dengan curah hujan yang tinggi, seperti di kebanyakan
wilayah Kabupaten Maros, kawasan lindung menjadi penyangga bencana banjir,
longsor dan erosi. Hutan lindung menjaga kelestarian sungai-sungai yang mengalir di
Kabupaten Maros untuk mendukung dan melindungi kawasan budidaya potensial
yang ada di bawahnya, dan untuk menjaga kelestarian ragam hayati, demi
kepentingan masa kini maupun masa depan penduduk di Kabupaten Maros. Ada
sebagian kawasan hutan di wilayah Kabupaten Maros yang telah kritis, oleh karena

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

itu reboisasi dan perubahan peran komunitas di kawasan hutan dari mencari nafkah
dengan menebang pohon tak terkendali menjadi mendapatkan tambahan nafkah
karena perannya sebagai penjamin fungsi hutan. Revitalisasi fungsi hutan dan peran
masyarakat ini sangat penting untuk ikut andil dalam mengendalikan proses
perubahan iklim dan pemanasan global.
Tekanan terhadap kawasan lindung juga akan terjadi di sekitar jalan-jalan
penghubung baru. Seperti yang juga terjadi di beberapa wilayah, pembukaan atau
peningkatan aksesibilitas dan kapasitas jalan selalu diikuti oleh perobahan tata guna
lahan melalui proses alih fungsinya. Khususnya di kawasan lindung, pengendalian
alih fungsi ruang di sepanjang kanan dan kiri jalan perlu pengendalian yang sangat
ketat. Perlu dibuat sistem pengamanan yang tidak hanya mengandalkan aspek legal
hukum dan pengawasan dari petugas, tetapi juga sistem pengamanan yang
melibatkan masyarakat itu sendiri, dikemas dalam program yang arif bijaksana.
Hendaknya, kegiatan permukiman secara tegas dibatasi, tetapi diarahkan pada
kegiatan dan bangunan dalam rangka wisata alam yang dikaitkan dengan konservasi
kawasan lindung.
Luas kawasan hutan lindung di Wilayah Kabupaten Maros adalah kurang lebih seluas
14.611 ha. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 53.
Tabel 53
Rencana Luas Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Maros
No

Kawasan Hutan Lindung

Luas (Ha)

Persentase

Kec. Bantimurung

2,417

16.54

Kec. Bontoa

323

2.21

Kec. Cenrana

4,972

34.03

Kec. Lau

87

0.59

Kec. Mallawa

574

3.93

Kec. Simbang

16

0.11

Kec. Tompobulu

6,222

42.59

14.611

100

Jumlah
Sumber: Hasil Analisis Tim, Tahun 2011

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

4.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat juga dimanfaatkan sebagai kawasan lindung yang
melindungi daerah setempat dimana kawasan tersebut berada. Pada kawasan ini
tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya dan apabila telah terdapat kegiatan
budidaya diupayakan untuk diadakan pemindahan lokasi kegiatan budidaya. Kawasan
perlindungan setempat terdiri dari :

a. Kawasan Sempadan Pantai


Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Perlindungan terhadap
sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang
mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Maros terdapat di pesisir pantai di
Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Marusu, Kecamatan Lau, dan Kecamatan
Bontoa. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantai berpasir
dengan substrat didominasi oleh pasir yang berasal dari laut maupun yang berasal
dari daratan terbawa sungai atau sedimentasi maupun erosi pantai, serta daratan
sepanjang tepian laut, dengan ketentuan :
- Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari
titik pasang air laut tertinggi kearah darat; atau
- Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau
terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
Kawasan hutan bakau (mangrove) yang merupakan sempadan pantai terdapat di
Kecamatan Bontoa seluas kurang lebih 5 hektar, Kecamatan Lau seluas kurang lebih
14 hektar, Kecamatan Maros Baru seluas kurang lebih 56 hektar, dan Kecamatan
Marusu seluas kurang lebih 60 hektar yang merupakan bagian dari sempadan pantai.
Pengembangan kawasan sempadan pantai, adalah:

Adanya perlindungan terhadap kawasan hutan bakau yang ada saat ini dan

perbaikan terhadap hutan bakau yang rusak.


Pembangunan areal tambak diarahkan di luar garis hutan bakau, jadi tidak

merusak hutan bakau yang ada.


Memberikan status hukum yang jelas terhadap keberadaan dan kelestarian

hutan bakau sehingga aman dari berbagai gangguan.


Pengembangbiakan berbagai fauna di kawasan hutan bakau untuk

mendukung pelestarian lingkungan.


Pengendalian perkembangan perkampungan di sepanjang pantai.
Rehabilitasi kawasan hutan bakau yang sudah mengalami kerusakan

b. Kawasan Sempadan Sungai

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Kawasan sungai yang perlu mendapat perlindungan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian lingkungan. Tujuan perlindungan terhadap
kawasan sungai dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kawasan sungai dari
gangguan manusia. Sempadan sungai ditetapkan di Sungai Lekopancing, Sungai
Bantimurung, dan Sungai Maros dengan ketentuan :
Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima)
meter dari kaki tanggul sebelah luar;
Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan
Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
Sempadan sungai adalah lahan di kiri dan kanan sungai yang dapat dipengaruhi oleh
keadaan air sungai. yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Maros.
Pengembangan kawasan sempadan sungai, adalah :

Adanya perlindungan terhadap sempadan sungai yang ada saat ini.


Dilakukannya kegiatan reboisasi di sepanjang sempadan sungai untuk
mendukung kelestarian alur sungai dan air sungainya itu sendiri. Memberikan status
hukum yang jelas terhadap keberadaan dan kelestarian sempadan sungai sehingga
aman dari berbagai gangguan.
Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya di sempadan sungai.
Pembebasan lahan atau penguasaan lahan sempadan sungai oleh lembaga
berwenang sehingga aman dari gangguan.

c. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk

Kawasan sekitar danau di Kabupaten Maros, meliputi Waduk Lekopancing


Kecamatan Tanralili dan Bendung Bontosunggu Kecamatan Tompobulu, dengan
ketentuan :
Daratan dengan jarak paling sedikit 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100
(seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau
Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.
.

d. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan


Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Kabupaten Maros adalah
menyebar dan seimbang dengan memperhatikan fungsi ekologis, social budaya,
estetika, dan ekonomi dengan ketentuan RTH Publik paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dan RTH Privat paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luar kawasan
perkotaan yaitu PKN, PKLp dan PPK di Kabupaten Maros. Kawasan RTHKP adalah
sarana RTH kawasan perkotaan Maros, meliputi:

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Kawasan hijau pertamanan kota terebar di kawasan


perkotaan ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan kota-kota satelit Kabupaten
Maros, dengan peruntukan pada kawasan terbangun kota yang merupakan
penunjang pada kawasan pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, industri
dan perumahan;
Kawasan hijau rekreasi dan olahraga di perkotaan
(lapangan olahraga);
Kawasan hijau pertanian yang di kawasan perkotaan;
Kawasan hijau di sepanjang jalur jalan, sempadan
sungai, pantai, dan danau atau waduk;
Taman Pemakaman Umum di Kecamatan Mandai;
Kawasan hijau pekarangan pada kawasan perumahan
di perkotaan;

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


4.2.3. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Kawasan
Cagar Budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya di Kabupaten Maros
ditetapkan dalam rangka melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala
dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah,ilmu pengetahuan, dan
pembangunan pada umumnya serta melindungi kekayaan budaya bangsa berupa
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, dan keanekaragaman bentuk geologi
yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan
yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Kawasan suaka alam,
pelestarian alam, cagar budaya di Kabupaten Maros, meliputi Kawasan Taman
Nasional, Kawasan Pantai Berhutan Bakau, dan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan.
Kawasan konservasi Taman Nasional didefinisikan sebagai satuan wilayah
yang memiliki keragaman hayati yang unik atau langka sehingga perlu dicegah
kepunahannya dengan memberikan perlindungan khusus. Pengelolaan kawasan
konservasi ditentukan oleh macam perlindungannya, seperti cagar alam akan
dikelola dengan teknik berbeda dari taman nasional misalnya. Kawasan konservasi
dikelola oleh Pemerintah Pusat melalui balai-balai konservasi yang ada di Provinsi.
Kawasan konservasi di Kabupaten Maros, adalah Kawasan Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung seluas kurang lebih 28.610 (dua puluh delapan ribu
enam ratus sepuluh) hektar, meliputi:
a.

b.

c.

d.

e.

f.

Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di


Kecamatan Bantimurung seluas kurang lebih 6.750 (enam ribu tujuh ratus lima
puluh) hektar;
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di
Kecamatan Camba seluas kurang lebih 3.623 (tiga ribu enam ratus dua puluh
tiga) hektar;
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di
Kecamatan Cenrana seluas kurang lebih 2.825 (dua ribu delapan ratus dua
puluh lima) hektar;
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di
Kecamatan Mallawa seluas kurang lebih 10.024 (sepuluh ribu dua puluh empat)
hektar;
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di
Kecamatan Simbang seluas kurang lebih 4.184 (empat ribu seratus delapan
puluh empat) hektar; dan
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di
Kecamatan Tompobulu seluas kurang lebih 1.204 (seribu dua ratus empat)
hektar.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Maros, yang
meliputi:
a. Bangunan dan lingkungan arkeologi, yakni :
- Situs Prasejarah Leang-Leang di Kecamatan Bantimurung;
- Situs Leang Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa;dan
- Situs Bulu Sipong di Kecamatan Bontoa;
b. Bangunan dan lingkungan peninggalan sejarah, yakni :
- Rumah Adat Karaeng Loe di Pakere di Kecamatan Simbang;
- Kompleks Makam Kassi Kebo di Kecamatan Maros Baru; dan
- Kompleks Makam Karaeng Simbang di Kecamatan Bantimurung.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


4.2.4 Kawasan Rawan Bencana Alam
Karakteristik wilayah Kabupaten Maros yang terdiri dari wilayah
dataran tinggi (pegunungan) dan dataran rendah (daerah Pesisir) memiliki
potensi terjadinya bencana alam (kawasan rawan bencana). Untuk
menghindari terjadinya dampak kerusakan yang diakibatkan oleh bencana
alam tersebut tentunya dibutuhkan perencanaan kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap ekosistem sekitarnya dan perlindungan terhadap
aktifitas manusia.
Kawasan rawan bencana diidentikkan sebagai kawasan yang sering
atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kawasan rawan bencana
alam di Kabupaten Maros ditetapkan dalam rangka memberikan
perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam
terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya, terdiri atas;
-

Kawasan rawan bencana banjir berada di sebagian Kecamatan Maros


Baru, sebagian Kecamatan Lau, sebagian Kecamatan Marusu,
sebagian Kecamatan Bontoa, sebagian Kecamatan Turikale, sebagian
Kecamatan Simbang, dan sebagian Kecamatan Bantimurung;dan

Kawasan rawan tanah longsor berada di sebagian wilayah Kecamatan


Camba, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah
Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa dan
sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung;
Kegiatan pengembangan di lahan yang rawan bencana alam, adalah:

a. Dilakukannya kegiatan reboisasi di kawasan ini sehingga memberikan


keamanan kepada penduduk di sekitarnya.

b. Menghindari kegiatan budidaya baik pertanian maupun permukiman, sehingga


lahan seperti ini tidak membahayakan aktifitas manusia di sekitarnya.

c. Adanya pendelineasian dan pemetaan yang tegas mengenai lahan-lahan yang


rawan bencana alam, sehingga terhindar dari bencana alam.

Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air diarahkan untuk menjamin


kelestarian ekosistem alami dalam penyerapan air hujan sehingga tidak
terjadi run-off dalam jumlah berlebihan yang berpotensi menjadi genangan
banjir dengan strategi :
-

Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;


Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air;
Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian
alam.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Berdasarkan Pedoman Pengendalian Kawasan Rawan Banjir, terdapat 2
(dua) pendekatan dalam penanganan banjir, yaitu:
-

Pengendalian Struktural terhadap banjir


Pelaksanaan pengendalian ini dilakukan melalui kegiatan rekayasa teknis,
terutama dalam penyediaan prasarana dan sarana serta penanggulangan
banjir (Pedoman Penanggulangan Banjir (A-71).
Pengendalian Non Struktural (Pengendalian Terhadap Pemanfaatan Ruang)

Kegiatan ini dilakukan untuk meminimalkan kerugian yang terjadi akibat


bencana banjir, baik korban jiwa maupun materi, yang dilakukan melalui
pengelolaan daerah pengaliran, pengelolaan kawasan banjir, flood proofing,
penataan sistem permukiman, sistem peringatan dini, mekanisme perijinan, serta
kegiatan lain yang berkaitan dengan upaya pembatasan (limitasi) pemanfaatan
lahan dalam rangka mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Untuk pengelolaan ruang kawasan rawan banjir diarahkan pada penanganan
banjir yang berupa pencegahan dini (preventif) dan pencegahan sebelum terjadinya
bencana banjir (mitigasi), yang terdiri dari kombinasi antara upaya struktur
(bangunan pengendali banjir) dan non-struktur (perbaikan atau pengendalian DAS).
Penetapan kawasan rawan bencana alam akan membawa dampak perlunya
penerapan pengelolaan kawasan sebagaimana yang telah diarahkan dalam
RTRWN, yaitu:
a.
b.

Pola pengelolaan kawasan rawan gerakan tanah meliputi:


Pengembangan vegetasi yang berfungsi untuk menahan laju gerakan
tanah;
Pengembangan sistem jaringan drainase;
Pengembangan bangunan penahan gerakan tanah; dan
Pengaturan kegiatan budidaya yang sesuai dengan kondisi fisik kawasan.
Pola pengelolaan kawasan rawan gempa bumi besar

meliputi:
- Penerapan sistem peringatan dini bencana gempa bumi; dan
- Penerapan standar konstruksi bangunan tahan gempa.
c.
-

Pola pengelolaan zona patahan aktif meliputi:


Pengkajian gerakan patahan aktif; dan
Pengaturan lokasi permukiman serta prasarana dan sarana agar berada di
luar jalur patahan.

Pola pengelolaan kawasan rawan abrasi meliputi:


Pembatasan dan pengaturan pusat permukiman dan kegiatan manusia di
kawasan yang pernah dan/atau rawan abrasi;

d.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


e.

Pemanfaatan dan pengembangan teknologi pemecah gelombang laut


yang berpotensi mengikis tanah atau batuan; dan
Pengembangan vegetasi bakau untuk melindungi kawasan rawan abrasi
dan mencegah terjadinya abrasi.
Pola pengelolaan kawasan rawan bencana alam banjir

meliputi:
- Pengendalian kegiatan manusia di kawasan rawan bencana banjir untuk
melindungi manusia, kegiatan budidaya, serta prasarana dan sarana
penunjang perikehidupan manusia; dan
- Pengembangan prasarana pengendali banjir.

Langkah preventif pada kawasan rawan bencana :


a. Banjir : perlu mempertimbangkan daya dukung fisik lingkungan,
memperhatikan pola kemiringan dasar saluran (desain) dalam membangun
drainase, dan dalam perencanaan dan penanganan banjir di kawasan,
berpedoman pada konsep satu kesatuan sistem/subsistem daerah pengaliran
sebagai satu konsep pengelolaan;
b. Gempa bumi (dataran tinggi) : ditujukan untuk meminimalisir aktivitas
manusia;
c. Gunung berapi (pegunungan) : ditujukan untuk meminimalisir sedimentasi
melalui penerapan teknologi/rekayasa teknis; dan
d. Longsor (pegunungan) : ditujukan untuk meminimalisir sedimentasi melalui
penerapan teknologi/rekayasa teknis serta memperkuat struktur tanah.

Pada mitigasi bencana jangka pendek lebih ditujukan kearah penyelamatan


jiwa dan harta benda, sedangkan mitigasi bencana jangka panjang ditujukan kearah
program pengaturan fenomena keairan baik pada kondisi berlebih maupun kondisi
kurang. Mitigasi banjir jangka pendek umumnya terdiri dari kegiatan sesaat
sebelum, selama, dan sesudah bencana. Sedangkan mitigasi bencana jangka
menengah dan jangka panjang terdiri dari kegiatan perencanaan dan pembangunan
sistem mitigasi untuk jangka waktu lima tahunan dan dua puluh tahunan. Untuk
mitigasi bencana jangka panjang, alternatif kegiatan yang dominan misalnya berupa
pengembangan program konservasi dan pengendalian banjir, pengembangan
program penataan ruang di daerah rawan bencana alam, pengembangan program
operasi dan pemeliharaan jaringan drainase makro dan mikro termasuk
instrumentasi early warning system, serta pemberdayaan sumberdaya manusia.
Target pengembangan program konservasi dan pengendalian banjir misalnya perlu
diantisipasi dengan bijaksana. Sedangkan program pengembangan sumberdaya
manusia perlu diformulasikan dengan baik, yang betul-betul dapat memberikan nilai
tambah pada manusia. Pembangunan manusia secara menyeluruh diartikan pada
penumbuhan persepsi/sikap/ketrampilan bagaimana mengantisipasi bencana yang

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


diberlakukan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat baik ditingkat birokrat
ataupun rakyat biasa, baik anak-anak maupun orang tua.

Upaya yang sangat dianjurkan adalah :


a. Pembentukan kelompok kerja (Pokja) mitigasi antisipasi penyimpangan Iklim
di tingkat provinsi, kabupaten, kota dan komunitas kelompok usaha tani dan
nelayan, yang dikoordinir oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Daerah;
b. Melakukan manajemen on river one plan one management dengan
membangun retarding basin seperti embung dan chek dam, wetland yang
tersebar di daerah hulu yang akan berfungsi sebagai pengontrol penahanan
dan pelepasan air secara terkendali baik volume, waktu dan koordinasi antara
hulu dengan hilir. Dengan demikian kalau terpaksa tejadi banjir, maka
beberapa jam sebelumnya sudah diinformasikan ke masyarakat;
c. Menyebarkan informasi tentang perkiraan cuaca dan atau iklim yang
bersumber dari Pokja Mitigasi Bencana Alam termasuk kepada penyuluh dan
petani melalui berbagai media termasuk internet dan pusat sms, sehingga
para pemangku kepentingan seperti petani dan nelayan dapat lebih aman
dalam menyesuaikan program dan kegiatannya;
d. Penyiapan benih/ bibit yang memenuhi kriteria 5 tepat (waktu, jumlah, mutu,
harga dan tempat);
e. Pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi (utama dan tingkat usaha tani
dan nelayan) berkoordinasi dengan Departemen Kimpraswil; dan
f. Upaya konservasi air di lahan pertanian dengan membangun embung dan
chek dam di tempat-tempat strategis.

4.2.5 Kawasan Lindung Geologi


Kawasan lindung geologi bertujuan untuk memberikan perlindungan
semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam geologi dan
perlindungan terhadap air tanah.
Kawasan lindung geologi di Kabupaten Maros, terdiri atas :
a. Kawasan cagar alam geologi berupa keunikan bentang alam,
mencakup Kawasan karst di sebagian wilayah Kecamatan
Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah
Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, dan
sebagian wilayah Kecamatan Mallawa;
b. Kawasan rawan bencana alam geologi berupa kawasan rawan abrasi
dan kawasan rawan tsunami. Kawasan rawan abrasi meliputi pantai
yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi ditetapkan di
sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan
Lau, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, dan sebagian wilayah

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Kecamatan Marusu. Sedangkan kawasan rawan tsunami meliputi
pantai dengan elevasi lebih rendah dari permukaan air laut dan/atau
berpotensi atau pernah mengalami tsunami yakni sebagian wilayah
Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian
wilayah Kecamatan Maros Baru, dan sebagian wilayah Kecamatan
Marusu.
c. Kawasan sempadan mata air meliputi daratan disekeliling mata air yang
mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air dan
merupakan wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter
dari mata air, yakni di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, dan
sebagian wilayah Kecamatan Cenrana.
Untuk menghindari bahaya geologi, maka dilakukan perlindungan
terhadap daerah sensitif. Perlindungan tersebut diantaranya dengan cara
menetapkan klasifikasi daerah bahaya serta membuat daerah buffer, antara
lain :
-

Daerah dengan kerawanan gerakan tanah tinggi dianggap tidak layak menjadi
lokasi permukiman, hal ini karena peletakan bangunan pada daerah tersebut
dapat merusak konstruksi bangunan dan dapat mengganggu keselamatan
para penghuni bangunan tersebut.
Daerah dengan potensi banjir tinggi dianggap tidak layak, hal ini dapat
mengganggu keselamatan penghuni bangunan.
Daerah sesar dengan menetapkan buffer zone sepanjang 300 m sebagai
daerah tidak layak. Penetapan ini didasarkan pada hasil kesepakatan para ahli
dengan pertimbangan zona patahan merupakan zona lemah sehingga tidak
stabil jika terimbas gelombang gempa. Tidak dibedakan antara patahan aktif
dan tidak aktif.

4.2.6 Kawasan Lindung Lainnya


Kawasan lindung lainnya bertujuan dalam rangka melindungi
kelestarian dan memanfaatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta
ekosistemnya
untuk
menjamin
keberadaan,
ketersediaan,
dan
kesenambungan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas
zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan/atau zona lainnya sesuai dengan
peruntukan kawasan. Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil, meliputi:

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


a. Kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem pesisir berupa
kawasan hutan pantai berhutan bakau di sebagian wilayah Kecamatan
Marusu, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah
Kecamatan Lau, dan sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, dan
b. Kawasan konservasi maritim berupa permukiman nelayan di Kawasan
Maros Kecamatan Maros Baru, dan Kecamatan Marusu.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


4.2 Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya dapat diartikan sebagai wilayah yang dapat
dibudidayakan dan difungsikan untuk kepentingan pembangunan dalam bentuk
kegiatan usaha berbagai sektor atau sub sektor pembangunan yang terkait.
Kriteria kawasan budidaya adalah ukuran yang meliputi daya dukung, aspekaspek yang mempengaruhi sinergi antar kegiatan dan kelestarian lingkungan.
Penetapan kawasan budidaya dapat dikelompokkan ke dalam dua kriteria, yaitu
kriteria sektoral dan kriteria ruang.
Kriteria teknis sektoral kawasan budidaya adalah suatu kegiatan dalam
kawasan yang memenuhi ketentuan-ketentuan teknis seperti daya dukung,
kesesuaian lahan, bebas bencana, dan lain-lain. Sedangkan kriteria ruang
kawasan budidaya menentukan pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang
menghasilkan nilai sinergi terbesar untuk kesejahteraan masyarakat dan tidak
bertentangan dengan kelestarian lingkungan.
Pengelolaan kawasan budidaya adalah suatu pendekatan dalam
mengelola kawasan-kawasan di luar kawasan lindung agar pemanfaatannya
dilakukan secara optimal, selaras, dan serasi dengan kawasan lindung dalam
mewujudkan pembangunan daerah.
Penetapan suatu kawasan budidaya dengan fungsi utama tertentu,
selain mengacu pada kriteria harus mempertimbangkan faktor-faktor lain, yaitu :

a. Lingkungan buatan, sosial, dan interaksi antar wilayah;


b. Tahapan, pembiayaan, dan pengelolaan pembangunan serta
pembinaan kemampuan kelembagaan;
c. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan fungsi budidaya dan
fungsi lindung, dimensi waktu, teknologi, sosial budaya serta fungsi
pertahanan dan keamanan.
Berdasarkan fungsinya, kawasan budidaya dikelompokkan ke dalam
kawasan hutan produksi, termasuk hutan rakyat, pertanian, pertambangan,
perindustrian, pariwisata, danau, pesisir laut dan kepulauan.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

4.2.1 Rencana Peruntukan Hutan Produksi


Kriteria untuk kesesuaian lahan sebagai areal hutan produksi mengacu kepada
kriteria yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian No
683/KPTS/Um/8/1982 tanggal 8 Agustus 1981. Arahan kawasan hutan produksi
dilakukan dengan pemanfaatan hutan dan pelestarian hasil (kayu dan non
kayu), sehingga diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi yang maksimal
bagi masyarakat yang tinggal atau di sekitar kawasan hutan.
Walaupun hutan produksi saat ini sudah tidak dibedakan, namun dalam
pemanfaatannya harus tetap mengacu pada ketentuan teknis kehutanan.
Artinya terdapat kawasan hutan produksi yang pemanfaatannya hanya melalui
tebang pilih.
Sebaran luas hutan produksi terbatas di Kabupaten Maros adalah sebagai
berikut:
a. Kawasan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 15.364 (lima belas ribu
tiga ratus enam puluh empat) hektar, yang tersebar di Kecamatan
Bantimurung dengan luas 94 (sembilan puluh empat) hektar, sebagian wilayah
Kecamatan Cenrana seluas kurang lebih 1.672 (seribu enam ratus tujuh puluh
dua) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa seluas kurang lebih 2.473
(dua ribu empat ratus tujuh puluh tiga) hektar, sebagian wilayah Kecamatan
Simbang seluas kurang lebih 561 (lima ratus enam puluh satu) hektar,
sebagian wilayah Kecamatan Tanralili seluas kurang lebih 543 (lima ratus
empat puluh tiga) hektar, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu seluas
kurang lebih 10.022 (sepuluh ribu dua puluh dua) hektar;
b. Kawasan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 6.434 (enam ribu empat
ratus tiga puluh tiga) hektar, yang tersebar di sebagian wilayah Kecamatan
Camba seluas kurang lebih 1.283 (seribu dua ratus delapan puluh tiga) hektar,
sebagian wilayah Kecamatan Cenrana seluas kurang lebih 2.244 (dua ribu
dua ratus empat puluh empat) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa
seluas kurang lebih 1.586 (seribu lima ratus delapan puluh enam) hektar, dan
sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu seluas kurang lebih 1.321 (seribu
tiga ratus dua puluh satu) hektar.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


4.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian
Metoda analisis kesesuaian lahan pertanian menggunakan kerangka Sistim
Food and Agriculture Organization (FAO, 1976) yang dikembangkan oleh Lembaga
Penelitian Tanah (LPT, 1982). Parameter yang dinilai meliputi kedalaman efektif
tanah, tekstur tanah, permeabilitas, kesuburan, reaksi tanah, kemiringan lahan
(slope), relief mikro, drainase, ketersediaan air, erosi dan banjir. Pengumpulan data
parameter tersebut diperoleh dari data sekunder yang sudah dikompilasi pada saat
penyusunan Sistem Informasi Tata Ruang.
Dari data yang terhimpun dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi dalam
Kriteria Kesesuaian Lahan Pertanian, kemudian ditumpangtindihkan (superimpose)
antara klasifikasi parameter tersebut. Hasil akhir diperoleh Unit Kesesuaian Lahan
dan dinilai secara kualitatif. Untuk memudahkan digunakan notasi huruf dan angka
sebagai berikut:

S1 (sangat sesuai) : lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk


menerapkan pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas
yang tidak berarti.

S2 (cukup sesuai) : lahan mempunyai pembatas-pembatas agak serius untuk


mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas ini
akan mengurangi produksi dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang
diperlukan.

S3 (sesuai marginal) : lahan mempunyai pembatas-pembatas serius untuk


mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas ini
akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan
yang diperlukan.

N1 (tidak sesuai pada saat ini) : lahan mempunyai pembatas yang lebih
serius, tetapi masih mempunyai kemungkinan untuk diatasi hanya tidak dapat
diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal.

N2 ( tidak sesuai permanen ) : lahan mempunyai pembatas permanen


sehingga mencegah segala kemungkinan penggunaan berkelangsungan pada
lahan tersebut.

Jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan ditunjukan


dengan huruf kecil, misalnya d (drainase), x (salinitasi), t (topografi), dan m
(ketersediaan air). Pemanfaatan ruang untuk kawasan pertanian dikelompokan
pada peruntukan pertanian lahan basah (padi sawah dan perikanan) dan pertanian
lahan kering (tanaman pangan lahan kering, tanaman keras tahunan, hutan
produksi dan peternakan). Luas kawasan budidaya pertanian di Kabupaten Maros
seluas 58,032 Ha.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah
Kawasan pertanian adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan sumberdaya buatan. Potensi masing-masing sumberdaya yang ada
satu sama lain tentunya sangat berbeda, yang disebabkan oleh ketersediaan
sumberdaya yang ada di masing-masing kecamatan di Kabupaten Maros.
Luas kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Maros adalah 28.688
Ha. Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
tanaman pertanian lahan basah, dimana pengairannya dapat diperoleh secara
alamiah maupun teknis. Pengembangan kawasan pertanian lahan basah diarahkan
pada :

Area lahan dengan kemiringan lahan < 15 % serta kawasan-kawasan yang

sudah memiliki irigasi teknis, irigasi semi teknis, irigasi sederhana dan tadah
hujan;
Mempertahankan lahan basah yang telah ada;

Meningkatkan pengelolaan areal-areal persawahan yang terlantar;

Meningkatkan kualitas daerah pelayanan irigasi;

Pengalihgunaan lahan hutan rawa untuk pertanian lahan basah;

Pengaturan masa tanam untuk menghindari kerusakan tanaman secara

meluas;
Perbaikan sistem pemasaran pasca panen;

Penyediaan bibit unggul dan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan;

Pengembangan kegiatan pertanian lahan basah yang ramah lingkungan.

Berdasarkan kriteria diatas, maka daerah yang dapat dikembangkan sebagai


lahan pertanian lahan basah adalah sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung,
sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Camba,
sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian
wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Mandai, sebagian
wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Marusu, sebagian
wilayah Kecamatan Moncongloe, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian
wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, dan
sebagian wilayah Kecamatan Turikale. Daerah irigasi teknis yang berada di
kecamatan tersebut harus tetap dipertahankan untuk mencukupi kebutuhan pangan.
Selain itu juga diperlukan bantuan pemerintah dalam penyediaan sarana dan
prasarana pertanian (obat-obatan, pupuk dan kebutuhan lainnya). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 54
Sebaran Kawasan Pertanian Tnaman Pangan Lahan Basah

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


di Kabupaten Maros Dirinci Menurut Kecamatan
No

Kawasan Pertanian Pangan


Lahan Basah

Luas (Ha)

Persentase

Kec. Bantimurung

4.358

15.19

Kec.Bontoa

966

3.37

Kec.Camba

927

3.23

Kec.Cenrana

2.022

7.05

Kec.Lau

2.223

7.75

Kec.Mallawa

417

1.45

Kec.Mandai

2.158

7.52

Kec.Maros Baru

985

3.43

Kec.Marusu

1.594

5.55

10

Kec.Moncongloe

3.652

12.73

11

Kec.Simbang

3.367

11.74

12

Kec.Tanralili

2.920

10.18

13

Kec.Tompobulu

1.743

6.08

14

Kec.Turikale

1.357

4.73

28.688

100.00

Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011

b. Kawasan Pertanian Lahan Kering


Kawasan budidaya pertanian lahan kering di Kabupaten Maros
meliputi tanaman pangan lahan kering, tanaman keras tahunan, perkebunan,
hutan produksi dan peternakan. Luas lahan budidaya pertanian lahan kering
seluas 29.344 Ha.
Kawasan pertanian lahan kering ini dipergunakan untuk tanaman
palawija, hortikultura dan lain-lain. Pengembangan kawasan pertanian lahan
kering diarahkan pada :
Area lahan dengan kemiringan lahan < 25 %;
Meningkatkan produksi untuk mencapai swasembada pangan palawija dan
memenuhi kebutuhan industri pengelolaan dan menunjang agrowisata;
Pengembangan tanaman dengan cara tumpangsari guna meningkatkan nilai
tambah hasil produksi tanaman pangan;

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Pengenalan sistem bercocok tanam yang produktif dan penanganan pasca
panen;
Dukungan pemupukan dan sistem pengolahan tanah yang baik pada daerah
yang memiliki faktor pembatas kesuburan tanah kurang;
Pembuatan terasering untuk mencegah erosi pada kawasan yang mempunyai
kelerengan lebih dari 25 %;
Perbaikan sistem pemasaran pasca panen;
Penyediaan bibit unggul dan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan;
Pengembangan kegiatan pertanian lahan kering yang ramah lingkungan.

Tabel 55
Sebaran Kawasan Pertanian Lahan Kering
di Kabupaten Maros Dirinci Menurut Kecamatan
No

Kawasan Pertanian Lahan


Kering

Luas (Ha)

Persentase

Kec. Bantimurung

735

2.50

Kec. Bontoa

539

1.84

Kec. Camba

4.349

14.82

Kec. Cenrana

5.364

18.28

Kec. Lau

144

0.49

Kec. Mallawa

5.293

18.04

Kec. Mandai

845

2.88

Kec. Maros Baru

361

1.23

Kec. Marusu

575

1.96

10

Kec. Moncongloe

1.060

3.61

11

Kec. Simbang

1.007

3.43

12

Kec. Tanralili

4.382

14.93

13

Kec. Tompobulu

4,375

14.91

14

Kec. Turikale

315

1.07

29.344

100.00

Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


c. Kawasan Pertanian Hortikultura
Kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Maros seluas kurang
lebih 11.681 hektar terdapat di Kecamatan Camba, Kecamatan Cenrana,
Kecamatan Mallawa, Kecamatan Moncongloe, Kecamatan Tanralili, dan
Kecamatan Tompobulu;

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


d. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 638/KPTS/Um/8/1981 kriteria
fisik wilayah untuk penentuan lokasi tanaman tahunan adalah lokasi yang
mempunyai skor/nilai untuk faktor kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan
adalah 125 sampai 175.
Kriteria kesesuaian lahan adalah bahwa suatu wilayah pada kawasan
penyangga dinyatakan memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai areal
tanaman tahunan jika memenuhi syarat kesesuaian lahan untuk tanaman tahun
yang bersangkutan. Syarat kesesuaian yang dimaksud adalah yang mempunyai
nilai kesesuaian lahan dari sangat sesuai sampai marginal untuk tanaman
tahunan.
Dalam penetapan pilihan komoditi tanaman tahunan selain
pertimbangan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi.
Kriteria
kesesuaian
lahan
bagi
pengembangan
tanaman
keras/tahunan/perkebunan sangat beragam sesuai dengan jenis komoditinya.
Pada dasarnya berbagai jenis tanaman keras dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 0 2.500 m di atas permukaan laut.
Kriteria kawasan peruntukan perkebunan meliputi:
1.

Kawasan perkebunan ( skor <125 ) / yang berada di luar kawasan lindung;

2.

Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan perkebunan;

3.

Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan perkebunan mampu


memberikan manfaat :
a. Meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi;
b. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor
serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. Meningkatkan fungsi lindung;
d. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam untuk
pertanian pangan;
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
g. Menciptakan kesempatan kerja;
h. Meningkatkan ekspor;
i. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan perkebunan ini dipergunakan untuk jangka panjang dan jangka


pendek. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan pada :
Area lahan tegalan, semak/belukar atau alang-alang dengan kemiringan lahan
15 - 40 % sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga kawasan lindung;

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Meningkatkan perekonomian penduduk disekitar kawasan penyangga hutan
lindung melalui pengembangan agroforestry yang sudah ada dengan jenis
komoditas yang komersial dan memiliki keterkaitan dengan industri serta
dapat memantapkan fungsi kawasan lindung;
Meningkatkan kualitas dan produktivitas perkebunan dalam mendukung
pertumbuhan agroindustri;
Pembukaan lahan baru untuk perkebunan pada kawasan yang mempunyai
kelerengan lebih dari 25 % perlu dilakukan dengan land covering untuk
mencegah erosi. Sedangkan pembukaan lahan perkebunan pada daerah rawa
perlu dibuat drainase untuk mengeringkannya dan tetap menyisakan sebagian
wilayahnya tetap berupa rawa untuk mencegah terjadinya penurunan
permukaan tanah;
Pengawasan dan pengendalian pembukaan lahan perkebunan baru sehingga
tidak terjadi overlap dengan kegiatan lainnya;
Perbaikan sistem pemasaran hasil produksi perkebunan.
Pembinaan dan penyuluhan terpadu terutama untuk perkebunan rakyat dan
pembangunan sarana dan prasarana penunjang
pengelolaan dan penanganan pasca panen.

untuk

memudahkan

Arahan lokasi untuk tanaman perkebunan menurut kecamatan di


Kabupaten Maros dapat dilihat Tabel 56 dan gambar berikut.
Tabel 56
Arahan Lokasi Pengembangan Tanaman Perkebunan
di Kabupaten Maros
No

Kawasan Perkebunan

Luas (Ha)

Persentase

Kec. Bantimurung

469

6.54

Kec. Bontoa

130

1.82

Kec. Camba

1.744

24.34

Kec. Cenrana

1.082

15.10

Kec. Mallawa

2.687

37.51

Kec. Mandai

25

0.35

Kec. Marusu

0.00

0.00

Kec. Moncongloe

38

0.53

Kec. Simbang

253

3.54

10

Kec. Tanralili

117

1.64

11

Kec. Tompobulu

619

8.64

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011

7.165

100.00

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


e. Kawasan Peruntukan Peternakan
Kawasan peruntukan peternakan di Kabupaten Maros, terdiri atas :
-

Kawasan peruntukan pengembangan ternak besar mencakup sebagian


wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung,
sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili,
sebagian wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan
Cenrana, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; dan

Kawasan peruntukan pengembangan ternak kecil mencakup sebagian wilayah


Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian
wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian
wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana,
sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Lau,
sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Mandai,
sebagian wilayah Kecamatan Turikale, sebagian wilayah Kecamatan Maros
Baru, sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe, dan sebagian wilayah
Kecamatan Marusu.

4.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan


Pengembangan kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Maros,
meliputi, kawasan peruntukan perikanan tangkap, perikanan peruntukan
budidaya perikanan dan kawasan pengembangan minapolitan. Kawasan ini
diperuntukkan untuk pengembangan perikanan darat dan perikanan laut.
Pengembangan kawasan perikanan adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Pembuatan kolam dan tanggul pelindung banjir;


Penerapan teknologi tepat guna untuk memperoleh hasil yang maksimal;
Penyediaan bibit unggul, pakan ikan, sarana dan prasarana penunjang;
Pembangunan dermaga ikan;
Perbaikan sistem pemasaran hasil panen maupun hasil tangkapan.

b. Kawasan Peruntukan Perikanan Tangkap


Kawasan perikanan tangkap adalah kawasan penangkapan perikanan
laut di Wilayah Perairan Selat Makassar termasuk rencana pengembangan
bagan dan kramba-kramba, yang meliputi kawasan pesisir dan laut Kecamatan
Bontoa, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Marusu, kawasan pesisir dan laut
Kecamatan Lau, dan kawasan pesisir dan laut Kecamatan Maros Baru.

c. Kawasan Peruntukan Budidaya Perikanan


Kawasan peruntukan budidaya perikanan, meliputi:

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


-

Kawasan budidaya perikanan laut komoditas rumput laut tersebar di sebagian


wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian
wilayah Kecamatan Maros Baru, dan sebagian wilayah Kecamatan Marusu;

Kawasan budidaya perikanan air payau komoditas udang dan bandeng


tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Bontoa,
sebagian wilayah
Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, dan sebagian
wilayah Kecamatan Marusu;

Kawasan budidaya perikanan air tawar tersebar di sebagian wilayah


Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian
wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian
wilayah Kecamatan Lau, dan sebagian wilayah Kecamatan Turikale.

d. Kawasan Pengembangan Minapolitan


Kawasan pengembangan minapolitan di Kabupaten Maros merupakan
kawasan minapolitan terpadu yang direncanakan akan dikembangkan sebagian
wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Lau, dan sebagian
wilayah Kecamatan Maros Baru. Kawasan pengembangan minapolitan
diarahkan dapat terintegrasi dan terpadu dengan Pelabuhan Perikanan (PPI)
Bontoa di Kecamatan Bontoa.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

PETA RENCANA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

4.2.4 Kawasan Peruntukan Permukiman


Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan permukiman perkotaan maupun
kawasan permukiman perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
Pengelolaan kawasan permukiman berupa memanfaatkan ruang yang
sesuai untuk tempat bermukim di kawasan permukiman dengan
menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta
dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan
masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan
hidup. Kriteria kawasan budidaya untuk kawasan permukiman adalah
kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman
dari bahaya bencana alam, tersedianya sumber air baku, serta memiliki
akses yang tinggi.
Pada umumnya pola atau bentuk permukiman yang terjadi mengikuti
bentuk permukaan lahan yang relatif rendah dan datar dengan kemiringan
lereng antara 0-15% yang keberadaannya mengikuti pola pembentukan
jaringan jalan secara linier. Pola-pola permukiman merupakan bentukan awal
dari sekelompok perumahan yang berada dalam satu kesatuan batas
tertentu yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas pendukung lingkungan guna
mempermudah tingkat pelayanan dan kesejahteraan penduduk yang
mendiaminya.
a. Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang memiliki ciri utama


kegiatan non pertanian (seperti perdagangan, jasa, industri), merupakan
tempat konsentrasi penduduk dengan kepadatan tinggi, pusat pelayanan
sosial ekonomi bagi wilayah belakangnya dan pusat pemerintahan. Di
Kabupaten Maros di indikasikan adanya 14 (empat belas) kawasan
perkotaan yang terdiri dari 1 (satu) ibukota kabupaten dan 13 (tiga belas)
ibukota kecamatan.
Kawasan permukiman perkotaan merupakan kawasan permukiman
yang didominasi oleh kegiatan non agraris dengan tatanan kawasan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


permukiman yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti perumahan, fasilitas
social, fasilitas umum, serta prasarana wilayah perkotaan lainnya. Kawasan
peruntukan permukiman perkotaan, mencakup :
a. Kawasan Permukiman Perkotaan Baru Maros -Gowa yang merupakan kota satelit
KSN Perkotaan Mamminasata Bagian Timur di Kecamatan Moncongloe;
b. Kawasan Permukiman Baru Kawasan Strategis Moncongloe di Kecamatan
Moncongloe;
c. Kawasan permukiman Kota Baru Satelit Mandai di Kecamatan Mandai;
d. Kawasan perkotaan Baru Maros di Kecamatan Turikale;
e. Kawasan permukiman perkotaan sepanjang koridor bypass Mamminasata di
Kecamatan Moncongloe, Kecamatan Mandai, dan Kecamatan Turikale; dan
f. Kawasan permukiman di pusat kegiatan PKN, PKLp dan PPK;

Untuk mewujudkan perkotaan yang baik dan sesuai dengan tuntutan


masyarakat, maka dibutuhkan beberapa tindakan, yaitu:

Penyusunan rencana tata ruang untuk kebutuhan penataan dan pedoman


pembangunan perkotaan.

Pengembangan permukiman yang terkait dengan jaringan jalan di setiap


perkotaan maka pembangunannya harus mengikuti rencana tata ruang yang ada
sehingga sinkron dengan kebijakan pengembangan fisik perkotaan.

Pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan yang memadai sebab saat
ini terlihat masih banyaknya kekurangan akan ketersediaan sarana dan prasarana
perkotaan.

Pola pengembangan perkotaan diarahkan pada pembentukan struktur ruang


perkotaan konsentrik atau linier sesuai dengan daya dukungnya.

b. Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan


Sistem permukiman perdesaan adalah arahan hirarki pusat-pusat
permukiman perdesaan sebagai pusat pelayanan ekonomi, pusat pelayanan
pemerintahan dan pusat pelayanan jasa bagi wilayah permukiman perdesaan
sekitarnya. Pusat permukiman perdesaan merupakan pusat-pusat terkonsentrasinya
penduduk dan kelengkapan fasilitas dengan dominasi kegiatan utama di sektor
pertanian.
Kriteria dalam penentuan pusat permukiman perdesaan adalah :

Wilayah

desa

yang

mempunyai

potensi

meningkatkan perkembangan desa sekitarnya;

cepat

berkembang

dan

dapat

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

Desa-desa yang memiliki potensi untuk tumbuhnya investasi;

Dapat berfungsi sebagai pusat perantara wilayah;

Dapat berfungsi sebagai tempat penyediaan pelayanan pada desa-desa


sekitarnya;

Kawasan peruntukan permukiman perdesaan merupakan kawasan


permukiman yang di dominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi
kepadatan bangunan penduduk yang rendah dan kurang intensif dalam
pemanfaatan daerah terbangun. Kawasan peruntukan permukiman
perdesaan, mencakup :
a. Kawasan permukiman transmigrasi di Kecamatan Tompobulu; dan
b. Kawasan permukiman di pusat kegiatan PPL di sebagian wilayah Kecamatan
Camba, dan sebagian wilayah Kecamatan Mallawa.
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Maros,
sampai tahun 2032, adalah:
a) Pembangunan sarana dan prasarana permukiman perdesaan dan permukiman
transmigrasi yang memadai terutama penyediaan air bersih, jalan dan listrik.
b) Penataan pusat-pusat perdesaan sehingga memberikan kesan yang asri, indah
dan fungsional.
c) Perbaikan perumahan penduduk sehingga terpenuhinya persyaratan rumah
tinggal yang layak huni.
d) Pengembangan permukiman perdesaan di masa datang lebih diorientasikan ke
lahan-lahan pertanian atau lahan usaha penduduknya dengan konsep agropolitan
yang tepat.
e) Menghindari pembangunan permukiman perdesaan di kawasan hutan lindung dan
rawan bencana alam.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Tabel 57
Rencana Peruntukan Kawasan Permukiman di Kabupaten Maros
No

Kawasan Permukiman

Luas (Ha)

Persentase

Kec. Bantimurung

407

11.83

Kec. Bontoa

90

2.61

Kec. Camba

18

0.51

Kec. Cenrana

164

4.77

Kec. Lau

266

7.71

Kec. Mandai

457

13.27

Kec. Maros Baru

371

10.79

Kec. Marusu

251

7.30

Kec. Moncongloe

180

5.22

10

Kec. Simbang

273

7.92

11

Kec. Tanralili

421

12.24

12

Kec. Tompobulu

81

2.34

13

Kec. Turikale

465

13.50

3.442

100.00

Jumlah
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2011

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


4.2.5 Kawasan Peruntukan Pertambangan
Arahan lokasi pengembangan kawasan pertambangan/bahan
galian pada lokasi-lokasi yang terdapat potensi bahan tambang/galian
dan mempunyai potensi cadangan yang menguntungkan untuk
dieksploitasi. Pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten
Maros, adalah sebagai berikut :
Perlunya ada pendelinasian kawasan pertambangan dengan jelas;
Kegiatan eksploitasi pertambangan harus dilakukan studi AMDAL;
Kawasan pertambangan yang sudah ada tetap dipertahankan dan
dioptimalkan
lingkungan.

produksinya

serta

memperhatikan

aspek-aspek

Pengeluaran izin lokasi kegiatan pertambangan baru harus di lengkapi


dengan persyaratan teknis yang berlaku.
Kawasan peruntukan wilayah pertambangan mineral dan batubara di
Kabupaten Maros terdiri atas :
a. Wilayah usaha pertambahan komoditas mineral logam, terdiri atas :
- Komoditas emas tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu,
sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, dan sebagian wilayah
Kecamatan Mallawa;
- Komoditas Galena tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu,
sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, dan sebagian wilayah
Kecamatan Camba.
b. Wilayah usaha pertambahan komoditas mineral bukan logam berupa oker
tersebar d sebagian wilayah Kecamatan Camba, dan sebagian wilayah
Kecamatan Cenrana.
c. Wilayah usaha pertambangan komoditas batuan, terdiri atas :
1) Komoditas marmer di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung,
sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan
Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah
Kecamatan Bontoa, dan sebagian wilayah Kecamatan Camba;
2) Komoditas lempung di sebagian wilayah Kecamatan Mandai, sebagian
wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung,
sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan
Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah
Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Marusu, sebagian
wilayah Kecamatan Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Lau,
sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe, dan sebagian wilayah
Kecamatan Turikale;
3) Komoditas batu gamping di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung,
sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah Kecamatan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah
Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Simbang, dan
sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe;
4) Komoditas pasir kuarsa di sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, dan
sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung;
5) Komoditas basalt di sebagian wilayah Kecamatan Mandai, sebagian
wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Simbang,
sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan
Moncongloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu;
6) Komoditas andesit di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung,
sebagian wilayah Kecamatan Simbang, dan sebagian wilayah
Kecamatan Cenrana;
7) Komoditas diorite di sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung,
sebagian wilayah Kecamatan Simbang, dan sebagian wilayah
Kecamatan Cenrana;
8) Komoditas granodiorit di sebagian wilayah Kecamatan Camba, dan
sebagian wilayah Kecamatan Mallawa;
9) Komoditas trakhit di sebagian wilayah Kecamatan Bontoa;
10) Komoditas krikil galian dari bukit di sebagian wilayah Kecamatan
Marusu;
11) Komoditas pasir pasang di sebagian wilayah Kecamatan Maros Baru,
sebagian wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan
Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Tompoblu, dan sebagian wilayah
Kecamatan Turikale;
12) Komoditas krikil berpasir alami di sebagian wilayah Kecamatan
Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah
Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, dan
sebagian wilayah Kecamatan Simbang;

d. Wilayah usaha pertambahan batubara tersebar di sebagian wilayah


Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian
wilayah Kecamatan Tanralili, sebagian wilayah Kecamatan Moncongloe,
sebagian wilayah Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan
Tompobulu, dan sebagian wilayah Kecamatan Simbang.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


4.2.6 Kawasan Peruntukan Industri

Industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang mampu


memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian daerah
sehingga keberadaan dan tingkat pertumbuhan sektor industri umumnya
dapat menentukan seberapa besarnya perkembangan ekonomi daerah
tersebut. Melihat potensi tersebut maka program pengembangan industri
di Kabupaten Maros sampai Tahun 2032, adalah sebagai berikut:
Kawasan-kawasan yang mempunyai bahan baku yang cukup memadai,

ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri, dan


tidak terletak atau berdekatan dengan kawasan lindung dan pertanian
lahan basah;
Lokasi industri yang tidak sesuai rencana tata ruang harus dikendalikan

pengembangannya dan untuk lokasi industri baru ditempatkan di zone


industri yang telah direncanakan atau disekitarnya.
Kegiatan industri yang mempunyai potensi untuk mencemari lingkungan

perlu dilengkapi dengan instalasi pengolahan limbah industri;


Pengembangan kegiatan industri ditujukan untuk dapat menyerap tenaga

kerja, menggalakan ekspor, dan pengembangan industri yang terkait


dengan sektor pertanian;
Pengeluaran izin lokasi kegiatan industri baru harus di lengkapi dengan
ijin pemanfaatan ruang dan persyaratan teknis yang berlaku.
Untuk pengembangan kegiatan industri di Kabupaten Maros sampai Tahun 2032
digunakan pendekatan terpusat dimana kegiatan industri dikembangkan dalam
satu zona yang dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana yang
dibutuhkannya, yakni :
a. Kawasan Peruntukan Industri Besar, meliputi :
-

Kawasan peruntukan industri semen terdapat di sebagian wilayah


Kecamatan Bantimurung;

Kawasan peruntukan industri manufaktur diarahkan di Kawasan Industri


Maros di Kecamatan Marusu;

Kawasan peruntukan industri pengolahan marmer diarahkan sebagian


wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah Kecamatan
Simbang, sebagian wilayah Kecamatan Turikale, dan sebagian wilayah
Kecamatan Lau; dan

Kawasan peruntukan industri peleburan diarahkan di Kecamatan Bontoa

b. Kawasan peruntukan industri sedang, terdiri atas :


-

Kawasan peruntukan industri pengolahan komoditas perikanan


diarahkan di sebagian wilayah Kecamatan Bontoa, sebagian wilayah

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Marusu, dan
sebagian wilayah Kecamatan Lau; dan
-

Kawasan peruntukan industry pengolahan komoditas peternakan di


sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu.

c. Kawasan peruntukan industri rumah tangga berupa aglomerasi industry rumah


tangga diarahkan di sebagian wilayah Kecamatan Mandai, sebagian wilayah
Kecamatan Camba, sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian
wilayah Kecamatan Maros Baru, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa,
sebagian wilayah Kecamatan Mallawa, sebagian wilayah Kecamatan Tanralili,
sebagian wilayah Kecamatan Marusu, sebagian wilayah Kecamatan Simbang,
sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan
Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Lau, sebagian wilayah Kecamatan
Moncongloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Turikale.

4.2.7 Kawasan Peruntukan Pariwisata


Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan
manfaat ekonomi yang cukup besar baik bagi pemerintah maupun
masyarakat. Objek wisata di Kabupaten Maros meliputi objek wisata
alam, cagar alam, agro wisata, pantai dan bahari, wisata alam, maka ada
pula potensi wisata yang berbasis wisata sejarah. Untuk pengembangan
kegiatan wisata di Kabupaten Maros sampai tahun 2032, maka beberapa
obyek wisata yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut;
(1) Kawasan peruntukan pariwisata budaya, terdiri atas :
-

Kawasan upacara adat Appalili, Katto Bokko, dan Mappadendang di


Kecamatan Maros Baru;

Kawasan perlombaan perahu hias di Kecamatan Bontoa;

Kawasan kompleks makam kassi kebo di Kelurahan Bajubodoa


Kecamatan Maros Baru;

Kawasan kompleks makam Karaeng Simbang di Desa Samangki


Kecamatan Simbang;

Kawasan Pendopo Pallantikang Karaeng


Pallantikang Kecamatan Maros Baru;

Kawasan rumah adat Karaeng Loe Repakere (Istana Raja Marusu) di


Pakere Desa Bonto Tallasa Kecamatan Simbang; dan

Kawasan budaya khalawatiah Sammang di Pattene


Temmappaduae
Kecamatan
Marusu,
Leppangkomae

Marusu

di

Kelurahan

Desa
Desa

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Borimasunggu Kecamatan
Kecamatan Turikale.

Maros

Baru

dan

Kelurahan

Turikale

(2) Kawasan peruntukan pariwisata alam, terdiri atas :


-

Kawasan wisata alam Bantimurung di Kecamatan Bantimurung;

Kawasan wisata pasir putih Pantai Kuri di Kecamatan Marusu;

Kawasan wisata Cagar Alam Karaenta di Kecamatan Cenrana yang


terpadu dengan Goa Salukang Kallang di Kecamatan Cenrana dan Goa
Liku Makallang di Kecamatan Simbang;

Kawasan wisata alam Goa Pattunuang di Desa Samangki Kecamatan


Simbang;

Kawasan wisata alam air terjun Bonto Somba di Kecamatan Tompobulu;

Kawasan wisata alam air panas di Dusun Reatoa Desa Samaenre


Kecamatan Mallawa;

Kawasan wisata Leang PanningE (goa kelelawar) di Desa Batu Putih


Kecamatan Mallawa;

Kawasan wisata arum jerang di Sungai Maros;

Kawasan wisata air terjun Lacolla di Kecamatan Camba;

Kawasan taman prasejarah Leang-Leang di Kecamatan Bantimurung;


dan

Kawasan situs prasejarah Leang Akkarrasa Rammang-Rammang di


Desa Salenrang Kecamatan Bontoa.

(3) Kawasan peruntukan pariwisata buatan, terdiri atas :


-

Kawasan agrowisata Tanralili yang merupakan kawasan pengembangan


wisata pertemuan, konvensi, dan pameran (MICE) yang terpadu dengan
kawasan agrowisata Pucak di Kecamatan Tanralili;

Kawasan agrowisata Bantimurung di Kecamatan Bantimurung; dan

Kawasan wisata kuliner di Jalan Topaz dan Jalan Gladiol di kawasan


taman hutan kota dan kola di Kecamatan Turikale dan rencana kawasan
wisata kuliner di sempadan Sungai Maros di Kecamatan Turikale, dan

Kawasan wisata Sungai Maros di Kecamatan Turikale, Kecamatan


Maros Baru dan Kecamatan Marusu.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


4.2.8 Kawasan Peruntukan Lainnya
a. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan Negara
Kawasan pertahanan dan keamanan yang dimaksud adalah kawasan
yang merupakan aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang harus dijaga dan dipelihara dengan mengembangkan
kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar.
Adapun Kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi kawasan militer
Kariango, kawasan militer Samboeja; kawasan Kodim Maros, kawasan Polres
Maros, kawasan Koramil yang tersebar di masing-masing kecamatan dan
kawasan Polsek yang tersebar di masing-masing kecamatan meliputi fasilitas
Kodam, Koramil, Lapangan Tembak, Polres dan Polsek dan lainnya.
Kawasan pertahanan dan keamanan Negara, terdiri atas :

Komando Distrik Militer 1422 Maros di Kecamatan Turikale;

Komando Rayon Militer di Kecamatan Mandai, Kecamatan Camba,


Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Bontoa,
Kecamatan

Mallawa,

Kecamatan

Tanralili,

Kecamatan

Marusu,

Kecamatan Simbang, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Tompobulu,


Kecamatan Lau, Kecamatan Moncongloe, dan Kecamatan Turikale;
-

Batalyon Infantri L-433 Julu Siri di Kecamatan Simbang;

Kompi Zeni dan Tempur A, B, dan C serta Batalyon Zeni dan Tempur 8
Sakti Mandraguna di Kecamatan Tanralili;

Kepolisian Resort Maros di Kecamatan Turikale;

Kepolisian

sector

di

Kecamatan

Mandai,

Kecamatan

Camba,

Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Bontoa,


Kecamatan

Mallawa,

Kecamatan

Tanralili,

Kecamatan

Marusu,

Kecamatan Simbang, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Tompobulu,


Kecamatan Lau, Kecamatan Moncongloe, dan Kecamatan Turikale; dan
-

Pangkalan TNI Angkatan Udara di Kecamatan Mandai


Pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan
Negara, meliputi :

Peningkatan prasarana dan sarana di kawasan pertahanan dan


keamanan Negara; dan

Penataan kawasan pertahanan dan keamanan Negara.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


b. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa di Kabupaten Maros
meliputi : pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.
Rencana pengembangan kawasan perdagangan perdagangan
tradisional di Kabupaten Maros terdistribusi di masing-,masing kecamatan
meliputi :
-

Kawasan perkotaan Tetebatu di Kecamatan Mandai;


Kawasan perkotaan Pamanjengang di Kecamatan Moncongloe;
Kawasan perkotaan Baju Bodoa di Kecamatan Maros Baru;
Kawasan perkotaan Pattene di Kecamatan Marusu;
Kawasan perkotaan Barandasi di Kecamatan Lau;
Kawasan perkotaan Panjalingang di Kecamatan Bontoa;
Kawasan perkotaan Pakalu di Kecamatan Bantimurung;
Kawasan perkotaan Parang Tinggi di Kecamatan Simbang;
Kawasan perkotaan Ammarrang di Kecamatan Tanralili;
Kawasan perkotaan Pucak di Kecamatan Tompobulu;
Kawasan perkotaan Cempaniga di Kecamatan Camba;
Kawasan perkotaan Bengo di Kecamatan Cenrana;
Kawasan perkotaan Ladange di Kecamatan Mallawa;

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa pusat perbelanjaan di


Kabupaten Maros meliputi :
-

Kawasan pengembangan Pasar Induk Regional/Pasar Tradisional Modern


(Tramo) Kota Maros di Kecamatan Turikale;
Kawasan pengembangan Pasar Sentral Kota Maros di Kecamatan Turikale;
Kawasan pengembangan kawasan perdagangan skala Kabupaten di
Kecamatan Lau dan di Kota Baru Satelit Moncongloe di Kecamatan
Moncongloe;
Kawasan perdagangan pasar tradisional skala kecamatan yang terdistribusi di
seluruh Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di perkotaan Cempaniga di
Kecamatan Camba dan PPK di perkotaan Ladange di Kecamatan Mallawa;
Kawasan perdagangan pasar tradisional skala lingkungan yang terdistribusi di
pusat kegiatan PPL di Kecamatan Camba dan PPL Kecamatan Mallawa;
Kawasan pasar induk pertanian Maros di Kecamatan Turikale; dan
Kawasan pasar grosir di Kota Maros Kecamatan Turikale.

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa toko modern


Kabupaten Maros, meliputi:
-

Kawasan Pasar Induk Regional semi modern/pasar tradisional modern


(Tramo) Kota Maros di Kecamatan Turikale;
Kawasan Pasar Sentral Kota Maros di Kecamatan Turikale;
Kawasan Kota Baru Satelit Moncongloe di Kecamatan Moncongloe;
Kawasan Kota Baru Satelit Mandai di Kecamatan Mandai; dan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


-

Kawasan Pengembangan ekonomi Marusu, Maros Baru, Lau, dan Bontoa di


Kecamatan Marusu, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Lau, dan Kecamatan
Bontoa.

c. Kawasan Peruntukan Perkantoran


Kawasan peruntukan perkantoran di Kabupaten Maros, mencakup :
1). Kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan, terdiri atas :
-

Kawasan peruntukan pemerintahan kabupaten di kawasan perkotaan


Turikale Kecamatan Turikale;

Kawasan peruntukan pemerintahan kecamatan di kawasan perkotaan


Tetebatu di Kecamatan Mandai, Kawasan perkotaan Pamanjengang di
Kecamatan Moncongloe, Kawasan perkotaan Baju Bodoa di Kecamatan
Maros Baru, Kawasan perkotaan Pattene di Kecamatan Marusu,
Kawasan perkotaan Barandasi di Kecamatan Lau, Kawasan perkotaan
Panjalingang di Kecamatan Bontoa, Kawasan perkotaan Pakalu di
Kecamatan

Bantimurung,

Kawasan

perkotaan

Parang

Tinggi

di

Kecamatan Simbang, Kawasan perkotaan Ammarrang di Kecamatan


Tanralili, Kawasan perkotaan Pucak di Kecamatan Tompobulu, Kawasan
perkotaan Cempaniga di Kecamatan Camba, Kawasan perkotaan Bengo
di Kecamatan Cenrana, dan Kawasan perkotaan Ladange di Kecamatan
Mallawa.
2). Kawasan peruntukan perkantoran swasta, terdiri atas :
-

Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan Turikale


di Kecamatan Turikale;
Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan
Tetebatu di Kecamatan Mandai;
Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan Baju
Bodoa di Kecamatan Maros Baru;
Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan
Barandasi di Kecamatan Lau; dan
Kawasan peruntukan perkantoran swasta di kawasan perkotaan
Panjalingang di Kecamatan Bontoa;

d. Kawasan Peruntukan Pelayanan Umum


Secara umum, rencana peruntukan kawasan pelayanan umum di
Kabupaten Maros, meliputi:

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


a) Kawasan peruntukan pelayanan olahraga, merupakan kawasan olahraga
kabupaten yang dikembangkan secara berhirarki pada masing-masing pusat
dan sub pusat kegiatan secara proporsional, terdiri atas :
-

Kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala kabupaten diarahkan


dipusat kegiatan PKN di Kecamatan Turikale; dan

Kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala kecamatan diarahkan


pada kawasan PPK dan PPL secara proporsional.

b) Kawasan peruntukan pelayanan kesehatan, terdiri atas :


-

Kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala regional diarahkan


dipusat kegiatan PKN di Kecamatan Turikale; dan

Kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala kabupaten dan/atau


kecamatan diarahkan pada kawasan PPK dan PPL secara proporsional.

c) Kawasan peruntukan pelayanan pendidikan tinggi diarahkan di kawasan


perkotaan Turikale Kecamatan Turikale, dan kawasan perkotaan Mandai di
Kecamatan Mandai.
d) Kawasan peruntukan pelayanan pemakamam umum merupakan kawasan
peruntukan pemakaman umum skala regional diarahkan di kawasan
perkotaan Tetebatu Kecamatan Mandai.

e. Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)


Ruang udara di wilayah NKRI beserta sumber daya yang terkandung di
dalamnya sebagai karunia Tuhan YME yang dianugerahkan kepada rakyat dan
Bangsa Indoensia dan memiliki potensi sangat besar bagi kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Ruang pengelolaan udara kurang lebih sampai setinggi 80
km dibawah ketinggian batas atmosfir terendah 100 km (teori Garis Von
Karman) menjadikan kepentingan nasional sangat dominan. Terutama pada
wilayah perbatasan negara. Secara umum ada empat sumber daya di udara
yang bermanfaat yaitu: (1) sumber daya energi surya, (2) sumber daya energi
angin, (3) sumber daya energi gas berupa oksigen, hidrogen, nitrogen, oksida
ntrious dan argon yang diperoleh melalui penguraian udara secara kimiawi, dan
(4) sumber daya energi ruang.
Dalam tataran RTRW Kabupaten, maka aspek sumber daya ruang
wilayah udara yang potensiil dimanfaatkan untuk jalur penerbangan, menara,
bangunan, olah raga terjun payung, permainan layang-layang, media
pembuangan asap maupun gas buang dan penggunaan ruang udara lainnya.
Lebih khusus lagi dalam RTRW Kabupaten Maros rencana penatagunaan ruang
lebih difokuskan ke ruang udara di kawasan pelabuhan udara (bandara).
Pengembangan bandar udara di Kabupaten Maros saat ini adalah upaya
relokasi Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin dari lokasi awal di
Kecamatan Mandai Kabupaten Maros ke Kota Makassar (perbatasan Kota
Makassar-Kabupaten Maros). Dalam penatagunaan udara di kawasan bandara

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


dan sekitarnya digunakan stndar ruang udara bagi keselamatan pergerakan
pesawat udara mengikuti standar ruang Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP).
Ketentuan yang lebih teknis akan disusun dalam perencanaan dan atau
perancangan khusus kawasan bandara. Penatagunaan udara sekitar kawasan
bandara yang disebut KKOP ditetapkan dengan kriteria ruang kawasan butir a
s/d f yang berikut yang merupakan batas ruang untuk bangunan dan kegiatan
yang mengganggu penerbangan (lihat Gbr. 41).

Gambar 41 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS


Sumber:http://bp1.blogger.com/_V74oaU4ejWw/SByZVKEjigI/
AAAAAAAAAMk/uRZLUHQeues/s1600-h/KKOP_1.jpg (download 080810)

Gambar di atas menjelaskan perlunya pengaturan batas pemanfaatan


ruang kawasan bandara. Penatagunaan udara sekitar kawasan bandara yang
disebut Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) ditetapkan
dengan kriteria ruang kawasan butir a s/d f yang berikut yang merupakan batas
ruang untuk bangunan dan kegiatan yang mengganggu penerbangan (lihat
Gambar 42)
a. Kawasan pendekatan dan lepas landas, kemiringan 70 jarak 15.000m dari
ujung landasan pacu;
b. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan, sudut sudut horizontal 7,50 kanan
kiri, radius 15.000 m;
c. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam, ketinggian 46 m radius 4.000
m dari as dan ujung landasan pacu;
d. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar, ketinggian 191 m radius 9.000
m dari batas permukaan kerucut ;
e. Kawasan di bawah permukaan kerucut bawah 46 m jarak 2000 m dari as dan
ujung landasan pacu sampai batas kerucut atas setinggi 191 m pada radius
1000 m dari batas permukaan bawah kerucut;
f.

Kawasan di bawah permukaan transisi, dari permukaan landasan pacu ke


ketinggian 46 m dengan jarak 2.000 m dari ujung landasan pacu.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MAROS

BUKU PUTIH KABUPATEN MAROS

Anda mungkin juga menyukai