Anda di halaman 1dari 3

Identifikasi DNA Gigi

1. Analisis DNA Gigi dengan menggunakan Teknik DNA Profiling


DNA Profiling telah diakui sebagai suatu sarana canggih untuk
membantu pihak penyidik dan penuntut umum dalam perkara tindak pidana
kekerasan, kejahatan, seks, indentifikasi dari kerangga dan sisa tubuh
korban pada kasus-kasus criminal, perdata dan pelanggaran hak asasi.
Meskipun analisis Restriction Fragment Polymorphism (RFLP) diakui
sebagai sarana yang dapat dipercaya untuk analisis DNA dari bahan forensic
dapat digunkanan untuk identifikasi dan pembeda di antara individu yang
DNAnya sudah terdegradasi oleh proses pembusukan atau dalam jumlah
kecil. Tujuan

penelitian ini untuk mencari metode isolasi DNA tulang

manusia yang cepat, mudah, dan murah menggunakan bahan yang umum
dan mudah didapat, mencari primer baru sehingga cukup diseparasi dan
divisualisasi dengan gel agarosa (Irawan, 2003).
2. Tahap-tahap analisis DNA Profiling
Tahap pertama, tulang berupa gigi dihancurkan sampai berupa
bubukan halus dengan mesin bor dengan kecepatan tertentu sehingga
diperoleh bubukan tulang berukuran 100 m. sebanyak 1 gr bubuk tulang
didekalisifikasi dengan 10 mL EDTA 0,5 M (pH 7,5), selanjutnya divorteks,
diinkubasi pada suhu 56C dalam alat utrasonik selama 2 jam. Proses
dekalsifikasi di pantau dengan menambahkan larutan ammonium oksalat pH
3,0 jenuh dan proses dekalsifikasi dihentikan setelah larutan jernih.
Tahap kedua, DNA diisolasi dari tulang yang sudah didekalsifikasi
menggunakan 4 metode diantaranya:
a. Metode Maxim (silica / guanidium tiosianat)
b. Piranti (kit) DNAZol
c. Piranti Ready AMP
d. Ekstraksi menggunakan garam dapur NaCL
DNA dapat diisolasi dari semua contoh tulang dan gigi kontrol,
semua tulang dan gigi dengan perlakuan 3 bulan dipaparkan pada udara luar
dan ditanam di dalam tanah, tulang korban yang sudah membusuk, dan
tulang korban yang telah terbakar.
DNA yang dihasilkan diukur menggunakan piranti DNA DipStick.
Jumlah DNA tulang control yang diperoleh sebanyak lebih dari 10 ng/1 dan

jumlah DNA dari tulang yang diteliti dan dari korban yang telah membusuk
sebesar 5-10ng/1. Semua contoh gigi menghasilkan DNA lebih besar dari
10ng/1. DNA dari korban yang telah membusuk masih dapat diisolasi
Tahap ketiga, dilakukan visualisasi DNA pada gel agarosa
konvensional menggunakan metode pengecatan perak dan perancangan
primer menggunakan perangkat lunak pangkalan data The Human
Genebank dengan sekuen: 5-CTGATGGTTGGCCTCAAGCCTGTG-3
(Indrasex1) dan 5-TAAAGAGATTCATTAACTTGACTG-3 (Indrasex2)
dari genset Singapore Biotechnology Pte Ltd yang dapat menghasilkan
produk PCR X-spesifik dan Y-spesifik menggunakan gel agarosa biasa. Dari
gel agarosa elektroforesis tampak pita khas pada 977 pb-X spesifik dan 788
pb-Y spesifik. Jadi primer yang dirancang menghasilkan pita yang cukup
jelas separasinta, yaitu 189 pb (XY).
Metode preparasi tulang untuk isolasi DNA yang dihasilkan
mempunyai keuntungan, yaitu proses dekalsifikasi dipercepat dari 7 hari
(metode konvensional) menjadi 2 jam. Sejumlah besar mata bor disiapkan
dan disterilkan terlebih dahulu dan disimpan agar tidak terkontaminasi.
Metode baru pengecatan perak pada gel agarosa biasa dapat digunakan
karena separasinya lebih jelas. Kepekaanya kira-kira 2,5 kali lebih baik
dibandingkan dengan pewarna etidium bromida karena stabilitas dan
kesederhanaannya maka metode ini cocok untuk aplikasi klinis rutin.
Penggunaan poliakrilamida, etidium bromide yang karsinogen dan
transluminator ultraviolet dan film polaroid yang mahal juga dapat dihindari
(Rizal, 2005).

Dapus
Irawan, Bambang. 2003. DNA Fingerprinting Pada Forensik, Sebagai Bukti
Kejahatan. Majalah Natural Edisi 7. Bandar Lampung.

Rizal, M. Wahyu. 2005. Tes DNA: Mengendus Jejak Kejahatan. Majalah Natural
edisi 11. Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai