Anda di halaman 1dari 33

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Jagung merupakan komoditas pangan utama di Indonesia setelah padi. Jagung dapat
diolah dan dimanfaatkan sebagai makanan pokok, lauk-pauk, sayur-mayur, serta sebagai bahan
pokok industri yang akan diolah menjadi tepung jagung, beras jagung, serta makanan ringan
(camilan). Sebagian besar lahan pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terutama di
Pulau Timor merupakan lahan kering, sehingga jagung berperan sebagai sumber pangan utama
untuk menjaga ketahanan pangan (food security) bagi hampir sebagian besar petani.
Pengolahan jagung di NTT, pada daerah pedesaan lebih dimanfaatkan masyarakat sebagai
bahan pangan pokok, lauk-pauk, serta sayur-mayur, sedangkan di daerah perkotaan pengolahan
jagung terbanyak adalah sebagai makanan kecil (camilan) disamping dimanfaatkan juga
sebagai bahan pangan pokok, lauk-pauk, serta sayur-mayur.
Produksi industri rumah tangga berupa camilan jagung sangat diminati oleh masyarakat
NTT terkhusus di Kota Kupang, baik pada kalangan kelas bawah maupun kelas menengah dan
kelas atas, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Salah satu camilan jagung yang sangat
digemari oleh masyarakat Kota Kupang adalah jagung udang yaitu jagung yang direbus lalu
digoreng dan dicampuri bumbu jagung yang berisi ebi goreng. Tingginya permintaan produksi
dan konsumsi jagung udang di kalangan masyarakat menyebabkan semakin banyak industri
rumah tangga camilan jagung goreng dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Semakin meningkatnya permintaan produksi, meningkatkan juga kontak pekerja dengan
lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan yang
terkait dengan pekerjaan yang dilakukan. Permasalahan kesehatan kerja yang dapat dialami
oleh para pekerja di tempat produksi camilan jagung udang antara lain infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) akibat asap, low back pain, myalgia, luka bakar derajat I,
konjungtivitis, serta dermatitis kontak iritan akibat aktivitas proses produksi jagung udang.

Gambar 1.1 Salah satu proses produksi camilan jagung udang


Banyaknya permasalahan kesehatan yang dapat timbul menjadi pertanda perlunya
penerapan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja, yang seharusnya tidak hanya dijalankan
pada instansi atau perusahaan yang besar, tetapi juga pada seluruh usaha kecil dan menengah
termasuk industri camilan jagung udang. Penerapan prinsip ergonomi sangat penting dimana
dilakukan pencocokan pekerjaan untuk pekerja. Proses kerja dan area kerja diatur atau
disesuaikan dengan kebutuhan pekerja untuk mengendalikan dan atau mengilangkan potensi
bahaya dan gangguan kesehatan sehingga menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Tenaga
kerja akan memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan potensi kerja. (1)
Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara
lain: suhu ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu,
sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota tubuh
(ergonomic), dan sebagainya.(2)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasi masalah kesehatan dan keselamatan
pekerja di industri camilan jagung udang Sima Indah beserta faktor risiko yang mampu
menyebabkan terjadinya masalah kesehatan terhadap para pekerja.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa sajakah faktor risiko pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pekerja di industri camilan jagung udang Sima Indah?
2. Bagaimana status kesehatan para pekerja di industri camilan jagung udang Sima Indah?
3. Apa sajakah masalah kesehatan yang ada pada pekerja di industri camilan jagung udang
Sima Indah?

3
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor risiko pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pekerja di industri camilan jagung udang Sima Indah
2. Mengetahui status kesehatan para pekerja di industri camilan jagung udang Sima Indah
3. Mengetahui masalah kesehatan yang ada pada industri camilan jagung udang Sima
Indah
1.4 Manfaat
1. Penulis
Menambah informasi dan pengetahuan penulis mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja serta hal-hal yang terkait, khususnya di industri camilan jagung udang Sima Indah
2. Pekerja
a. Mengetahui status kesehatan pribadi
b. Mengetahui faktor risiko yang dapat mengakibatkan munculnya masalah kesehatan
c. Mengetahui pentingnya menggunakan alat pelindung diri untuk menjaga kesehatan
dan keselamatan kerja
3. Tempat produksi jagung udang Sima Indah
a. Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang mungkin terjadi terkait dengan hal-hal
yang ada pada lingkungan industri camilan jagung udang Sima Indah
b. Mengetahui faktor risiko yang dapat mengakibatkan munculnya masalah kesehatan
pada para pekerja
c. Mengetahui pentingnya menggunakan alat pelindung diri untuk menjaga kesehatan
dan keselamatan kerja para pekerja
d. Mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya
gangguan kesehatan pada para pekerja

4
BAB 2
LAPORAN KEGIATAN
2.1

Profil usaha
Jenis usaha
Nama usaha
Alamat
Berdiri
Nama pemilik psaha
Lokasi perusahaan
-

Luas ruang usaha


Jumlah karyawan
Jam kerja

: Industri Camilan Jagung Udang


: C.V. Sima Indah
: Jln. Air Lobang III, Sikumana
: Sejak tahun 2000
: Ny. Ni Luh Dartini
:
Bagian timur
: Rumah warga
Bagian selatan
: Rumah warga
Bagian utara
: Rumah warga
Bagian Barat
: Rumah warga
2
: 10 x 20 m
: 5 orang
: Jam 08 .00 17.00 WITA

Gambar 2.1 Papan nama industri camilan jagung Sima Indah


2.2 Gambaran situasi lingkungan kerja
Tempat industri camilan jagung udang memilik 4 ruangan kerja. Dua ruangan
digunakan untuk proses penggorengan dan perebusan jagung, satu ruangan digunakan untuk
proses pencampuran bumbu dan pengepakkan, serta satu ruangan digunakan sebagai tempat
penjualan hasil produksi.
Khusus untuk dua ruangan yang digunakan untuk proses penggorengan dan perebusan
jagung, masing-masing luasnya kurang lebih 3 x 3 meter, beratapkan seng, berdinding tembok
dan terpal, berlantaikan semen, dan pada salah satu dinding ruangan dibiarkan terbuka sebagai
tempat sirkulasi udara. Pada masing-masing ruangan terdapat 4 buah tungku masak yang
terbuat dari semen dan batu bata yang tergabung menjadi satu. Masing-masing tungku
berukuran 170 x 170 x 60 cm, dengan diameter setiap lubang 60 cm.

Gambar 2.2 Sketsa Tungku


2.3

Proses produksi jagung udang


Proses produksi jagung udang diawali dengan mempersiapkan alat serta bahan. Alat
yang digunakan adalah alat-alat masak seperti panci, kuali, sutel, irus, blender, baskom,
kompor dan tungku. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain, jagung, udang kering
(ebi), bumbu (penyedap rasa, garam, cabe), air, minyak goreng, minyak tanah, dan kayu
bakar.
Tahap pertama, jagung yang telah disiapkan dibersihkan atau ditampi terlebih dahulu

dengan menggunakan nyiru. Pada tahap ini pekerja berisiko mengalami iritasi pada saluran
napas akibat terhirupnya debu dan atau kulit jagung yang sangat halus. Hal ini bisa terjadi
karena pekerja tidak menggunakan penutup hidung atau masker saat melakukan
pembersihan jagung tersebut. Tahap selanjutnya, jagung yang sudah dibersihkan akan
direbus didalam panci yang berisi air. Proses merebus ini berlangsung selama kurang lebih 2
jam hingga jagungnya matang dan agak pecah. Pada tahapan merebus ini, risiko yang
mungkin dialami antara lain nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat posisi mengangkat
panci yang kurang tepat dan berdiri terlalu lama, risiko cedera luka bakar akibat terkena air
mendidih, menggangkat panci panas tanpa menggunakan alas tangan yang sesuai, dan
terkena bara api pada kaki, serta risiko iritasi saluran napas dan iritasi mata akibat asap dari
kayu bakar. Setelah selesai direbus, jagung diangkat, ditiriskan dan dipindahkan ke wadah
yang kering kemudian dibiarkan hingga dingin. Jagung rebus ini ditiriskan, kemudian harus

6
didinginkan dahulu sehingga saat digoreng dalam minyak panas tidak berwarna hitam
melainkan kuning keemasan.
Tahap berikutnya, jagung yang telah dingin digoreng dalam minyak panas hingga
berwarna kuning keemasan. Pada tahapan ini, pekerja mungkin mengalami risiko cedera
luka bakar akibat terkena percikan minyak panas dan terkena bara api pada kaki, serta risiko
iritasi saluran napas dan iritasi mata akibat asap dari kayu bakar. Pekerja juga mempunyai
risiko mengalami nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat posisi mengangkat yang
kurang tepat dan berdiri terlalu lama. Proses merebus dan menggoreng dilakukan pada
tungku yang terbuat dari susunan batako dan bahan bakarnya menggunakan kayu bakar dan
minyak tanah. Tahap selanjutnya, jagung yang sudah digoreng akan dicampur dengan
bumbu jagung yang dilakukan pada wadah (baskom) yang kering dan cukup besar kemudian
diaduk dengan sutel hingga merata. Bahan-bahan untuk bumbu jagung antara lain cabe yang
sudah diblender dan digoreng, penyedap rasa, garam, dan udang kering (ebi) yang digoreng.
Risiko yang mungkin terjadi bagi pekerja pada tahap ini adalah iritasi pada kulit akibat
kontak dengan bumbu jagung. Pada proses ini pekerja juga berisiko mengalami nyeri
punggung bawah dan nyeri otot akibat posisi kerja sering membungkuk. Jagung udang
kemudian dibiarkan dingin dan siap untuk dikemas. Pada proses pengepakkan jagung udang,
risiko yang mungkin terjadi bagi pekerja adalah nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat
posisi kerja sering membungkuk, dan risiko cedera luka bakar akibat terkena api.

7
2.4

Alur kerja pembuatan jagung udang

Informed consent
Menyiapkan alat dan bahan

Mencuci tangan dan menggunakan


sarung tangan steril

Melakukan tindakan aseptik


antiseptik

Melakukan anestesi lokal (hecting,


pemasangan KB implan)

Bumbu jagung dibuat

Ebi digoreng, cabe


diblender dan digoreng

Diagram 1. Alur pembuatan jagung udang


6

Jagung yang telah digoreng


dicampur dengan bumbu jagung.

Jagung udang dikemas

8
2.5

Identifikasi faktor risiko di tempat kerja


Tabel 2.1 Identifikasi faktor risiko di ruang tindakan dan poli KB
Bahaya potensial

Urutan proses
kerja
Menyiapkan alat
dan bahan yang
sudah disterilkan

Mencuci tangan
dan
menggunakan
APD (sarung
tangan, masker,
apron)

Fisik
-

Kimia
-

Biologi
-

Ergonomi
-

Psikologi
-

- tidak
menggunakan
masker

Gangguan
kesehatan yang
mungkin
terjadi
-

melakukan
tindakan aseptik
antiseptik

melakukan
anastesi lokal
(hecting,
pemasangan KB
implan)

memasang duk
steril

melakukan
tindakan
(hecting,pemasan
gan KB,rawat
luka)

melakukan
dekontaminasi
(merendam alat
di klorin 0,5%)

9
membuang
sampah pada
tempatnya
(sampah medis,
non medis dan
benda tajam)
melepas APD dan
cuci tangan

2.6

Dokumentasi alur pembuatan jagung udang

Gambar 2.3 Proses pembersihan/penampisan jagung


Pada gambar diatas, tampak para pekerja sedang melakukan pembersihan/penampisan
jagung. Semua pekerja tidak menggunakan penutup hidung atau masker saat melakukan proses
ini sehingga berisiko terhirupnya debu serta kulit jagung yang sangat halus sehingga dapat
menimbulkan iritasi saluran napas atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

10

Gambar 2.4 Proses perebusan jagung


Pada proses perebusan jagung (gambar 2.4), tampak adanya risiko mengalami nyeri
punggung bawah dan nyeri otot akibat posisi mengangkat yang kurang tepat dan berdiri terlalu
lama, risiko mengalami luka bakar derajat I akibat terkena air panas, menggangkat panci panas
tanpa menggunakan alas tangan yang sesuai, dan terkena bara api pada kaki karena tidak
memakai alas kaki yang sesuai, serta risiko ISPA dan konjungtivitis akibat paparan asap. Pada
proses ini, para pekerja harus bekerja dengan hati-hati.

Gambar 2.5 Proses penggorengan jagung


Pada gambar 2.5 di atas, tampak pekerja sedang melakukan proses penggorengan
jagung yang sebelumnya sudah direbus, ditiriskan dan dibiarkan dingin. Terlihat adanya
percikan-percikan minyak panas dan pekerja berdiri sangat dekat dengan tungku penggorengan.
Hal ini berisiko terjadinya luka bakar derajat I akibat percikan minyak panas pada tangan dan
terkena bara api pada kaki karena tidak memakai alas kaki yang sesuai. Selain itu asap yang
ditimbulkan dari kayu bakar juga dapat menyebabkan ISPA dan iritasi pada mata. Pekerja juga
mempunyai risiko mengalami nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat posisi mengangkat
yang kurang tepat dan berdiri terlalu lama.

11

Gambar 2.6 Proses pemberian bumbu


Proses pencampuran jagung yang sudah digoreng dengan bumbu jagung (gambar 2.6)
bisa menimbulkan dermatitis kontak iritan. Pada proses ini pekerja juga berisiko mengalami
nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat posisi kerja sering membungkuk.

Gambar 2.7 Proses pengepakkan

12

Gambar 2.7 Proses pengepakkan


Gambar 2.7 menunjukkan proses pengepakkan jagung. Pada proses ini pekerja berisiko
mengalami nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat posisi kerja sering membungkuk, dan
risiko cedera luka bakar akibat terkena api.
2.7

Identifikasi tenaga kerja dan status kesehatan tenaga kerja


Berikut ini status kesehatan dari pekerja di industri camilan jagung udang

1) Ny. SM, 23 tahun, pekerja


Pada anamnesis, Ny. SM mengeluhkan adanya bercak hitam pada daerah tangan yang
dialami 2 bulan. Awalnya berupa lepuhan kecil kemudian menghilang menimbulkan bercak
hitam. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa sebelum muncul benjolan yang berisi cairan
bening pasien terkena percikan minyak panas pada sekitar tangan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya makula berbentuk bulat pada daerah tangan. Pemeriksaan lain dalam batas
normal. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan Ny. SM mengalami
luka bakar derajat 1 dangkal.

13

Gambar 2.8 Luka bakar akibat percikan minyak panas


2) Ny.MH, 28 tahun, pekerja
Ny. MH mengeluhkan batuk kering selama 1 minggu

yang dirasakan hilang timbul

memberat terutama pada saat bekerja. Tidak ada keluhan lain. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan faring hiperemis. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik Ny. MH
mengalami Infeksi Saluran Pernapsan Akut (ISPA).

Gambar 2.9 Anamnesis


3) Tn. OM, 19 tahun, pekerja
Tn. OM mengeluhkan batuk berdahak dan pilek + 1 minggu. Batuk tidak disertai dengan
demam serta sesak napas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan faring tidak hiperemis.

14
Pemeriksaan lain dalam batas normal. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Tn. OM
mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
4) Ny. YK, 31 tahun, pekerja
Ny. YK mengeluhkan sakit punggung bawah sejak 1 tahun lalu dan hilang timbul. Nyeri
punggung bawah dirasakan memberat terutama pada saat bekerja dan menghilang saat istirahat.
Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik Ny.
YK mengalami Low Back Pain (LBP).

Gambar 2.10 Pemeriksaan tekanan darah

15
Tabel 2.2 Identifikasi tenaga kerja dan status kesehatan tenaga kerja
Nama

Tugas

1. Tn.. SM
(23 thn)

Pekerja

2.Tn.. MH
(28 thn)

Pekerja

Tanda
vital
TD :
120/80
mmHg
N : 76
x/menit
RR : 21
x/menit
t: 36,2oC

TD:
120/70
mmHg
N: 80
x/menit
RR: 20

Keluhan

Pemeriksaan fisik

Timbul bercak hitam


pada daerah tangan
yang dialami 2 bulan.
Awalnya berupa
lepuhan kecil
kemudian menghilang
menimbulkan bercak
hitam. Hal ini terjadi
karena sebelumnya
pasien terkena
percikan minyak
panas pada sekitar
tangan.

Mata :
kedudukan bola mata
simetris, ptosis (-),
nistagmus (-), tanda
radang (-), anemis (-/-),
ikterik (-/-)
THT :
Otorhea (-), nyeri tekan
tragus (-), deviasi
septum nasi (-),
rhinorhea (-) Gangguan
Penghidup (-), bibir
kering warna merah
kehitaman, gigi geligi
normal, lidah di tengah,
tonsil hiperemis (-)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan
dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus
D=S
Perkusi : Sonor di
seluruh paru-paru
Auskultasi : Ves +/+,
Wh -/-, Rh -/Cor : S1S2 tunggal,
gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar,
supel, bising usus (+),
nyeri tekan epigastrium
(-), hepar/lien tidak
teraba, perkusi timpani
seluruh regio abdomen.
Ekstremitas :
Deformitas (-),
Udem (-),
Kulit : makula
hiperpigmentasi
berbentuk bulat di
kedua ekstremitas atas
Mata :
kedudukan bola mata
simetris, ptosis (-),
nistagmus (-), tanda
radang (-), anemis (-/-),
ikterik (-/-)

Batuk kering selama 1


minggu. Keluhan ini
dirasakan hilang
timbul, biasanya
timbul terutama pada
saat bekerja.

Diagnosa kerja
& terapi
Luka
bakar
derajat 1 dangkal.
Terapi :
- Menjaga jarak
dengan tempat
perebusan atau
penggorengan
agar tidak terkena
percikan minyak,
air, atau uap
panas
- Bekerja dengan
lebih hati-hati.

- ISPA
Terapi:
- Beristirahat
jika lelah
- menggunakan

16
x/menit
t: 36,3

3.Tn.OM
(19 thn)

Pekerja

TD :
110/80
mmHg
N:
82x/menit
RR : 18
x/menit
t: 36,2oC

Batuk berdahak yang


dialami + 1 minggu.
Batuk dialami hilang
timbul, selain itu
pasien juga
mengeluhkan pilek
yang muncul
bersamaan dengan
batuk. Demam(-),
sesak napas (-)

THT :
Otorhea (-), nyeri tekan
tragus (-), deviasi
septum nasi (-),
rhinorhea (-), bibir
kering warna merah
kehitaman, gigi geligi
normal, lidah di tengah,
tonsil hiperemis (+)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan
dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus
D=S
Perkusi : Sonor di
seluruh paru-paru
Auskultasi : Ves +/+,
Wh -/-, Rh -/Cor : S1S2 tunggal,
gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar,
supel, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba,
perkusi timpani seluruh
regio abdomen.
Ekstremitas :
Deformitas (-),
udem (-),
Kulit : normal
Mata :
kedudukan bola mata
simetris, ptosis (-),
nistagmus (-), tanda
radang (-), anemis (-/-),
ikterik (-/-)
THT :
Otorhea (-), nyeri tekan
tragus (-), deviasi
septum nasi (-),
rhinorhea (-) Gangguan
Penghidu (-), bibir
kering warna merah
kehitaman, gigi geligi
normal, lidah di tengah,
tonsil hiperemis (-)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan
dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus
D=S

masker saat
sedang bekerja.

- ISPA
Terapi :
- Menggunakan
masker saat
bekerja

17

4.Ny. YK
(35 tahun
thn)

Pekerja

TD :
120/80
mmHg
N :84
x/menit
RR : 18
x/menit
t: 36,50C

Sakit punggung bawah


dialami sejak 1 tahun
lalu. Sakit ini dirasakn
hilang timbul.
Biasanya sakit
punggung bawah
dirasakan memberat
terutama pada saat
bekerja dan
menghilang saat
istirahat.

Perkusi : Sonor di
seluruh paru-paru
Auskultasi : Ves +/+,
Wh -/-, Rh -/Cor : S1S2 tunggal,
gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar,
supel, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba,
perkusi timpani seluruh
regio abdomen.
Ekstremitas :
Deformitas (-),
udem (-),
Kulit : normal
Mata :
kedudukan bola mata
simetris, ptosis (-),
nistagmus (-), tanda
radang (-), anemis (-/-),
ikterik (-/-)
THT :
Otorhea (-), nyeri tekan
tragus (-), deviasi
septum nasi (-),
rhinorhea (-) Gangguan
Penghidu (-), bibir
kering warna merah
kehitaman, gigi geligi
normal, lidah di tengah,
tonsil hiperemis (-)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan
dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus
D=S
Perkusi : Sonor di
seluruh paru-paru
Auskultasi : Ves +/+,
Wh -/-, Rh -/Cor : S1S2 tunggal,
gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar,
supel, bising usus (+),
nyeri tekan (-),
hepar/lien tidak teraba,
perkusi timpani selurh
regio abdomen.
Ekstremitas :
Deformitas (-),

- Low
Back
Pain (LBP)
- Beristirahat jika
lelah
- Posisikan otot
dalam keadaan
relaksasi
- Kompres dingin
- Tidur di tempat
yang keras dan
datar

18

5. Ny. AN
(19 thn)

Pekerja

6. Ny. AN
(19 thn)

Pekerja

TD :
120/80
mmHg
N 76
x/menit
RR : 20
x/menit
t: 36.70C
TD :
110/70
mmHg
N 78
x/menit
RR : 22
x/menit
t: 36,80C

Tidak ada keluhan

udem (-),
Kulit : normal
Dalam batas normal

Tidak ada keluhan

Dalam batas normal

-tetap
memperhatikan
setiap risiko yang
mungkin
ditimbulkan
akibat bekerja
-tetap
memperhatikan
setiap risiko yang
mungkin
ditimbulkan
akibat bekerja

BAB 3
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
3.1

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


Perusahaan yang berkesinambungan perlu untuk berinovasi, mengadopsi teknologi

ramah lingkungan, mengembangkan keterampilan dan sumber daya manusia, serta


meningkatkan produktivitas untuk tetap kompetitif di pasar nasional dan internasional. Mereka
juga perlu menerapkan praktek-praktek tempat kerja yang didasarkan pada sikap yang

19
menjunjung tinggi hak-hak mendasar di tempat kerja dan standar perburuhan internasional, dan
membina hubungan manajemen-tenaga kerja yang baik sebagai hal penting untuk
meningkatkan produktivitas dan menciptakan pekerjaan yang layak. Prinsip-prinsip ini berlaku
untuk semua perusahaan. Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan
pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir dan
banyak terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan, mengakibatkan hilangnya
pendapatan bagi pekerja dan produktivitas berkurang bagi perusahaan. Meskipun
kenyataannya, para pengusaha di seluruh dunia telah secara hati-hati merencanakan strategi
bisnis mereka, banyak yang masih mengabaikan masalah penting seperti keselamatan,
kesehatan dan kondisi kerja. Biaya untuk manusia dan finansial dianggap besar sehingga
masalah keselamatan dan kesehatan kerja kurang diperhatikan padahal banyak masalah
kesehatan yang dapat timbul, oleh karena itu perlu diterapkan keselamatan dan kesehatan kerja.
(1)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.
No. Kep. 463/MEN/1993 adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan
orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar
setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. (3) Kesehatan kerja
(occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan
semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan
pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja),
seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap
kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu
diperhatikan, karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan
masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaannya.(4)
3.2.

Faktor risiko pekerjaan pembuatan jagung udang


Dalam melaksanakan pekerjaannya terdapat berbagai risiko akibat kerja pada proses

produksi jagung udang. Beberapa faktor risiko yang ditemukan antara lain:
a. Risiko iritasi pada saluran napas akibat terhirupnya debu dan atau kulit jagung yang
sangat halus dan asap dari kayu bakar.
b. Risiko nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat posisi mengangkat panci yang
kurang tepat dan berdiri terlalu lama.

20
c. Risiko cedera luka bakar akibat terkena air mendidih, mengangkat panci panas tanpa
mengunakan alas tangan yang sesuai, terkena percikan minyak panas, terkena bara api
pada kaki, serta terkena api pada saat proses pengepakkan.
d. Risiko iritasi mata akibat asap dari kayu bakar.
e. Risiko iritasi pada kulit akibat kontak dengan bumbu jagung.
3.3

Alat perlindungan diri pada proses produksi jagung udang


Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja.(3) Penggunaan APD merupakan tahap akhir dari pengendalian
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja dimana APD merupakan suatu alat yang diperlukan
untuk melindungi seseorang dari potensi bahaya fisik maupun kesehatan yang tidak dapat
dihilangkan melalui pengendalian teknik / engineering control maupun pengendalian
administratif / administrative control.(5)(6) Pengendalian teknik adalah menghilangkan potensi
bahaya yang berhubungan dengan mesin atau melalui proses desain. Sedangkan pengendalian
manajemen, seperti mangatur waktu kerja pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan para
pekerja dapat terpapar melebihi batas aman, sehingga pekerja hanya akan terpapar bahaya atau
dapat dikatakan aman.(6) Meskipun demikian, penggunaan APD akan menjadi penting apabila
pengendalian secara teknis dan administratif telah dilakukan secara maksimal namun potensi
bahaya risiko masih tergolong tinggi.(5) APD yang dimaksud antara lain pelindung kepala,
pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta perlengkapannya,
pelindung tangan dan atau pelindung kaki.(3) Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Alat
Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang
mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi
beberapa ketentuan yang diperlukan.(3)
1. Standar Alat pelindung Diri:
a. Harus memberikan perlindungan diri yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya yang dihadapi pekerja
b. Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan
c.
d.
e.
f.
g.

yang berlebihan
Harus dapat dipakai secara fleksibel
Bentuknya harus cukup menarik
Tidak mudah rusak
Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya
Suku cadangan harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan alat pelindung diri

dapat dilakukan dengan mudah


h. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada
i. Pemeliharaannya mudah

21
j. Tidak membatasi gerak
k. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan.(3)
2. Syarat alat pelindung diri:
a. Harus enak dipakai
b. Harus tidak boleh mengganggu pekerjaan
c. Harus memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang dihadapinya
3. Jenis alat pelindung diri:
a. Alat pelindung kepala
Helm pengaman, topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut.
b. Alat pelindung mata dan muka
Kacamata pengaman (spectacles), googles, tameng muka (face shield), masker
selam.
c. Alat pelindung telinga
Sumbat telinga (ear plug), penutup telinga (ear muff)
d. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
Masker, respirator, katrit, re-breather, airline respirator, continues air supply
machine, emergency breathing apparatus.
e. Alat pelindung tangan
Sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain atau kain berpelapis karet dan
sarung tangan yang tahan bahan kimia.
f. Alat pelindung kaki
Sepatu keselamatan.
Alat pelindung diri yang dapat digunakan di tempat industri camilan jagung udang,
sesuai dengan faktor risiko yang ada berupa:
1. Masker, untuk melindungi saluran pernapasan pasien dari debu dan atau kulit jagung
yang sangat halus, serta asap untuk mencegah iritasi pada saluran napas.

Gambar 3.1 Masker


2. Sarung tangan masak yang terbuat dari karet, untuk melindungi tangan pekerja dari risiko
cedera luka bakar akibat terkena air mendidih dan percikan minyak panas.

Gambar 3.2 Sarung tangan masak, terbuat dari bahan karet

22
3. Sarung tangan masak anti panas, untuk melindungi tangan pekerja dari risiko cedera luka
bakar saat mengangkat panci panas.

Gambar 3.3 Sarung tangan masak anti panas, terbuat dari bahan katun
4. Kacamata, untuk melindungi mata pekerja dari paparan asap sehingga mencegah risiko
terjadi iritasi mata.

Gambar 3.4 Kacamata googles (Kiri),


kacamata sederhana yang disarankan (Kanan)
5. Alas kaki yang tertutup dan tahan terhadap panas untuk mencegah risiko cedera luka
bakar pada kaki akibat terkena bara api.

Gambar 3.5 Alas kaki tertutup dan terbuat dari bahan tahan panas
6. Sarung tangan plastik, untuk melindungi tangan pekerja dari risiko iritasi kulit akibat
kontak dengan bumbu jagung.

Gambar 3.6 Sarung tangan plastik


Pada tempat industri camilan jagung udang ini belum ada perlengkapan APD yang
tersedia. Hal ini cukup membahayakan kesehatan pekerja karena belum ada perlindungan diri
pekerja terhadap berbagai risiko dari pekerjaan yang mungkin bisa terjadi selama bekerja. Para
pekerja tidak menggunakan masker untuk melindungi dari paparan debu dan atau kulit jagung

23
yang sangat halus, dan asap dari kayu bakar. Pekerja tidak menggunakan kacamata untuk
melindungi mata dari paparan asap sehingga dapat mencegah risiko terjadi iritasi mata. Pekerja
tidak menggunakan sarung tangan dan alas kaki yang sesuai untuk melindungi dari risiko
cedera luka bakar akibat terkena air mendidih, saat mengangkat panci panas, terkena percikan
minyak panas, serta terkena bara api pada kaki. Pekerja juga tidak menggunakan sarung tangan
masak dari bahan plastik pada proses pencampuran jagung goreng dengan bumbu jagung
sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Dengan tidak adanya alat perlindungan diri bagi
pekerja pada tempat produksi jagung udang maka dapat dikatakan belum dapat memenuhi
syarat kesehatan dan keselamatan kerja dengan baik. Selain alat pelindung diri, pencegahan
secara perilaku sangat perlu dilakukan, seperti mengangkat panci atau barang berat lain dengan
posisi yang tepat sehingga dapat mencegah LBP, meregangkan otot-otot sebelum bekerja yang
dapat dilakukan selama kurang lebih 3 menit, dan beristirahat di sela-sela bekerja sekitar 4-5
menit untuk mencegah myalgia, serta mencuci tangan untuk mencegah penyebaran ISPA.
3.4

Gangguan kesehatan akibat kerja


Dari pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada pekerja di tempat industri camilan

jagung udang, ditemukan gangguan kesehatan akibat kerja yang terjadi adalah: Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA), Low Back Pain (LBP), dan luka bakar derajat I. Gangguan kesehatan
akibat kerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Infeksi saluran pernapasan akut
Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya
infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. ISPA meliputi saluran napas
bagian atas dan saluran napas bagian bawah. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan
adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta adneksanya seperti sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru. ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke
saluran napas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah seperti halnya pencemaran
udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian dalam rumah. Pencemaran udara
dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap pembakaran
yang digunakan untuk memasak, misalnya kayu bakar. Gejala khas dari ISPA adalah batuk,
pilek, dapat terjadi demam, suara serak dan apabila berat dapat terjadi sesak napas, bibir dan
kulit biru, dan pernafasan berbunyi seperti orang mengorok.(7)
Berdasarkan uraian diatas, salah satu penyebab ISPA pada para pekerja di industri
jagung udang adalah seringnya terpapar dengan debu saat proses pembersihan jagung serta
terpapar dengan asap dari kayu bakar selama proses merebus dan menggoreng jagung.
Salah satu upaya sederhana yang dianjurkan sebagai pencegahan untuk risiko ISPA ini
adalah penggunaan masker, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.(7)

24
b. Low back pain
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan gangguan yang terjadi berupa
nyeri yang menjalar dari punggung bawah bawah hingga kaki, dapat disebabkan oleh posisi
saat bekerja, deformitas akibat trauma, infeksi, maupun degeneratif karena usia. Para pekerja
di Industri jagung udang sering membungkuk saat mengangkat jagung sehingga memiliki
risiko mengalami LBP. Cara mencegah hal ini cukup dengan memperhatikan posisi tubuh
saat bekerja.(8)

Gambar 3.7 Cara mengangkat barang yang benar dan salah


c. Luka bakar derajat 1
Luka bakar adalah rusaknya atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti, terkena air panas dan minyak panas. Luka bakar derajat 1 adalah luka
bakar yang kerusakannya terbatas pada lapisan epidermis superficial, kulit kering hiperemik,
berupa eritema, tidak dijumpai nyeri, penyembuhan terjadi secara spontan 5-10 hari. Pada
pekerja disini sering terkena luka bakar akibat letupan minyak panas, hal ini dapat dicegah
dengan menjaga jarak antara kuali dan pekerja.(9)
Penanganan awal luka bakar derajat I antara lain, jika yang tersiram air panas adalah
bagian tubuh yang tidak tertutup dengan kain, lekas guyur dengan air yang mengalir secara
perlahan, jika yang tersiram air panas adalah bagian tubuh yang tertutup oleh kain, guyur
terlebih dahulu menggunakan air mengalir sekitar 10-20 menit, lalu buka pakaian secara
perlahan-lahan. Jika sulit untuk membuka pakaian gunting pakaian yang melekat di tubuh.
Setelah itu, kompres dengan air dingin atau rivanol, jangan menggunakan air es.
Selanjutnya, segera berikan salep dan tutup menggunakan kassa steril, lakukan pembalutan

25
tidak terlalu kencang dan melebihi luas luka. Atau jika memungkinkan biarkan luka tetap
tebuka namun harus dijaga kebersihannya agar tidak terinfeksi.(9)

26
3.5

Standar kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)


Tabel 3.1 Standar kotak P3K pada tempat kerja

Pada tabel 3.1 diatas, dapat dilihat bahwa sebuah tempat kerja harus memiliki standar
kotak P3K sesuai standar dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia tahun 2008. Hal ini dimaksudkan agar pada saat para pekerja mengalami
kecelakaan akibat kerja, dapat ditangani dengan cepat sehingga risiko infeksi penyakit
dapat diminimalkan. Pada tempat industri camilan jagung udang, didapatkan beberapa
penyakit yang dialami oleh para pekerja mulai dari proses persiapan alat dan bahan,
pembersihan/penampisan jagung, perebusan jagung, penggorengan, pemberian bumbu dan
pengepakan jagung. Namun, tempat kerja pembuatan jagung goreng udang tidak memiliki
kotak P3K sehingga penyakit-penyakit yang dialami oleh para pekerja, tidak diobati. (3)

27

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat beberapa faktor risiko pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pekerja di industri camilan jagung udang Sima Indah berupa risiko
iritasi pada saluran napas akibat terhirupnya debu dan atau kulit jagung yang sangat
halus dan asap dari kayu bakar, risiko nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat
posisi mengangkat panci yang kurang tepat dan berdiri terlalu lama, risiko cedera
luka bakar akibat terkena air mendidih, mengangkat panci panas tanpa mengunakan
alas tangan yang sesuai, terkena percikan minyak panas, terkena bara api pada kaki,
serta terkena api pada saat proses pengepakkan, risiko iritasi mata akibat asap dari
kayu bakar, serta risiko iritasi pada kulit akibat kontak dengan bumbu jagung.
2. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pekerja menunjukkan bahwa sebagian
besar pekerja mengalami masalah kesehatan sedangkan sisanya dalam kondisi sehat.
3. Permasalahan kesehatan yang didapatkan pada industri camilan jagung udang Sima
Indah berupa Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Low Back Pain (LBP), dan
luka bakar derajat I.
4.2

Saran
1. Kepada pemilik industri camilan jagung udang Sima Indah:
a. Peninjauan dan pengaturan ulang lingkungan kerja untuk meminimalkan semua risiko
yang terkait dengan terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja.
b. Penyediaan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan dan sepatu masak, serta
kacamata untuk melindungi diri selama bekerja.
c. Pemeriksaan kesehatan bagi para pekerja secara rutin terutama bagi para pekerja yang
sudah mulai memiliki keluhan terkait masalah kesehatan.
d. Penjelasan atau edukasi terhadap para pekerja mengenai kegunaan alat pelindung diri
yang sudah disediakan agar memotivasi mereka dalam penggunaannya.
e. Penyediaan kotak P3K untuk pekerja/buruh yang jumlahnya dibawah 25 orang sesuai
standar dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
tahun 2008.
f. Penyediaan alat pemadam kebakaran
g. Perlu adanya sosialisasi kepada para pekerja tentang cara mengangkat yang benar.
h. Perlu disediakan termometer suhu ruangan
2. Kepada pekerja industri camilan jagung udang Sima Indah:

a. Selalu menggunakan alat perlindungan diri saat bekerja.

28
b. Mengangkat barang/beban berat dengan posisi yang benar.
c. Segera melaporkan diri kepada pemilik usaha apabila mengalami sakit atau cedera
akibat kerja.
3. Kepada dinas tenaga kerja dan transmigrasi:

Dapat mensosialisasikan keselamatan dan kesehatan kerja di setiap usaha baik besar
maupun kecil dan memberikan sanksi apabila perusahaan/ instansi terkait melanggar
aturan tersebut.

29
DAFTAR PUSTAKA

1.

Organization IL. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: ILO; 2013.

2.

Notoadmodjo. Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Laundry RS. Jakarta;
2012.

3.

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan


Republik Indonesia. Indonesia; 2014.

4.

Uhud A, Kurniawati, Harwasih S, Indriana SR. Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan


dan Keselamatan Untuk Praktek dan Praktikum. Surabaya; 2008.

5.

Handayani, egriana, Wibowo, trisno, Suryani, dyah. Hubungan Antara Penggunaan Alat
Pelindung Diri, Umur, Dan Masa Kerja Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bagian
Rustic Di PT Borneo Melintang Buana Eksport Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Kesmas
UAD; 2008

6.

Sugarda, asri, Santiasih, indri, Juniani, anda. Analisa Pengaruh Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Terhadap Allowance Proses Keja Pemotongan Kayu (studi kasus :
PT. PAL INDONESIA). Surabaya: Jurnal JATI Undip; 2014

7.

WHO. Infeksi saluranapasan akut (ISPA) yang cendrung menjadi epidemic dan
pandemic. 2008. diakses dari : https://www.who.int/csr/resources/publication/

8.

brunner & suddart, Ahli bahasa monica, Alih bahasa monica ester, SKP; Buku Ajar
Keperawatan Medikal, edisi 8, volume 1. Jakarta: EGC; 2002.

9.

Herdon, david N. Total Burn Plast Reconstr surg. 2008 (121):311

30
Lampiran 1
Lembar Informed Consent
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter muda Nita, Angga, Else, Jenerd dan Anita
mengenai maksud dan tujuan kedatangan pada usaha saya yaitu tempat produksi jagung udang,
menyatakan setuju tempat usaha jagung udang saya digunakan sebagai media pembelajaran
dalam kedokteran okupasi stase IKM-IKAKOM FK UNDANA.
Saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Saya
juga mengerti bahwa semua data yang diambil digunakan untuk proses pendidikan. Saya
menyetujui semua data yang diambil dan didokumentasikan untuk disajikan dalam bentuk lisan
maupun tulisan. Jika terjadi perbedaan pendapat di kemudian hari maka kami akan
menyelesaikannya secara kekeluargaan.
Kupang,..
Pemilik usaha jagung udang

Saksi

Dokter muda

Lampiran 2
Jadwal kunjungan ke tempat usaha jagung udang
No.
1.

Hari/tgl
Rabu, 30-03-

Deskripsi kegiatan
Kunjungan pertama di tempat produksi

Tanda tangan

31
2016

jagung udang. Saat pertama datang kami


berkenalan dengan Ibu Ni Luh Dartini selaku
pemilik tempat usaha jagung udang. Kami
menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan
serta apa saja yang selanjutnya akan kami
lakukan dan menanyakan kesediaan Ibu Ni
Luh

Dartini

(dengan

menandatangani

informed consent) apakah mengijinkan kami.


Setelah mendapat ijin kamipun berjalan-jalan
di tempat pencucian motor dan sekitarnya
untuk melihat secara sekilas tempat produksi
2.

Sabtu, 02-04-

jagung udang.
Kunjungan kedua di tempat produksi jagung

2016

udang.

Saat

kunjungan

kedua,

kami

mewawancarai Ibu Luh dan memberikan


surat izin untuk kami mulai melakukan
kegiatan kami di tempat produksi jagung
udang miliknya. Kami menanyakan hal-hal
yang

kami butuhkan mengenai tempat

produksi

jagung

mendokumentasikan

udang

ini,

kegiatan

serta
yang

berlangsung di tempat tersebut, mulai dari


proses penyiapan alat dan bahan yang
digunakan sampai pada proses pengepakkan
3.

Kamis, 07-04-

atau pembungkusan selesai dilakukan.


Kunjungan ketiga di tempat produksi jagung

2016

udang. Pada kunjungan yang ketiga ini kami


melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
pada seluruh pekerja di tempat produksi

4.

Senin, 11-04-

jagung udang.
Kunjungan keempat di tempat produksi

2016

jagung udang. Kami menyampaikan hasil


pemeriksaan yang sudah dilakukan serta
mengedukasi dan menjelaskan pada Ibu Luh

32
bahwa

untuk

mencegah

berlanjutnya

penyakit ataupun keadaan yang dialami oleh


para pekerja dapat digunakan APD seperti
masker, sarung tangan masak dan sepatu
masak yang sesuai, dan kacamata, serta
menjaga

kebersihan

lingkungan

tempat

usaha. Perlengkapan P3K juga penting untuk


disediakan sebagai pertolongan pertama jika
5.

Kamis, 12-05-

terjadi kecelakaan kerja.


Kunjungan keempat di tempat produksi

2016

jagung udang. Kami memberikan edukasi


dan APD kepada pemilik industri camilan
jagung udang Sima Indah.

Lampiran 3
Dokumentasi

33

Foto penyerahan APD kepada pemilik usaha

Anda mungkin juga menyukai