Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Limbah RPH Kota Blitar

Limbah yang dihasilkan Rumah Potong Hewan Kota Blitar berupa limbah cair dan
padat. Limbah cair berupa isi saluran pencernaan, urin, darah, dan limbah air pencucian RPH,
sementara limbah padat berupa isi pencernaan. Hasil dari pemotongan yang berupa limbah
cair di RPH Kota Blitar dibuang ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sedangkan untuk
limbah padat, RPH ini memiliki kerjasama dengan kebun bibit dan masyarakat yang
memanfaatkan limbah padat untuk pupuk kompos.

Gambar 4.1 Limbah isi rumen di bak penampungan

Gambar 4.2 Limbah digedung utama dibuang melalui saluran terbuka


Konsep pengolahan limbah RPH Kota Blitar yakni isi rumen, isi jerohan, darah, dan
cairan lain dialirkan ke saluran menuju kolam sedimentasi. Kolam sedimen berfungsi untuk
mengendapkan bagian padatan yang selanjutnya disalurkan ke IPAL yang terdiri dari filter
besar dan kecil. Selanjutnya limbah disalurkan ke anaerobic digester. Anaerobic digester
berupa sumur biogas yang akan mendegradasi limbah menjadi gas. Gas yang dihasilkan
dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar RPH terutama pasar hewan Kota Blitar yang berada
dikawasan RPH. Setelah itu cairan akan menuju kolam indikator yang berisi ikan lele. Ikan
lele berperan sebagai indikator keamanan air limbah untuk dialirkan kesungai. Sementara
limbah padatan dari isi jerohan dan hasil endapan digunakan oleh mitra RPH untuk dijadikan

pupuk kompos. Konsep pengolahan limbah RPH Kota Blitar secara umum dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 4.3 Konsep pengolahan limbah RPH-R Kota Blitar

Gambar 4.4 Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


Salah satu persyaratan sarana pendukung Rumah Potong Hewan menurut Permentan
No.13 Tahun 2010 pasal 7 yakni fasilitas penanganan limbah padat dan cair. Sarana
penanganan limbah harus memenuhi persyaratan, a) memiliki kapasitas sesuai dengan
volume limbah yang dihasilkan; b) didesain agar mudah diawasi, mudah dirawat, tidak
menimbulkan bau dan memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan; c) sesuai dengan
rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dari Dinas yang membidangi fungsi
kesehatan lingkungan. Khusus unit penanganan daging (UPD) harus memenuhi persyaratan
sarana penanganan limbah dan sistem saluran pembuangan limbah yang didisain agar aliran
limbah mengalir dengan lancar, mudah diawasi dan mudah dirawat, tidak mencemari tanah,
tidak menimbulkan bau dan dijaga agar tidak menjadi sarang tikus atau rodensia.
SNI 01-6159-1999 tentang Rumah Pemotongan Hewan menyebutkan syarat
pengolahan limbah yakni bahwa sarana penanganan limbah dan sistem saluran pembuangan

limbah yang didisain agar aliran limbah mengalir dengan lancar, mudah diawasi dan mudah
dirawat, tidak mencemari tanah, tidak menimbulkan bau dan dijaga agar tidak menjadi sarang
tikus atau rodensia. Di dalam kompleks RPH sistem saluran pembuangan limbah cair harus
selalu tertutup agar tidak menimbulkan bau. Di dalam bangunan utama sistem saluran
pembuangan limbah cair terbuka dan dilengkapi dengan grill yang mudah dibuka-tutup,
terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah korosif. Air yang dialirkan harus memenuhi
syarat baku mutu air limbah kegiatan rumah pemotongan hewan berdasarkan Permen LH No.
02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Potong Hewan
Tabel 4.1 Baku Mutu Air Limbah Rumah Potong Hewan
NO
PARAMETER
SATUAN
KADAR MAKSIMUM
1
BOD
mg/L
100
2
COD
mg/L
200
3
TSS
mg/L
100
4
Minyak dan Lemak
mg/L
15
5
NH3-N
mg/L
25
6
pH
6-9
Volume air limbah maksimum untuk sapi dan kerbau 1,5 m3/ekor/hari

BAB 5
PENUTUP

5.2 Saran
a. Ruang pelayuan
b. Saluran air di unloading diberi penutup agar tidak mecederai sapi
c. lantai bangunan utama licin
d. pegeluaran darah sempurna
e. Membuat pengolahan limbah seperti pembuatan kompos, biogas, bokasi, pestisida organik
dan masih banyak lagi pengolahan limbah lainnya

Anda mungkin juga menyukai