Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Salah satu mata kuliah di program studi Pendidikan


Fisika adalah Alat-Alat Ukur Listrik. Selain mengajarkan tentang teori dari materi tersebut,
mahasiswa juga diharuskan mengikuti kegiatan praktikum. Hal ini dikarenakan penguasaan
teori tak ada artinya tanpa disertai dengan praktik dari penggunaan alat tersebut. Salah
satu syarat dasar alat ukur adalah bahwa alat yang dipakai tidak menghambat sistim atau
variabel yang diukur. Untuk memenuhi syarat ini diperlukan alat ukur ideal yang sempurna
dalam segala hal. Tentu saja alat ukur seperti ini tidak ada, tetapi beberapa alat ukur
terbukti lebih baik dari pada yang lain untuk suatu pengukuran tertentu. Alat yang lain
bahkan benar-benar tidak berguna serta berbahaya apabila dipergunakan pada jenis
pengukuran yang tidak sesuai. Alat ukur listrik adalah alat yang digunakan untuk mengukur
alat-alat listrik. Alat-alat ukur listrik terbagi menjadi 2, yakni alat ukur listrik digital dan
analog. Alat ukur listrik digital adalah alat ukur yang dalam penggunaannya tidak perlu
dikalibrasi karena secara otomatis dapat berfungsi dengan baik. Contohnya multimeter
digital, osiloskop digital, anemometer digital, dll. Sementara alat ukur listrik analog
adalah alat yang harus dikalibrasi terlebih dahulu dalam penggunaannya. Biasanya
menggunakan jarum untuk menunjukkan angka untuk alat yang diukur yang diukur.
Contohnya multimeter analog. Alat-alat tersebut sangat berguna, karena pada dasarnya
alat-alat ukur listrik ini sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
penggunaannya, sebelum menggunakan alat-alat ukur listrik tersebut terlebih dahulu kita
harus menguasai fungsi, cara penggunaan dan prinsip kerja alat ukur (instrument) yang
akan kami gunakan. Oleh karena itu, kami sebagai mahasiswa program studi pendidikan
fisika sudah seharusnya mengetahui fungsi, cara penggunaan dan prinsip kerja alat-alat
ukur listrik. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perlu kami mengikuti praktikum alatalat ukur listrik. Sehingga dengan mengetahui fungsi, cara penggunaan dan prinsip kerja
alat-alat ukur listrik, kami dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. B.
TUJUAN 1.
Dapat menggunakan amperemeter dengan tepat. 2.
Menentukan
hambatan dalam (Rm) amperemeter. 3.
Menentukan kesalahan pengukuran dengan
amperemeter secara
praktis dan teoritis C. ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang
digunakan pada percobaan amperemeter ini dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 2.1
alat dan bahan pada percobaan amperemeter. No. Alat dan Bahan Fungsi 1. Multimeter
digital Untuk mengukur hambatan (Ohmmeter) 2. Powar Supply Sebagai sumber tegangan
3. Resistor Sebagai hambatan yang kemudian akan di ukur 4. Kabel penghubung
Menghubungkan antara komponen elektronika yang satu dengan komponen elektronika
yang lain 5. Amperemeter analog (Basicmeter) Sebagai pengukur kuat arus (Amperemeter)
D. KAJIAN TEORI Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik. Umumnya alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik
yang disebut avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan ohmmeter.
Ampermeter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi untuk
deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk arus yang besar
ditambahan dengan hambatan shunt. Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz
gaya magnetis. Arus yang mengalir pada kumparan yang diselimuti medan magnet akan
menimbulkan gaya lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar
arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya (Bishop.2002: 34).
Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus. Alat ini sering digunakan oleh teknisi
elektronik yang biasanya menjadi satu dalam multitester atau Avometer. Avometer adalah
singkatan dari Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter. Amperemeter bisa jadi tersusun
atas mikroamperemeter dan shunt. Mikroamperemeter berguna untuk mendeteksi ada

tidaknya arus melalui rangkaian karena nilai kuat arus yang kecilpun dapat terdeteksi.
Untuk mengukur kuat arus yang lebih besar dibantu dengan hambatan Shunt sehingga
kemampuan mengukurnya disesuaikan dengan perkiraan arus yang ada. Prinsip Kerja
Amperemeter Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (Gaya Lorentz).
Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet timbul gaya
lorentz yang menggerakkan jarum penunjuk menyimpang. Apabila arus yang melewati
kumparan besar, maka gaya yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga
penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian sebaliknya, ketika kuat
arus tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula oleh pegas.
Besar gaya yang dimaksud sesuai dengan Prinsip Gaya Lorentz. F = B. I.
L...............................................(1) Kemampuan amperemeter dapat ditingkatkan
dengan memasang hambatan shunt secara parallel terhadap amperemeter. Besar
hambatan shunt tergantung pada berapa kali kemampuannya akan ditingkatkan. Misalnya
mula-mula arus maksimumnya adalah I, akan ditingkatkan menjadi I = n.I, maka besar
hambatan shunt yaitu: .(2) Ket : RG = Hambatan galvanometer mulamula (Nerdi, 2009: 28). Jika kami akan mengukur arus yang melewati penghantar dengan
menggunakan Amperemeter maka harus kami pasang seri dengan cara memotong
penghantar agar arus mengalir melewati amperemeter. Setelah amperemeter terpasang,
kami dapat mengetahui besar kuat arus yang mengalir melalui penghantar dengan
membaca amperemeter melalui jarum penunjuk. Dalam membaca amperemeter harus
diperhatikan karakteristik alat ukur karena jarum penunjuk tidak selalu menyatakan angka
apa adanya. Kuat arus yang terukur I dapat dihitung dengan rumus: (3)
dengan, A = Amperemeter yang digunakan (Nerdi, 2009: 26). (Teguh, 2001: 67). E.
PROSEDUR KERJA Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan amperemeter
adalah sebagai berikut: a.
Memfungsikan satu multimeter sebagai amperemeter dan
yang lainnya sebagai ohmmeter. b.
Mengukur hambatan amperemeter dengan
ohmmeter untuk berbagai batas ukur. c.
Batas ukur amperemeter merupakan
galvanometer, mencatat hambatannya sebagai Rg. d.
Menghitung hambatan dalam Rm
untuk masing-masing batas pengukuran, dengan terlebih dahulu menghitung Rsh. e.
Membandingkan hasil poin 4 dengan poin 2. f.
Mengon-kan power suplly,
memfungsikan multimeter sebagai voltmeter. g.
Mengukur beda potensial power
suplly. h.
Membuat rangkaian seperti gambar dibawah ini. Dengan resistor R berorde
sama dengan hamabatan dalam amperemeter. i.
Mengukur besar arus, dan
menghitung arus semestinya bila Amperemeter tidak dipasang. j.
Menghitung
presentase kesalahan pengukuran berdasarkan hasil pengukuran. F. DATA PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada percobaan ini diperoleh data sebagai
berikut: a.
Kegiatan I Hambatan dalam amperemeter Tabel 2.2 Hasil pengamatan
besarnya hambatan RG No. Batas Ukur (A) RG () 1 0,0001 0,4 2 0,1 3,98 3 1 0,4 b.
Kegiatan II Mengukur kuat arus Tabel 2.3 data hasil pengamatan mengukur kuat arus.
Tegangan Power supply (volt) Tegangan yang terukur tanpa beban (volt) 3 6 3,104 6,95
G. ANALISIS DATA a.
Menghitung kelipatan batas ukur (n) 1.
Untuk batas ukur yang
digunakan 100 A 2.
Untuk batas ukur yang digunakan 100 mA 000 3.
Untuk batas
ukur yang digunakan 1A 0000 b.
Menghitung nilai hambatan amperemeter 1.
Untuk
batas ukur yang digunakan 100 A 2.
Untuk batas ukur yang digunakan 100 mA
3.
Untuk batas ukur yang digunakan 1A c.
Menghitung hambatan dalam (Rm)
1.
Untuk batas ukur yang digunakan 100 A 2.
Untuk batas ukur
yang digunakan 100 mA 3.
Untuk batas ukur yang digunakan 1A d.
Menghitung kuat

arus listrik 1.
Secara teori : 2.
Secara praktek : Untuk tegangan sumber 3 Volt a)
Untuk batas ukur yang digunakan 100 A b) Untuk batas ukur yang digunakan 100 mA c)
Untuk batas ukur yang digunakan 1A Untuk tegangan sumber 6 Volt a)
Untuk batas
ukur yang digunakan 100 A b) Untuk batas ukur yang digunakan 100 mA c) Untuk batas
ukur yang digunakan 1A e.
Menghitung kesalahan relative 1.
Untuk batas ukur yang
digunakan 100 A 2.
Untuk batas ukur yang digunakan 100 mA 3.
Untuk batas ukur
yang digunakan 1A H. PEMBAHASAN Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kuat arus listrik. Amperemeter ini bekerja sesuai dengan gaya lorentz (gaya
magnetis). Arus yang mengalir pada kumparan yang diselimuti medan magnet akan
menimbulkan gaya lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar
arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya. Amperemeter ini biasanya
berfungsi untuk mengukur kuat arus listrik yang didesain melalui galvanometer.
Amperemeter ini mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum. Akan tetapi
seringkali kuat arus listrik yang diukur melebihi batas ukur maksimum amperemeter. Agar
arus listrik yang lebih besar ini dapat diukur oleh amperemeter haruslah dipasang suatu
hambatan yang paralel dengan amperemeter sebagai tempat berbagi arus. Sehingga
kelebihan arus akan mengalir ke hambatan yang dinamakan hambatan shunt (Rsh). Besar
hambatan shunt tergantung pada berapa kali kemampuannya akan ditingkatkan. Jika kita
akan mengukur arus yang melewati penghantar dengan menggunakan Amperemeter maka
harus kita pasang seri dengan cara memotong penghantar agar arus mengalir melewati
amperemeter. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa pada pengukuran hambatan dalam
amperemeter dimana semakin besar batas ukur amperemeter maka hambatan dalamnya
akan semakin kecil. Batas ukur amperemeter dan hambatan dalam yang terukur secara
berturut-turut yaitu 100A, 100 mA dan 1 A. sehingga besarnya hambatan dalam yaitu
masing-masing 0,4, 3,98, dan 0,4. sehingga diperoleh nilai kelipatannya yakni secara
berurut yaitu 1 kali, 1.000 kali, dan 10.000 kali. Dapat dikatakan bahwa semakin besar
batas ukur yang digunakan, maka batas ukur yang diperoleh akan semakin besar pula
(berbanding lurus). Berdasarkan analisis data menunjukan bahwa pada penentuan nilai
pelipatan batas ukur (n), dimana pelipatan batas ukur ini sebanding dengan batas ukur
maksimum yang baru dan berbanding terbalik dengan batas ukur maksimum yang lama
dengan menggunakan batas ukur maksimum yang lama (IA) sebesar 1 A dan batas ukur
maksimum yang baru (I) dikreasikan sehingga semakin besar batas ukur maksimum yang
baru yang digunakan maka nilai pelipatan batas ukurnya akan semakin besar pula hingga
mencapai pelipatan batas ukur 10.000 kali. Pada penentuan nilai hambatan shunt (Rsh)
yang nilainya dipengaruhi oleh besar hambatan dalam dan nilai pelipatan batas ukur, nilai
hambatan shunt yang paling besar yaitu pada batas ukur 1 A dengan nilai pelipatan batas
ukur 10.000 kali seharga . Hal ini disebabkan oleh nilai hambatan shunt sebanding dengan
hambatan dalam dan berbanding terbalik dengan nilai pelipatan batas ukur sehingga
semakin besar hambatan dalamnya maka hambatan shuntnya juga akan semakin besar.
Seperti halnya dengan penentuan hambatan dalam (Rm), dimana hambatan dalam ini
dipengaruhi oleh nilai hambatan shunt, pelipatan batas ukur dan hambatan dalam
galvanometer. Nilai hambatan dalam ini sebanding dengan semua besaran yang
mempengaruhinya sehingga pada pengamatan ini nilai hambatan dalam yang terbesar
yaitu pada penggunaan batas ukur 100mA dan hambatan dalam sebesar 3,98 k.
Sedangkan nilai hambatan dalam yang terkecil yaitu pada penggunaan batas ukur 1 A dan
hambatan sebesar 0,4. Pada penentuan kuat arus secara teori bahwa kuat arus ini
sebanding dengan besar tegangan yang digunakan dan berbanding terbalik dengan

hambatannya sehingga semakin kecil tegangan yang digunakan dan hambatanya semakin
besar maka kuat arusnya akan semakin kecil. Hal ini terdapat pada penentuan kuat arus
secara praktik nilai-nilainya penggunaan besar tegangan 3V dan hambatan 3,98 x103
sebesar 0,602 A. sedangkan kuat arus yang paling besar yaitu pada penggunaan tegangan 6
V dan hambatan 3,98 x103 sebesar 1,204 A. Hal ini menunjukan bahwa penentuan kuat
arus secara teori sesuai dengan penentuan kuat arus secara praktik. Pada penentuan
kesalahan pengukuran dimana nilainya dipengaruhi oleh besar kuat arus secara teori dan
besar kuat arus secara praktik. Nilai kesalahan pengukuran pada percobaan ini mencapai
28,6%, 79,9% dan 28,6%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesalahan pengukuran sangat
tinggi hal ini disebabkan oleh ketidak telitian pada saat melakukan pengukuran. I.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan secara keseluruhan dapat
ditarik suatu kesimpulan yaitu: a)
Nilai hambatan dalam amperemeter cenderung
semakin kecil bila batas ukurnya diperbesar. b)
Hambatan shunt atau hambatan muka
merupakan hambatan yang disusun paralel dengan amperemeter sebagai tempat berbagi
arus. Dimana hambatan shunt ini dipengaruhi oleh hambatan dalam galvanometer dan
faktor kelipatan dari tiap batas ukur terhadap batas ukur terkecil. c)
Kesalahan
pengukuran dengan amperemeter dipengaruhi oleh kuat arus secara praktek dan secara
teori. Dan semakin kecil hasil presentase ketidakpastian relatifnya (KSR) maka semakin
tinggi ketelitian pengukuran. J.
SARAN 1.
Untuk laboratorium : agar kedepannya
alat-alat yang digunakan pada tiap percobaan dapat diperhatikan lagi, baik masalah
kerusakan maupun ketidaklengkapan dalam tiap percobaan tersebut dan untuk
pengelolaannya agar ketegasan dalam aturan laboratorium dapat dipertegas, guna melatih
kedisiplinan tiap praktikan. 2.
Untuk asisten : agar bimbingan-nya para asisten dapat
dipertahankan atau lebih ditingkatkan lagi, agar dapat melatih kegigihan serta
keterampilan praktikan. 3.
Untuk praktikan dan teman-teman: agar praktikan dalam
praktikum selanjtnya lebih disiplin lagi dalam melakukan percobaan, terutama dalam
pelaksanaan praktikum agar jangan membuat gaduh dalam ruangan, yang sangat
menganggu praktikan dalam melakukan praktikum, sehingga praktikum kedepannya dapat
berjalan dengan baik dan lancer. DAFTAR PUSTAKA Bishop.2002. Teknik Pengukuran
Elektronika. Galia : Bandung Nerdi.W, 2009. Pengukuran Dasar Elektronika. Baumi Karsa:
Jakarta Teguh, 2001. Cara Penggunaan Alat-alat Ukur listrik Digital, UI. Jakarta
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Anda mungkin juga menyukai