Anda di halaman 1dari 16

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak
digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang
terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari
batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara dua buah membran
mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan. (Abdurrahman MH, 2006)
Laringitis akut merupakan keradangan pada laring/ laring-trakea-bronkus.
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Radang akut laring, pada umumnya merupakan
kelanjutan dari rinofaringitis ( common cold ). Pada anak laringitis akut ini dapat
menimbulkan sumbatan jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada
anak.
B. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian
dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi
yang hanya mengenai pita suara.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan
vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih
serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir
kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian
atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia,
influenza, pertusis, campak dan difteri. (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B,
2003)

C. Klasifikasi
Laringitis diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu :
1) Laringitis Akut
Laringitis akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara yang
berlebih, inhalasi polutan lingkungan. Laringitis akut ditandai dengan afonia atau hilang
suara dan batuk menahun. Gejala ini semakin diperparah dengan keadaan lingkungan
yang dingin dan kering.

Gbr. 1 Laringitis akut


2) Laringitis kronis
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus
menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam
dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu
kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di
saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis
bila terjadi lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang,
terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks
neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring. (Abdurrahman
MH, 2006)

Gbr. 2 laringitis kronik


2

Perbedaan laringitis akut dan kronik

laringitis akut
Rhinovirus

Laringitis kronis
Infeksi bakteri

Parainfluenza virus

Infeksi tuberkulosis

Adenovirus

Sifilis

Virus mumps

Leprae

Varisella zooster virus

Virus

Penggunaan asma inhaler

Jamur

Penggunaan suara berlebih dalam

Actinomycosis

Penggunaan suara berlebih

Alergi

Faktor lingkungan seperti asap,

pekerjaan : Menyanyi, Berbicara


dimuka umum Mengajar

Alergi

Streptococcus grup A

debu

Moraxella catarrhalis

Gastroesophageal refJluks

Penyakit sistemik : wegener


granulomatosis, amiloidosis

Alkohol

Gatroesophageal refluks

D. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin
berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,
malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan
mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host
serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis
3

dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi
mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus
secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan
merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan
memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan
nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang
peningkatan suhu tubuh. (Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)
E. Pathways

virus/bakteri, ISPA, bahan kimiawi, menggunakan suara berlebihan, debu/asap


infeksi

inflamasi

pengeluaran mediator kimia


darah

merangsang kelenjar

MK: nyeri

peningkatan suhu tubuh

mukus

diaforesis berkaitan
produksi mukus

dengan demam

berlebihan
penyumbatan saluran

MK:defisit

nafas

kekurangan cairan

batuk hebat
MK: nyeri
pengeluaran sputum
meningkat
MK : bersihan
jalan nafas tidak
efektif

MK: Gangguan komunikasi verbal

F. Manifestasi Klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang
biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan
kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan
sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan
temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang
sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang
disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti edema subglotis yang terjadi
dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi
gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan
ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan
darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu laringitis kronik. Selain itu, dapat terjadi
perubahan suara jika gejala suara serak tersebut terjadi selama 2 3 minggu.
Perubahan suara ni dapat diakibatkan oleh refluks asam lambung atau pajanan
terhadap bahan iritan. Hal tersebut berisiko untuk menimbulkan keganasan pada pita
suara.

H. Penatalaksanaan
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk
rumah sakit apabila :

Usia penderita dibawah 3 tahun


Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
Diagnosis penderita masih belum jelas
Perawatan dirumah kurang memadai

Terapi :
1.
2.
3.
4.

Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari


Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
Istirahat
Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul
sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang

dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray


5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada demam, bila
ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / analgetik, hidung tersumbat
dapat diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin,
pseudoefedrin, napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun spray.Pemberian
antibiotika yang adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4
dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau
sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat diberikan
kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak berhasil
maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan
nafas.
Pencegahan :

Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering

dan mengakibatkan iritasi pada pita suara,


minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat

pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan,


batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering.
jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan

menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara


meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan
memproduksi lebih banyak lendir.

I. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).
Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2) Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai
infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3) Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat
sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu
pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita
suara.

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LARINGITIS

A. Pengkajian
I. Identitas Klien
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi demam,
mual, muntah, sesak, bapil, serta nyeri menelan dan pada waktu berbicara.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien merasa mual, muntah, demam, sesak, batuk, nyeri menelan apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Hal ini meliputi tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga, apakah anggota
keluarga yang menderita penyakit menular.
II. Riwayat Kesehatan dan Persalinan
1) Prenatal
Keadaan gizi Ibu sewaktu hamil, penyakit infeksi diderita Ibu selama
hamil, psikologis Ibu hamil, penggunaan jamu dan obat-obatan.
2) Natal
Meliputi keadaan Kx saat lahir, proses persalinan, kelainan-kelainan yang
didapatkan keadaan trauma saat melahirkan.
3) Post natal
Kelainan pada bayi, keadaan bayi, imunisasi yang didapat.
III. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan meliputi BB, TB
2) Perkembangan meliputi perkembangan psikososial halus dan kasar.
IV. Riwayat Imunisasi
1) Meliputi imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak, Polio.

V. Riwayat Nutrisi
Meliputi pemberian Asi dan pemberian makanan tambahan serta jenis
makanantambahan serta jenis makanan tambahan yang diberikan.
VI. Pemeriksaan Fisik
8

Keadaan umum
Sakit kepala,sakit tenggoroan dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi
hidung ,kesulitan menelan ,batuk,suara serak, demam,hidung tersumbat dan rasa
tidak nyaman dan keletihan
Inspeksi
Menunjukan pembengkakan,atau asimetris hidung juga perdarahan mukosa
hidung di inspeksi mengalami kemerahan ,pembengkakan dan polip hidung
Tonsil dan faring terdapat temuan abnormal seperti kemerahan asimetris dan
adanya pembesaran.
Palpasi
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terdapat nyeri tekan ,tenggorok terdapat
tonsil,trakea dipalpasi terdapat nyeri tekan ,nodus limfe leher terdapat nyeri tekan
dan pembesaran.

VII. Pola-pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Tanggapan Klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang kurang menjaga
kebersihan meliputi Klien mengerti tentang gaya hidup sehat, pola tata laksana
sehat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana dan berapa kali Klien mandi,
menggosok gigi serta tindakan Klien apabila sakit.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Pada umumnya Klien laringitis nafsu makannya menurun serta adanya sulit
menelan.
3) Pola eliminasi
Eliminasi Klien kadang mengalami konstipasi sedangkan pada eliminasi urine
tidak mengalami gangguan hanya warna urne menjadi kecoklatan.
4) Pola istirahat dan tidur
Pada istirahat dan tidur akan menurun karena Px dengan laringitis terjadi sesak
nafas dan nyeri telan pada waktu berbicara.
5) Pola aktivitas dan latihan
Pada Klien laringitis akan mengalami gangguan karena Klien harus bedrest serta
mual, muntah, demam dan nyeri sehingga membuat aktifitas menurun.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya, dampak psikologis, Kx
terjadi perubahan konsep diri antara lain : body image, ideal diri.
7) Pola sensori dan kognitif
Meliputi body image, self sistem, kekacauan identitas, depresanalisasi dan
bagaimana pengetahuan Klien tenntang penyakitnya.
8) Pola reproduksi
Meliputi anak keberapa dari beberapa saudaram jenis kelamin.
9) Pola hubungan peran
9

Bagaimana peran Klien dalam keluarga meliputi hubungan Klien dengan keluarga
dan orang lain.
10) Pola hubungan stress
Biasanya Klien sering melamun dan merasa cemas atas keadaan penyakitnya.
11) Pola tata nilan dan kepercayaan
Biasanya Klien terganggu dalam hal ibadahnya karena harus berobat sehingga
aktivitasnya Klien di bantu oleh keluarganya.
ANALISIS DATA
Dx
1

Symptom
Ds :

problem
Bersihan jalanNafas

Klien mengatakan sakit saat berbicara

tidak Efektif

Etiologi
Inflamasi

Do :
Dipsnes, nyeri pada skala : 5

Iritasi mukosa saluran


nafas atas
Merangsang kelenjar
mukus
Produksi mukus
berlebih
Penyumbatan saluran
nafas
Batuk hebat

Ds : pasien mengatakan tenggorokannya


sakit

Nyeri

Sekresi berlebihan
Virus, menggunakan
suara berlebih

Do : Terjadi hiperemi pada laring


Infeksi
inflamasi
10

Ds :pasien mengatakan badannya panas

Defisit kekurangan

Do: Suhu : 38

cairan

Inflamasi

Akral : hangat

Pengeluaran mediator

Wajah : kemerah- merahan

kimia darah
Peningkatan suhu
tubuh
Diaforesis berkaitan

Ds : pasien mengatakan sulit menelan

Gangguan

dengan demam
Virus, menggunakan

Do :edema pada laring

komunikasi verbal

suara berlebih
Infeksi
Inflamasi
Iritasi mukosa saluran
nafas atas

11

B. Diagnosa Keperawatan
1) Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan Dengan sekresi berlebihan sekunder
akibat proses inflamasi
2) Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
3) Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku
distraksi,gelisah.
4) Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan napas atas
sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
5) Defisit kekurangan cairan yang berhubungan dengan kekurangan cairan sekunder
akibat diaphoresis yang berkaitan dengan demam.

C. Intervensi Keperawatan
1) Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan Dengan sekresi berlebihan sekunder
akibat proses inflamasi
Intervensi
i. Kaji frekwensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
R/: Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
ii. Auskultasi area paru, catat area penurunan, atau tak ada aliran udara dan bunyi
nafas adventisius, mis: krekels, mengi.
R/: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi Dengan cairan.
iii. Bantu pasien latihan nafas sering, tunjukkan atau Bantu pasien mempelajari,
melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk
tinggi.
R/: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas
lebih kecil.

iv. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
R/: Alat untuk menurunkan spasme bronkus Dengan mobilisasi secret.
2) Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku distraksi,gelisah.
Intervensi :

12

1. Berikan tindakan nyaman mis:pijitan punggung, perubahan posisi,


perbincangan,relaksasi/latihannafas.
R/: Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.
2. Tawarkan pembersihan mulut dengan sering
R/: Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan
membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
3. Kolaborasi
Berikan analgesic dan antitusif sesuai indikasi.
R/: Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksismal
atau menurunkan mukosa berlebihan,meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
3) Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan napas atas
sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
Intervensi:
1. Berikan pilihan cara komunikasi yang lain seperti papan dan pencil
R/: Cara komunikasi yang lain dapat mengistirahatkan laring untuk
berkomunikasi secara verbal sehingga dapat meminimalkan penggunaan pita
suara.
2. Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik, antisipasi
kebutuhan.
R/: Sentuhan diyakini untuk memberikan peristiwa kompleks biokimia Dengan
kemungkinan pengeluaran endokrin yang menurunkan ansietas.

4) Defisit kekurangan cairan yang berhungan dengan peningkatan kekurangan cairan


sekunderakibat diaphoresis yang berkaitan dengan demam.
Intervensi
1. Berikan cairan sedikitnya 2500 mL /hari (kecuali kontraindikasi) Tawarkan air hangat,
atau dingin.
R/: untuk dapat memenuhi cairan tubuh yang keluar akibat demam (khusus cairan
yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.

D. Impelentasi Keperawatan
13

Setelah rencana disusun, selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua perawat dapat
menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam implementasi
keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat mendelegasikan kepada perawat
lain yang dipercaya.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1) Mempertahankan jalan nafas tetap paten dengan mengatasi sekresi
Melaporkan penurunan kongesti
Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi
2) Melaporkan perasaan lebih nyaman
Mengikuti tindakan untuk mencapai kenyamanan analgesic, kumur, istirahat
Mempertahankan hygiene mulut yang adekuat
3) Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan,keinginan dan
tingkat kenyamanan
4) Mempertahankan masukan cairan yang adekuat
5) Mengidentifikasi strategi untuk mencegah infeksi jalan nafas atas dan reaksi alergi
6) Menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melkukan perawatan diri secara
adekuat

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis kronis, infeksi
maupun non infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang melibatkan laring. Laringitis
akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 3
minggu dan biasanya muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan
pernafasan dan demam. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah
bermanifestasi beberapa minggu sebelum pasien datang ke dokter dengan keluhan
gangguan pernafasan dan nyeri.
Manifestasi klinis laringitis sangat tergantung pada beberapa faktor seperti kausanya,
besarnya edema jaringan, regio laring yang terlibat secara primer dan usia pasien. Pasien
biasanya datang dengan keluhan satu gejala atau lebih seperti rasa tidak nyaman pada
tenggorok, batuk, perubahan kualitas suara atau disfonia, odinofonia, disfagia, odinofagia,
batuk, dispneu atau stridor. Manifestasi laringitis kronis terutama pada laringitis kronis
iritasi yang paling berat adalah terjadinya ulserasi epitelium laring dengan granulasi.
Diagnosis laringitis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang
mendasari..Laringitis kronis terbanyak disebabkan oleh iritasi misalnya asap rokok,
sehingga pasien disarankan beristirahat total dengan menghentikan kebiasaan merokok
dan demikian pula pada laringitis kronis akibat penyalahgunaan suara, pasien disarankan
beristirahat. Pada pasien non perokok, kemungkinan besar laringitis kronis dipicu oleh
iritasi silent dari asam lambung, sehingga perlu diberikan anti-refluks dari penyekat H2
hingga penyekat pompa proton, disertai modifikasi gaya hidup.
B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami laringitis ini
diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang
cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalamilaringitis.

15

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman MH. 2006 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak edisi ke 2. Jakarta :FKUI
Arief mansjoer. Suprohaita. Wahyu Ika Wardhani. & Wiwiek Setiowulan.2000 Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1. Jakarta : FKUI
Cody R Thane. Kwern B Lungene Pearson W Bruce. 1991 Buku Penyakit Telinga Hidung
dan Tenggorokan. Jakarta : EGC
Hermani B. Kartosudiro S. & Absdurrahman B. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Twelinga
Hidung dan Tenggorok Kepala leher. Jakarta : FKUI
Suzanne C. Smeltzert & Brenda G. Bare 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai