TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak
digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang
terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari
batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara dua buah membran
mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan. (Abdurrahman MH, 2006)
Laringitis akut merupakan keradangan pada laring/ laring-trakea-bronkus.
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Radang akut laring, pada umumnya merupakan
kelanjutan dari rinofaringitis ( common cold ). Pada anak laringitis akut ini dapat
menimbulkan sumbatan jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada
anak.
B. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian
dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi
yang hanya mengenai pita suara.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan
vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih
serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir
kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian
atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia,
influenza, pertusis, campak dan difteri. (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B,
2003)
C. Klasifikasi
Laringitis diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu :
1) Laringitis Akut
Laringitis akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara yang
berlebih, inhalasi polutan lingkungan. Laringitis akut ditandai dengan afonia atau hilang
suara dan batuk menahun. Gejala ini semakin diperparah dengan keadaan lingkungan
yang dingin dan kering.
laringitis akut
Rhinovirus
Laringitis kronis
Infeksi bakteri
Parainfluenza virus
Infeksi tuberkulosis
Adenovirus
Sifilis
Virus mumps
Leprae
Virus
Jamur
Actinomycosis
Alergi
Alergi
Streptococcus grup A
debu
Moraxella catarrhalis
Gastroesophageal refJluks
Alkohol
Gatroesophageal refluks
D. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin
berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,
malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan
mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host
serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis
3
dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi
mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus
secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan
merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan
memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan
nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang
peningkatan suhu tubuh. (Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)
E. Pathways
inflamasi
merangsang kelenjar
MK: nyeri
mukus
diaforesis berkaitan
produksi mukus
dengan demam
berlebihan
penyumbatan saluran
MK:defisit
nafas
kekurangan cairan
batuk hebat
MK: nyeri
pengeluaran sputum
meningkat
MK : bersihan
jalan nafas tidak
efektif
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang
biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan
kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan
sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan
temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang
sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang
disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti edema subglotis yang terjadi
dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi
gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan
ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan
darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu laringitis kronik. Selain itu, dapat terjadi
perubahan suara jika gejala suara serak tersebut terjadi selama 2 3 minggu.
Perubahan suara ni dapat diakibatkan oleh refluks asam lambung atau pajanan
terhadap bahan iritan. Hal tersebut berisiko untuk menimbulkan keganasan pada pita
suara.
H. Penatalaksanaan
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk
rumah sakit apabila :
Terapi :
1.
2.
3.
4.
Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering
I. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).
Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2) Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai
infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3) Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat
sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu
pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita
suara.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LARINGITIS
A. Pengkajian
I. Identitas Klien
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi demam,
mual, muntah, sesak, bapil, serta nyeri menelan dan pada waktu berbicara.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien merasa mual, muntah, demam, sesak, batuk, nyeri menelan apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Hal ini meliputi tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga, apakah anggota
keluarga yang menderita penyakit menular.
II. Riwayat Kesehatan dan Persalinan
1) Prenatal
Keadaan gizi Ibu sewaktu hamil, penyakit infeksi diderita Ibu selama
hamil, psikologis Ibu hamil, penggunaan jamu dan obat-obatan.
2) Natal
Meliputi keadaan Kx saat lahir, proses persalinan, kelainan-kelainan yang
didapatkan keadaan trauma saat melahirkan.
3) Post natal
Kelainan pada bayi, keadaan bayi, imunisasi yang didapat.
III. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan meliputi BB, TB
2) Perkembangan meliputi perkembangan psikososial halus dan kasar.
IV. Riwayat Imunisasi
1) Meliputi imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak, Polio.
V. Riwayat Nutrisi
Meliputi pemberian Asi dan pemberian makanan tambahan serta jenis
makanantambahan serta jenis makanan tambahan yang diberikan.
VI. Pemeriksaan Fisik
8
Keadaan umum
Sakit kepala,sakit tenggoroan dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi
hidung ,kesulitan menelan ,batuk,suara serak, demam,hidung tersumbat dan rasa
tidak nyaman dan keletihan
Inspeksi
Menunjukan pembengkakan,atau asimetris hidung juga perdarahan mukosa
hidung di inspeksi mengalami kemerahan ,pembengkakan dan polip hidung
Tonsil dan faring terdapat temuan abnormal seperti kemerahan asimetris dan
adanya pembesaran.
Palpasi
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terdapat nyeri tekan ,tenggorok terdapat
tonsil,trakea dipalpasi terdapat nyeri tekan ,nodus limfe leher terdapat nyeri tekan
dan pembesaran.
Bagaimana peran Klien dalam keluarga meliputi hubungan Klien dengan keluarga
dan orang lain.
10) Pola hubungan stress
Biasanya Klien sering melamun dan merasa cemas atas keadaan penyakitnya.
11) Pola tata nilan dan kepercayaan
Biasanya Klien terganggu dalam hal ibadahnya karena harus berobat sehingga
aktivitasnya Klien di bantu oleh keluarganya.
ANALISIS DATA
Dx
1
Symptom
Ds :
problem
Bersihan jalanNafas
tidak Efektif
Etiologi
Inflamasi
Do :
Dipsnes, nyeri pada skala : 5
Nyeri
Sekresi berlebihan
Virus, menggunakan
suara berlebih
Defisit kekurangan
Do: Suhu : 38
cairan
Inflamasi
Akral : hangat
Pengeluaran mediator
kimia darah
Peningkatan suhu
tubuh
Diaforesis berkaitan
Gangguan
dengan demam
Virus, menggunakan
komunikasi verbal
suara berlebih
Infeksi
Inflamasi
Iritasi mukosa saluran
nafas atas
11
B. Diagnosa Keperawatan
1) Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan Dengan sekresi berlebihan sekunder
akibat proses inflamasi
2) Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
3) Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku
distraksi,gelisah.
4) Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan napas atas
sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
5) Defisit kekurangan cairan yang berhubungan dengan kekurangan cairan sekunder
akibat diaphoresis yang berkaitan dengan demam.
C. Intervensi Keperawatan
1) Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan Dengan sekresi berlebihan sekunder
akibat proses inflamasi
Intervensi
i. Kaji frekwensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
R/: Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
ii. Auskultasi area paru, catat area penurunan, atau tak ada aliran udara dan bunyi
nafas adventisius, mis: krekels, mengi.
R/: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi Dengan cairan.
iii. Bantu pasien latihan nafas sering, tunjukkan atau Bantu pasien mempelajari,
melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk
tinggi.
R/: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas
lebih kecil.
iv. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
R/: Alat untuk menurunkan spasme bronkus Dengan mobilisasi secret.
2) Nyeri yang berhubungan dengan iritasi laring sekunder akibat infeksi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : sakit kepala, nyeri otot dan sendi, perilaku distraksi,gelisah.
Intervensi :
12
D. Impelentasi Keperawatan
13
Setelah rencana disusun, selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua perawat dapat
menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam implementasi
keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat mendelegasikan kepada perawat
lain yang dipercaya.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1) Mempertahankan jalan nafas tetap paten dengan mengatasi sekresi
Melaporkan penurunan kongesti
Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi
2) Melaporkan perasaan lebih nyaman
Mengikuti tindakan untuk mencapai kenyamanan analgesic, kumur, istirahat
Mempertahankan hygiene mulut yang adekuat
3) Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan,keinginan dan
tingkat kenyamanan
4) Mempertahankan masukan cairan yang adekuat
5) Mengidentifikasi strategi untuk mencegah infeksi jalan nafas atas dan reaksi alergi
6) Menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melkukan perawatan diri secara
adekuat
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis kronis, infeksi
maupun non infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang melibatkan laring. Laringitis
akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 3
minggu dan biasanya muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan
pernafasan dan demam. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah
bermanifestasi beberapa minggu sebelum pasien datang ke dokter dengan keluhan
gangguan pernafasan dan nyeri.
Manifestasi klinis laringitis sangat tergantung pada beberapa faktor seperti kausanya,
besarnya edema jaringan, regio laring yang terlibat secara primer dan usia pasien. Pasien
biasanya datang dengan keluhan satu gejala atau lebih seperti rasa tidak nyaman pada
tenggorok, batuk, perubahan kualitas suara atau disfonia, odinofonia, disfagia, odinofagia,
batuk, dispneu atau stridor. Manifestasi laringitis kronis terutama pada laringitis kronis
iritasi yang paling berat adalah terjadinya ulserasi epitelium laring dengan granulasi.
Diagnosis laringitis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang
mendasari..Laringitis kronis terbanyak disebabkan oleh iritasi misalnya asap rokok,
sehingga pasien disarankan beristirahat total dengan menghentikan kebiasaan merokok
dan demikian pula pada laringitis kronis akibat penyalahgunaan suara, pasien disarankan
beristirahat. Pada pasien non perokok, kemungkinan besar laringitis kronis dipicu oleh
iritasi silent dari asam lambung, sehingga perlu diberikan anti-refluks dari penyekat H2
hingga penyekat pompa proton, disertai modifikasi gaya hidup.
B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami laringitis ini
diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang
cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalamilaringitis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman MH. 2006 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak edisi ke 2. Jakarta :FKUI
Arief mansjoer. Suprohaita. Wahyu Ika Wardhani. & Wiwiek Setiowulan.2000 Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1. Jakarta : FKUI
Cody R Thane. Kwern B Lungene Pearson W Bruce. 1991 Buku Penyakit Telinga Hidung
dan Tenggorokan. Jakarta : EGC
Hermani B. Kartosudiro S. & Absdurrahman B. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Twelinga
Hidung dan Tenggorok Kepala leher. Jakarta : FKUI
Suzanne C. Smeltzert & Brenda G. Bare 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
16