Bab Ii
Bab Ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak merupakan organ penting dalam tubuh kita, segala aktifitas tubuh
dikoordinir oleh organ ini. Berbagai keadaan atau penyakit dapat
menimbulkan herbagai gangguan fungsi otak yang dapat menyerang baik
bagian sensorik, motorik maupun pusat-pusat vital dengan akibat kematian.
Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relative sering
terjadi. Epilepsy merupkan suatu gangguan fungsionalkronik dan banyak
jenisnya dan ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan
Kejang merupakan gejala atau manieftasi utama epilepsy dapat
diakibatkan kelainan fungsional. Serangan tersebut tidak terlalu lam, tidak
terkontrol serta timbul secara episodic. Serangan ini mengganggu
kelangsungan kegiatan yang sedang dikerjakan pasien pada saat itu. Serangan
ini berkaitan dengan pengeluaran implus neuron serebral yang berlebihan dan
berlangsung local.
Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi.
Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna
narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik,
tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas
dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara 131 orang mengidap epilepsi.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan
bayi yang baru lahir. Untuk itu saya menyusun makalah ini dengan
mengambil judul Asuhan Keperawatan Epilepsi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari epilepsi?
1.2.2 Apa etiologi dari epilepsi?
1.2.3 Bagaimana klasifikasi dari epilepsi?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari epilepsi?
1.2.5 Bagaimana manifestasi klinis dari epilepsi?
1.2.6 Apa komplikasi dari epilepsi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Epilepsi
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang
berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat
reversibel (Tarwoto, 2007)
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi (Arif, 2000)
Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang
berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya
kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan
aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik (Doenges, 2000).
Kesimpulan: gangguan kronik otak yang disebabkan lepasnya muatan
listrikabnormal di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya
kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan
aktivitas otonom dan berbagai gangguan fisik.
2.2 Etiologi
a. Epilepsi Primer (Idiopatik)
Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak
ditemukan kelainan pada jaringan otak diduga bahwa terdapat kelainan
atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area
jaringan otak yang abnormal. Faktor genetik dimana bila salah satu orang
tua epilepsi (epilepsi idiopatik) maka kemungkinan 4% anaknya epilepsi,
sedangkan bila kedua orang tuanya epilepsi maka kemungkinan anaknya
epilepsi menjadi 20%-30%.
b. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)
Faktor herediter , seperti
neurofibromatosis, hipoparatiroidisme,
hipoglikemia.
Faktor genetik seperti pada kejang demam
Kelainan congenital otak seperti atropi, agenesis korpus kolosum
hipernatremia
Infeksi seperti radang yang disebabkan virus atau bakteri pada otak dan
subdural
Neoplasma otak dan selaputnya
Kelainan pembuluh darah, malformasi dan penyakit kolagen
Keracunan oleh timbal, kamper/kapur barus, fenotiazin
Lain-lain seperti penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon,
degenerasi cerebral
Faktor precipitasi atau faktor pencetus atau yang mempermudah
terjadinya gejala
2. Grand Mal
a. Mioklonik
Pada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat
kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau
berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur.
b. Klonik
Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam,
lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai
terutama sekali pada anak.
c.
Tonik
Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya
menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan
dan ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi pada anak.
d.
Tonik- klonik
Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal
dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu
tanda-tanda yang mendahului suatu epilepsi. Pasien mendadak jatuh
pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kirakira menit diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh.
Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam
Atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas
sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun
sebentar. Epilepsi ini terutama sekali dijumpai pada anak.
2.4 Patofisiologi
Konduksi atau hantaran merupakan proses aktif yang bekerja sendiri dan
memerlukan penggunaan energi oleh saraf. Konduksi impuls saraf walaupun
cepat, namun berlangsung lebih lambat daripada listrik, karena jaringan saraf
merupakan konduktor pasif yang relatif sangat buruk. Saraf memerlukan
potensial beberapa volt untuk dapat menghasilkan impuls, sebab sel saraf
mempunyai ambang yang rendah terhadap perangsangan (impuls). Di tingkat
membran sel, sel fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena
biokimiawi, termasuk yang berikut :
a. Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami
pengaktifan.
b. Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan
menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan menurun secara
berlebihan.
c. Peningkatan suhu tubuh misalnya pada kasus kejang demam dapat
mengakibatkan peningkatan metabolisme basal 10-15% sehingga
kebutuhan akan oksigen dalam metabolisme tersebut pun akan ikut
meningkat hingga 20%. Hal tersebut yang menyebabkan terganggunya
keseimbangan membran sel neuron. Seperti yang kita ketahui bahwa
membrane sel neuron dalam keadaan normal mudah dilalui oleh ion
kalium dan ion klorida, tetapi sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion
6
kalsium. Dengan demikian konsentrasi yang tinggi ion kalium dalam sel (
intraseluler ), dan konsentrasi ion natrium dan kalsium ekstraseluler
tinggi. Sesuai dengan teori dari Dean (Sodium pump), sel hidup
mendorong ion natrium keluar sel, bila natrium ini memasuki sel,
keadaan ini sama halnya dengan ion kalsium. Bangkitan epilepsi karena
transmisi impuls yang berlebihan di dalam otak yang tidak mengikuti
pola yang normal, sehingga terjadi sinkronisasi dari impuls.
d. Defisiensi vitamin B6, konsumsi MSG berlebih, dan adanya cedera
kepala dapat mengakibatkan sinkronisasi dalam aliran listrik dalam otak.
Sinkronisasi ini dapat terjadi pada sekelompok atau seluruh neuron di
otak secara serentak, secara teori sinkronisasi ini dapat terjadi.
1) Fungsi jaringan neuron penghambat (neurotransmitter GABA dan Glisin)
kurang optimal hingga terjadi pelepasan impuls epileptik secara
berlebihan.
2) Keadaan dimana fungsi jaringan neuron eksitatorik (Glutamat dan
Aspartat) berlebihan hingga terjadi pelepasan impuls epileptik berlebihan
juga.
e. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau
elektrolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga
terjadi kelainan depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini
menyebabkan peningkatan berlebihan neurotransmitter aksitatorik atau
deplesi neurotransmitter inhibitorik.
f. Hipoglikemia
merupakan
salah
satu
penyakit
akibat
gangguan
merendahkan
c. Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen.
d. Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium baubauan tidak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit
kepala dan sebagainya).
e. Napas terlihat sesak dan jantung berdebar.
f. Raut muka pucat dan badannya berkeringat.
g. Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik
khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa
yang tidak normal seperti pada keadaan normal.
h. Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan
terkadang individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus
tersebut lewat.
i. Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara
secara tiba- tiba.
j. Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya
menendang- menendang.
k. Gigi geliginya terkancing.
l. Bola matanya berputar- putar.
m. Terkadang keluar busa dari mulut dan diikuti dengan buang air kecil.
n. klien sadar kembali dengan lesu, nyeri otot dan sakit kepala.
2.6 Komplikasi
a. Retradasi mental
b. IQ rendah
c. Kerusakan otak akibat hipoksia jaringan otak
d. Hal ini akan menyebabkan efek samping pada penurunan prestasi belajar
terutama bagi penderita yang masih dalam masa belajar.
2.7 Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Elektrolit: tidak seimbang
dapat
berpengaruh
atau
menjadi
yang
mungkin
efek psikotropik.
Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus
sedang
rektal.
f) Nitrazepam (Inogadon).
Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan
mioklonus.
g) Ethosuximide (zarontine)
Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal
h) Na-valproat (dopakene)
Obat pilihan kedua pada petit mal
Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
Obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
Efek samping mual, muntah, anorexia
i) Acetazolamide (diamox).
Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam
pengobatan epilepsi.
Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga
pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya
berbahaya.
Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya
kesamping
untuk
mencegah
lidahnya
menutupi
jalan
pernapasan.
Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras
diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah.
Untuk mencegah gigi klien melukai lidah, dapat diselipkan
kain lunak disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi
jalan pernapasannya.
Ajarkan penderita untuk
mengenali
tanda-tanda
awal
terdekat.
2) Setelah Kejang
Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah
aspirasi. Yakinkan bahwa jalan napas tidak mengalami
gangguan.
Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal.
Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba-
lingkungan
Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yang
hilang selama kejang dan biarkan penderita beristirahat.
12
kehamilan
dan
persalinan.
Program
skrining
untuk
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas: Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama: Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita
leukimia untuk masuk RS. keluhan utama pada penderita leukemia yaitu
perasaan lemah, nafsu makan turun, demam, perasaan tidak enak badan,
nyeri pada ektremitas.
c. Riwayat penyakit sekarang: Merupakan riwayat klien saat ini meliputi
keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul. Biasanya ditandai
dengan anak mulai rewel, kelihatan pucat, demam, anemia, terjadi
pendarahan ( ptekia, ekimosis, pitaksis, pendarah gusi dan memar tanpa
sebab), kelemahan tedapat pembesaran hati, limpa, dan kelenjar limpe,
kelemahan. nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan.
d. Riwayat penyakit dahulu: Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang perlu ditanyakan.
e. Riwayat kehamilan dan kelahiran: Dalam hal ini yang dikaji meliputi
riwayat prenatal, natal dan post natal. Dalam riwayat prenatal perlu
diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu. Riwayat natal
perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak
karena mempengaruhi sistem kekebalan terhadap penyakit pada anak.
Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya
aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk
mengetahui keadaan anak setelah
14
15
Kriteria hasil : tidak terjadi cedera fisik pada klien, klien dalam kondisi
aman, tidak ada memar, tidak jatuh
Intervensi Rasional
1. Observasi:
- Pantau Hasil darah menunjukkan terapi anti konvulsan
R/ untuk mengidentifikasi perkembangan atau penyimpangan hasil
yang diharapkan.
-
2. Mandiri
-
16
dengan
status
epileptikus
reda
sejenak.
Lakukan
Tanyakan pasien bila ada perasaan yang tidak biasa yang dialami
beberapa saat sebelum kejang.
17
Kolaborasi
R/Mengurangi aktivitas kejang yang berkepanjangan, yang dapat
mengurangi suplai oksigen ke otak.
Anjurkan pasien untuk memberi tahu jika merasa ada sesuatu yang
tidak nyaman, atau mengalami sesuatu yang tidak biasa sebagai
permulaan terjadinya kejang.
R/Sebagai informasi pada perawat untuk segera melakukan tindakan
sebelum terjadinya kejang berkelanjutan.
Kriteria hasil : nafas normal (16-20 kali/ menit), tidak terjadi aspirasi,
tidak ada dyspnea
Intervensi
-
Kriteria hasil:
informasi
pada
perawat
tentang
factor
yang
dapat
membantu
mengatasi
perasaan
terhadap
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan
oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan
(unprovoked) dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi
fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari
sekolompok besar sel-sel otak, bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya
epilepsi terjadi apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada
proses inhibisi.
Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi.
Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna
narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik,
tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas
dari narkotik. Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak
dalam process kelahiran, luka kepala, strok, tumor otak, alkohol. Kadang
epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsi bukan penyakit keturunan.
Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.
4.2 Saran
Kritik dan saran sangat diharapkan penulis untuk penyempurnaan makalah
ini yang bersifat membangun.
Disarankan kepada pembaca agar menghindari faktor resiko penyebab
epilepsi karena epilepsi dapat ditimbulkan karena kebiasaan yang salah.
20
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Sau unuk
Brunner dan Suddarth. EGC : Jakarta.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol 3.
EGC : Jakarta.
Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Volume 2.
Alih bahasa Agus Sunarta, dkk. EGC : Jakarta.
21