PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007) keadaan
gawat darurat adalah suatu kondisi dimana berdasarkan respon dari pasien, keluarga
pasien, atau siapa pun yang berpendapat pentingnya membawa pasien ke rumah sakit
untuk diberi perhatian tindakan medis dengan segera. Kondisi yang demikian
berlanjut hingga adanya keputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang
profesional bahwa pasien berada dalam kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi
mengancam jiwa. Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu
penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila tidak segera
ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal (Sudjito,
2007).
Masalah kesehatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen masih
menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas.
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisiologis.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme
sel tubuh, mempertahankan kehidupannya dan melakukan aktivitas bagi berbagai
organ dan sel (Iqbal, 2009).
Pernapasan terdiri dari inspirasi dan ekspirasi akan mengekspansikan rongga dada,
menurunkan tekanan didalam alveoli paru sehingga tekanan atmosfir dapat memaksa
udara masuk. Aspirasi menekan alveoli untuk memaksa udara keluar. (John A. 2013)
Paru dipisahkan dari sangkar toraks oleh rongga pleura. Pleura viseralis melapisi sisi
paru dari rongga potensial ini sedangkan pleura parietalis melapisi sisi sangkar toraks,
diantaranya dinamakan rongga potensial. Selama inspirasi, diafragma dan muskulus
interkostalis berkontraksi, melebarkan rongga toraks ke bawah dan kelateral. Karena
rongga pleura hanya merupakan rongga potensial maka paru meluas di dalam rongga
ini. Penurunan tekanan (negative) terjadi didalam alveoli, yang menyebabkan ia terisi
udara. (John A. 2013)
Untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang efektif, udara yang masuk ke
dalam paru harus berkontak erat dengan darah. Alveoli diliputi oleh kapiler
berdinding tipis sehingga ia bisa berkontak. Keadaan patologik apapun yang
menyebabkan kerusakan alveoli dan pembesaran menjadi kantong udara akan
menurunkan pertukaran gas ini secara bermakna dengan menurunkan luas
permukaan. (John A. 2013)
Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang
melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan
(karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa),
menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara adekuat normal, sehingga
mukus ini banyak tertimbun dan bersihan jalan nafas akan tidak efektif. Bila hal ini
terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan
tekanan intrathorakal dan intra abdominal yang tinggi. Dibatukkan, udara keluar
dengan akselerasi yang cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun. Mukus
tersebut akan keluar sebagai dahak (Prince, 2009).
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia
khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, tuberkulosis paru dan
asma. Dahak merupakan materi yang dikeluarkan dari saluran nafas bawah oleh
batuk. (Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2009). Batuk dengan dahak menunjukkan adanya
eksudat bebas dalam saluran pernapasan seperti pada bronchitis kronis, bronkietasis,
dan kavitas. Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam
saluran napas setiap hari.
Gawat napas adalah Suatu kegawatan yang cepat menimbulkan kematian, sehingga
harus ditangani secara cepat, tepat, cermat dan terpadu / multi disipliner.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang di maksud dengan gawat darurat ?
2. Apa saja pengelolahan gawat darurat ?
3. Apa saja tindakan yang di lakukan dalam mengatasi gawat darurat ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Gawat Nafas
1. Pengertian gawat nafas
Gawat nafas (Respiratory Distress) masih merupakan salah satu faktor penyebab
morbiditas & mortalitas yang tinggi .Pada umumnya kegawatan nafas dapat
disebabkan oleh penyakit pada paru maupun di luar paru . Ketika kegawatan terjadi
dan tidak diketahui maka hal ini akan mengancam jiwa penderita .
2. Tanda-tanda bahaya gawat nafas
Keluhan sesak / sukar bernafas
Gelisah
Nafas cepat dan dangkal Frekwensi > 35 x / menit (dewasa)
Ada gerak cuping hidung (flare positif)
Ada cekungan sela iga / jugulum waktu inspirasi
Cyanosis (tanda yang terlambat)
Tanda tanda sekunder :
Takikardi
Aritmia
Tek.darah
Keringat di tangan & dahi
3. Penyebab gawat nafas
a) Gangguan pada sentrum nafas / CNS
1) Trauma kepala
2) Intoksikasi narkotik & sedative
b) Gangguan pada saraf nafas
1) Patah tulang leher (lesi spinal)
c) Gangguan pada cavum thorax
1) Patah iga, pneumothorak
2) Nyeri pasca bedah dll
d) Gangguan pada otot nafas
1) Myasthemia gravis
e) Gangguan parenchym paru dan jalan nafas
1) Aspirasi cairan lambung
2) Edema paru
3) Pneumonia
4. Penyebab Umum Gawat Napas
a) Transient tachypnea of the newborn (TTN)
1) Definisi
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan
pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang biasanya berlangung
short-lived (< 24 jam) dan bersifat self-limited serta terjadi sesaat setelah
ataupun beberapa jam setelah kelahiran, baik pada bayi yang prematur
maupun pada bayi yang matur (lahir aterm). (Brooker,2008).
Suatu penyakit ringan pada BBL yang mendekati cukup bulan atau BBL
cukup bulan yang mengalami respiratory distress segera setelah lahir dan
hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari.
2) Faktor resiko
Bedah sesar tanpa proses persalinan
Maksosomia
Jenis kelamin laki-laki
Partus lama
Sedasi ibu berlebihan
Skor Apgar rendah (1 menit: 7)
3) Tanda dan gejala
Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit
Napas cuping hidung (nasal flare)
Sela iga cekung saat bernapas (retraksi interkostal)
Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas
Selain tanda dangejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti
bayi lainnya
4) Tanda-Tanda Klinis TTN
BBL biasanya hampir cukup bulan atau cukup bulan dan segera
takipnea lain
Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko kekambuhan atau
disfungsi paru lebih lanjut. Gejala-gejala respirasi membaik sejalan
dengan mobilisasi cairan dan ini biasanya dikaitkan dengan diuresis.
3) Amnioinfusi
h. Penatalaksanaan MAS
Penatalaksanaan di ruang bersalin (jika ketuban tercampur mekonium)
1) Obstetrik: pengisapan oropharynx oleh obgyn sebelum melahirkan
bahu
2) Pediatrik: visualisasi pita suara dan pengisapan tracheal pada saat
menggunakan ambu bag jika memungkinkan.
i. Penatalaksanaan Umum BBL dengan MAS
1) Mengosongkan isi lambung untuk menghindari aspirasi lebih lanjut.
2) Koreksi abnormalitas metabolik, misalnya hipoksia, acidosis,
hipoglikemia, hipokalsemia dan hipotermia.
3) Pemantauan untuk melihat kerusakan organ akhir hipoksik/iskemik
(otak, ginjal, jantung dan hati).
j. Penatalaksanaan Pernafasan pada BBL dengan MAS
1) Pengisapan dan vibrasi dada dengan frekuensi yang sering
2) Pulmonary toilet untuk menghilangkan meconium residual jika
diintubasi
3) Cakupan antibiotik (ampicillin dan gentamicin)
4) Gunakan CPAP
k. Hasil Akhir dan Prognosis (MAS)
1) Angka kematian bisa mencapai setinggi 50%.
2) Bayi yang bertahan hidup mungkin menderita
dysplasia
secara kausal antara lain adalah antibiotik, antimikroba, fungisida, obat anti malaria
dan sebagainya
C. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi gawat nafas
Cara mengatasi sumbatan :
1. Bila disebabkan adanya benda asing yang menutup menghalangi- menyumbat
a) Padat : ambil pindahkan buang
b) Cair : sedot hisap buang Muntahan, darah, jaringan
2. Bila sebabnya karena posisi leher yang tertekuk - luruskan, hati hati jangan beri
bantal dibawah kepala ataupun dibawah pundak
3. Bila sebabnya karena pangkal lidah yang jatuh kebelakang -Chin lift atau jaw thrust
4. Bila sebabnya tersedak Bolus
a) Back blow
b) Heimlich manouvre
c) Abdominal thrust
d) Chest thrust
5. Lihat ( Look ) : takhipnea , gerak nafas , sianosis , distensi vena leher , jejas didada
6. Dengar ( Listen ) : suara nafas ( normal , menurun ,hilang , stridor , wheezing , ronchi
7. Raba ( Feel ) : Hawa ekspirasi , emfisema subkutis,krepitasi / nyeri tekan
8. Deviasi trakhea : atelektasis , pneumothoraks ,hemato/fluidothoraks massif
Frekuesi nafas
Retraksi
0
1
<60/menit
60-80/menit
Tidak
ada Retraksi ringan
Sianosis
retraksi
Tidak
Air entry
sianosis
dengan o2
Udara masuk Penurunan
Merintih
ada Sianosis
2
>80/menit
Retraksi berat
hilang Sianosis
menetap
walaupun diberi o2
Tidak ada udara
bilateral baik
ringan
udara masuk
Tidak merintih
masuk
Dapat didangar Dapat
didengar
e) Patofisiologi
Jalan napas tersumbat
Gangguan mekanik pengembangan paru
depresi napas
Hipoksi
Hipoventilasi
Hiperkarbi
f) Gangguan nafas : hipoventilasi-henti nafas
Penyebab
Tindakan Anesthesi
Anesthesi terlalu dalam , Sisa obat pelemas otot , Obat narkotik
Penyakit
Radang otak , syaraf , stroke , tumor otak Edema paru Gagal jantung Miastenia grafis ,
Guillian Barre Syndrome