BAB I
PENDAHULUAN
penelitian
mengenai
peranan
Lembaga
Pemberdayaan
B. Penegasan Judul
Untuk memberikan makna yang jelas dan tidak menimbulkan salah
penafsiran terhadap judul yang penulis ajukan, maka akan penulis pertegas
tentang pengertian judul yang telah penulis ajukan, sebagai berikut :
1. Peranan
Menurut WJS Poerwadarminta (1976 : 735), peranan diartikan
sebagai sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang
terutama. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (1987: 220), peranan
adalah aspek dinamis dari kedudukan, apabila seseorang melakukan hakhak dan kewajiban-kewajibannya maka ia menjalankan peran.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik suatu pernyataan
bahwa seseorang melakukan peranan adalah karena kedudukannya. Dalam
hal ini penulis mengemukakan peranan Lembaga Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga dalam mengatasi kesehatan mental masyarakat.
2. Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah suatu gerakan
(movement) untuk mensejahterakan keluarga dalam rangka kesejahteraan
masyarakat (Depdagri,1973 : 21).
3. Kesehatan Mental
Dikatakan mental yang sehat apabila individu berperilaku sesuai dengan
norma da kebiasaan masyarakat atau tidak memiliki perilaku yang
menyimpang (Singgih D Gunarso,1987:177).
4. Masyarakat
Masyarakat yaitu suatu kelompok sosial yang terdiri dari beberp
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama serta saling
berinteraksi antara sesamanya, sehingga mereka dapat mengorganisasikan
dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kestuan sosial dengan
batasbatas tertentu.(Endah Entjang,1974:14)
Berdasarkan penegasan judul di atas, maka skripsi yang berjudul Peranan
Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Terhadap Peningkatan
Kesehatan Mental Masyarakat Di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu
Kabupaten Karanganyar Tahun 2007, penulis artikan sebagai suatu gerakan
yang dilakukan oleh suatu lembaga dalam meningkatkan kualitas kesehatan
mental yang terdapat pada satu kelompok masyarakat.
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih efektif dan efisien dalam penelitian, maka sangatlah perlu
diadakan pembatasan permasalahan. Dengan adanya pembatasan tersebut,
maka ruang lingkupnya menjadi jelas dan terarah serta mudah dipahami.
Adapun penelitian ini membatasi pada permasalahan sebagai berikut :
1. Objek penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah Peranan Lembaga Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga terhadap Kesehatan Masyarakat.
2. Subjek penelitian
Adapun yang menjadi Subjek penelitian adalah pengurus Lembaga
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (LPKK) dan warga masyarakat.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu
Kabupaten Karanganyar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
"Bagaimanakah peranan Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
terhadap Peningkatan Kesehatan Mental Masyarakat Di Desa Gedongan
Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 ?"
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka perlu dirumuskan tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : Untuk
mengetahui peranan Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
Terhadap Peningkatan Kesehatan Mental Masyarakat Di Desa Gedongan
Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2007
F.
Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini maka kegunaan yang diharapkan adalah :
1. Kegunaan Teoritis
a. Menambah perbendaharaan khasanah ilmu pengetahuan tentang
kesehatan mental masyarakat, yang merupakan masalah negara
b.
BAB II
KAJIAN TEORI
10
11
12
sesuatu
persoalan
yang
berhubungan
dengan
kegiatan
Lembaga
13
dimaksud
dengan
tugas
pokok
Lembaga
Pemberdayaan
14
fisik, materiil, mental spirituil dan sosial. Dimana pada dasarnya bertujuan agar
setiap warga
Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (LPKK) dapat ikut serta
secara aktif dalam segala bidang pembangunan sesuai dengan kehendak dan
aspirasi masyarakat. Adapun kegiatan Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (LPKK) adalah melaksanakan Sepuluh Program Pokok Lembaga
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (LPKK). Dalam melaksanakan sepuluh
program pokok Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (LPKK) ini
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Pendidikan dan ketrampilan
b. Mengembangkan kehidupan koperasi
c. Kesehatan
d. Kelestarian lingkungan hidup
e. Perencanaan sehat
f. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
g. Gotong royong
h. Pangan
i. sandang
j. Perumahan dan tata laksana rumah tangga (Departemen Dalam
Negeri,1979 : 14).
Untuk melaksanakan sepuluh program pokok Lembaga Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (LPKK) tersebut maka tim penggerak Lembaga
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (LPKK) telah membagi beberapa
15
kelompok kerja, untuk orgarusasi yang ada di desa dengan perincian sebagai
berikut :
a. Seksi I Pengembangan pendapatan keluarga
Program kerja yang dilaksanakan oleh kelompok ini mencakup bidang
Pendidikan dan Ketrampilan, program mengembangkan kehidupan
berkoperasi.
b.
16
b.
c.
17
18
Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor yang erasal dari dalam diri individu.
Termasuk faktor intern adalah sebagai berikut:
1) Kuatnya kemampuan pengawasan diri terhadap pengaruh
lingkungan.
2) Adanya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan
yang tinggi.
3) Terbentuknya dasr-dasar keagamaan di dalam diri, sehingga
individu dapat mengukur norma luar atau menilik norma yang
baik dilingkungan masyarakat, dengan perkataan lain individu
yang demikian amat dapat mengontrol lingkungan yang kurang
baik. (Sofyan S. Wilis, 1991: 64)
b.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu,
yaitu berasal dari keluarga, sekolah maupun masyarakat. Khususnya
keluarga dimana dalam keluargalah pendidikan pertama yang dialami
individu. Oleh sebab itu keluarga menjadi sangat penting dakalam
berperan membangun kesehatan mental individu.(Kartini Kartono,
1986:57).
19
b.
b.
20
a.
Reflexive respons, yaitu respons yang ditimbulakn leh perangsangperangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu
disebut elicting stimuli (Sumadi Suryabrata, 1998: 271).
Reflexive respons menimbulkan respons-respons yang secara trelatif
tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada
umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului
respons yang ditimbulkan.
b.
predeposisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan caracara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu
maupun berupa objek-objek tertentu (Bernhard, 1986: 275). Perilaku
tersebut akan memberi arah kepada perbutan atau tindakan seseorang identik
dengan jiwa seseorang. Seseorang mungkin saja melakukan perbuatanperbuatan yang bertentangan denga sikap yang sebenarnya.
Berdasarkan pada fase negatif tersebut maka dimungkinkan timbul
perilaku menyimpang dari individu yang akan berakibat pada menurunya
21
b.
anak,
sempitnya
lahan
pertanian
akibat
pembangunan
22
23
Kenakalan sebenarnya
Kenakalan-kenakalan sebenarnya merupakan tingkah laku yang melanggar
nilai-nilai sosial dan nilai-nilai moral sehingga merugikan diri sendiri ataupun
merugikan orang lain (Singgi D. Gunarsa, 1995 : 17). Tingkah laku-tingkah
laku ini sering mengkhawatirkan dan menimbulkan kegelisahan orang tua.
Anak khususnya mulai beranjak dewasa, ditinjau dari perkembangan
individu memasuki masa yang langsung mengikuti masa puber yang
berlangsung dalam waktu singkat. Masa ini sering ditandai oleh sifat-sifat
negatif pada si anak sehingga masa ini sering disebut masa atau fase negatif.
Pengertian perilaku menyimpang seperti yang dikemukakan oleh Kartini
Kartono adalah sebagai berikut :
Juvenile delinquency yang artinya : juvenile berasal dari bahasa latin
Juveniles artinya anak-anak, anak muda; ciri karakteristik pada masa
muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Delinquency berasal dari
kata latin Delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan yang
kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a sosial, kriminal,
pelanggaran aturan, pembuat ribut, pengacau, pentetor, tidak dapat
diperbaiki lagi, durjana, dursila dan lain-lain. Delinquency itu selalu
mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan
yang dilakukan oleh anak muda di bawah usia 22 tahun (Kartini
Kartono, 1986:7).
Pendapat lain secara jelas memberikan definisi tentang perilaku
menyimpang dalam bentuk kenakalan yaitu : Kelinan tingkah laku atau
tindakan yang bersifat a sosial bahkan anti sosial yang melanggar norma-norma
sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat(Sofyan
S. Wilis, 1991 : 17).
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku
menyimpang
merupakan
perbuatan
sebagian
individu
yang
24
Pencurian
Penipuan
Perkelahian
Pengrusakan
Penganiayaan
Perampokan
Narkotika
Pelanggaran susila
Pembunuhan
Kejahatan (Kartini Kartono, 1986 : 7)
b.
c.
d.
25
f.
g.
h.
26
pergi
meninggalkan
sekolah
tanpa
27
tidak
sopan,
tidak
senonoh,
seolah-olah
28
kesejahteraan
masyarakat.
Bahwa
Lembaga
Pemberdayaan
29
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Nana Sudjana (1989 : 16) menyatakan bahwa metode mengandung
makna yang lebih luas menyangkut prosedur dan cara melakukan verifikasi
data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah
penelitian, termasuk untuk menguji hipotesis.
Dari pengertian di atas, maka penulis menyampaikan bahwa yang
dimaksud dengan metode adalah ilmu yang membicarakan tentang cara
untuk melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau
menjawab masalah penelitian termasuk untuk menguji hipotesis.
Sedangkan penelitian adalah "kegiatan ilmiah mengumpulkan
pengetahuan baru dari sumber-sumber primer, dengan tekanan tujuan pada
penemuan, prinsip-prinsip umum, serta mengadakan ramalan generalisasi di
luar sampel yang diselidiki". (Winarno Surakhmad,1982 : 28)
Dari pengertian metode dan penelitian di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang jalan atau cara untuk menemukan, mengembangkan,
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode diskriptif.
Masri Singarimbun (1989 : 34) berpendapat bahwa "penelitian yang
dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial
31
Lembaga
Pemberdayaan
Kesejahteraan
Keluarga
terhadap
32
B. Sumber Data
Menurut Lexy j. Moleong (2000 : 45) menyebutkan bahwa "sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan buku-buku".
Sedangkan menurut HB. Sutopo (1996 : 6) menyebutkan bahwa "Dalam
penelitian kualitatif, sumber datanya dapat berupa manusia, pertanyaan, dan
tingkah laku, dokumentasi dan arsip serta benda lain".
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu
pengertian bahwa dalam penelitian kualitatif sumber data dapat digolongkan
dalam dua kelompok yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer adalah informan, yaitu orang yang dipandang mengetahui
permasalahan yang akan dikaji dan bersedia memberikan informasi secara
jelas mengenai data yang diperlukan. Sedangkan sumber data sekunder
adalah segala sesuatu yang mendukung dan relevan dengan masalah yang
akan diteliti yaitu dapat berbentuk literatur, undang-undang, arsip dan
dokumen lainnya.
Adapun sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini yaitu :
1. Informan
Informan adalah orang yang dipandang mengetahui dan memahami
permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan
informasi kepada peneliti, serta mengetahui secara mendetail tentang
33
ini
terdiri
dari
pengurus
Lembaga
Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (LPKK) Desa Gedongan. Dari informaninforman ini digali informasi tentang usaha Lembaga Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (LPKK) Desa Gedongan dalam mengatasi
kesehatan masyarakat di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu
Kabupaten Karanganyar.
2. Tempat dan peristiwa
Tempat dan peristiwa dapat digunakan sebagai sumber data, informasi
mengenai kondisi lokasi dari peristiwa atau kegiatan dapat diperoleh
lewat sumber lokasinya. Tempat yang relevan dengan pokok
permasalahan adalah Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(LPKK)
Desa
Gedongan
Kecamatan
Colomadu
Kabupaten
adalah
kegiatan
yang
dijalankan
Lembaga
34
35
1. Wawancara
Metode ini berguna untuk mendapatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada responden (Masri Singarimbun, 1987:145).
Wawancara adalah proses tanya jawab secara lisan yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih yang saling berhadapan, yang satu dapat melihat
muka yang lain dan dapat mendengar dengan telingannya sendiri. Sebagai
metode pengumpulan data, wawancara dilakukan dengan jalan tanya
jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis yang mengacu pada
tujuan yang hendak dicapai. Umumnya dua orang atau lebih hadir dan
masing-masing pihak dapat berkomunikasi secara wajar.
Dalam wawancara biasanya terdapat dua belah pihak yang masingmasing mempunyai kedudukan yang berbeda. Pihak yang satu sebagai
pencari informasi dan yang lain sebagai pemberi informasi. Sebagai
pencari informasi seseorang dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
meminta penjelasan, mencatat atau mengingat-ingat jawaban yang
diberikan, sedangkan sebagai pihak pemberi informasi diharapkan dapat
memberikan jawabanjawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh
pencari informasi dan jika perlu dan diminta memberikan penjelasan
seperlunya. Wawancara dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, antara
lain:
36
pertanyaan-pertanyaan
akan
tetapi
pertanyaan-
37
dapat
digunakan
secara
efisien
untuk
keperluan
pengecekan.
2. Memakan waktu terlalu banyak dan memboroskan biaya dan
tenaga
3. Hanya cocok untuk penelitian tipe eksploratif.
Kebaikan wawancara tak terpimpin :
1. Cocok untuk penyelidikan pendahuluan
2. Tidak memerlukan keahlian yang mendalam
3. Karena bebasnya itu maka suasananya menjadi bebas dan wajar.
4. Karena suasananya wajar kemungkinan data yang diperoleh lebih
mendalam.
b. Wawancara terpimpin
Wawancara terpimpin merupakan kebalikan dari wawancara tak
terpimpin. Dalam wawancara terpimpin pihak pencari informasi atau
pencari data menggunakan pedoman wawancara yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Garis pembicaraan terarah dan terpimpin
oleh pedoman yang tidak boleh menyimpang.
Kelemahan wawancara terpimpin :
1. Daftar pertanyaan yang sudah jadi dan tinggal menanyakan akan
menyerupai kuesioner yang diberikan secara lisan, akibatnya
jalannya wawancara akan menjadi kaku dan beku.
38
2. Suasana hubungan antara pewawancara dengan yang diwawancarai menjadi terlalu formal sehingga memungkinkan data
yang diperoleh kurang mendalam.
Kebaikan wawancara terpimpin :
1. Pertanyaan lebih terarah sehingga lebih gampang melaksanakannya.
2.
39
kelebihan
disamping
juga
ada
kelemahannya.
Adapun
penelitian-penelitian
sosial
hampir
tidak
pernah
40
2. Tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan yang diwawancarai sehingga informasi tidak dapat diperoleh secara teliti.
Jalan dan isi wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan
3.
41
b.
c.
d.
Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan.
e.
42
trianggulasi
yaitu
mengumpulkan
data
sejenis
dengan
Triangulasi Data
Dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik tingkat
43
b.
Triangulasi Metode
Dilakukan dengan mengecek tingkat kesahihan data penelitian
mengorganisasikan
data
yaitu
mengatur,
mengurutkan,
44
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model interaktif. Dalam jenis penelitian ini, terdiri dari tiga komponen yang
dianggap penting. Ketiga komponen tersebut adalah reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi data (HB. Sutopo, 1990 : 82). Pelaksanaan
ketiga komponen utama proses analisis data penelitian kualitatif tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan bagian dari analisis data, yaitu suatu kegiatan
analisis data yang dilaksanakan untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang halhal yang tidak penting dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk dilakukan penarikan
kesimpulan akhir (HB. Sutopo, 1990 : 83).
Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian dan
sebenarnya telah dimulai jauh sebelum pelaksanaan pengumpulan data, yaitu
pada penyusunan proposal penelitian dan akan berakhir setelah laporan akhir
penelitian ini selesai ditulis. Reduksi data pada saat pengumpulan data,
berupa kegiatan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh,
membuat coding, memusatkan tema, membuat batas-batas permasalahan dan
membuat memo.
2. Sajian data
Sajian data merupakan rakitan kalimat atau rakitan informasi-informasi
yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan penarikan kesimpulan atau melakukan tindakan lain
45
data
terakhir. Kesimpulan-kesimpulan
sementara
yang
46
Pengumpulan
Sajian
Data
Data
Reduksi
Data
Penarikan kesimpulan/
verifikasi
Data
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengajukan judul dan permasalahan, yang disusun dalam bentuk
proposal kepada pembimbing.
2. Meminta surat ijin penelitian kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo untuk
mengadakan penelitian.
3. Mengadakan kunjungan ke Desa Gedongan yang akan dijadikan tempat
penelitian dalam rangka memperoleh ijin.
4. Membicarakan rencana kegiatan penelitian dengan Kepala Desa atau yang
ditunjuk dan melakukan observasi untuk mengetahui hal-hal yang
diperlukan dalam penelitian agar pelaksanaan penelitian berjalan lancar
5. Mencari dan mengumpulkan bahan literatur penelitian
6. Mempersiapkan instrumen pengumpulan data, meliputi dokumentasi dan
wawancara.
7. Melakukan pengumpulan data.
48
Dusun Gedongan
b.
c.
d.
Dusun Pepe
e.
Dusun Kleben
b.
c.
Sebelah
timur
berbatasan
dengan
Desa
Klodran
Kecamatan Colomadu
d.
Sebelah
barat
berbatasan
dengan
Desa
Gawanan,
Kecamatan Colomadu.
Lahan atau areal tanah yang berada di Desa Gedongan yang luasnya mencapai
2490 Ha dipergunakan untuk pemukiman penduduk, persawahan dan
keperluan lainnya. Karena sebagian besar penduduk Desa Gedongan adalah
sebagai petani, maka lahan merupakan salah satu factor utama untuk
49
Kondisi Demografi
Jika dilihat pada data monografi, jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit
daripada perempuan. Dibawah ini komposisi penduduk di Desa Gedongan
berdasarkan berbagai Klasifikasi yaitu:
b.
b.
c.
d.
50
3.
Pendidikan
Salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi keadaan sosial
budaya suatu wilayah adalah faktor pendidikan, karena pendidikan
memegang peranan dalam modernisasi masyarakat, dalam arti mengubah
sikap, pandangan serta pola pikir yang tradisional dan sulit untuk
menerima hal-hal yang bersifat baru menjadi sikap yang lebih terbuka dan
maju.
Dengan pendidikan sumber daya manusia suatu daerah akan bisa
ditingkatkan kualitasnya sehingga dengan sumber daya manusia yang
51
tingkat
Agama
Dari 5254 orang penduduk Desa Gedongan sebagian besar beragama
Islam. Kegiatan keagamaan yang rutin dijalani antara lain sholat
berjamaah di masjid dilanjutkan dengan ceramah pengajian baik anakanak maupun orang dewasa serta adanya Taman Pendidikan Al Qur'an 5
buah. Bagi yang beragama Kristen diadakannya kegiatan Pemahaman
Alkitab. Sebagai penunjang sarana peribadatan di Desa Gedongan terdapat
10 buah masjid, 6 mushola dan 1 gereja.
52
c.
Kesehatan
Selain faktor pendidikan dan agama, faktor kesehatan juga
berpengaruh terhadap kondisi sosial budaya masyarakat, khususnya
berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat.
4.
C. Hasil Penelitian
Ada dua metode dalam pengumpulan data yaitu dari dokumentasi dan
dari wawancara. Deskripsi hasil penelitian merupakan gambaran hasil
penelitian yang telah diperoleh yang meliputi daftar anggota sample dan
hasil dari jawaban wawacara. Adapun sample wawancara terstratifikasi
berdasarkan jabatan ada empat criteria yaitu aparatur desa, masyarakat
biasa, pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (LPKK)
dan pemuka agama.
53
Nama
Tri Wiyono
Tono Dihardjo
Henri Winandar
Bun Winarko
Sri Rohmani
Siti Khodijah
Patut Rahardjo
Wardino
Pekerjaan
Kepala Desa
Ketua RT
Mahasiswa
Wiraswasta
PNS
PNS
Wiraswasta
Petani
Kriteria
Aparatur Desa
Aparatur Desa
Masyarakat Biasa
Masyarakat Biasa
Pengurus LPKK
Pengurus LPKK
Pemuka Agama
Pemuka Agama
Usia
44
56
21
35
45
43
40
55
54
memilki
tingkat
kesehatan
mental
yang
55
Lembaga
Pemberdayaan
Kesejahteraan
Keluarga
56
Lembaga
Pemberdayaan
Kesejahteraan
Keluarga
57
58
59
a.
b.
c.
3. Kegiatan Sosial
Kegiatan Sosial yang biasa dilakukan Lembaga Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (LPKK) Desa Gedongan yaitu menyantuni anak
kurang mampu dengan bantuan seperti alat tulis maupun uang tunai.
Kegiatan ini biasanya dilakukan untuk anak yang berprstasi tetapi
kurang mampu. Disamping itu Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (LPKK) Desa Gedongan juga terkadang memberikan bantuan
berupa sembako gratis kepada warga dari kalangan keluarga miskin.
Diharapkan dengan kegiatan ini akan memacu anggota masyarakat
untuk tidak hanya menjadi penonton tetapi menjadi aktor utama untuk
membantu mereka yang kurang mampu sehingga tenggang rasa sesama
warga masyarakat akan dapat lebih dirasakan sehingga tercipta rasa
saling membantu diantara warga masyarakat.
Kegiatan sosial Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(LPKK) Desa Gedongan yaitu menjenguk warga masyarakat yang
sedang sakit keras dan memberi santunan kepada keluarga yang terkena
60
Lembaga
61
hasil
penyusun
penelitian
masyarakat
terbukti
bahwa
berpendapat
sebagian
bahwa
besar
Lembaga
Keluarga
(LPKK)
lebih
bersemangat
lagi
untuk
62
kurang,
dikarenakan
terurama
kultur
dalam
masyarakat
hal
desa
keanggotaan.
yang
masih
Hal
tersebut
belum
berani
organisasi
kepemudaan.
Untuk
itu
sebaiknya
Lembaga
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari keseluruhan pembahasan di atas, maka pada pokok
pembahasan berikut ini dapat ditarik kesimpulan dari kajian tentang
peranan
Lembaga
Pemberdayaan
Kesejahteraan
Keluarga
dalam
gangguan
kejiwaan.
Kegiatan
kemasyarakatan
meliputi
64
manusia
berperilaku.
B.
65
a.
b.
Penyuluhan dan pembinaan sebaikilya diarahkan kepada halhal yang biasa dialami oleh warga masyarakat setempat
2.
Kepada Masyarakat
a.
Usaha
peningkatan
pemerintah
kesehatan
bersama-sama
mental
dengan
dilakukan
seluruh
sebab
oleh
tanpa
sendiri/keluarga
yang
akhirnya
tercipta
kesehatan
harus
diprogram
Usaha
peningkatan
kesehatan
mental
66
DAFTAR PUSTAKA
67