html
KONSEP DASAR AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM) / IUD (INTRA
UTERINE DEVICE)
Dr. Suparyanto, M.Kes
KONSEP DASAR AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM) / IUD (INTRA UTERINE DEVICE)
1. DEFINISI AKDR
1.
AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010).
2.
AKDR adalah suatu usahah pencegahan kehamilan dengan menggulungkan secarik kertas yang terbuat dari secarik kertas, diikat dengan
benang lalu dimasukkan kedalam rongga rahim (Handayani, 2010).
3.
AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai
oleh semua wanita usia reproduktif (Handayani, 2010).
4.
AKDR atau spiral adalah suatu alat yang dimasukkan kedalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Handayani, 2010).
5.
AKDR atau IUD adalah suatu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif
fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam
uterus (Hidayati, 2009).
6.
Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi yang digunakan dalam rahim sebagai pencegah kehamilan. Cara kerjanya sebagai
benda asing dalam rahim dapat menimbulkan reaksi peradangan setempat. Tembaga yang terdapat di dalam IUD mempengaruhi reaksi biokimia
dalam rahim yang menyebabkan disfungsi sperma sehingga tidak mampu melakukan pembuahan. Intra uterine device (IUD) relatif aman dan efektif
dalam mencegah kehamilan (Hidayati , 2009).
2. JENIS AKDR
1. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang
terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2:
1.
Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7.Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2.
Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan Graten Ber Ring.
3.
4.
5.
b.LNG 20
1.
Mengandung 46-60 mg Levonolgestrel, dengan pelepasan 20g per hari.
2.
3.
Angka kegagalan /kehamilan angka terendah: <0,5 per 100 wanita per tahun.
4.
Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25%
mengalami amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit (Handayani, 2010).
berkurang. Perubahan cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma atau ovum yang diambil dari pemakai AKDR yang
mengandung tembaga memeperlihatkan degerasi mencolok (WHO, 1997).
Pengawasan hormon secara dini memperlihatkan bahwa tidak terjadi kehamilan pada pemakai AKDR modern yang mengandung tembaga.
Dengan demikian, pencegahan implantasi bukan merupakan mekanisme kerja terpenting kecuali apabila AKDR yang mengandung tembaga
digunakan untuk kontrasepsi pasca coitus. LNG-IUS menginduksi atrofi dan produksi mukus serviks antagonis, yang akan meningkatkan efektifitasnya
(Anna dan Ailsa: 2006).
5.
uteri.
AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lendir serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk melewati kavum
6.
Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan
memepengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan suksual terjadi)
dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur
yang telah dibuahi.
7.
Dari penelitian-penelitian terakhir, didangka bahwa IUD juga mencegah spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilitas). Ini terbukti
dari penelitian di Chili: a.Diambil ovum dari 14 wanita pemakai IUD dan 20 wanita tanpa menggunakanan kontrasepsi. Semua wanita telah melakukan
senggama sekitar waktu ovulasi.; b.Ternyata ovum dari wanita akseptor IUD tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda fertilitas maupun perkembangan
embrionik normal, sedangkan setengah jumlah ovum pada wanita ynag tidak menggunakan kontrasepsi menunjukkan tanda-tanda fertilisasi dan
perkembangan embrionik normal.; c.Penelitian ini menunjukkan bahwa IUD antara lain bekerja dengan cara mencegah terjadinya fertilisasi.
8.
Untuk IUD yang mengandung Cu: a.Antagonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carboniyc anhydrase yaitu
salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita, dimana Cu menghambat reaksi carboniyc anhydrase sehingga tidak memungkinkan terjadinya
implantasi dan juga mugkin menghambat aktivasi alkali phosphatase.; b.Mengganggu pengambilan estrogen endogeneuse oleh mukosa uterus.;
c.Menganggu jumlah DNA dalm sel Endometrium.; d.Mengganggu metabolisme glikogen.
9.
Untuk IUD yang mengandung hormon progesteron. a.Gangguan proses pematangan proliferatif sekretoir sehingga timbul penekenan
terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi endometrium tetap berada dalam fase decidual/progestational.; b.Lendir serviks yang
menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin (Handayani:2010).
4. EFEKTIVITAS IUD
1.
Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa: Ekspulsi
spontan, terjadinya kehamilan dan pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.
2.
Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada : a.IUD-nya : Bentuk, Ukuran, dan mengandung CU atau progesteron. b.Akseptor
(1). Umur : makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, makin rendah angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. 2). Paritas : makin
muda usia, terutama pada nuligravida, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. 3). Frekuensi senggama.
3.
Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125-170 kehamilan). (Handayani:2010)
5. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN IUD
A. KEUNTUNGAN
1.
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
2.
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-308A dan tidak perlu diganti).
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak ada infeksi).
9.
Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
10.
11.
12.
AKDR modern bersifat efektif dan bekerja lama, sementara AKDR tembaga harganya sangat murah. Alat ini menghasilkan kontrsepsi
sampai 10 tahun sehingga sangat efisien dari segi biaya (Anna dan Ailsa:2006).
13.
LNG-IUS memiliki manfaat tambahan selain kontrasepsi dan semakin sering digunakan untuk penatalaksanaan masalah-masalah
ginekologis (Sturridge dan Guilebaud: 1997). Alat ini mengurangi secara nyata jumlah darah menstruasi dan dismenore serta dapat bermanfaat dalam
terapi menorargia (Anderson dan Rybo: 1990). Namun bercak darah yang berulang sering mendahuluinya oligomenore, terutama selama 3 bulan
pertama pemakaian (Anna dan Ailsa, 2006)
14.
AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan kesuburan berlangsung cepat (angka konsepsi 78-88% setelah 12 bulan dan
92-97% pada 3 tahun setelah pengeluaran). Kesuburan cepat pulih setelah pengeluaran LNG-IUS (Anna dan Ailsa, 2006).
B. KERUGIAN
1.
Efek samping yang umum terjadi: a.Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan). b.Haid
lebih lama dan banyak. c.Perdarahan (spotting) antar menstruasi. d.Saat haid lebih sakit (disminorea).
2.
Komplikasi lain: a.Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan. b.Perdarahan hebat diwaktu haid atau
diantaranya dapat memungkinkan penyebab anemia. c.Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
3.
4.
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
5.
Penyakit radang panggul dapat terjadi setelah wanita dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
6.
Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
7.
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang selama 1-2 hari.
8.
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR.
9.
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan).
10.
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
11.
Perempuan harus memeriksakan posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke
dalam vagina , sebagian perempuan tidak mau melakuakan ini.
6. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI IUD
1.Indikasi
1.
Usia reproduksi.
2.
Keadaan nulipara.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pasca abortus.
3.
4.
Pasien obesitas/kurus.
5.
6.
Penderita Ca payudara.
7.
8.
9.
10.
Menderita hipertensi, jantung, malaria, skistomiasis (tanpa anemia), penyakit tiroid, epilepsi, atau TBC non pelvis.
11.
Pasca KET.
12.
2.Kontraindikasi
a). Kontraindikasi Mutlak
1.
2.
3.
Memiliki IMS yang aktif atau baru terjadi dalam tiga bulan terakhir.
4.
5.
Rongga uterus mengalami distorsi hebat sehingga pemasangan atau penempatan sulit dilakukan, fibroid besar (Uliyah, 2010).
6.
7.
b)Kontraindikasi Relatif
1.
Usia pemakai yang masih muda dan sangat rawan terjangkit IMS, karena tingkat aktivitas seksual yang masih sangat tinggi.
2.
3.
Menorargia dan anemia. ini adalah kontraindikasi relatif untik spiral tembaga tetapi indikasi untuk LNG-IUS.
4.
5.
Penderita penyakit katup jantung memiliki risiko endokarditis bakterialis subakut terutama saat pemasangan spiral.
6.
Perempuan yang menderita katup jantung prostetik harus diberikan antibiotik disaat pemasangan.
7.
Baru mengidap penyakit trofoblas jinak. Perdarahan yang tidak teratur bisa mempersulit tindak lanjut dan penatalaksanaan penyakit ini.
8.
Sedang mendapat terapi koagulan. Pemakaian spiral dari tembaga bisa memperparah perdarahan. Yang cocok untuk penderita penyakit
ini adalah (spiral) LNG-IUS (Uliyah, 2010).
9.
10.
Insufisiensi serviks.
11.
Tumor ovarium.
12.
Gonorea.
13.
Dismenore.
14.
15.
7. INSERSI/PEMASANGAN IUD
Perforasi uterus
2. Untuk sukses/berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal, yaitu:
Ukuran dan macam IUD beserta tabung inserternya.
b. Insersi Post-Partum
Inseri IUD adalah aman dalam beberapa hari post-partum, hanya kerugian paling besar adalah angka kejadian ekspulsi sangat tinggi.
Tetapi menurut penyelidikan di Singapura, saat yang terbaik adalah delapan minggu post-partum. Alasannya karena antara empat dan delapan minggu
post-partum bahaya perforasi tinggi sekali.
c. Insersi Post-Abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera dipasang sesudah:
1.
Abortus trimester I: Ekspulsi, infeksi, perforasi, dan lain-lain sama seperti pada insersi interval.
2.
Abortus trimester II: Ekspulsi 5-10 kali ebih besar daripada abortus setelah trimester I.
d.Insersi Post-Coital
Dipasang maksimal 5 hari setelah senggama tidak terlindungi.
4. Tekhnik Insersi, ada tiga cara:
b). Langkah 2
1.
Periksa genitalia eksterna untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar getah bening (bubo), pembengkakan kelenjar bartholini
dan kelenjar skene.
2.
Lakukan pemereiksaan spekulum untuk memeriksa adanya cairan vagina, servisitis, dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan.
3.
Lakukan pemeriksaan panggul untuk menetukan besar, posisi uterus, konsistensi dan mobilitas uterus. Untuk memeriksa adanya nyeri
goyang serviks dan tumor pada adneksa atau pada kavum douglasi.
c). Lagkah 3
Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi untuk memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial vaginosis (preparat
basah Saline dan KOH serta pemeriksaan pH) untuk memeriksa adanya gonorea atau klamidia.
d). Langkah 4
Masukkan lengan AKDR Copper T-380 A di dalam kemasan sterilnya.
e). Langkah 5
akan tenakulum untuk menjepit serviks poada posisi jam 1 atau jam 11.
f). Langkah 6
Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman kavum uteri. Memasukkan sonde sekali masuk dengan tekhnik
tanpa sentuh (no touch) dimaksudkan untuk mengurangi risiko infeksi.
g). Langkah 7
Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri.
Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan sonde uterus) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina
berada dalam satu garis lurus.
Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi AKDR kedalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi
leher biru dalam arah horizontal.
Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan
dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.
Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan, sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal
pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di fundus (puncak kavum uteri).
Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati
sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan AKDR akan berada tetap di tempat yang setinggi mungkin dalam kavum
uteri.
Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu benang tampak tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4
cm, potong benang tersebut degan menggunakan gunting mayo yang tajam.
Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dati tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahn terhenti.
h). Langkah 8
Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
i). Langkah 9
Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai.
j). Langkah 10
Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa benang AKDR (dengan model bila tersedia).
Minta klien menunggu di klinik selam 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.
6. Langkah-langkah pencabutan AKDR
a). Langkah 1
Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk bertanya.
b). Langkah 2
Memasukkan spukulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
c). Langkah 3
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
d). Langkah 4
Mengatakan kepada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta klien untuk tenang dan menarik napas panjang.
Memberitahu mungkin timbul sakit tapi itu normal.
Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung (ekstraktor) yang sudah didisinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk
mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR
masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila
tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR kedalam kavum uteri untuk menjepit benang atau AKDR itu sendiri
Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar pelanpelan sambil tetap menarik selama klien tidak mengeluh sakit. Bola dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis
servikalis yang sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati,
sambil memutar klem. Jangan menggunakan tenaga besar (YBPSP, 2006).
8. PENANGANAN EFEK SAMPING IUD
1. Amenorea
Pastikan hamil atau tidak. Bila klien tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut cukup konseling saja. Salah satu efek samping menggunakan
AKDR yang mengandung hormon adalah amenorea (20-50%). Jika terjadi kehamilan kurang dari 13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut AKDR.
Nasihatkan agar kembali ke klinik jika terjadi perdarahan, kram, cairan berbau atau demam. Jangan mencabut AKDR jika benang tidak kelihatan dan
kehamilannya kurang dari 13 minggu. Jika klien hamil dan ingin meneruskan kehamilannya tanpa mencaut AKDR-nya, jelaskan kepadanya tentang
meningkatnya resiko keguguran, kehamilan preterm, infeksi, dan kehamilannya harus diawasi ketat.
2. Kram/kejang
Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi dan beri pengobatan yang sesuai. Jika kramnya tidak parah dan tidak ditemukan penyebabnya, cukup
diberi analgetik saja. Jika penyebabnya tidak dapat ditemukan dan menderita kram berat, cabut AKDR atau cari metode kontrasepsi lain.
3. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik, rujuk klien bila dianggap perlu. Bila tidak ditemukan kelainan patologik
dan perdarahan masih terjadi, dapat diberi ibuprofen 3 x 800 mg untuk satu minggu, atau pil kombinasi satu siklus saja. Bila perdarahan banyak beri 2
tablet pil kombinasi untukk 3-7 hari saja, atau boleh juga diberi 1,25 mg estrogen equin konyugasi selama 14-21 hari. Bila perdarahan terus berlanjut
sampai klien anemia, cabut AKDR dan bantu klien memilih metode kontrasepsi lain.
4. Benang hilang
Periksa apakah klien hamil. Bila tidak hamil dan AKDR masih ditempat, tidak ada tindakan yang perlu dilakukan. Bila tidak yakin AKDR
masih berada di dalam rahim dan klien tidak hamil, maka klien dirujuk untuk dilakukan rontgen/USG. Bila tidak ditemukan, pasang kembali AKDR
sewaktu dating haid. Jika ditemukan kehamilan dan benang AKDR tidak kelihatan, lihat penanganan amenorea.
5. Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Bila penyebabnya kuman gonokukus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan pengobatan yang sesuai.
Bila klien dengan penyakit radang panggul, berikan antibiotika selama 2 hari dan baru kemudian AKDR dicabut dan bantu klien untuk memilih
kontrasepsi lain.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Alimul, A. Aziz Hidayat. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
2.
3.
Glassier, Anna dan Gebbie Ailsa. 2006. Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.
4.
Hadyani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihanna.
5.
Hanafi, Hartanto. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
6.
Hidayati, Ratna. 2009. Metode Dan Tekhnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta : salemba Medika,
7.
8.
9.
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
10.
11.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
12.
Nursalam. 2009. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Uliyah, Maratul. 2010. Panduan Aman Dan Sehat Memilih Alat KB. Yogyakarta : Insania.
21.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontra Sepsi. Jakarta : Tridasa Printer.