Anda di halaman 1dari 30

2015

PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN PEKERJAAN DIREKTORAT
JENDERAL TATA RUANG YANG DILAKSANAKAN
MELALUI DEKONSENTRASI BIDANG PENATAAN
RUANG

TAHUN 2015

BUKU 3
PENGELOLAAN KSN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Direktorat Jenderal Tata Ruang

PETUNJUK TEKNIS
PELAKSANAAN PEKERJAAN
DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG
YANG DILAKSANAKAN MELALUI DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG

TAHUN 2015

BUKU 3
PENGELOLAAN KSN

DAFTAR ISI
Daftar Isi ........................................................................................ i

BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran ....................................................... 2
1.3.1 Maksud ................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan .................................................................................. 2
1.3.3 Sasaran ................................................................................ 2
1.3. Ruang Lingkup ............................................................................... 2
1.4. Manfaat ......................................................................................... 3
1.5. Referensi ........................................................................................ 3

BAB II Substansi Pekerjaan


2.1. Fasilitasi Penyusunan Raperpres RTR KSN ................................... 5
2.1.1 Maksud dan Tujuan ............................................................. 5
2.1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan .................................................... 5
2.1.3 Sasaran Operasional ............................................................. 5
2.1.4 Keluaran ............................................................................... 6
2.1.5 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan ....................................... 6
2.1.6 Pendanaan ........................................................................... 8
2.2. Fasilitasi dan Koordinasi Keterpaduan Program Pengembangan
Infrastruktur KSN .......................................................................... 9
2.2.1 Maksud dan Tujuan ............................................................. 9
2.2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan .................................................... 9
2.2.3 Sasaran Operasional ............................................................. 11
2.2.4 Keluaran ............................................................................... 11
2.2.5 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan ....................................... 12
2.2.6 Pendanaan ........................................................................... 16
2.3. Pembentukan/Operasionalisasi Kelembagaan KSN ....................... 16
2.3.1 Maksud dan Tujuan ............................................................. 16

ii

2.3.2 Ruang Lingkup Pekerjaan ..................................................... 16


2.3.3 Sasaran Operasional ............................................................. 17
2.3.4 Keluaran ............................................................................... 17
2.3.5 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan ....................................... 17
2.3.6 Pendanaan ........................................................................... 21
2.4. Sinkronisasi dan Keterpaduan Operasionalisasi Rencana Terpadu
KSN (Fasilitasi dan Koordinasi) ....................................................... 21
2.4.1 Maksud dan Tujuan ............................................................. 21
2.4.2 Ruang Lingkup Pekerjaan .................................................... 21
2.4.3 Sasaran Operasional ............................................................. 21
2.4.4 Keluaran ............................................................................... 22
2.4.5 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan ....................................... 22
2.4.6 Pendanaan ........................................................................... 26

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam struktur organisasi dan tata kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/ Badan Pertanahan Nasional menetapkan Direktorat Jenderal Tata
Ruang dengan tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan.
Kebijakan di bidang perencanaan tata ruang dalam bentuk pelaksanaan
kebijakan dan standarisasi teknis perencanaan tata ruang wilayah nasional,
pulau/ kepulauan, dan kawasan strategis nasional. Sedangkan kebijakan
pemanfaatan ruang dalam bentuk pelaksanaan kebijakan dan standarisasi
teknis dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah nasional,
pulau/ kepulauan, dan kawasan strategis nasional.
Salah satu kewenangan pemerintah dalam penyelenggaraan penataan
ruang adalah koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada semua
tingkatan wilayah. Terkait hal tersebut, mengingat luasnya rentang kendali
yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya dalam melakukan tugas
maupun

fungsi

koordinasi

penyelenggaraan

penataan

ruang

di

kabupaten/kota maka Pemerintah memandang perlu untuk melimpahkan


kewenangan

yang

dimaksud

kepada

pemerintah

provinsi

melalui

mekanisme dekonsentrasi.
Mekanisme

dekonsentrasi

di

bidang

perencanaan

tata

ruang

dan

pemanfaatan ruang meliputi kegiatan (Fasilitasi Penyusunan Raperpres


RTR KSN, Fasilitasi dan Koordinasi Keterpaduan Program Pembangunan
Infrastruktur KSN, pembentukan/Operasionalisasi Kelembagaan KSN, dan
Sinkrinisasi dan Keterpaduan Operasionalisasi Rencana Terpadu KSN).
Sebagai panduan pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan acuan monitoring
dan evaluasi oleh direktorat pembina maka perlu disusun petunjuk teknis
dekonsentrasi bidang perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang.

BAB 1 PENDAHULUAN | 1

1.2 Maksud, Tujuan, Dan Sasaran


1.2.1 Maksud
Petunjuk teknis dekonsentrasi pengelolaan KSN ini disusun dengan
maksud sebagai petunjuk bagi Dinas Pelaksana dalam melaksanakan tugas
yang dilimpahkan oleh Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional kepada Pemerintah Provinsi
dalam mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, pulau/
kepulauan, dan Kawasan Strategis Nasional.
1.2.2 Tujuan
Petunjuk teknis ini bertujuan sebagai panduan pelaksanaan Dekonsentrasi
"pengelolaan KSN" yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dalam
rangka mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, pulau/
kepulauan, dan kawasan strategis nasional.
1.2.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari petunjuk teknis ini adalah:
1. Terlaksananya fasilitasi penyusunan raperpres RTR KSN dalam
bentuk berita acara kesepakatan, surat persetujuan Gubernur dan
draft raperpres RTR KSN.
2. Terlaksananya
pengembangan

fasilitasi

dan

infrastruktur

koordinasi
KSN

dalam

keterpaduan
bentuk

program

berita

acara

kesepakatan dan matriks keterpaduan program pengembangan


infrastruktur KSN tahun berikutnya.
3. Terwujudnya kelembagaan Pengelola KSN (Perkotaan) dalam bentuk
dokumen kesepakatan daerah dan rancangan peraturan.
4. Terlaksananya keterpaduan operasionalisasi rencana terpadu KSN
dalam bentuk matriks sinkronisasi usulan program sektor-sektor
dengan program KSN (Perkotaan) .

1.3 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup petunjuk teknis dekonsentrasi pengelolaan KSN:
1. perencanaan tata ruang KSN

BAB 1 PENDAHULUAN | 2

Substansi pekerjaan fasilitasi penyusunan raperpres RTR KSN yang


meliputi Provinsi Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera
Selatan.
2. pemanfaatan ruang KSN
Substansi pekerjaan fasilitasi dan koordinasi keterpaduan program
pengembangan

infrastruktur

KSN

yang

meliputi

provinsi

Aceh,

Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Banten, Kalimantan Barat,


NTT, NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Tengah,
Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara,
Papua, dan Papua Barat; pengembangan kelembagaan KSN (Perkotaan)
yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Bali; serta sinkronisasi dan keterpaduan operasionalisasi rencana
terpadu KSN (Perkotaan) di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan (Mamminasata), Bali (Sarbagita)

1.4 MANFAAT
Manfaat Pelaksanaan Pekerjaan pada Petunjuk Teknis ini adalah sebagai
acuan bagi Satker Dekon dalam melaksanakan pekerjaan.

1.5 REFERENSI
Referensi yang digunakan dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan KSN
adalah:
1. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tanggal 15 Oktober 2004
tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tanggal 26 April 2007
tentang Penataan Ruang;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tanggal 9 Juli 2007
tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan

antara

Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi,dan Pemerintahan Daerah Kabupaten


dan Kota;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tanggal 4 Februari
2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

BAB 1 PENDAHULUAN | 3

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 2008 Tanggal 10 Maret


2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010,
Tanggal 28 Januari 2010, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tanggal 30
Mei 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
dan Pembatalan Peraturan Daerah Tentang Tata Ruang Daerah;
8. Peraturan

Menteri

Agraria

dan

Tata

Ruang/

Kepala

Badan

Pertanahan Nasional Nomor 08 tanggal 6 Mei 2015 tentang


Organisasi

dan

Tata

Kerja

Kementerian

Agraria

dan

Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional;


9. Peraturan Menteri Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 tanggal 17 Juni 2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Yang Merupakan Kewenangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2012 tanggal
01 Agustus 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Nasional.
11. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 tanggal 27 Juli 2011
tentang

Rencana

Tata

Ruang

Kawasan

Perkotaan

Denpasar,

Badung, Gianyar, dan Tabanan;


12. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2011 tanggal 9 September 2011
tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros,
Sungguminasa, dan Takalar;
13. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tanggal 20 September
2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,
Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

BAB 1 PENDAHULUAN | 4

BAB II
SUBSTANSI PEKERJAAN
2.1

Fasilitasi Penyusunan Raperpres RTR KSN

2.1.1 Maksud dan Tujuan


Kegiatan Fasilitasi Penyusunan Raperpres RTR KSN dimaksudkan untuk
mempercepat pemenuhan target penyelesaian Raperpres RTR KSN sesuai
amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN.
Kegiatan ini ditujukan untuk

memfasilitasi proses percepatan legalisasi

Raperpres RTR KSN


2.1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi :
1. Mengumpulkan data dan informasi tentang isu dan kebijakan sektor
dan pemerintah daerah;
2. Melakukan review Raperpres RTR KSN beserta muatan petanya;
3. Melakukan survey untuk mengupdate data materi teknis KSN dan
menginvetarisasi isu-isu strategis KSN;
4. Melakukan konsultasi pusat dengan Direktorat Pembina.
5. Melakukan pembahasan muatan Raperpres RTR KSN dengan
stakeholders terkait di masing masing provinsi;
6. Melakukan koordinasi dengan Satker dekon lain (untuk KSN yang
cakupan wilayahnya lebih dari 1 (satu) provinsi)
7. Menyiapkan masukan-masukan terkait penyempurnaan Raperpres
RTR KSN;
8. Menyepakati muatan Raperpres RTR KSN.
Memfasilitasi proses persetujuan Gubernur.
2.1.3 Sasaran Operasional
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah :
1. terselenggaranya

fasilitasi

dan

rapat

koordinasi

internal

dan

eksternal;
2. tersepakatinya muatan Raperpres RTR KSN;

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 5

3. tersusunnya draft Raperpres RTR KSN untuk mendapat persetujuan


Gubernur.
2.1.4 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1. Berita acara kesepakatan,
2. Surat persetujuan Gubernur
3. Draft raperpres RTR KSN
4. Proceeding

hasil

fasilitasi

dan

rapat koordinasi

internal

dan

eksternal.
2.1.5 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan
1. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
Pada tahap persiapan terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
antara lain:
a. PPK membentuk Tim Swakelola dengan jumlah personil sesuai
RKAKL paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

setelah penerbitan

DIPA; dan
b. Tim Swakelola menyusun laporan pendahuluan yang memuat
antara lain rencana kerja, kajian literatur, dan metodologi
pelaksanaan pekerjaan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
penerbitan DIPA.
2. Pelaksanaan Survei
Kegiatan swakelola dapat dilaksanakan survei guna pengambilan data
dan informasi ke beberapa instansi/lembaga dan/atau pengamatan
lapangan di tempat KSN berada. Jumlah dan waktu pelaksanaan survei
disesuaikan dengan KAK/ TOR dan rencana kerja.
Tahapan pelaksanaan survei adalah:
a. Persiapan.
Sebelum dilaksanakan survei, harus dipersiapkan surat keterangan
pelaksanaan survei yang ditujukan ke instansi/ lembaga yang dituju
atau

yang

berwenang,

disusun

daftar

data/

informasi

yang

dibutuhkan kegiatan yang selanjutnya dapat dilampirkan pada surat


keterangan pelaksanaan survei, ditetapkan personil yang berangkat

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 6

survei dan dituangkan dalam surat keterangan pelaksanaan survei,


persiapan fasilitas yang mendukung survei (Buku catatan, peta,
kamera, Flashdisk atau harddisk, kendaraan, dsb).
b. Pelaksanaan.
1) Saat survei dengan tujuan mencari data / informasi di
instansi/ lembaga harus dicatat waktu pelaksanaan, sumber
data/ informasi, tahun data/ informasi, penanggungjawab
data/ informasi. Data/ informasi yang dihimpun sedapat
mungkin di verifikasi oleh penanggungjawab data/ informasi
di instansi/ lembaga yang di survei.
2) Saat survei dengan tujuan mencari data/ informasi beserta
pengamatan lapangan harus dicatat waktu pelaksanaan,
subjek yang diminta data/ informasi/ keterangan, lokasi rinci
survei (dapat berupa data koordinat), metode pencatatan
(pengambilan gambar dan keterangan, wawancara, dsb). Dan
dilakukan dokumentasi lapangan.
c. Penyusunan laporan survei
Laporan survei disusun dalam buku terpisah atau terintegrasi dalam
laporan kegiatan dengan mencatat seluruh hasil kegiatan survei
seperti yang dipaparkan di atas.
3. Pelaksanaan Pertemuan
Pertemuan dalam kegiatan swakelola antara lain:
a. Focus Group Discussion (FGD)/ Konsinyasi
1) FGD/Konsinyasi

dilakukan dengan

jumlah

dan

tempat

pelaksanaannya disesuaikan dengan KAK/ TOR, dengan


daftar instansi/ lembaga yang diundang adalah Pemerintah
Pusat (dalam hal ini Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang); Pemerintah Daerah Provinsi berupa:
Bappeda Provinsi, Dinas Bidang Pekerjaan Umum Provinsi
(SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang), Dinas Teknis
lain Provinsi (Dinas Pertanian, Kehutanan, Pertambangan,
Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan, dsb) yang

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 7

disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan Hidup Provinsi,


Satker Dekon Provinsi lain yang cakupan wilayahnya lebih
dari 1 (satu) Provinsi; Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
berupa: Bappeda Kab/ Kota, Dinas Bidang Pekerjaan Umum
Kab/ Kota (SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang),
Dinas Teknis lain Kab/ Kota (Dinas Pertanian, Kehutanan,
Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan
Hidup Kab/ Kota; Balai-balai Kementerian PU (Balai SDA dan
Balai Jalan); Instansi / lembaga lain yang dibutuhkan sesuai
agenda pembahasan.
2) FGD/ Konsinyasi dapat dimoderatori dan menggunakan
narasumber dengan jumlah disesuaikan dengan KAK/ TOR
yang berasal dari Satker Dekon, Pemerintah Pusat, dan/ atau
Pemerintah Daerah. FGD / Konsinyasi dilengkapi dengan
seminar kit dan bahan FGD / Konsinyasi.
b. Rapat Koordinasi / Rapat biasa/ Diskusi
1) Rapat Koordinasi / Rapat biasa/ Diskusi dilakukan dengan
jumlah dan tempat pelaksanaannya disesuaikan dengan
KAK/ TOR, dengan daftar instansi/ lembaga yang diundang
sesuai agenda dan kebutuhan.
2) Menghadiri rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh
Satker Dekon lintas Provinsi lain yang cakupan wilayahnya
lebih dari 1 (satu) Provinsi.
Rapat diskusi dilakukan dalam rangka konsultasi ke pusat (Direktorat
Pembina).
2.1.6 Pendanaan
Kegiatan Fasilitasi Penyusunan Raperpres RTR KSN dilaksanakan dengan
menggunakan sumber dana yang bersumber dari APBN melalui Dana
Dekonsentrasi kepada SKPD Dekonsentrasi Bidang Penataan Ruang.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 8

2.2

Fasilitasi dan Koordinasi Keterpaduan Program Pengembangan


Infrastruktur KSN

2.2.1 Maksud dan Tujuan


Kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Keterpaduan Program Pengembangan
Infrastruktur

KSN

dimaksudkan

untuk

merumuskan

dukungan

infrastruktur yang dibutuhkan dan mensinkronisasi keterpaduan program


pengembangan infrastruktur di KSN.
Kegiatan ini ditujukan untuk

memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi

program infrastruktur KSN dalam rangka mengintegrasikan rencana tata


ruang wilayah KSN sebagai acuan utama di dalam setiap perencanaan
maupun

pelaksanaan

pembangunan

dalam

pengembangan

KSN

berdasarkan keterpaduan pembangunan infrastruktur dan permukiman


berbasis penataan ruang.
2.2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup kegiatan ini terbagi ke dalam lingkup kegiatan untuk KSN
yang telah memiliki RPI2JM dan lingkup kegiatan untuk KSN yang belum
memiliki RPI2JM.
1. Lingkup kegiatan untuk KSN yang telah memiliki RPI2JM,
meliputi:
a. Melaksanakan sosialisasi Perpres/Raperpres RTR KSN;
b. Menjabarkan dukungan infrastruktur yang diperlukan dalam
bentuk dukungan program infrastruktur tahun berikutnya
sesuai dengan muatan RPI2JM KSN dan Perpres/Raperpres RTR
KSN;
c. Melaksanakan fasilitasi dan rapat koordinasi sektor ke-PU-an
dan sektor strategis terkait, yang terdiri atas:
1) melaksanakan workshop untuk mendiskusikan keterpaduan
program pengembangan dukungan infrastruktur di KSN,
2) melakukan perjalanan dinas ke lokasi KSN dalam rangka
klarifikasi dan/atau diskusi di daerah,
3) Melaksanakan rapat koordinasi di pusat dalam rangka
koordinasi pengembangan infrastruktur KSN;

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 9

d. Melakukan koordinasi dengan Satker dekon lain (untuk KSN


yang cakupan wilayahnya lebih dari 1 (satu) provinsi)
e. Memfasilitasi penyepakatan rencana terpadu tahun berikutnya
berdasarkan indikasi program Perpres/Raperpres RTR KSN dan
dokumen RPI2JM KSN yang ditandatangani oleh Kepala Bappeda
Provinsi, Kepala Dinas PU Provinsi, kepala dinas strategis terkait
dengan KSN tersebut, dan Balai-balai Kementerian PU (Balai
SDA dan Balai Jalan);
f.

Melakukan

pertemuan

intensif

dalam

penentuan

program

prioritas dengan seluruh pemangku kepentingan yang nantinya


akan diajukan dalam musyawarah perencanaan pembangunan
dan konsultasi regional; dan
g. Pelaporan kegiatan.
2. Lingkup kegiatan untuk KSN yang belum memiliki RPI2JM,
meliputi:
a. Melaksanakan sosialisasi Perpres/Raperpres RTR KSN;
b. Memfasilitasi
data/informasi
rencana

penyusunan
(dokumen

pembangunan

RPI2JM

kebijakan
daerah)

berupa
spasial

serta

penyiapan

dan

dokumen

menyusun

kajian

keterpaduan program daerah;


c. Melaksanakan fasilitasi dan rapat koordinasi sektor ke-PU-an
dan sektor strategis terkait, yang terdiri atas:
1) melaksanakan workshop untuk mendiskusikan keterpaduan
program pengembangan dukungan infrastruktur di KSN,
2) melakukan perjalanan dinas ke lokasi KSN dalam rangka
klarifikasi dan/atau diskusi di daerah,
3) melaksanakan

pembahasan

di

daerah

dalam

rangka

koordinasi dan diskusi dengan para pakar dan stakeholder


terkait dalam rangka percepatan dan memadukan program
pengembangan infrastruktur KSN, dan
4) melaksanakan rapat koordinasi di pusat dalam rangka
koordinasi pengembangan infrastruktur KSN;

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 10

5) Melakukan koordinasi dengan Satker dekon lain (untuk KSN


yang cakupan wilayahnya lebih dari 1 (satu) provinsi)
d. Memfasilitasi penyepakatan rencana terpadu tahun berikutnya
berdasarkan indikasi program Perpres/Raperpres RTR KSN yang
ditandatangani oleh Kepala Bappeda Provinsi dan Kepala Dinas
PU Provinsi dan kepala dinas strategis terkait dengan KSN
tersebut dan Balai-balai Kementerian PU (Balai SDA dan Balai
Jalan);
e. Melakukan

pertemuan

intensif

dalam

penentuan

program

prioritas dengan seluruh pemangku kepentingan yang nantinya


akan diajukan dalam musyawarah perencanaan pembangunan
dan konsultasi regional; dan
f.

Pelaporan kegiatan.

2.2.3 Sasaran Operasional


Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah :
1. terselenggaranya fasilitasi dan rapat koordinasi internal untuk
menetapkan program-program pengembangan KSN;
2. terselenggaranya koordinasi lintas sektor (pusat dan daerah) untuk
mendapatkan kesepakatan dan komitmen keterpaduan program
pengembangan infrastruktur di KSN; dan
3. terselenggaranya pelaksanaan workshop dukungan infrastruktur
KSN.
Sedangkan sasaran operasionalnya adalah provinsi Aceh, Sumatera Utara,
Kepulauan Riau, Riau, Banten, Kalimantan Barat, NTT, NTB, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo,
Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat
2.2.4 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1. matriks keterpaduan program pengembangan infrastruktur KSN
tahun berikutnya (yang dilengkapi dengan peta) tahun berikutnya
yang telah disepakati oleh kepala Bappeda Provinsi, kepala Dinas PU
Provinsi, dan kepala dinas strategis yang terkait dengan KSN

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 11

2. berita acara kesepakatan yang ditandatangani oleh Kepala Bappeda


Provinsi dan Kepala Dinas PU Provinsi dan kepala dinas strategis
terkait dengan KSN tersebut dan Balai-balai Kementerian PU (Balai
SDA dan Balai Jalan); dan
3. Proceeding hasil fasilitasi dan rapat koordinasi sektor ke-PU-an dan
sektor strategis terkait.
2.2.5 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan
1. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
Pada tahap persiapan terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
antara lain:
a. PPK membentuk Tim Swakelola dengan jumlah personil sesuai
RKAKL paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

setelah penerbitan

DIPA; dan
b. Tim Swakelola menyusun laporan pendahuluan yang memuat
antara lain rencana kerja, kajian literatur, dan metodologi
pelaksanaan pekerjaan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
penerbitan DIPA.
2. Pelibatan Tenaga Ahli
Kegiatan swakelola dapat melibatkan tenaga ahli yang dikontrak secara
perseorangan/ individu dengan jangka waktu kontrak paling lama
sesuai dengan waktu kegiatan swakelola (kontrak tenaga ahli waktu
kegiatan swakelola).Pengadaan tenaga ahli dilakukan sesuai ketentuan
Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
Tenaga ahli yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan kegiatan
swakelola

yang

tercantum

pada

Kerangka

Acuan

Kerja

(KAK/

TOR).Tenaga ahli diwajibkan untuk membuat laporan kegiatan tenaga


ahli diakhir pelaksanaan kegiatan swakelola.
Tatalaksana pada tahap pelibatan tenaga ahli terdiri atas kegiatan:
a. Perekrutan tenaga ahli swakelola (individual kontrak); dan
b. Penandatanganan kontrak pekerjaan supervisi.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 12

Pada tahap ini, PPK PKP merekrut tenaga ahli swakelola untuk turut
bekerja pada tim swakelola provinsi. Kemudian, PPK PKP dan tenaga
ahli menandatangani kontrak pekerjaan supervisi.
3. Pelaksanaan Survei
Kegiatan swakelola dapat dilaksanakan survei guna pengambilan data
dan informasi ke beberapa instansi/lembaga dan/atau pengamatan
lapangan di tempat KSN berada. Jumlah dan waktu pelaksanaan survei
disesuaikan dengan KAK/ TOR dan rencana kerja.
Tahapan pelaksanaan survei adalah:
a. Persiapan.
Sebelum dilaksanakan survei, harus dipersiapkan surat keterangan
pelaksanaan survei yang ditujukan ke instansi/ lembaga yang dituju
atau

yang

berwenang,

disusun

daftar

data/

informasi

yang

dibutuhkan kegiatan yang selanjutnya dapat dilampirkan pada surat


keterangan pelaksanaan survei, ditetapkan personil yang berangkat
survei dan dituangkan dalam surat keterangan pelaksanaan survei,
persiapan fasilitas yang mendukung survei (Buku catatan, peta,
kamera, Flashdisk atau harddisk, kendaraan, dsb).
b. Pelaksanaan.
1) Saat survei dengan tujuan mencari data / informasi di
instansi/ lembaga harus dicatat waktu pelaksanaan, sumber
data/ informasi, tahun data/ informasi, penanggungjawab
data/ informasi. Data/ informasi yang dihimpun sedapat
mungkin di verifikasi oleh penanggungjawab data/ informasi
di instansi/ lembaga yang di survei.
2) Saat survei dengan tujuan mencari data/ informasi beserta
pengamatan lapangan harus dicatat waktu pelaksanaan,
subjek yang diminta data/ informasi/ keterangan, lokasi rinci
survei (dapat berupa data koordinat), metode pencatatan
(pengambilan gambar dan keterangan, wawancara, dsb). Dan
dilakukan dokumentasi lapangan.
c. Penyusunan laporan survei

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 13

Laporan survei disusun dalam buku terpisah atau terintegrasi dalam


laporan kegiatan dengan mencatat seluruh hasil kegiatan survei
seperti yang dipaparkan di atas.
4. Pelaksanaan Pertemuan (FGD, Workshop, dsb)
Pertemuan dalam kegiatan swakelola antara lain:
a. Focus Group Discussion (FGD)/ Konsinyasi
1) FGD/Konsinyasi

dilakukan

dengan

jumlah

dan

tempat

pelaksanaannya disesuaikan dengan KAK/ TOR, dengan


daftar instansi/ lembaga yang diundang adalah Pemerintah
Pusat (dalam hal ini Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang); Pemerintah Daerah Provinsi berupa:
Bappeda Provinsi, Dinas Bidang Pekerjaan Umum Provinsi
(SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang), Dinas Teknis
lain Provinsi (Dinas Pertanian, Kehutanan, Pertambangan,
Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan, dsb) yang
disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan Hidup Provinsi,
Satker Dekon Provinsi lain yang cakupan wilayahnya lebih
dari 1 (satu) Provinsi; Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
berupa: Bappeda Kab/ Kota, Dinas Bidang Pekerjaan Umum
Kab/ Kota (SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang),
Dinas Teknis lain Kab/ Kota (Dinas Pertanian, Kehutanan,
Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan
Hidup Kab/ Kota; Balai-balai Kementerian PU (Balai SDA dan
Balai Jalan); Instansi / lembaga lain yang dibutuhkan sesuai
agenda pembahasan.
2) FGD/ Konsinyasi dapat dimoderatori dan menggunakan
narasumber dengan jumlah disesuaikan dengan KAK/ TOR
yang berasal dari Satker Dekon, Pemerintah Pusat, dan/ atau
Pemerintah Daerah. FGD / Konsinyasi dilengkapi dengan
seminar kit dan bahan FGD / Konsinyasi.
b. Workshop/ Seminar/ Lokakarya

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 14

1) Workshop/ Seminar/ Lokakarya dilakukan dengan jumlah


dan tempat pelaksanaannya disesuaikan dengan KAK/ TOR,
dengan daftar instansi/ lembaga yang diundang adalah
Pemerintah

Pusat

(dalam

hal

ini

Ditjen

Tata

Ruang,

Kementerian Agraria dan Tata Ruang); Pemerintah Daerah


Provinsi berupa: Bappeda Provinsi, Dinas Bidang Pekerjaan
Umum Provinsi (SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang),
Dinas Teknis lain Provinsi (Dinas Pertanian, Kehutanan,
Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan
Hidup Provinsi, Satker Dekon Provinsi lain yang cakupan
wilayahnya lebih dari 1 (satu) Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota berupa: Bappeda Kab/ Kota, Dinas Bidang
Pekerjaan Umum Kab/ Kota (SDA, Bina Marga, Cipta Karya,
Tata Ruang), Dinas Teknis lain Kab/ Kota (Dinas Pertanian,
Kehutanan, Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan
dan Perikanan, dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan
Lingkungan Hidup Kab/ Kota; Balai-balai Kementerian PU
(Balai SDA dan Balai Jalan); Instansi / lembaga lain;
akademisi dan/atau lembaga non pemerintahan.
2) Workshop/ Seminar/ Lokakarya dapat dimoderatori dan
menggunakan
dengan

KAK/

narasumber
TOR

yang

dengan

jumlah

berasal

dari

disesuaikan

Satker

Dekon,

Pemerintah Pusat, dan/ atau Pemerintah Daerah. Workshop/


Seminar/ Lokakarya dilengkapi dengan seminar kit dan
bahan Workshop/ Seminar/ Lokakarya.
c. Rapat Koordinasi / Rapat biasa/ Diskusi
1) Rapat Koordinasi / Rapat biasa/ Diskusi dilakukan dengan
jumlah dan tempat pelaksanaannya disesuaikan dengan
KAK/ TOR, dengan daftar instansi/ lembaga yang diundang
sesuai agenda dan kebutuhan.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 15

2) Menghadiri rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh


Satker Dekon lintas Provinsi lain yang cakupan wilayahnya
lebih dari 1 (satu) Provinsi.
3) Rapat diskusi dilakukan dalam rangka konsultasi ke pusat
(Direktorat Pembina).
2.2.6 Pendanaan
Kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Keterpaduan Program Pengembangan
Infrastruktur KSN dilaksanakan dengan menggunakan sumber dana yang
bersumber

dari

APBN

melalui

Dana

Dekonsentrasi

kepada

SKPD

Dekonsentrasi Bidang Penataan Ruang.

2.3

Pembentukan/Operasionalisasi Kelembagaan KSN

2.3.1 Maksud dan Tujuan


Maksud kegiatan Pembentukan/Operasionalisasi Kelembagaan KSN adalah
menetapkan lembaga untuk melakukan sinkronisasi kebijakan, rencana
dan program lintas kabupaten/kota di dalam KSN Perkotaan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk percepatan pembentukan dan
legalisasi lembaga pengelola KSN Perkotaan melalui peningkatan kapasitas
kelembagaan pengelolaan KSN Perkotaan, dalam rangka mendukung
pelaksanaan

perwujudan

pemanfaatan

ruang

melalui

forum-forum

koordinasi lintas sektor dan lintas wilayah yang tercakup dalam KSN
Perkotaan.
2.3.2 Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi:
1. Fasilitasi penetapan dan penyepakatan bentuk lembaga pengelola
KSN Perkotaan;
2. Penyusunan dan penetapan mekanisme tata laksana lembaga
pengelola KSN Perkotaan;
a. Perancangan operasionalisasi lembaga pengelola KSN Perkotaan;
b. Melakukan koordinasi dengan Ditjen Penataaan Ruang.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 16

2.3.3 Sasaran Operasional


Sasaran operasional dari kegiatan ini adalah Provinsi Sumatera Utara
(Kawasan Perkotaan Mebidangro), Jawa Tengah (Kawasan Perkotaan
Kedungsepur), Jawa Timur (Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila), dan
Bali (Kawasan Perkotaan Sarbagita).
2.3.4 Keluaran
Keluaran dari pekerjaan ini adalah dokumen kesepakatan daerah tentang
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan KSN Perkotaan, serta Rapergub
tentang Lembaga Pengelola KSN Perkotaan.
2.3.5 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan
1. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
Pada tahap persiapan terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
antara lain:
a. PPK membentuk Tim Swakelola dengan jumlah personil sesuai
RKAKL paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

setelah penerbitan

DIPA; dan
b. Tim Swakelola menyusun laporan pendahuluan yang memuat
antara lain rencana kerja, kajian literatur, dan metodologi
pelaksanaan pekerjaan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
penerbitan DIPA.
2. Pelibatan Tenaga Ahli
Kegiatan swakelola dapat melibatkan tenaga ahli yang dikontrak secara
perseorangan/ individu dengan jangka waktu kontrak paling lama
sesuai dengan waktu kegiatan swakelola (kontrak tenaga ahli waktu
kegiatan swakelola).Pengadaan tenaga ahli dilakukan sesuai ketentuan
Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
Tenaga ahli yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan kegiatan
swakelola

yang

tercantum

pada

Kerangka

Acuan

Kerja

(KAK/

TOR).Tenaga ahli diwajibkan untuk membuat laporan kegiatan tenaga


ahli diakhir pelaksanaan kegiatan swakelola.
Tatalaksana pada tahap pelibatan tenaga ahli terdiri atas kegiatan:
a. Perekrutan tenaga ahli swakelola (individual kontrak); dan

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 17

b. Penandatanganan kontrak pekerjaan supervisi.


Pada tahap ini, PPK PKP merekrut tenaga ahli swakelola untuk turut
bekerja pada tim swakelola provinsi. Kemudian, PPK PKP dan tenaga
ahli menandatangani kontrak pekerjaan supervisi.
3. Pelaksanaan Survei
Kegiatan swakelola dapat dilaksanakan survei guna pengambilan data
dan informasi ke beberapa instansi/lembaga dan/atau pengamatan
lapangan di tempat KSN berada. Jumlah dan waktu pelaksanaan survei
disesuaikan dengan KAK/ TOR dan rencana kerja.
Tahapan pelaksanaan survei adalah:
a. Persiapan.
Sebelum dilaksanakan survei, harus dipersiapkan surat keterangan
pelaksanaan survei yang ditujukan ke instansi/ lembaga yang dituju
atau

yang

berwenang,

disusun

daftar

data/

informasi

yang

dibutuhkan kegiatan yang selanjutnya dapat dilampirkan pada surat


keterangan pelaksanaan survei, ditetapkan personil yang berangkat
survei dan dituangkan dalam surat keterangan pelaksanaan survei,
persiapan fasilitas yang mendukung survei (Buku catatan, peta,
kamera, Flashdisk atau harddisk, kendaraan, dsb).
b. Pelaksanaan.
1) Saat survei dengan tujuan mencari data / informasi di
instansi/ lembaga harus dicatat waktu pelaksanaan, sumber
data/ informasi, tahun data/ informasi, penanggungjawab
data/ informasi. Data/ informasi yang dihimpun sedapat
mungkin di verifikasi oleh penanggungjawab data/ informasi
di instansi/ lembaga yang di survei.
2) Saat survei dengan tujuan mencari data/ informasi beserta
pengamatan lapangan harus dicatat waktu pelaksanaan,
subjek yang diminta data/ informasi/ keterangan, lokasi rinci
survei (dapat berupa data koordinat), metode pencatatan
(pengambilan gambar dan keterangan, wawancara, dsb). Dan
dilakukan dokumentasi lapangan.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 18

c. Penyusunan laporan survei


Laporan survei disusun dalam buku terpisah atau terintegrasi dalam
laporan kegiatan dengan mencatat seluruh hasil kegiatan survei
seperti yang dipaparkan di atas.
4. Pelaksanaan Pertemuan (FGD, Workshop, dsb)
Pertemuan dalam kegiatan swakelola antara lain:
a. Focus Group Discussion (FGD)/ Konsinyasi
1) FGD/Konsinyasi

dilakukan

dengan

jumlah

dan tempat

pelaksanaannya disesuaikan dengan KAK/ TOR, dengan


daftar instansi/ lembaga yang diundang adalah Pemerintah
Pusat (dalam hal ini Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang); Pemerintah Daerah Provinsi berupa:
Bappeda Provinsi, Dinas Bidang Pekerjaan Umum Provinsi
(SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang), Dinas Teknis
lain Provinsi (Dinas Pertanian, Kehutanan, Pertambangan,
Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan, dsb) yang
disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan Hidup Provinsi,
Satker Dekon Provinsi lain yang cakupan wilayahnya lebih
dari 1 (satu) Provinsi; Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
berupa: Bappeda Kab/ Kota, Dinas Bidang Pekerjaan Umum
Kab/ Kota (SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang),
Dinas Teknis lain Kab/ Kota (Dinas Pertanian, Kehutanan,
Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan
Hidup Kab/ Kota; Balai-balai Kementerian PU (Balai SDA dan
Balai Jalan); Instansi / lembaga lain yang dibutuhkan sesuai
agenda pembahasan.
2) FGD/ Konsinyasi dapat dimoderatori dan menggunakan
narasumber dengan jumlah disesuaikan dengan KAK/ TOR
yang berasal dari Satker Dekon, Pemerintah Pusat, dan/ atau
Pemerintah Daerah. FGD / Konsinyasi dilengkapi dengan
seminar kit dan bahan FGD / Konsinyasi.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 19

b. Workshop/ Seminar/ Lokakarya


1) Workshop/ Seminar/ Lokakarya dilakukan dengan jumlah
dan tempat pelaksanaannya disesuaikan dengan KAK/ TOR,
dengan daftar instansi/ lembaga yang diundang adalah
Pemerintah

Pusat

(dalam

hal

ini

Ditjen

Tata

Ruang,

Kementerian Agraria dan Tata Ruang); Pemerintah Daerah


Provinsi berupa: Bappeda Provinsi, Dinas Bidang Pekerjaan
Umum Provinsi (SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang),
Dinas Teknis lain Provinsi (Dinas Pertanian, Kehutanan,
Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan
Hidup Provinsi, Satker Dekon Provinsi lain yang cakupan
wilayahnya lebih dari 1 (satu) Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota berupa: Bappeda Kab/ Kota, Dinas Bidang
Pekerjaan Umum Kab/ Kota (SDA, Bina Marga, Cipta Karya,
Tata Ruang), Dinas Teknis lain Kab/ Kota (Dinas Pertanian,
Kehutanan, Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan
dan Perikanan, dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan
Lingkungan Hidup Kab/ Kota; Balai-balai Kementerian PU
(Balai SDA dan Balai Jalan); Instansi / lembaga lain;
akademisi dan/atau lembaga non pemerintahan.
2) Workshop/ Seminar/ Lokakarya dapat dimoderatori dan
menggunakan

narasumber

dengan

jumlah

dengan

TOR

berasal

dari

KAK/

yang

disesuaikan

Satker

Dekon,

Pemerintah Pusat, dan/ atau Pemerintah Daerah. Workshop/


Seminar/ Lokakarya dilengkapi dengan seminar kit dan
bahan Workshop/ Seminar/ Lokakarya.
c. Rapat Koordinasi / Rapat biasa/ Diskusi
1) Rapat Koordinasi / Rapat biasa/ Diskusi dilakukan dengan
jumlah dan tempat pelaksanaannya disesuaikan dengan
KAK/ TOR, dengan daftar instansi/ lembaga yang diundang
sesuai agenda dan kebutuhan.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 20

2) Menghadiri rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh


Satker Dekon lintas Provinsi lain yang cakupan wilayahnya
lebih dari 1 (satu) Provinsi.
3) Rapat diskusi dilakukan dalam rangka konsultasi ke pusat
(Direktorat Pembina).
2.3.6 Pendanaan
Pelaksanaan

Pembentukan/Operasionalisasi

Kelembagaan

KSN

dilaksanakan dengan menggunakan sumber dana yang bersumber dari


APBN melalui Dana Dekonsentrasi kepada SKPD Dekonsentrasi Bidang
Penataan Ruang.

2.4

Sinkronisasi dan Keterpaduan Operasionalisasi Rencana Terpadu


KSN (Fasilitasi dan Koordinasi)

2.4.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan Sinkronisasi dan Keterpaduan Operasionalisasi
Rencana Terpadu KSN (Fasilitasi dan Koordinasi) adalah merumuskan
dukungan infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan KSN
Perkotaan dan melaksanakan fasilitasi serta koordinasi untuk sinkronisasi
keterpaduan program pengembangan KSN Perkotaan.
2.4.2 Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi :
1. Melakukan survey dan pengumpulan data primer dan sekunder baik
dari sektor pusat maupun daerah masing-masing KSN Perkotaan
yang masuk dalam lingkup wilayah perencanaan, serta informasi
terkait kegiatan setiap sub unit kerja;
2. Melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dalam
rangka mengevaluasi dan mensinkronisasi program pembangunan.
2.4.3 Sasaran Operasional
Sasaran operasional dari kegiatan ini adalah Provinsi Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan (Mamminasata), Bali (Sarbagita)

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 21

2.4.4 Keluaran
Keluaran dari kegiatan Sinkronisasi dan Keterpaduan Operasionalisasi
Rencana Terpadu KSN (Fasilitasi dan Koordinasi) adalah dokumen usulan
program sektor-sektor yang telah disinkronisasi dengan program RTR KSN
Perkotaan di atas.
2.4.5 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan
1. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
Pada tahap persiapan terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
antara lain:
a. PPK membentuk Tim Swakelola dengan jumlah personil sesuai
RKAKL paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

setelah penerbitan

DIPA; dan
b. Tim Swakelola menyusun laporan pendahuluan yang memuat
antara lain rencana kerja, kajian literatur, dan metodologi
pelaksanaan pekerjaan paling lambat 1 (satu) bulan setelah
penerbitan DIPA.
2. Pelibatan Tenaga Ahli
Kegiatan swakelola dapat melibatkan tenaga ahli yang dikontrak secara
perseorangan/ individu dengan jangka waktu kontrak paling lama
sesuai dengan waktu kegiatan swakelola (kontrak tenaga ahli waktu
kegiatan swakelola).Pengadaan tenaga ahli dilakukan sesuai ketentuan
Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.
Tenaga ahli yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan kegiatan
swakelola

yang

tercantum

pada

Kerangka

Acuan

Kerja

(KAK/

TOR).Tenaga ahli diwajibkan untuk membuat laporan kegiatan tenaga


ahli diakhir pelaksanaan kegiatan swakelola.
Tatalaksana pada tahap pelibatan tenaga ahli terdiri atas kegiatan:
a. Perekrutan tenaga ahli swakelola (individual kontrak); dan
b. Penandatanganan kontrak pekerjaan supervisi.
Pada tahap ini, PPK PKP merekrut tenaga ahli swakelola untuk turut
bekerja pada tim swakelola provinsi. Kemudian, PPK PKP dan tenaga
ahli menandatangani kontrak pekerjaan supervisi.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 22

3. Pelaksanaan Survei
Kegiatan swakelola dapat dilaksanakan survei guna pengambilan data
dan informasi ke beberapa instansi/lembaga dan/atau pengamatan
lapangan di tempat KSN berada. Jumlah dan waktu pelaksanaan survei
disesuaikan dengan KAK/ TOR dan rencana kerja.
Tahapan pelaksanaan survei adalah:
a. Persiapan.
Sebelum dilaksanakan survei, harus dipersiapkan surat keterangan
pelaksanaan survei yang ditujukan ke instansi/ lembaga yang dituju
atau

yang

berwenang,

disusun

daftar

data/

informasi

yang

dibutuhkan kegiatan yang selanjutnya dapat dilampirkan pada surat


keterangan pelaksanaan survei, ditetapkan personil yang berangkat
survei dan dituangkan dalam surat keterangan pelaksanaan survei,
persiapan fasilitas yang mendukung survei (Buku catatan, peta,
kamera, Flashdisk atau harddisk, kendaraan, dsb).
b. Pelaksanaan.
3) Saat survei dengan tujuan mencari data / informasi di
instansi/ lembaga harus dicatat waktu pelaksanaan, sumber
data/ informasi, tahun data/ informasi, penanggungjawab
data/ informasi. Data/ informasi yang dihimpun sedapat
mungkin di verifikasi oleh penanggungjawab data/ informasi
di instansi/ lembaga yang di survei.
4) Saat survei dengan tujuan mencari data/ informasi beserta
pengamatan lapangan harus dicatat waktu pelaksanaan,
subjek yang diminta data/ informasi/ keterangan, lokasi rinci
survei (dapat berupa data koordinat), metode pencatatan
(pengambilan gambar dan keterangan, wawancara, dsb). Dan
dilakukan dokumentasi lapangan.
c. Penyusunan laporan survei
Laporan survei disusun dalam buku terpisah atau terintegrasi dalam
laporan kegiatan dengan mencatat seluruh hasil kegiatan survei
seperti yang dipaparkan di atas.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 23

4. Pelaksanaan Pertemuan (FGD, Workshop, dsb)


Pertemuan dalam kegiatan swakelola antara lain:
a. Focus Group Discussion (FGD)/ Konsinyasi
1) FGD/Konsinyasi

dilakukan

dengan

jumlah

dan

tempat

pelaksanaannya disesuaikan dengan KAK/ TOR, dengan


daftar instansi/ lembaga yang diundang adalah Pemerintah
Pusat (dalam hal ini Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang); Pemerintah Daerah Provinsi berupa:
Bappeda Provinsi, Dinas Bidang Pekerjaan Umum Provinsi
(SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang), Dinas Teknis
lain Provinsi (Dinas Pertanian, Kehutanan, Pertambangan,
Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan, dsb) yang
disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan Hidup Provinsi,
Satker Dekon Provinsi lain yang cakupan wilayahnya lebih
dari 1 (satu) Provinsi; Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
berupa: Bappeda Kab/ Kota, Dinas Bidang Pekerjaan Umum
Kab/ Kota (SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang),
Dinas Teknis lain Kab/ Kota (Dinas Pertanian, Kehutanan,
Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan
Hidup Kab/ Kota; Balai-balai Kementerian PU (Balai SDA dan
Balai Jalan); Instansi / lembaga lain yang dibutuhkan sesuai
agenda pembahasan.
2) FGD/ Konsinyasi dapat dimoderatori dan menggunakan
narasumber dengan jumlah disesuaikan dengan KAK/ TOR
yang berasal dari Satker Dekon, Pemerintah Pusat, dan/ atau
Pemerintah Daerah. FGD / Konsinyasi dilengkapi dengan
seminar kit dan bahan FGD / Konsinyasi.
b. Workshop/ Seminar/ Lokakarya
1) Workshop/ Seminar/ Lokakarya dilakukan dengan jumlah
dan tempat pelaksanaannya disesuaikan dengan KAK/ TOR,
dengan daftar instansi/ lembaga yang diundang adalah

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 24

Pemerintah

Pusat

(dalam

hal

ini

Ditjen

Tata

Ruang,

Kementerian Agraria dan Tata Ruang); Pemerintah Daerah


Provinsi berupa: Bappeda Provinsi, Dinas Bidang Pekerjaan
Umum Provinsi (SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Tata Ruang),
Dinas Teknis lain Provinsi (Dinas Pertanian, Kehutanan,
Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan,
dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan Lingkungan
Hidup Provinsi, Satker Dekon Provinsi lain yang cakupan
wilayahnya lebih dari 1 (satu) Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota berupa: Bappeda Kab/ Kota, Dinas Bidang
Pekerjaan Umum Kab/ Kota (SDA, Bina Marga, Cipta Karya,
Tata Ruang), Dinas Teknis lain Kab/ Kota (Dinas Pertanian,
Kehutanan, Pertambangan, Perhubungan, Dinas Kelautan
dan Perikanan, dsb) yang disesuaikan agenda FGD, Badan
Lingkungan Hidup Kab/ Kota; Balai-balai Kementerian PU
(Balai SDA dan Balai Jalan); Instansi / lembaga lain;
akademisi dan/atau lembaga non pemerintahan.
2) Workshop/ Seminar/ Lokakarya dapat dimoderatori dan
menggunakan
dengan

KAK/

narasumber
TOR

yang

dengan

jumlah

berasal

dari

disesuaikan

Satker

Dekon,

Pemerintah Pusat, dan/ atau Pemerintah Daerah. Workshop/


Seminar/ Lokakarya dilengkapi dengan seminar kit dan
bahan Workshop/ Seminar/ Lokakarya.
c. Rapat Koordinasi / Rapat biasa/ Diskusi
1) Rapat Koordinasi / Rapat biasa / Diskusi dilakukan dengan
jumlah dan tempat pelaksanaannya disesuaikan dengan
KAK/ TOR, dengan daftar instansi/ lembaga yang diundang
sesuai agenda dan kebutuhan.
2) Menghadiri rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh
Satker Dekon lintas Provinsi lain yang cakupan wilayahnya
lebih dari 1 (satu) Provinsi.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 25

3) Rapat diskusi dilakukan dalam rangka konsultasi ke pusat


(Direktorat Pembina).
2.4.6 Pendanaan
Pelaksanaan Sinkronisasi dan Keterpaduan Operasionalisasi Rencana
Terpadu

KSN

(Fasilitasi

dan

Koordinasi)

dilaksanakan

dengan

menggunakan sumber dana yang bersumber dari APBN melalui Dana


Dekonsentrasi kepada SKPD Dekonsentrasi Bidang Penataan Ruang.

BAB 2 SUBSTANSI PEKERJAAN | 26

Anda mungkin juga menyukai