Anda di halaman 1dari 22

METODE PELAKSANAAN

PRESERVASI JEMBATAN S. MORAMO

CV. Utama Jaya Perkasa mengorientasikan dan mengorganisir untuk melaksanakan


seluruh aktivitas pekerjaan proyek dengan sasaran utama penyelesaian pekerjaan proyek
dengan tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya, yaitu dengan menempatkan dan
menugaskan secara penuh seorang General Superintendent / Project Manager berkualitas
dan berpengalaman, dengan dibantu oleh para tenaga ahli yang mempunyai pengalaman
pekerjaan di bidangnya masing-masing.

GS/PM memimpin seluruh kegiatan di proyek, baik di bidang administrasi, teknik serta
kegiatan lainnya dalam rangka proses penyelesaian pekerjaan proyek di lapangan,
dengan tugas pokok sebagai berikut :
• Masalah teknik (Engineering) dan Quality Control, GS/PM dibantu oleh bagian teknik
beserta stafnya.
• Masalah keuangan, administrasi umum dan personalia, GS/PM dibantu oleh Bagian
Personalia dan Keuangan beserta stafnya.
• Masalah logistik dan pernlatan, GS/PM dibantu oleh Bagian Logistik dan Peralatan
beserta stafnya.
• Masalah aktivitas fisik di lapangan, dibantu oleh para pelaksana madya dan
pelaksanaan muda yang masing-masing mempunyai tanggung jawab berdasarkan
jenis pekerjaan dan atau lokasi pekerjaan.

GS/PM juga akan mendapat dukungan penuh dari Direksi CV. Utama Jaya Perkasa , dalam
hal kecukupan dan ketersediaan SDM , pendanaan, logistik dan peralatan. GS/PM
mempunyai otoritas pen uh untuk melaksanakan semua aktivitas pekerjaan yang ada di
proyek termasuk berhubungan dengan pihak lain .
Sedangkan Direksi melakukan kesatuan likuiditas sehingga sumber daya benar-benar
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin GS/PM bertanggung jawab langsung kepada CV.
Utama Jaya Perkasa
DIVISI 1. UMUM
1.1 MOBILISASI
Sebelum pekerjaan dimulai, pada tahap awal pelaksanaan adalah mobilisasi tenaga
kerja, bahan dan peralatan yang disesuaikan dengan butuhan dilapangan. Pekerjaan
mobilisasi mencakup semua kegiatan mobilisasi peralatan dan personil yang di perlukan dan
semua falitas pendukung selama dalam masa pelaksanaan pekerjaan serta melakukan
demobilisasi kembali terhadap semua terhadap semua peralatan dan personil pada saat
pekerjaan selesai.

Proses mobilisasi alat berat

Persiapan Pekerjaan
1. Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja,
schedule, perlatan, personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk
memperoleh persetujuan dari Konsultan sebelum pekerjaan dimulai.
2. Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan.

Tahapan Pelaksanaan
Tahapan yang akan dilaksanakan dalam periode mobilisasi ini adalah :
1. Rapat persiapan pelaksanaan
2. Program mobilsasi terdiri dari :
• Mobilisasi Peralatan
• Mobilisasi Personil
• Pembangunan fasilitas pendukung
3. Pelaksanaan pekerjaan
4. Demobilisasi peralatan dan personil
Metode Pelaksanaan
1. Peralatan merupakan hal yang sangat vital dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
konstruksi maka ketepatan waktu mobilisasi sangat penting untuk dijadwalkan dengan
baik.
2. Mobilisasi alat dilakukan setelah mendapat ijin dari Direksi atau maksimal 7 hari setelah
mendapat surat perintah mulai kerja (SPMK).
3. Peralatan yang digunakan akan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan. Peralatan
tersebut di atas di simpan di lokasi pekerjaan dan di jaga sehingga dapat dipergunakan
pada waktunya tanpa ada kendala yang dapat mengganggu pekerjaan, misalkan terjadi
kerusakan pada alat yang akan digunakan.
4. Demobilisasi alat akan dilakukan setelah semua pekerjaan selesai.

1.2 MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS


Manajemen Keselamatan Lalu Lintas sangat diperlukan untuk penunjang keberhasilan
pelaksanaan kegiatan dari kecelakaan kerja di lapangan. Kontraktor akan menyediakan
perlengkapan jalan sementara dan Tenaga Manajemen Lalu Lintas untuk mengendalikan dan
melindungi para pekerja dan pengguna jalan yang melalui jalan konstruksi termasuk lokasi
sumber bahan dan rute pengangkutan.
Petugas Manajemen Lalu Lintas harus selalu berada di lokasi kerja dengan menempatkan
petugas untuk mengatur lalu lintas demi keselamatan pekerja. Kontraktor akan menyediakan,
memasang dan memelihara perlengkapan jalan sementara dan menyediakan petugas
bendera dan/atau alat pemberi isyarat lalu lintas lainnya sepanjang zona kerja saat diperlukan
selama masa pekerjaan kontruksi.

Proses Pemasangan Rambu Lalu Lintas di area Pekerjaan Kontruksi

Personil petugas pengatur lalu lintas masing-masing 2 orang untuk mengatur arus lalu
lintas di setiap lokasi kegiatan untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Koordinator
keselamatan lalu lintas 1 orang, untuk mengatur petugas, memantau kerja petugas, dan
membuat laporan keselamatan lalu lintas.
Pengaturan lalu lintas selama masa konstruksi akan dituangkan dalam Rencana Manajemen
dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKLL) yang disusun oleh kontraktor berdasarkan tahapan
dan metode pelaksanaan.

Urutan pekerjaan dan rencana Manajemen Lalu Lintas adalahs sebagai berikut :
1. Kontraktor akan menjaga seluruh kegiatan di sekitar jembatan dalam kondisi sedemikian
hingga agar lalu lintas dapat digunakan dengan aman dan seluruh pekerjan dan pengguna
jalan disekitar lokasi konstruksi terlindungi
2. Sebelum melaksanakan pekerjaan apapun, kontraktor akan menyiapkan dan mengajukan
Rencana dan Menajemen Keselamatan Lalu Lintas (RMKLL) kepada Direksi Pekerjaan
3. Pembagian zona pekerjaan jalan antara lain : zona peringatan dini, zona pemandu
transisi, zona kerja dan zona terminasi.
Apabila diperlukan kontraktor akan memasang marka sementara , dan rambu peringatan
sementara yang dibutuhkan untuk menjamin keselamatan pengguna jalan dikitar lokasi
konstruksi.

Proses Pemasangan Rambu untuk pengalihan arus lalu litas dilokasi kontruksi

4. Semua pekerja paling sedikir berusia 18 tahun,dan akan mengenakan baju yang reflektif,
sepatu boot dan helm kerja setiap saat selama jam kerja di lokasi konstruksi
5. Pelaksanaan pengaturan lalu lintas di lokasi pekerjaan akan berkoordinasi dengan pihak
kepolisian lalu lintas setempat
6. Pelaksanaan pekerjaan pada malam hari akan diterangi denga lampu dan atau sistem
reflektif. Sistem penerangan akan digunakan dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak menggangu pengguna jalan pada lokasi pekerjaan tersebut
7. Kontraktor akan menyediakan personil untuk melakukan pengawasan berkesinambungan
terhadap operasi pengedalian lalu lintas
8. Kontraktor akan menyedian alat/peralatan untuk menunjang pelaksanan manajemen
keselamatan lalu lintas antara lain :
a. Alat pemberi issyarat lalu lintas sementara
b. Rambu lalu lintas sementara
c. Marja jalan sementara
d. Alat penerang sementara
e. Alat pengendali pemakai jalan sementara
f. Alat pengaman pemakai jalan sementara ; pagar pengaman, cermin tikung , deliniator,
pita penggaduh, dan trafic cone

1.3 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,


Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan
peralatan teknis serta konstruksi. Kontraktor menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat
dalam pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi
aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku serta melengkapi
dengan perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi
keselamatan, dan lain-lain.

Kelengkapan keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,


perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero
accident). Sistem manajemen keselamtan dan kesehatan kerja secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
1. Pedoman dan standar
a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang Bendera
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990 tentang Hari
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Pelaksanaan Keselamatan dan kesehatan kerja


a. Menyiapkan perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu- rambu,
papan promosi keselamatan, dan lain - lain.
b. kontraktor menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan
ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku.

c. Menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap
digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi
semua petugas dari pekerja lapangan.

d. Dilokasi akan disediakan Alat Pelindung Diri (APO) berupa safety belt, safety
helmet, masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan
kuda-kuda baja dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.

e. Menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan


bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di
lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin
PPK.

f. Apabila terjadi kecelakaan, sesegera mungkin memberitahukan kepada Konsultan


dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban korban kecelakaan
itu.

3. Prosedur operasi standar (sop) kesehatan dan keselamatan kerja (k3)


a. embuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
b. SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi.
c. Menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada Direktur Keselamatan, Ditjen
Perkeretaapian, Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian, PPK, dan Konsultan.
DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH
3.1 GALIAN TANAH BIASA
Galian biasa akan mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian
batu lunak, galian batu, galian struktur, galian sumber bahan, galian perkerasan aspal, galian
perkerasan berbutir, dan galian perkerasan beton. Untuk setiap item pekerjaan galian,
sebelum memulai pekerjaan kontraktor akan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan gambar
detil penampang melintang yang menunjukan elevasi tanah asli sebelum operasi
pembersihan, memasang patok – patok batas galian dan penggalian yang akan dilaksanakan.

Kontraktor akan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan tentang metode kerja dan
gambar detil seluruh struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan digunakan
seperti penyokong, pengaku, cofferdam dan dindin penyangga rembesan. Kontraktor akan
meberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian tanah dasar, pondasi yang telah selesai
penggaliannya dan bahan landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum
kedalaman galian, sifat dan kekerasan pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan.

Proses Galian Tanah

Kontraktor akan memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan


pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada disekitar
lokasi galian. Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng galian akan dijaga tetap stambil
agar mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitar galian. Penyokong dan
pengaku akan digunakan apabila permukaan lereng galian tidak stabil.

Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan dan keperluan lainnya tidak diijinkan
berada atau beropasi lebih dekat 1,5 meter dari tepi galian. Dalam setiap saat, bilamana
pekerja berada dalam lokasi galian dan harus bekerja dibawah permukaan tanah, maka
kontraktor akan menempatan pengawas keamanan di lokasi pekerjaan untuk memantau
pelaksanaan pekerjaan.
Setiap galian terbuka akan diberi rambu peringatan dan pengahalang yang cukup untuk
mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalam lobang galian.

Seluruh galian terbuka akan dijaga agar bebas air dan kontraktor akan menyediakan semua
bahan, perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan),
pengalihan saluran airdan oembuatan drainase sementara, dinding penawahan rembesan
dan cofferdam.

Proses galian tanah menggunakan excavator

Penggalian akan dilaksanakan berdasarkan kelandaian , garis dan elevasi yang


ditentuukan dalam gambar atau ditunjukan Direksi Pekerjaan dan akan mencakup
pembuangan semua material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk tanah, batu, pasir
,beton dan lain lain.
Pekerjaan galian akan dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin
terhadap bahan dibawah dan diluar batas galian.
Pekerjaan dilakukan secara mekanis (memakai alat berat) dengan urutan pelaksanaan
sebagai berikut :

PERSIAPAN
1. Cek ulang Permintaan (Request) Pekerjaan & data pendukungnya.
2. Menyerahkan Gambar detail penampang melintang (Shop Drawing) kepada Direksi
Pekerjaan.
3. Cek kondisi/keadaan existing terhadap kemungkinan adanya pipa-pipa air, kabel listrik,
kabel telpon dll.
4. Cek dan amati ulang kesiapan alat, pastikan tidak ada perubahan dari kesiapan yang
telah dilakukan.
5. Cek ulang kesiapan tenaga kerja, jumlah dan kualifikasinya pastikan tidak ada
perubahan dari kesiapan yang telah dilakukan.
6. Pastikan ada penanggung jawab dari penyedia jasa untuk mengatasi kondisi khusus.
7. Pastikan ada pengendalian Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (K3).
8. Pastikan ada kesiapan pengendalian lalu-lintas.
9. Pastikan ada kesiapan penanganan lingkungan.

PENGGALIAN
1. Penggalian tanah dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan
dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan mencakup pembuangan
material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata,
beton, pasangan batu, bahan organik dan bahan perkerasan lama yang sudah tidak
dipakai lagi.
2. Penggalian tanah dilakukan dengan alat berat yaitu Excavator untuk daerah galian tanah
yang dalam. Sedang untuk galian yang bersifat pemotongan tanah, lebih baik dilakukan
dengan menggunakan Bulldozer atau Motor Grader. Untuk lahan/daerah yang tidak bisa
dijangkau oleh alat berat (Excavator/Bulldozer/Motor Grader), lakukan penggalian secara
manual.
3. Muat hasil galian ke atas Dump Truck, angkut dan buang hasil galian tersebut keluar
area/lokasi kerja.
4. Dorong dan ratakan buangan hasil galian/tanah dengan Bulldozer.
5. Lakukan penggalian dan pembuangan secara berulang, sampai batas galian dan elevasi
yang sudah ditentukan.
6. Pada permukaan galian/pemotongan harus dibersihkan dari segala bahan yang lepas
yang akan menjadi berbahaya setelah pekerjaan selesai.
7. Permukaan lereng hasil galian/pemotongan agar diusahakan dalam keadaan stabil.

PEMERIKSAAN
1. Cek apakah hasil akhir galian sudah sesuai dengan yang direncanakan.
2. Lakukan koordinasi dengan bagian pengukuran untuk melakukan pengendalian dan
perbaikan pengukuran saat proses.Pastikan dilakukan pengecekan permukaan akhir
dengan alat ukur.
CEK KESESUAIAN
1. Seluruh permukaan hasil galian harus rata.
2. Kemiringan lereng galian/pemotongan harus sesuai dengan elevasi yang direncanakan.
3. Tidak ada material terlepas seperti batu pada permukaan hasil galian pada hasil akhirnya.

PERBAIKAN
1. Jika hasil galian/pemotongan belum sesuai dengan elevasi yang direncanakan, lakukan
penggalian ulang sehingga elevasi hasil galian sesuai dengan rencana.
2. Jika terjadi pergerakan tanah atau kelongsoran, segera hentikan pekerjaan
3. Melakukan pencegahan kelongsoran selanjutnya dengan perbaikan turap yang ada
ataupun penambahan turap yang baru. Jika ada gangguan air, maka air harus segera
dikeringkan/disalurkan
4. Jangan membebani tepi galian dengan penumpukan tanah galian maupun material
lainnya.

3.2 TIMBUNAN PILIHAN BERBUTIR (DIUKUR DIATAS BAK TRUK)


Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah dari hasil galian. Timbunan yang disetujui Direksi Pekerjaan untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum
yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis kelandaian dan
elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Tahapan Pelaksanaan :
1. Menyiapakan DMF dan JMF agregat
2. Mengajukan Request pekerjaan kepada direksi
3. Penyiapan Tempat Kerja
• Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh direksi pekerjaan.
• Kecuali untuk derah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan atau tanah
rawa, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya (termasuk penggemburan

Proses pengakutan timbunan pilihan menggunakan Dump Truck

dan penggeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan


atas dasar atas pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan.
• Bilamana timbunan akan dibangun atas permukaan tanah dengan kelandaian lereng
lebih dari 10%, ditempatkan diatas permukaan lama atau pembagunan timbunan baru,
maka lereng lama akan dipotong sampai tanah yang keras dan bertangga dengan
lebar yang cukup sehingga memungkinkan perlaratan pemadat dapat beroperasi.
tangga-tangga tersebut tidak boleh mempunyai kelandaian lebih dari 4% dan harus
dibuatkan sedemikian dengan jarak vertikal tidak lebih dari 30 cm untuk kelandaian
yang kurang dari 15% dan tidak lebih dari 60cm untuk kelandaiannya yang sama atau
lebih besar dari 15%.
• Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian hingga
memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat yang efektif.
4. Penghamparan Timbunan
• Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam
lapisan yang merata yang bila di padatkan akan memenuhi toleransi tebal yang
disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan
tersebut sedapat mungkin di bagi rata sehingga sama tebal.
• Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan
yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah
timbunan untuk persediaan, terutama selama musim hujan. biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan.
• Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam
pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok di
antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja tipis
yaag sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous
dilaksanakan.

Proses penghamparan timbunan pilihan berbutir

• Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang stsuktur harus dilaksanakan dengan
sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa struktur. Akan
tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 3
jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton
gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar
gravity. Sebelum penimbunan kembali di skitar struktur penahan tanah dari beton,
pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14
hari
• Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, Iereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan
lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat bergerigi) sehingga timbunan baru
akan terkunci pada timbuan lama sedmikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin
dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga
bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan
demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan
• Lapisan penopang di atas tanah lunak termasuk tanah rawa harus dihampar sesegera
mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan penggalian atau
pembersihan dan pengupasan oleh Direksi Pekerjaan. Lapisan penopang dapat
dihampir satu lapis atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter
sesuai dengan kondisi lapangan dan sebagaimana diperintahkan atau disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.

5. Pemadatan Timbunan
• Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memandai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan
• Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air
optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan
kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-
1742-1989.
• Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari
bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm
serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut
lapis penutup ini harus dilalsanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah
yang disyaratkan.

Proses Perataan hasil penghamparan timbunan pilihan

• Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan,
diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan
berikutnya dihampar.
• Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu
jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan
yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan
di atas pekerjan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar
dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
• Dalam menempatkan timbunan di atas gorong-gorong dan bilamana disyaratkan,
dalam Kontrak atau pada jembatan, harus membuat timbunan tersebut sama tinggi
pada kedua sisinya. Jika kondisi-kondisi memerlukan penempatan timbunan kembali
atau timbunan pada satu sisi lebih tinggi dari sisi lannya, penambahan bahan pada
sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan sampai persetujuan diberikan oleh Direksi
Pekerjaan dan tidak melakukan penimbunan sampai struktur tersebut telah berada di
tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujian-pengujian yang dilakukan di laboratorium
di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa struktur tersebut telah
mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan apapun yang ditimbulkan
oleh metoda yang digunakan dan bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan atau
regangan yang di luar faktor keamanan.
• Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat pemadat
normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal gembur tidak lebih dari
10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan pemadat mekanis.
• Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas
harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm
dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual
dengan berat statis minimum 10 kg. pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus
mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk
menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

DIVISI 7. STRUKTUR
7.1 BETON SIKLOP f’c 15 Mpa
Pembuatan beton siklop (cyclop) merupakan pembuatan beton normal atau beton
biasa dimana suatu bahan struktur bangunan yang tersusun dari campuran agregat yang
relatif besar. Ukuran agregat kasar dapat mencapai 20 cm, namun proporsi agregat yang lebih
besar ini tidak lebih dari 20% agregat seluruhnya.
Proses pekerjaan beton siklop untuk jembatan

Kekuatan konstruksi beton siklop (cyclop) juga masih di bawah beton bertulang, tetapi
masih lebih baik daripada konstruksi pasangan batu, Penyebabnya karena, beton siklop
(cyclop) masih mampu menahan tegangan tarik dan tekan. Sedangkan, untuk pasangan batu
hanya mampu menahan gaya tekan. tetapi untuk menahan tegangan tariknya sangat lemah.
Beton siklop sering digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan, dan
sebagainya.

Cara pelaksanaan beton siklop adalah sebagai berikut :


1. Material halus yang digunakan adalah material dengan ukuran maksimum 5 mm.
2. Agregat kasar yang digunakan untuk beton adalah batu alam.
3. Air yang digunakan adalah air bersih yang bebas dari bau, limbah dan tidak berwarna.
4. Semen yang digunakan adalah semen Portland.
5. Beton dan adukan akan dibuat dari semen, pasir, kerikil dan air sebagaimana yang sudah
diisyaratkan.
6. Campuran beton siklop yang digunakan adalah campuran beton 60 % (1PC : 2SP : 3Kr)
ditambah 40% batu belah ukuran 10-20 cm.
7. Campuran Menggunakan alat bantu Molen dan atau concrate mixer.
8. Pada pengecoran beton akan dipadatkan dengan alat pemadat yang diisyaratkan dan
ketelitian dalam pemadatan perlu diperhatikan.
9. Pengecoran tidak dilakukan pada saat hujan deras tanpa perlindungan dan apabila suha
udara diatas 350 tanpa persetujuan direksi.
7.2 PASANGAN BATU
Pasangan batu biasa digunakan pada talud penahan jalan, Opret Jembatandan pada
lokasi tertentu yang mebutuhkan penanganan dengan menggunakan talud atau dinding
penahan. Pekerjaan ini meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan pondasi dan
seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan Spesifikasi
ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.

Proses pasangan batu

Tahap persiapan

1. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank


2. Pembersihan lokasi pekerjaan
3. Pengadaan bahan material pekerjaan pasangan batu seperti batu, pasir, dan semen ke
lokasi pekerjaan. Bahan yang digunakan harus sesuai dengan yang disyaratkan.
4. Bahan material ditempatkan tidak jauh dan mudah dijangkau dari lokasi pekerjaan.
5. Jika diperlukan perlu disiapkan tempat penyimpanan khusus untuk bahan tau material,
terutama untuk bahan semen agar penyimpanan semen dapat dilakukan dengan benar.

Tahap pelaksanaan

1. Pembuatan galian untuk pasangan batu sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar
rencana. Pekerjaan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan alat berat untuk
menggali seperti excavator.
2. Dasar galian dibuat rata dan diberi landasan dari adukan semen dengan pasir setebal
minimal 3 cm sebelum meletakkan batu pada lapisan yang pertama.
3. Batu dengan ukuran yang besar diletakkan pada lapisan dasar atau lapisan yang pertama
dan pada sudut sudut dari pasangan batu tersebut.
4. Batu dipasang dengan muka terpanjang secara mendatar dan untuk muka batu yang
tampak atau berada paling luar dipasang sejajar dengan muka dinding batu yang
terpasang.
5. Batu yang digunakan dibersihkan dan dibasahi sampai merata selama beberapa saat agar
air dapat meresap
6. Setiap rongga atau celah antar batu diisi dengan bahan adukan dari semen dan pasir
sesuai dengan komposisi campuran yang ditentukan. Bahan adukan atau mortar dapat
disiapkan menggunakan alat concrete mixer atau secara manual. Untuk mengetahui
jumlah kebutuhan pasir dan semen anda dapat mengunjungi artikel lain mengenai cara
mengetahui jumlah kebutuhan batu, pasir, dan semen untuk pasangan batu.
7. Setiap 2 meter dari panjang pasangan batu dibuat lubang sulingan. Kecuali ditentukan
lain oleh gambar atau direksi pekerjaan. Lubang sulingan dapat dibuat dengan memasang
pipa pvc yang berdiameter 50 mm.
8. Setiap sambungan antar batu pada permukaan dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan tetapi tidak menutup permukaan batu

Tahap pekerjaan akhir / finishing

1. Pembersihan lokasi pekerjaan dari sisa sisa material pelaksanaan.


2. Jika diperlukan permukaan pasangan batu dapat diberi lapisan acian untuk memperhalus
permukaan dari pasangan batu.

Demikian metode pelaksanaan secara garis besarnya, metode pelaksanaan yang


lebih detail akan dibuat pada saat pelaksanaan nanti. Tentu saja di dalam pelaksanaannya
nanti dapat timbul alternatif – alternatif lain yang mungkin lebih efisien dan efektif. Mudah-
mudahan uraian ini dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini.
7.3 BRONJONG DENGAN KAWAT YANG DILAPISI GALVANIS
Bronjong terdiri dari anyaman kawat yang membentuk anyaman dengan diameter
kawat pengikat adalah min. 2,7 mm. Ukuran Lebar bukaan 80 x 100 mm berbentuk kotak
bronjong dengan panjang (P) = 2 M dan Lebar (L) = 1 M serta tinggi (T) 0,5 M sesuai dengan
gambar. Keranjang bronjong harus mempunyai rangka yang diikat erat dengan anyaman
pada pinggir keranjang.

Pemasangan bronjong

Bahan baku bronjong berupa kawat Digalvanis berdasarkan SNI 03-6145-1999 Kawat
Bronjong dan Batu yang akan digunakan untuk mengisi bronjong harus kokoh, bentuk
anyaman bersagonal dengan lilitan ganda dan harus simetri. Lilitan harus erat dan tidak terjadi
kerenggangan hubungan antara kawat sisi dan kawat anyaman dililit minimum 4 kali sehingga
bronjong kawat mampu menahan beban dari segala jurusan.

Proses penyusunan batu bronjong


Sebelum membuat bronjong, terlebih dahulu harus membuat contoh bronjong
dilapangan untuk diperiksa oleh Direksi dan mendapatkan persetujuan. Semua pekerjaan
selanjutnya harus sesuai dengan contoh elevasi yang tercantum dalam gambar rencana atau
sesuai dengan petunjuk Direksi. Sebelum dipasang pada tempatnya, bronjong harus
direntangkan supaya mencapai ukuran yang sebenarnya dan semua pinggirnya harus diikat
dengan kawat sesuai dengan petunjuk Direksi. Tiap jajaran bronjong harus diikat dengan
kawat terhadap jajaran sebelahnya pada pinggir bagian atas dan bawah dan pada sudutnya.

Bila dibutuhkan bentuk yang khusus, maka bronjong harus dipotong dengan rapi dan
ujung potongannya harus diikat erat-erat dengan kawat bersama-sama dengan bagian mana
saja yang memungkinkan dari ujung bronjong yang bersambungan dengannya. Pada bagian
dalam dari lengkungan yang tidak nampak dari penglihatan, maka lubang anyaman akan
mengkerut dan harus diikat erat–erat supaya menghasilkan bentuk yang dikehendaki.
Sambungan diantara Bronjong harus seragam berselang-seling dengan bagian yang teratur
yang disetujui oleh Direksi. Permukaan tanah tempat bronjong yang akan dibangun
akandiratakan sebelum keranjang bronjong dipasang.
Tiap bronjong akan diisi dengan batu dengan tangan secara cermat menggunakan
tenaga manusia, sehingga penempatannya memperkecil volume rongga diantara batu dalam
keranjang yang telah terisi penuh. Bronjong harus diisi sampai 25 mm melebihi sisi bagian
atas sehingga tutupnya dapat merenggang erat diatas batu sebelum ikatan kawatnya
mengendor, jajaran bronjong yang berdampingan harus diisi sampingnya tidak menonjol.
Haruslah dijaga agar supaya bronjong tidak berubah bentuknya selama diisi.
Begitu seterusnya lapis demi lapis sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan.
Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong kawat pabrikasi 2,7 mm ini akan dilaksanakan
sesuai dengan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan adalah sekitar 21 Hari kalender atau 3
Minggu yang akan dilaksanakan mulai pada minggu ke 3 setelah pelaksanaan galian serta
elevasi telah disetujui dan dilaksanakan dengan voume = 1.080,00, 03 M3 sesuai yang
tercantum dalam Bill of Quantity.
Dalam pelaksanaan Pekerjaan Bronjong kawat pabrikasi 2,7 mm ini akan
mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan menggunakan cara standard,
dengan menggunakan peralatan safety untuk para pekerja sesuai peraturan keselamatan
yang berlaku, atau sesuai dengan petunjuk dan arahan Direksi Pekerjaan. Sebelum diserah
terimakan pekerjaan ini kami selaku kontraktor wajib membersihkan pekerjaan dari kotoran-
kotoran akibat kegiatan dalam elaksanaan pekerjaan, serta membersihkan areal dari bahan-
bahan bekas serta kotoran akan dibuang keluar lingkungan pekerjaan sesuai dengan petunjuk
pemilik pekerjaan. Demikian Metode pelaksanaan pekerjaan ini dibuat sebagai kelengkapan
dokumen penawaran dan pada pelaksanaannya tetap perlu mendapat petunjuk serta arahan
dari pengawas dan pemilik pekerjaan nantinya dilapangan.
DEVISI 8. REHABILITASI JEMBATAN

8.1 PERKUATAN STRUKTUR DENGAN BAHAN FRP JENIS GLASS PER LAPIS

Sistem perkuatan FRP pada beton dilakukan dengan cara menempelkannya pada
permukaan beton dengan menggunakan perekat epoxy. Persiapan Permukaan beton yang
akan diperkuat, harus merupakan permukaan yang kuat dan padat, tidak ada keropos
ataupun bagian lemah lainnya, serta harus bersih dari debu dan kotoran lainnya. Dengan
tujuan agar terjadi ikatan yang baik; sehingga material perkuatan dengan beton lama menjadi
satu kesatuan.
Perbandingan campuran. Untuk menghasilkan mutu dari material bonding yang
digunakan dalam perkuatan sesuai dengan yang direkomendasikan dari pabrik, maka
perbandingan campuran dari material harus diikuti dengan tepat.

Perkuatan struktur dengan bahan FRP


Pot life. Adalah waktu yang dibutuhkan dari pengadukan hingga material tersebut
terpasang. Apabila waktu telah melebihi pot life-nya, maka material yang sudah tercampur
jangan digunakan. Setelah pelaksanaan juga perlu dilakukan kontrol kualitas, dengan tujuan
untuk melihat lekatan antara epoxy adhesive yang digunakan untuk melekatkan FRP dengan
beton.

1. Persiapan Permukaan
a. Semua material finishing seperti plesteran dan coating harus dihilangkan dari
permukaan beton
b. Permukaan beton yang tidak rata atau bergelombang harus diratakan dengan metode
grinding
c. Permukaan Beton yang berlubang harus diisi dengan material cementious non srink
atau epoxy modified material.

Proses persiapan permukaan beton untuk pemasangan FRP

2. Pencampuran Epoxy
a. Kelembapan dan suhu Tyfo Epoxy S pada saat pencampuran adalah 10°C dan 38°C.
b. Komponen Tyfo epoxy S harus dicampur dengan proporsi Parts A: Part B; 100:3,5
diaduk dengan mixer berkecepatan rendah selama 3-5 menit.
3. Priming permukaan beton
4. Saturasi lembaran FRP
a. Potong Lembaran FRP sesuai dengan kebutuhan permukaan beton yang akan
diperkuat.
b. Saturasi antara lembaran FRP dan tyfo epoxy S harus dilakukan secara berhati-hati
dan terukur dan Lembaran FRP yang sudah dibasahi dengan Tyfo Epoxy S harus
ditempatkan di tempat yang khusus.
5. Wrapping lembaran FRP
Lembarn FRP yang sudah di saturasi dengan tyfo S epoxy di Wrapping layer per layer
pada permukaan beton yang sudah d priming terlebih dahulu dengan tyfo S epoxy.

Proses wrapping lembaran FRP


6. Curing time
a. Waktu pengeringan dari pemasangan FRP harus sesuai dengan ketentuan produsen
dan biasana antara 48-72 jam tergantung pada kondisi kelembapan udara.
b. Temperatur pada saat masa pengeringan harus sesuai dengan ketentuan produsen
c. Permukaan Komposit harus mempunyai ketebalan dan kepadatan yang sama dan
antar layer harus melekat dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya celah
atau cekungan/udara didalam lembaran FRP.
7. Finishing
Setelah aplikasi, permukaan dari lembaran FRP dimungkinkan untuk di keramik atau
diplester. Jika hal ini digunakan, butiran pasir yang lembut harus di taburkan pada
permukaan FRP yang masih basah dan setelah 24 jam bisa diplester. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan kelekatan yang baik antara permukaan komposit dan plesteran.
8. Pemeriksaan dan perbaikan
a. Komposit Lembaran FRP harus diberikan perawatan maksimal, permukan komposit
yang sudah mengeras harus di ketok menggunakn palu untuk mendeteksi adanya
gelembung atau ruang yang berisi udara, apabila ditemukan hal tersebut harus
dilakukan injeksi dengan epoxy.
b. Urutan perbaikan komposit yang terdapat gelembung udara , harus dilakukan sebagai
berikut :
• Bor lubang dengan diameter 5 mm pada ujung gelembungnya. Untuk vertical
komposit pada bagian yang paling atas gelembung dan paling bawah. Jumlah
lubang harus disesuaikan dengan kebutuhan.
• Pasang Grout port sebagai jalur untuk masuk dan keluar material injeksi.
• Inject epoxy dengan tekanan melalui port grouting dengan cara bertahap, dari
ujung satu ke ujung lainnya (dari yang terendah ke bagian yang tertinggi). Apabila
epoxy sudah keluar dari grout port yang lain, berarti void tersebut sudah penuh
dan injeksi dapat dilakukan ke void berikutnya.
• Biarkan area injeksi selama 12 jam, sebelum grout port dilepas.
c. Pemeriksaan akhir dilakukan untuk memeriksa gelembung yang mungkin masih ada.
Pada umumnya, apabila masih terdapat gelembung dengan luasan 5% dari total
wrapping, hal tersebut masih di terima,dengan criteria tidak terdapat ukuran
gelembung dengan ukuran lebih dari 20mm.
Kendari, 18 Januari 2019
CV. UTAMA JAYA PERKASA

SILVANA SURTINA KARIM


Direktur

Anda mungkin juga menyukai