GS/PM memimpin seluruh kegiatan di proyek, baik di bidang administrasi, teknik serta
kegiatan lainnya dalam rangka proses penyelesaian pekerjaan proyek di lapangan,
dengan tugas pokok sebagai berikut :
• Masalah teknik (Engineering) dan Quality Control, GS/PM dibantu oleh bagian teknik
beserta stafnya.
• Masalah keuangan, administrasi umum dan personalia, GS/PM dibantu oleh Bagian
Personalia dan Keuangan beserta stafnya.
• Masalah logistik dan pernlatan, GS/PM dibantu oleh Bagian Logistik dan Peralatan
beserta stafnya.
• Masalah aktivitas fisik di lapangan, dibantu oleh para pelaksana madya dan
pelaksanaan muda yang masing-masing mempunyai tanggung jawab berdasarkan
jenis pekerjaan dan atau lokasi pekerjaan.
GS/PM juga akan mendapat dukungan penuh dari Direksi CV. Utama Jaya Perkasa , dalam
hal kecukupan dan ketersediaan SDM , pendanaan, logistik dan peralatan. GS/PM
mempunyai otoritas pen uh untuk melaksanakan semua aktivitas pekerjaan yang ada di
proyek termasuk berhubungan dengan pihak lain .
Sedangkan Direksi melakukan kesatuan likuiditas sehingga sumber daya benar-benar
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin GS/PM bertanggung jawab langsung kepada CV.
Utama Jaya Perkasa
DIVISI 1. UMUM
1.1 MOBILISASI
Sebelum pekerjaan dimulai, pada tahap awal pelaksanaan adalah mobilisasi tenaga
kerja, bahan dan peralatan yang disesuaikan dengan butuhan dilapangan. Pekerjaan
mobilisasi mencakup semua kegiatan mobilisasi peralatan dan personil yang di perlukan dan
semua falitas pendukung selama dalam masa pelaksanaan pekerjaan serta melakukan
demobilisasi kembali terhadap semua terhadap semua peralatan dan personil pada saat
pekerjaan selesai.
Persiapan Pekerjaan
1. Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja,
schedule, perlatan, personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk
memperoleh persetujuan dari Konsultan sebelum pekerjaan dimulai.
2. Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan.
Tahapan Pelaksanaan
Tahapan yang akan dilaksanakan dalam periode mobilisasi ini adalah :
1. Rapat persiapan pelaksanaan
2. Program mobilsasi terdiri dari :
• Mobilisasi Peralatan
• Mobilisasi Personil
• Pembangunan fasilitas pendukung
3. Pelaksanaan pekerjaan
4. Demobilisasi peralatan dan personil
Metode Pelaksanaan
1. Peralatan merupakan hal yang sangat vital dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
konstruksi maka ketepatan waktu mobilisasi sangat penting untuk dijadwalkan dengan
baik.
2. Mobilisasi alat dilakukan setelah mendapat ijin dari Direksi atau maksimal 7 hari setelah
mendapat surat perintah mulai kerja (SPMK).
3. Peralatan yang digunakan akan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan. Peralatan
tersebut di atas di simpan di lokasi pekerjaan dan di jaga sehingga dapat dipergunakan
pada waktunya tanpa ada kendala yang dapat mengganggu pekerjaan, misalkan terjadi
kerusakan pada alat yang akan digunakan.
4. Demobilisasi alat akan dilakukan setelah semua pekerjaan selesai.
Personil petugas pengatur lalu lintas masing-masing 2 orang untuk mengatur arus lalu
lintas di setiap lokasi kegiatan untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Koordinator
keselamatan lalu lintas 1 orang, untuk mengatur petugas, memantau kerja petugas, dan
membuat laporan keselamatan lalu lintas.
Pengaturan lalu lintas selama masa konstruksi akan dituangkan dalam Rencana Manajemen
dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKLL) yang disusun oleh kontraktor berdasarkan tahapan
dan metode pelaksanaan.
Urutan pekerjaan dan rencana Manajemen Lalu Lintas adalahs sebagai berikut :
1. Kontraktor akan menjaga seluruh kegiatan di sekitar jembatan dalam kondisi sedemikian
hingga agar lalu lintas dapat digunakan dengan aman dan seluruh pekerjan dan pengguna
jalan disekitar lokasi konstruksi terlindungi
2. Sebelum melaksanakan pekerjaan apapun, kontraktor akan menyiapkan dan mengajukan
Rencana dan Menajemen Keselamatan Lalu Lintas (RMKLL) kepada Direksi Pekerjaan
3. Pembagian zona pekerjaan jalan antara lain : zona peringatan dini, zona pemandu
transisi, zona kerja dan zona terminasi.
Apabila diperlukan kontraktor akan memasang marka sementara , dan rambu peringatan
sementara yang dibutuhkan untuk menjamin keselamatan pengguna jalan dikitar lokasi
konstruksi.
Proses Pemasangan Rambu untuk pengalihan arus lalu litas dilokasi kontruksi
4. Semua pekerja paling sedikir berusia 18 tahun,dan akan mengenakan baju yang reflektif,
sepatu boot dan helm kerja setiap saat selama jam kerja di lokasi konstruksi
5. Pelaksanaan pengaturan lalu lintas di lokasi pekerjaan akan berkoordinasi dengan pihak
kepolisian lalu lintas setempat
6. Pelaksanaan pekerjaan pada malam hari akan diterangi denga lampu dan atau sistem
reflektif. Sistem penerangan akan digunakan dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak menggangu pengguna jalan pada lokasi pekerjaan tersebut
7. Kontraktor akan menyediakan personil untuk melakukan pengawasan berkesinambungan
terhadap operasi pengedalian lalu lintas
8. Kontraktor akan menyedian alat/peralatan untuk menunjang pelaksanan manajemen
keselamatan lalu lintas antara lain :
a. Alat pemberi issyarat lalu lintas sementara
b. Rambu lalu lintas sementara
c. Marja jalan sementara
d. Alat penerang sementara
e. Alat pengendali pemakai jalan sementara
f. Alat pengaman pemakai jalan sementara ; pagar pengaman, cermin tikung , deliniator,
pita penggaduh, dan trafic cone
d. Dilokasi akan disediakan Alat Pelindung Diri (APO) berupa safety belt, safety
helmet, masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan
kuda-kuda baja dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.
Kontraktor akan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan tentang metode kerja dan
gambar detil seluruh struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan digunakan
seperti penyokong, pengaku, cofferdam dan dindin penyangga rembesan. Kontraktor akan
meberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian tanah dasar, pondasi yang telah selesai
penggaliannya dan bahan landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum
kedalaman galian, sifat dan kekerasan pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan.
Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan dan keperluan lainnya tidak diijinkan
berada atau beropasi lebih dekat 1,5 meter dari tepi galian. Dalam setiap saat, bilamana
pekerja berada dalam lokasi galian dan harus bekerja dibawah permukaan tanah, maka
kontraktor akan menempatan pengawas keamanan di lokasi pekerjaan untuk memantau
pelaksanaan pekerjaan.
Setiap galian terbuka akan diberi rambu peringatan dan pengahalang yang cukup untuk
mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalam lobang galian.
Seluruh galian terbuka akan dijaga agar bebas air dan kontraktor akan menyediakan semua
bahan, perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan),
pengalihan saluran airdan oembuatan drainase sementara, dinding penawahan rembesan
dan cofferdam.
PERSIAPAN
1. Cek ulang Permintaan (Request) Pekerjaan & data pendukungnya.
2. Menyerahkan Gambar detail penampang melintang (Shop Drawing) kepada Direksi
Pekerjaan.
3. Cek kondisi/keadaan existing terhadap kemungkinan adanya pipa-pipa air, kabel listrik,
kabel telpon dll.
4. Cek dan amati ulang kesiapan alat, pastikan tidak ada perubahan dari kesiapan yang
telah dilakukan.
5. Cek ulang kesiapan tenaga kerja, jumlah dan kualifikasinya pastikan tidak ada
perubahan dari kesiapan yang telah dilakukan.
6. Pastikan ada penanggung jawab dari penyedia jasa untuk mengatasi kondisi khusus.
7. Pastikan ada pengendalian Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (K3).
8. Pastikan ada kesiapan pengendalian lalu-lintas.
9. Pastikan ada kesiapan penanganan lingkungan.
PENGGALIAN
1. Penggalian tanah dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan
dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan mencakup pembuangan
material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata,
beton, pasangan batu, bahan organik dan bahan perkerasan lama yang sudah tidak
dipakai lagi.
2. Penggalian tanah dilakukan dengan alat berat yaitu Excavator untuk daerah galian tanah
yang dalam. Sedang untuk galian yang bersifat pemotongan tanah, lebih baik dilakukan
dengan menggunakan Bulldozer atau Motor Grader. Untuk lahan/daerah yang tidak bisa
dijangkau oleh alat berat (Excavator/Bulldozer/Motor Grader), lakukan penggalian secara
manual.
3. Muat hasil galian ke atas Dump Truck, angkut dan buang hasil galian tersebut keluar
area/lokasi kerja.
4. Dorong dan ratakan buangan hasil galian/tanah dengan Bulldozer.
5. Lakukan penggalian dan pembuangan secara berulang, sampai batas galian dan elevasi
yang sudah ditentukan.
6. Pada permukaan galian/pemotongan harus dibersihkan dari segala bahan yang lepas
yang akan menjadi berbahaya setelah pekerjaan selesai.
7. Permukaan lereng hasil galian/pemotongan agar diusahakan dalam keadaan stabil.
PEMERIKSAAN
1. Cek apakah hasil akhir galian sudah sesuai dengan yang direncanakan.
2. Lakukan koordinasi dengan bagian pengukuran untuk melakukan pengendalian dan
perbaikan pengukuran saat proses.Pastikan dilakukan pengecekan permukaan akhir
dengan alat ukur.
CEK KESESUAIAN
1. Seluruh permukaan hasil galian harus rata.
2. Kemiringan lereng galian/pemotongan harus sesuai dengan elevasi yang direncanakan.
3. Tidak ada material terlepas seperti batu pada permukaan hasil galian pada hasil akhirnya.
PERBAIKAN
1. Jika hasil galian/pemotongan belum sesuai dengan elevasi yang direncanakan, lakukan
penggalian ulang sehingga elevasi hasil galian sesuai dengan rencana.
2. Jika terjadi pergerakan tanah atau kelongsoran, segera hentikan pekerjaan
3. Melakukan pencegahan kelongsoran selanjutnya dengan perbaikan turap yang ada
ataupun penambahan turap yang baru. Jika ada gangguan air, maka air harus segera
dikeringkan/disalurkan
4. Jangan membebani tepi galian dengan penumpukan tanah galian maupun material
lainnya.
Tahapan Pelaksanaan :
1. Menyiapakan DMF dan JMF agregat
2. Mengajukan Request pekerjaan kepada direksi
3. Penyiapan Tempat Kerja
• Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh direksi pekerjaan.
• Kecuali untuk derah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan atau tanah
rawa, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya (termasuk penggemburan
• Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang stsuktur harus dilaksanakan dengan
sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa struktur. Akan
tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 3
jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton
gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar
gravity. Sebelum penimbunan kembali di skitar struktur penahan tanah dari beton,
pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14
hari
• Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, Iereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan
lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat bergerigi) sehingga timbunan baru
akan terkunci pada timbuan lama sedmikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin
dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga
bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan
demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan
• Lapisan penopang di atas tanah lunak termasuk tanah rawa harus dihampar sesegera
mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan penggalian atau
pembersihan dan pengupasan oleh Direksi Pekerjaan. Lapisan penopang dapat
dihampir satu lapis atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter
sesuai dengan kondisi lapangan dan sebagaimana diperintahkan atau disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
5. Pemadatan Timbunan
• Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memandai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan
• Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air
optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan
kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-
1742-1989.
• Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari
bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm
serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut
lapis penutup ini harus dilalsanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah
yang disyaratkan.
• Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan,
diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan
berikutnya dihampar.
• Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu
jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan
yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan
di atas pekerjan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar
dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
• Dalam menempatkan timbunan di atas gorong-gorong dan bilamana disyaratkan,
dalam Kontrak atau pada jembatan, harus membuat timbunan tersebut sama tinggi
pada kedua sisinya. Jika kondisi-kondisi memerlukan penempatan timbunan kembali
atau timbunan pada satu sisi lebih tinggi dari sisi lannya, penambahan bahan pada
sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan sampai persetujuan diberikan oleh Direksi
Pekerjaan dan tidak melakukan penimbunan sampai struktur tersebut telah berada di
tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujian-pengujian yang dilakukan di laboratorium
di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa struktur tersebut telah
mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan apapun yang ditimbulkan
oleh metoda yang digunakan dan bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan atau
regangan yang di luar faktor keamanan.
• Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat pemadat
normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal gembur tidak lebih dari
10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan pemadat mekanis.
• Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas
harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm
dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual
dengan berat statis minimum 10 kg. pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus
mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk
menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
DIVISI 7. STRUKTUR
7.1 BETON SIKLOP f’c 15 Mpa
Pembuatan beton siklop (cyclop) merupakan pembuatan beton normal atau beton
biasa dimana suatu bahan struktur bangunan yang tersusun dari campuran agregat yang
relatif besar. Ukuran agregat kasar dapat mencapai 20 cm, namun proporsi agregat yang lebih
besar ini tidak lebih dari 20% agregat seluruhnya.
Proses pekerjaan beton siklop untuk jembatan
Kekuatan konstruksi beton siklop (cyclop) juga masih di bawah beton bertulang, tetapi
masih lebih baik daripada konstruksi pasangan batu, Penyebabnya karena, beton siklop
(cyclop) masih mampu menahan tegangan tarik dan tekan. Sedangkan, untuk pasangan batu
hanya mampu menahan gaya tekan. tetapi untuk menahan tegangan tariknya sangat lemah.
Beton siklop sering digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan, dan
sebagainya.
Tahap persiapan
Tahap pelaksanaan
1. Pembuatan galian untuk pasangan batu sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar
rencana. Pekerjaan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan alat berat untuk
menggali seperti excavator.
2. Dasar galian dibuat rata dan diberi landasan dari adukan semen dengan pasir setebal
minimal 3 cm sebelum meletakkan batu pada lapisan yang pertama.
3. Batu dengan ukuran yang besar diletakkan pada lapisan dasar atau lapisan yang pertama
dan pada sudut sudut dari pasangan batu tersebut.
4. Batu dipasang dengan muka terpanjang secara mendatar dan untuk muka batu yang
tampak atau berada paling luar dipasang sejajar dengan muka dinding batu yang
terpasang.
5. Batu yang digunakan dibersihkan dan dibasahi sampai merata selama beberapa saat agar
air dapat meresap
6. Setiap rongga atau celah antar batu diisi dengan bahan adukan dari semen dan pasir
sesuai dengan komposisi campuran yang ditentukan. Bahan adukan atau mortar dapat
disiapkan menggunakan alat concrete mixer atau secara manual. Untuk mengetahui
jumlah kebutuhan pasir dan semen anda dapat mengunjungi artikel lain mengenai cara
mengetahui jumlah kebutuhan batu, pasir, dan semen untuk pasangan batu.
7. Setiap 2 meter dari panjang pasangan batu dibuat lubang sulingan. Kecuali ditentukan
lain oleh gambar atau direksi pekerjaan. Lubang sulingan dapat dibuat dengan memasang
pipa pvc yang berdiameter 50 mm.
8. Setiap sambungan antar batu pada permukaan dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan tetapi tidak menutup permukaan batu
Pemasangan bronjong
Bahan baku bronjong berupa kawat Digalvanis berdasarkan SNI 03-6145-1999 Kawat
Bronjong dan Batu yang akan digunakan untuk mengisi bronjong harus kokoh, bentuk
anyaman bersagonal dengan lilitan ganda dan harus simetri. Lilitan harus erat dan tidak terjadi
kerenggangan hubungan antara kawat sisi dan kawat anyaman dililit minimum 4 kali sehingga
bronjong kawat mampu menahan beban dari segala jurusan.
Bila dibutuhkan bentuk yang khusus, maka bronjong harus dipotong dengan rapi dan
ujung potongannya harus diikat erat-erat dengan kawat bersama-sama dengan bagian mana
saja yang memungkinkan dari ujung bronjong yang bersambungan dengannya. Pada bagian
dalam dari lengkungan yang tidak nampak dari penglihatan, maka lubang anyaman akan
mengkerut dan harus diikat erat–erat supaya menghasilkan bentuk yang dikehendaki.
Sambungan diantara Bronjong harus seragam berselang-seling dengan bagian yang teratur
yang disetujui oleh Direksi. Permukaan tanah tempat bronjong yang akan dibangun
akandiratakan sebelum keranjang bronjong dipasang.
Tiap bronjong akan diisi dengan batu dengan tangan secara cermat menggunakan
tenaga manusia, sehingga penempatannya memperkecil volume rongga diantara batu dalam
keranjang yang telah terisi penuh. Bronjong harus diisi sampai 25 mm melebihi sisi bagian
atas sehingga tutupnya dapat merenggang erat diatas batu sebelum ikatan kawatnya
mengendor, jajaran bronjong yang berdampingan harus diisi sampingnya tidak menonjol.
Haruslah dijaga agar supaya bronjong tidak berubah bentuknya selama diisi.
Begitu seterusnya lapis demi lapis sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan.
Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong kawat pabrikasi 2,7 mm ini akan dilaksanakan
sesuai dengan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan adalah sekitar 21 Hari kalender atau 3
Minggu yang akan dilaksanakan mulai pada minggu ke 3 setelah pelaksanaan galian serta
elevasi telah disetujui dan dilaksanakan dengan voume = 1.080,00, 03 M3 sesuai yang
tercantum dalam Bill of Quantity.
Dalam pelaksanaan Pekerjaan Bronjong kawat pabrikasi 2,7 mm ini akan
mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan menggunakan cara standard,
dengan menggunakan peralatan safety untuk para pekerja sesuai peraturan keselamatan
yang berlaku, atau sesuai dengan petunjuk dan arahan Direksi Pekerjaan. Sebelum diserah
terimakan pekerjaan ini kami selaku kontraktor wajib membersihkan pekerjaan dari kotoran-
kotoran akibat kegiatan dalam elaksanaan pekerjaan, serta membersihkan areal dari bahan-
bahan bekas serta kotoran akan dibuang keluar lingkungan pekerjaan sesuai dengan petunjuk
pemilik pekerjaan. Demikian Metode pelaksanaan pekerjaan ini dibuat sebagai kelengkapan
dokumen penawaran dan pada pelaksanaannya tetap perlu mendapat petunjuk serta arahan
dari pengawas dan pemilik pekerjaan nantinya dilapangan.
DEVISI 8. REHABILITASI JEMBATAN
8.1 PERKUATAN STRUKTUR DENGAN BAHAN FRP JENIS GLASS PER LAPIS
Sistem perkuatan FRP pada beton dilakukan dengan cara menempelkannya pada
permukaan beton dengan menggunakan perekat epoxy. Persiapan Permukaan beton yang
akan diperkuat, harus merupakan permukaan yang kuat dan padat, tidak ada keropos
ataupun bagian lemah lainnya, serta harus bersih dari debu dan kotoran lainnya. Dengan
tujuan agar terjadi ikatan yang baik; sehingga material perkuatan dengan beton lama menjadi
satu kesatuan.
Perbandingan campuran. Untuk menghasilkan mutu dari material bonding yang
digunakan dalam perkuatan sesuai dengan yang direkomendasikan dari pabrik, maka
perbandingan campuran dari material harus diikuti dengan tepat.
1. Persiapan Permukaan
a. Semua material finishing seperti plesteran dan coating harus dihilangkan dari
permukaan beton
b. Permukaan beton yang tidak rata atau bergelombang harus diratakan dengan metode
grinding
c. Permukaan Beton yang berlubang harus diisi dengan material cementious non srink
atau epoxy modified material.
2. Pencampuran Epoxy
a. Kelembapan dan suhu Tyfo Epoxy S pada saat pencampuran adalah 10°C dan 38°C.
b. Komponen Tyfo epoxy S harus dicampur dengan proporsi Parts A: Part B; 100:3,5
diaduk dengan mixer berkecepatan rendah selama 3-5 menit.
3. Priming permukaan beton
4. Saturasi lembaran FRP
a. Potong Lembaran FRP sesuai dengan kebutuhan permukaan beton yang akan
diperkuat.
b. Saturasi antara lembaran FRP dan tyfo epoxy S harus dilakukan secara berhati-hati
dan terukur dan Lembaran FRP yang sudah dibasahi dengan Tyfo Epoxy S harus
ditempatkan di tempat yang khusus.
5. Wrapping lembaran FRP
Lembarn FRP yang sudah di saturasi dengan tyfo S epoxy di Wrapping layer per layer
pada permukaan beton yang sudah d priming terlebih dahulu dengan tyfo S epoxy.