Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi
kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Hal ini dikarenakan
tenaga kerja menghabiskan waktunya lebih dari 35% setiap hari di tempat kerja. Oleh karena itu
mereka perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis/beban pekerjaan yang
dilakukannya.Faktor lingkungan kerja juga mempunyai peranan penting sebagai beban tambahan,
yang meliputi fisik, kimia, biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi. Beban kerja dan beban
tambahan di tempat kerja yaitu tekanan panas, bahan bahan kimia, parasit dan mikroorganisme,
faktor psikologis dan kesejahteraan
Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa
akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik
kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang
motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan yang demikian itu tidak
bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal.Usaha untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas tenaga kerja harus sejalan pula dengan usaha mengatasi masalah gizi
tenaga kerja, yaitu dengan jalan memperbaiki keadaan kesehatan dan meningkatkan keadaan gizinya
melalui pelaksanaan gizi kerja di perusahaan.
Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk menjalankan aktifitasnya,
maka dari itu agar keadaan kesehatan pekerja tetap baik, perlu penyesuaian antara beban kerja dengan
kemampuan fisik maupun asupan gizinya. Asupan gizi bagi tenaga kerja sangat penting terutama
pekerja berat adalah salah satu faktor penentu tingkat produktifitas kerjanya. Akibat beban kerja yang
berat sering menimbulkan penurunan berat badan jika tidak seimbang dengan asupan gizinya. Santoso
(2004) menyatakan bahwa pekerjaan memerlukan tenaga yang sumbernya dari makanan yang mana
kebutuhan akan gizi tenaga kerja harus sesuai dengan pekerjaannya.
Kondisi lingkungan kerja (panas, bising, debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat merupakan
beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri-sendiri atau
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat
kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku pekerja
serta faktor lainnya.

Untuk mengantisipasi bahaya lingkungan kerja tersebut maka langkah awal yang penting
dilakukan adalah pengenalan/ identifikasi lingkungan kerja dan evaluasi, kemudian dilakukan
pengendalian.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah: untuk mengetahui ada atau
tidaknya interaksi antara lingkungan kerja dengan gizi kerja
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan batasan masalah di atas,penulis akan mengangkat permasalahan guna
dibahas dalam penulisan ini, yaitu:
1. Pengertian gizi kerja.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi para pekerja.
3. Interaksi Gizi Kerja dengan Lingkungan.
1.4. Manfaat Penulisan
Setiap penulisan yang dilakukan tentunya mempunyai manfaat yang ingin dicapai. Adapun
manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai bahan informasi bagi pembaca
mengenaihubungan dan pengaruh gizi kerja dengan lingkungan, yang diharapkan dapat menjadi salah
satu indikator dalam meningkatkan gizi pekerja di Indonesia. Dan disamping itu penulisan ini
diharapkan juga dapa memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis, yaitu:
1. Secara teoritis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
gizi para pekerja terutama dari segi interaksi gizi kerja dengan lingkungan kepada para
pembaca.
2. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pekerja terutama
pada indikator gizi kerja yang mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap lingkungan kerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

.1.

Definisi Lingkungan.
Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subjek manusia yang terkait
dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan tanah, udara, air, sumber
daya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu
lingkungan adalah manusia.
Jadi manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, dan
menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan
lingkungan yang telah ditetapkan.
Dalam pembahasan manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang
dihadapiolehseorang manager. Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep
dan teknik serta keputusan yang akan diambil. Ada dua macam faktor lingkungan, yaitu :
a. FaktorLingkungan Internal yaitu lingkungan yang ada didalam usahanya saja.
b. Faktor Lingkungan Eksternal yaitu unsur-unsur yang berada diluar organisasi, dimana
unsure-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu oleh manager,
disamping itu juga akan mempengaruhi manager didalam pengambilan keputusan yang
akan dibuat. Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi contohnya yaitu perubahan
ekonomi, paraturan pemerintah, perilaku konsumen, perkembangan teknologi, politik dan
lainnya.
Adapun lingkungan eksternal dibagi menjadi dua yaitu :
a. Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung
terhadap kegiatan manajemen yang terdiri atas penyedia, langganan, para pesaing, lembaga
perbankan dan lainnya.
b. Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung,
seperti kondisi perekonomian, perubahan teknologi, politik, sosial dan lain sebagainya.
2.2. Pengaruh Manusia Terhadap Lingkungan.
Kemapuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas lingkunganya tergantung
sekali pada taraf sosial budayanya (Soemirat, 1994). Masyarakat jaman dulu yang tinggal di hutan dan
lahan berpindah hanya mampu membuka hutan yang mereka tinggali untuk memberikan perlindungan
pada kelangsungan hidup mereka tersebut, beda halnya dengan masyarakat modern yang sosial
ekonomi lebih maju seperti halnya kita sekarang ini bisa mengubah apa saja sesuai kehendak yang
kita mau seperti hutan dijadikan perumahan atau sebuah daerah tempat tinggal.

Perubahan lingkungan hidup seperti diatas itu dengan tujuan memperbaiki nasib manusia tidak
selalu berhasil dengan baik jika kita tidak melihat bagaiman proses-proses itu berlangsung. Prosesproses itu terjadi dalam ekosistem yang mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Apabila perubahan
lingkungan sedemikian rupa sampai terjadi pergeseran Ekosistem maka alam tidak dapat lagi
memepertahankan keseimbangannya, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tanah
longsor, banjir, gunung meletus itu semua bisa merugikan kita bersama.
Manusia sebagai makhluk hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam, mereka juga
menbuang kembali apa yang telah ,mereka gunakan yang tidak dipakainya lagi kembali ke alam. Hal
semacam tersebut bisa berdampak buruk terhadap manusia apabila jumlah buangan bertambah banyak
sehingga alam pun tidak dapat lagi membersihkannya lagi, lalu dengan demikian lingkungan yang ada
di lingkungan bisa kotor dan sumber daya alam yang biasa kita gunakan menjadi kotor dan bisa
berdampak buruk jika kita menggunakannya. Akibatnya kesehatan manusia akan terganggu, jadi jelas
bisa dilihat bahwa kelangsungan hidup manusia sangat tergantung pada adanya interaksi dalam
ekositem.
Pada zaman dahulu banyak menunjukan adanya kurang pengertian masyarakat akan hubungan
interaksi manusia dengan lingkunganya ini dan kurangnya pengertian tentang sifat-sifat manusia itu
sendiri yang dapat menyebabkan bencana alam terjadi. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya
dimana manusia akan membutuhkan akan kekuasaan, kekayaan, pengetahuan, serta kepuasaan yang
berkembang secara kontinyu, lain halnya dengan kedudukan manusia sebagai makhluk biologis yang
mana membutuhkan makan dan minum dengan sendirinya hubungan manusia sebagai makhluk
berbudaya dengan makhluk biologis sangat berpengaruh dengan adanya keinginan kebutuhan
kekuasaan yang bisa menimbulkan kerusakan ekosistem dan dapat mengganggu kelangsungan hidup
manusia dalam mencari sumber daya alam dalam memperoleh makanan dan minuman.
Pencemaran lingkungan yan halnya dilakukan oleh manusia tidak diperhatikan maka akan
terjadi penurunan kesehatan pada masyarakat, oleh karena itu usaha di bidang kesehatan perlu
didasarkan akan pengetahuan ekologi manusia. Adapun pengertian ekologi manusia adalah ilmu yang
mempelajari antara setiap segi kehidupan manusia (fisik, mental, sosial) dengan lingkungan hidupnya
(biofisis, psikososial) secara keseluruhan dan bersifat sintesis (Boughey, 1973). Menurut Soemirat,
(1994) dalam bukunya dijelaskan bahwa hubunan ekologi manusia dengan usaha kesehatan
lingkungan dapat dianalogikan dengan hubungan antara ekologi dengan pertanian, kehutanan, dan
sebagainya, sebagai contoh, ekologi manusia diterapkan dalam berbagai bidang kesehatan sebagai
berikut, dalam ilmu kedokteran pencegahan, meningkatkan daya tahan manusia tehadap faktor
disgenik. Dalam ilmu kesehatan meningkatkan faktor menguntungkan dan mengurangi pengaruh
faktor merugikan.

2.3. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan.


Perkembangan epidemologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya
penyakit dan wabah. Bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah sejak lama
diperkirakan orang (Fox, 1960) yang dikutip oleh Soemirat dalam bukunya. Kita bisa ambil contoh
pada daerah lembab dan banyak genangan air di sekitar kita pasti ada tempat berkembang biak
nyamuk baik itu berpotensi menyebabkan penyakt malaria maupun demam berdarah, disitulah letak
penyakit bisa muncul karena lingkungannya tidak baik dan tidak bersih. Dalam konteks makanan
yang kita makan banyak pedagang kaki lima yang berjualan tidak mengkondisikan dengan
lingkungannya sehingga tak jarang pula setelah memakan di tempat yang seperti itu bisa
menimbulkan sakit perut.
Seorang tokoh kedokteran Hippocrates (460-377), adalah tokoh pertama-tama berpendapat
bahwa penyakit itu ada hubungan dengan fenomena alam dan lingkungannya. Dilihat dari segi ilmu
kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan
hidupnya. Ilmu yang mempelajari proses interakasi in disebut Ekologi dan secara khusus Ekologi
Manusia, apabila perhatian studi itu adalah manusia (Boughey, 1973). Interaksi antara manusia dan
lingkungannya sangatlah wajar mengingat bahwa manusia hidup berada dalam ekosistem yang
mengharuskannya berinteraksi dengan lingkungan sampai meninggal dunia.
Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya pendukung unsur-unsur lingkungan untuk
kelangsungan hidupnya. Unsur udara, air, makanan, dan sandang yang diambil dari lingkungan
hidupnya, namun proses interaks itu tak selalu medapatkan keuntungan, bahkan kadang-kadang bisa
mendapatkan kerugian, sebagai contoh jka manusia makan dan minum untuk menghilangkan rasa
haus dan lapar namun jika terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menimbulkan kelainan nutrisi,
begitu juga jika makan tersebut mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Zat-zat tersebut
dapat berupa racu asli ataupun akibat kontaminasi makanan tersebut dengan zat kimia yang berbahaya
sehingga dapat terjadi keracunan atau penyakit.
2.4. Lingkungan Makanan Yang Berdampak Pada Kelangsungan Gizi Manusia.
Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia (Soemirat,1994). Karena jumlah
penduduk yan terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus bertambah melebihi
jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Permasalahan yang timbul dapat
diakibatkan karena ada kualitas dan kuantitas bahan pangan, hal ini bermaksud untuk mendapatkan
energi agar tetap bertahan hidup dan tidak untuk menjadi sakit karenanya. Dengan demikian sanitasi
makanan menjadi sangat penting.

Jika dilihat dari kuantitas, baik yang berlebih maupun yang kekurangan akan menyebabkan
kelainan gizi. Penyakit yang berhubungan dengan kegemukan disebabkan oleh jumlah makanan yang
berlebih, juga kualitas nyayang tidak seimbang contohnya penyakit Jantung, Diabetes, dan penyakit
Darah Tinggi, demikian pula kekurangan gizi, ada yang hanya kekurangan kuantitas makanan saja,
tapi juga seringkali kualitasnya kurang. Di Indonesia sebagaian besar penyakit yang didapat
berhubungan dengan kekurangan gizi, terutama pada anak-anak. Taraf kekurangan gizi pada balita di
Indonesia untuk tahun 1988 kurang lebih 10% Menurut Soemirat, Keadaan kurang gizi juga sangat
dipengaruhi oleh:
a.

Pengetahuan masyarakat tentang yang kurang, berbagai kepercayaan tentang makanan,

b.

sehingga anak-anak tidak mendapatkan makanan yang bergizi.


Kontaminasi makanan dan minuman bayi akibat lingkungan yang tidak sehat, bayi menderita

c.

penyakit bawaan makanan, sehingga pertumbuhan anak terganggu


Prioritas hidup lainnya selain makanan bergizi memiliki barang elektronik atau kendaraan
bermotor yang membawa akibat luas. Pendapatan tidak lagi di prioritas untuk membeli
makanan bergizi.
Makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia tetapi juga sangat baik untuk perumbuhan zat-zat

lainnya seperti mikroba dalam tubuh, jadi untuk untuk mendapatkan keuntungan yang
2.5. Interaksi Antara Gizi dan Lingkungan Kerja
Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan
syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan
pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam
peningkatan produktivitas kerja.
Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para
pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Kebutuhan gizi
terutama energi dipengaruhi oleh Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu
kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis.
Keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja.
Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat
gizi dan menu untuk konsumsi pekerja. Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan
pengaruh terhadap gizi kerja adalah:
a. Lingkungan Fisik
a.1. Suhu

Tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga pekerja
mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai
pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air,
konsumsi sayur dan buah.
Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 20C dan 27C dan dalam situasi humiditas berkisar
35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas lebih tinggi, orang akan merasa tidak nyaman.
Situasi ini tidak menimbulkan kerugian selama tubuh dapat beradaptasi dengan panas yang terjadi.
Lingkungan yang sangat panas dapat mengganggu mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut
kepada kondisi serius dan bahkan fatal (CCOHS, 2001).
Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5C di atas tingkatan nyaman akan menyebabkan
penurunan produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh manusia tidak hanya didapat dari metabolisme
tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula
pengaruhnya terhadap suhu tubuh.
b. Lingkungan kimia
b.1. Pengaruh bahan kimia
Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu
makan, terganggunya metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan
berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang
mengalami gangguan psikologis.
b.2. Bahan Radiasi
Dapat mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein dan antioksidan untuk
regenerasi sel.
c. Lingkungan Biologi
c.1. Parasit dan mikroorganisme
Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu
fungsi alat pencernaan dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.
Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses bekerja lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi
kerja sedangkan lingkungan kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan
produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi penyebab terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja.
d. Lingkungan Ergonomi

Mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa aman selamat,
efisien, efektif dan produktif, disamping juga rasa nyaman serta terhindar dari bahaya yangmungkin
timbul di tempat kerja para pekerja.
Aspek-aspek dalam Ergonomi, yaitu :
a. Faktor manusia
Human Centered Design (HCD) :perancangan berpusat pada manusia.
1. Faktor dari dalam (Internal Factors)
Cth : umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh
b. Faktor dari luar (External Factors)
Cth : penyakit, gizi, lingkungan kerja,sosial ekonomi, serta adat istiadat.
Secara tidak langsung gizi sangat berperan pada lingkungan ergonomi demi menunjang
kegiatan kerja seperti beban angkat angkut yang setiap pekerjanya memiliki kebutuhan gizi yang
berbeda baik pada pria dan wanita.
e. Lingkungan Psikologi
e.1. Stres
Stres kerja merupakan suatu keadaan tertekan secara emosional dan psikologis, sebagai akibat
dari tuntutan yang dinilai sebagi suatu yang menekan atau membebani, yang berasal dari dalam
maupun dari luar diri. Stres kerja dapat dikenali dari gejala-gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku
individu, antara lain: menurunnya produktivitas kerja karyawan, gangguan tidur, merasa bosan,
kurang motivasi, perubahan absebsi pada karyawan, dan sebagainya
Stres kerja bisa mengurangi kekebalan tubuh. Karena itu, ada kemungkinan bahwa si penderita
ini gampang terkena sakit, dari mulai yang berstadium rendah sampai ke yang berstadium tinggi.
Sedikit-sedikit minta izin atau sering tidak masuk kantorIni jelas merugikan yang bersangkutan dan
juga perusahaan. Stress kerja juga bisa mengganggu komunikasi atau hubungan, baik itu interpersonal
dan intrapersonal.

TUGAS GIZI KERJA


INTERKSI LINGKUNGAN DENGAN GIZI KERJA
D

I
S
U
S
U
N
OLEH :
TANIA ANASTASIA

111000267

WAHYU EKO BANGUN

111000288

FREDDY TUMANGGOR

111000027

TIO ULI SINAGA

101000241

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS


SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai