Anda di halaman 1dari 10

Nama

: Angga Kurniawan

NIM

: I4051161016
LAPORAN PENDAHULUAN
CHF (CARDIAC HEART FAILURE)

A. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal
jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh
sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang
mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau
kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik).
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien harus
memiliki tampilan berupa: gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istrahat
atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru
atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi
jantung saat istrahat.
B. Etiologi dan Manifestasi Klinis
Etiologi :
1. Kelainan Otor Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif
atau inflamasi.

2. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun

3. Hipertensi Sistemik atau Pulmonal


Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung

4. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif


Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun
5. Penyakit Jantung Lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan

aliran

darah

yang

masuk

jantung

(stenosis

katup

semiluner),

ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif


konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload

6. Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam), hipoksia dan anemia
diperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung
Manifestasi Klinis :
1. Kriteria Mayor
-

Paroksimal nocturnal dispnea

Distensia vena leher

Ronki paru

Kardiomegali

Edema paru akut

Gallop S3

Peninggian vena jugularis

Refluks hepatojugular

2. Kriteria Minor
-

Edema ekstremitas

Batuk malam hari

Dispnea deffort

Hepatomegali

Efusi pleura

Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal

Takikardia (>120/menit)

3. Mayor atau minor


- Penurunan BB > 4.5 kg dalam 5 hari pengobatan
C.

Klasifikasi
Menurut gejala dan intensitas gejala:
1. Gagal jantung akut
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari atau beberapa jam
2. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari
Menurut letaknya:
1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau
mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasi menjadi disfungsi
sistolik dan diastolik
2. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara
adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalah gagal jantung
kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya ventrikel kiri benar-benar
normal dan tidak menyebabkan gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan dapat juga
disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonary primer

D. Komplikasi
1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam atau deep
venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli sistemik tinggi, terutama pada
CHF berat. Bisa diturunkan dengan pemberian warfarin.
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan denyut jantung (dengan
digoxin atau blocker dan pemberian warfarin).
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan dosis
ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atausudden cardiac death
(25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil diresusitasi, amiodaron, blocker,
dan vebrilator yang ditanam mungkin turut mempunyai peranan.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiogram (EKG)
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi,
fibrilasi atrial.
2.

Uji Stress
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan kemungkinan
iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya

3.

Ekokardiografi
- Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume baik dan dan kelainan
regional, model M paling sering dipakai dan ditayangkan bersama EKG)
- Ekokardiografi dua dimensi (CT Scan)
- Ekokardiografi Doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan transesofageal
terhadap jantung)

4.

Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi

5.

Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal

6.

Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik

7.

Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi
kronis

8.

Analisa Gas Darah (AGD)


Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau hipoksemia
dengan peningkatan PCO2 (akhir)

9.

Blood Ureum Nitrogen (BUN) dan kreatinin


Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal

10. Pemeriksaan tiroid


Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pencetus gagal
jantung
F. Penatalaksanaan
Tatalaksana Non-Farmakologi
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan pengobatan
gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan gejala gagal jantung,
kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas dan prognosis. Manajemen perawatan
mandiri

dapat

didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik,


menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal
perburukan gagal jantung.
1. Ketaatan Pasien Berobat
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60% pasien yang taat pada terapi farmakologi maupun
non-farmakologi
2. Pemantauan Berat Badan Mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan berat badan
> 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas pertmbangan dokter
(kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C)

3. Asupan Cairan
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada pasien dengan gejala
berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada semua pasien dengan gejala
ringan sampai sedang tidak memberikan keuntungan klinis (kelas rekomendasi IIb,
tingkatan bukti C)
4. Pengurangan Berat Badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal jantung
dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan
meningkatkan kualitas hidup (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti C)
5. Kehilangan Berat Badan Tanpa Rencana
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada gagal jantung berat. Kaheksia
jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor penurunan angka kelangsungan
hidup.Jika selama 6 bulan terakhir berat badan > 6 % dari berat badan stabil
sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia. Status
nutrisi pasien harus dihitung dengan hati-hati (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C)
6. Latihan Fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik
stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di
rumah sakit atau di rumah (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti A)
7. Aktivitas Seksual
Penghambat 5-phosphodiesterase (contoh: sildenafil) mengurangi tekanan pulmonal
tetapi tidak direkomendasikan pada gagal jantung lanjut dan tidak boleh
dikombinasikan dengan preparat nitrat (kelas rekomendasi III, tingkatan bukti B)
Tata Laksana Farmakologi
1. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %.ACEI memperbaiki fungsi ventrikel
dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal
jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup (kelas rekomendasi I, tingkatan
bukti A). ACEI kadang-kadang menyebabkan perburukanfungsi ginjal, hiperkalemia,

hipotensi simtomatik, batuk dan angioedema (jarang), oleh sebab itu ACEI hanya
diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal adekuat dan kadar kalium normal.

2. Penyekat
Kecuali kontraindikasi, penyekat harus diberikan pada semua pasien gagal
jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 %. Penyekat memperbaiki
fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup

3. Antagonis Aldosteron
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron dosis kecil harus
dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi ejeksi 35 % dan gagal jantung
simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan gangguan
fungsi ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan hidup.

4. Angiotensin Receptor Blockers (ARB)


Kecuali kontraindikasi, ARB direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan
fraksi ejeksi ventrikel kiri 40 % yang tetap simtomatik walaupun sudah diberikan
ACEI dan penyekat dosis optimal, kecuali juga mendapat antagonis aldosteron. Terapi
dengan ARB memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi angka
perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung ARB direkomedasikan sebagai
alternatif pada pasien intoleran ACEI. Pada pasien ini, ARB mengurangi angka
kematian karena penyebab kardiovaskular.
5. Digoksin
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan untuk
memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta)
lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi ejeksi ventrikel kiri
40 % dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi gejala, menurunkan angka
perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung,tetapi tidak mempunyai efek
terhadap angka kelangsungan hidup (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti B)
6. Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau
gejala kongesti (kelas rekomendasi I, tingkatan bukit B).Tujuan dari pemberian diuretik

adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang
serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari
dehidrasi atau resistensi.

G. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektidan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan

pola

nafas

b.d

keletihan

otot-otot

pernapasan,

disfungsi

neuromuskular, sindrom hipoventilasi


3. Gangguan pertukaran gas
4. Nyeri akut
5. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung
6. Kelebihan volume cairan
7. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan atau dispneu akibat turunnya curah jantung
8. Kerusakan integritas kulit
9. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
10. Defisit perawatan diri
11. Ansietas b.d kesulitan napas dan kegelisahan akibat oksigenasi yang tidak adekuat
Intervensi
N
o
1

Diagnosa

Intervensi

Ketidakefektifan bersihan jalan - Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah


napas

suctioning
- Berikan oksigen dengan menggunakan nasal
untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan napas buatan


Ketidakefektifan pola napas b.d - Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau
keletihan otot-otot pernapasan,

jaw thrust bila perlu

disfungsi neuromuskular,

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

sindrom hipoventilasi
Gangguan pertukaran gas

- Pertahankan jalan napas yang paten


- Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi

- Auskultasi suara napas, catat adanya suara


4

Nyeri akut

tambahan
-Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

-Ajarkan tentang teknik non farmakologi


-Tingkatkan istirahat
5

Risiko penurunan perfusi


jaringan jantung

-Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,


durasi)
-Catat adanya penurunan cardiac output

Kelebihan volume cairan

-Monitor balance cairan


-Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
-Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
MAP, PAP, PCWP

Intoleransi aktivitas b.d


kelelahan atau dispneu akibat

-Monitor status nutrisi


-Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan

turunnya curah jantung

-Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas

Kerusakan integritas kulit

seperti kursi roda, krek


-Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering

-Memandikan

pasien dengan sabun dan air

hangat
9

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

-Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali


-Kaji adanya alergi makanan
-Kolaborasi

dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan


pasien

DAFTAR PUSTAKA
1. Huda, Amin., & Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis: Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Jakarta: MediAction
2. Yosy, Etha. Gagal Jantung Kongestif. http://eprints.undip.ac.id
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana

Gagal Jantung Edisi Pertama. Jakarta: Indonesian Heart Association

Anda mungkin juga menyukai