Anda di halaman 1dari 6

Nama

: ANGGA KURNIAWAN

NIM

: I4051161016

LAPORAN PENDAHULUAN
HEMORRHOID
A. Definisi
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang
berada di bawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentete. Hemoroid interna
adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa) di atas atau di dalam
linea dentate.
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis
di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat
lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak
dan otot di sekitar anorektal
B. Etiologi
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemodialisis yang
disebabkan oleh faktor-faktor resiko/pencetus, seperti:
1. Mengedan pada buang air besar yang sulit
2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu
lama duduk dijamban sambil membaca, merokok)
3. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor abdomen)
4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal)
5. Usia tua
6. Konstipasi kronik
7. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
8. Hubungan seks peranal
9. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah)

C. Klasifikasi dan Derajat


Berdasarkan gambaran klinis hemoroid interna dibagi atas :
1. Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat
dilihat dengan anorektroskop
2. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke
dalam anus secara spontan
3. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
bantuan dorongan jari
4. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentang dan cenderung untuk
mengalami thrombosis dan infark
Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas :
1. Hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentate)
2. Hemoroid interna (didalam/diatas linea dentate)
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid yaitu:

a. Hemoroid internal
1. Prolaps dan keluarnya mukus
2. Perdarahan
3. Rasa tak nyaman
4. Gatal
b. Hemoroid eksternal
1. Rasa terbakar
2. Nyeri ( jika mengalami trombosis)
3. Gatal
E. Pemeriksaan Penunjang
Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan sigmoidoskopi.
Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran
hemoroid. Side-viewing pada anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk
mengevaluasi hemoroid. Ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi
mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal. Gejala
hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan derajat berbeda.

Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi
lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada
fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker. Pemeriksaan dengan menggunakan
barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada pasien dengan umur di atas
50 tahun dan pada pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan
terhadap hemoroid.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi seperti kodein
b. Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan menghindari
konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
c. Kombinasi antara anasthesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat mengurangi
gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid yang
berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen
flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas
serta efek antiinflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya.
2. Pembedahan
Apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik dengan penatalaksanaan
konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan. HIST (Hemorrhoid Institute
of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
a. Hemoroid internal derajat II berulang
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif
f. Permintaan pasien
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu :
a. Skleroterapi
b. Rubber band ligation
c. Infrared thermocoagulation
d. Bipolar Diathermy
e. Laser haemorrhoidectomy
f. Dopller ultrasound guided haemorrhoid artery ligation

g. Cryotherapy
h. Stappled Hemorrhoidopexy
G. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan cukup sayuran, dan buahbuahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras. Kebiasaan malas minum, tidak hanya akan
membuat hemorrhoid, ginjal juga lama kelamaan akan dapat terganggu oleh karena
kurangnya cairan dalam tubuh. Usahakan minum yang cukup, imbangi dengan olah raga,
sehingga perut tidak mual saat minum air putih. Makan makanan yang banyak
mengandung serat, seperti buah dan sayuran. Makanan yang banyak mengandung serat
juga akan memberikan manfaat mengurangi penyerapan lemak sehingga kolesterol
menjadi aman. Banyak melakukan olah raga, seperti jalan kaki, tidak duduk terlalu lama
dan tidak berdiri terlalu lama.
H. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :s
1. Nyeri akut b.d iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal sekunder akibat
penyakit anorektal dan spasme sfingter pada pascaoperatif
2. Intoleransi aktivitas
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko syok (hipovolemi)
5. Resiko infeksi
6. Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama eliminasi
7. Ansietas b.d rencana pembedahan dan rasa malu
Intervensi Keperawatan :
No

Diagnosa Keperawatan

Hasil
Resiko syok berhubungan NOC :
dengan hipovolemi

Tujuan

dan

Kriteria Intervensi

Syok prevention
Syok management

NIC :
- Monitor status sirkulasi
BP, warna kuliy, suhu
kulit, denyut jantung,

Kriteria Hasil :
- Nadi, irama jantung,
frekuensi napas, dan
irama pernapasan

HR, dan ritme, nadi


perifer,

dan

kapiler

refill
- Monitor input dan output

Konstipasi b.d mengabaikan


dorongan untuk defekasi

dalam batas yang

- Monitor tanda awal syok

diharapkan

- Berikan cairan IV dan


atau oral yang tepat
NIC :

NOC :
- Bowel elimination

- Monitor tanda dan gejala

akibat nyeri selama


eliminasi

konstipasi
Kriteria Hasil :

- Monitor bising usus

- Bebas dari

- Monitor feses: frekuensi,

ketidaknyamanan dan
konstipasi

Gangguan rasa nyaman

konsistensi dan volume


- Dukung intake cairan

- Mengidentifikasi

- Ajarkan pasien/keluarga

indikator untuk

untuk diet tinggi serat

mencegah konstipasi
NOC :
- Anxiety

NIC :
- Temani pasien untuk

- Fear level

memberikan keamanan
dan mengurangi takut

Kriteria Hasil :

- Dorong pasien untuk

- Mampu mengontrol

mengungkapkan

kecemasan

perasaan, ketakutan,

- Mengontrol nyeri
- Status kenyamanan

persepsi
- Instruksikan pasien

meningkat

menggunakan teknik
relaksasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Huda, Amin., & Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis: Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Jakarta: MediAction
2. Suprijono, Moch Agus. 2009. Hemorrhoid. Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung. Sultan Agung Vol XLIV No. 118 Juni-Agustus 2009
3. Hemoroid. 2012. Universitas Sumatera Utara http://repository.usu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai