Anda di halaman 1dari 2

Penetapan Hasil Revisi X Peta Indikatif

Penundaan Pemberian Izin Baru (PIPPIB)


JAKARTA, JURNAL IBUKOTA. COM: Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan Kementerian LHK, Prof. Dr. San Afri Awang menyatakan, dalam rangka
menyelesaikan berbagai upaya penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut
yang tengah berlangsung untuk penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, telah
diterbitkan Instruksi Presiden RI No. 8 Tahun 2015 tanggal 13 Mei 2015 tentang Penundaan
Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut
sebagai kelanjutan dari Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2013 dan Instruksi Presiden No. 10 Tahun
2011.
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK, Prof. Dr. San
Afri Awang menyatakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam melaksanakan
Instruksi Presiden tersebut telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. SK. 2300/MenLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/5/2016 pada tanggal 20 Mei 2016
tentang Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan,
Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan
Lain (Revisi X).
Semangat kita adalah menjaga keberadaan hutan alam, sekaligus melakukan tata kelola hutan
yang lebih baik, kata San Afri. Dia menambahkan, di dalam PIPPIB ini betul-betul kawasan
yang tidak ada pemberian izin dari pemerintah. Untuk itu sumberdaya lahan yang telah
dikeluarkan izin-izin usaha sebelumnya harus dioptimalkan dengan menitikberatkan
pembangunan yang berwawasan lingkungan.
PIPPIB saat ini sudah 5 tahun sejak pertama kali diterbitkan tahun 2011. Setiap 6 bulan
dilakukan revisi dan saat ini sudah sampai pada Revisi X (kesepuluh). Proses PIPPIB Revisi X
melibatkan Kementerian LHK bersama Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, Badan Informasi Geospasial, Kementerian Pertanian dan Kementerian Dalam Negeri.
Beberapa tambahan pada PIPPIB Revisi X ini tercantum pada Amar Ketigabelas butir (b) yang
menyebutkan Gubernur dan Bupati/Walikota memantau kemajuan penyempurnaan tata kelola
hutan alam primer dan lahan gambut; dan Amar Keempat belas butir (b) yang menyatakan Peta
Indikatif dikecualikan untuk proses pendaftaran tanah yang telah dimiliki masyarakat
perseorangan di Areal Penggunaan Lain (APL) sepanjang disertai bukti hak atas tanah/tanda
bukti kepemilikan lainnya yang diterbitkan sebelum Instruksi Presiden No. 10 Tahun 2011 dan
hasilnya dilaporkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.
Luas areal penundaan pemberian izin baru Revisi X menjadi sebesar 65.277.819 ha, bertambah
sebesar 191.706 ha dari Revisi IX. Hal ini terjadi karena adanya pengurangan dari hasil survei
lahan gambut, survei hutan alam primer, konfirmasi perizinan yang terbit sebelum Inpres No. 10
Tahun 2011, pembaharuan data bidang tanah, luas baku sawah serta penambahan areal
penundaan izin baru karena adanya perkembangan tata ruang dan pembaharuan data perizinan.
San Afri menyatakan, di dalam 65 juta ha ini terlihat tidak semuanya hutan alam, namun
sebagian telah menjadi perkebunan dan lain sebagainya.

PIPPIB Revisi X ini dapat dilihat dengan jelas. Semuanya terbuka agar dapat diawasi secara
bersama demi tata kelola hutan yang lebih baik, ujar San Afri.
Dengan terbitnya Surat Keputusan ini, memberikan instruksi khusus kepada para Gubernur dan
Bupati Walikota untuk melakukan penundaan penerbitan rekomendasi dan izin lokasi baru pada
kawasan hutan dan lahan gambut serta areal penggunaan lain berdasarkan Peta Indikatif
Penundaan Pemberian Izin Baru (PIPPIB) Hasil Revisi X ini. Secara lengkap Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.SK. 2300/MENLHK-PKTL/IPSDH/ PLA.1/5/2016
beserta lampiran petanya dapat dilihat dan diunduh di website Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan

Anda mungkin juga menyukai