KONSEP DASAR
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya
tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapakasa atau
tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma (Afriyanto. 2015).
B. Etiologi:
1.
Trauma
a.
b.
2. Patologis
3. Degenerasi
4. Spontan
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
D. Pathways
(Terlampir)
E. Jenis Fraktur
1. Menurut jumlah garis fraktur :
a.
b.
c.
b.
c.
Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak
ada perubahan bentuk tulang)
b.
c.
II
Luka
Laserasi < 2 cm
Fraktur
Sederhana
Dislokasi
Fragmen minimal
Dislokasai
disekitarnya
III
Luka lebar
Komunitif
Segmental
disekitarnya, terkontaminasi
b.
F. Gambaran Klinis
Menurut (Lukman. 2009) Tanda-tanda klasik fraktur:
1. Nyeri
2. Deformitas
3. Krepitasi
4. Pembengkakan lokal
5. Perubahan warna
6. Kelainan bentuk
7. Pemendekan ekstremitas
8. Peningkatan temperatur lokal
9. Pergerakan abnormal
10. Echymosis
11. Kehilangan fungsi.
G. Penatalaksanaan
1. Fraktur Terbuka
direduksi,
fragmen
tulang
harus
diimobilisasi,
atau
harus
dipertahankan
sesuai
kebutuhan.
Status
gangguan
neurovaskuler.
Kegelisahan,
ansietas
dan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Primer
1. Airway ( Jalan Nafas )
a. Lakukan Look, listen, feel ( Lihat, dengar dan raba )
b. Buka jalan napas adekuat
c. Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervikal dengan
menggunakan teknik head tilt/chin lift/jaw trust, dan hati-hati pada
korban trauma.
d. Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut.
e. Finger sweep untuk membersihkan sumbatan didaerah mulut.
f. Suction bila perlu.
2. Breathing ( Pernafasan )
Lihat dengar dan rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut,
kemudian cek frekuensi nafas, kualitas nafas dan keteraturan nafas atau
tidak.
3. Circulation (perdarahan)
a. Lihat adanya perdarahan eksterna/interna.
b. Jika ada perdaraha eksterna langsung hentikan dengan ditekan atau
bebat dan tinggikan.
c. Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : cpilary refill time,
nadi, sianosis,pulse arteri distal.
4. Disability
Biasanya ditunjukan untuk mengkaji kondisi neuromuscular :
a. Lakukan/Cek GCS untuk mengetahuai status kesadaran pasien
b. Periksa keadaan ekstreminitas ( kemampuan motorik dan sensorik )
5. Eksposure
Lakukan pengkajian head to toe pada pasien untuk mengetahui adanya
perlukaan atau perdarah lain di seluruh anggota tubuh.
B. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas / istirahat
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari
pembengkakan jaringan, nyeri)
2. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang sebagai respons terhadap nyeri /
otot,
eksemutan
nyeri
akibat
kerusakan
saraf.
terapi
pembatasan
aktivitas
dan
penurunan
ke
kuatan/tahanan.
3. Resiko infeksi b.d ketidaknyamanan pertahanan primer, kerusakan kulit,
trauma jaringan insisi pembedahan post operasi
(NANDA (Nursing Diagnosis and Clasification) 2009-2011)
Dx Kep
Tujuan dan
Intervensi
Kriteria Hasil
Nyeri akut b.d NOC: Setelah NIC:
1. kaji skala nyeri 1.
agen
injury dilakukan
pembedahan
tindakan
keperwatan
diharapkan nyeri
dapat berkurang
dengan kriteri2. Ajarkan tehnik
2.
hasil:
relaksasi pada
1. Ekspresi
saat nyeri
wajah
klien
rileks
3.
2. Skala nyeri 3-3. Memberikan
0
lingkungan
yang tenang
Rasional
pendekatan
komprehensif untuk
menentukan
intervensi.
Dapat menurunkan
stimulus nyeri
Lingkungan
yang
tenang
akan
menurunkan
stimulus nyeri
.
4. Dapat mengurangi
4. Memberikan
ketegangan nyeri
posisi nyaman
5. Memberikan
5.
informasi
kepada pasien
dan
keluarga
tentang
penyebab nyeri
dan lama nyeri
akan
berlangsung
6. Kolaborasi
6.
dengan
tim
medis
dalam
pemberian obat
analgetik.
2.
Gangguan
mobilitas fisik
b.d
nyeri/
ketidak
nyamanan,ker
usakan
musculoskelet
al,
terapi
pembatasan
aktivitas dan
penurunan ke
kuatan/tahanan
.
Pengetahuan tentang
mengurangi nyeri.
Analgetik
dapat
menurunkan nyeri
Setelah
1. Kaji
1. Untuk
memnuhi
dilakukan
kemampuan
kebutuhan aktivitas
tindakan
pasien dalam
pasien
keperawatan
mobilisasi
diharapkan
hambatan
2. Latih pasien
mobilitas fisik
dalam
2. Melatih
pasien
dapat terpenuhi
pemenuhan
secara mandiri
melalui dengan
keb
ADLs
kriteria hasil:
secara
1. Klien
mandiri
meningkat
sesuai
dalam
kemampuan
aktivitas fisik
pasien
3. Ajarkan
3. Memberikan
pasien
kebebesan
pada
tentang
kegiatan
tubuh
tekhnik
pasien
mobilisasi
4. Meringankan pasien
4. Konsultasi
dalam
hal
dengan terapi
mobilisasi fisik
fisik tentang
ambulasi
sesuai
kebutuhan.
3.
Resiko infeksi
b.d
ketidaknyaman
an pertahanan
primer,
kerusakan
kulit, trauma
jaringan insisi
pembedahan
post operasi
NOC:
NIC:
Setelah
1. Kaji tanda- 1. Untuk mengetahui
dilakukan
tanda
keadaan luka
Infeksi
tindakan
2. Menjaga
2. Untuk
mencegah
keperawatan
kebersihan
terjadinya
infeksi
diharapkan tidak
kondisi
terjadi infeksi
balutan
dengan kriteria
hasil: 1. Tidak
ada tanda-tanda 3. Melakukan
medikasi
3. Untuk
mencegah
infeksi
perawatan
terkontaminasi
luka operasi
kuman pada luka
bedah
4. Anjurkan
kepada
4. Untuk
mencegah
keluarga dan
infeksi
pasien untuk
menjaga
kebersihan
luka
5. Kolaborasi
dengan tim
dapat
medis dengan 5. Antibiotik
mencegah infeksi
obat
antibiaotik
(NANDA (Nursing Diagnosis and Clasification) 2009-2011)
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanto. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur. Aplikasijurnalpdf.
Grace, P.A.2007. Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Helmi Noor Zairin. 2012. Buku Saku Kedaruratan Dibidang Bedah Ortopedi.
Selemba Medika, Jakarta.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2009. Informasi Spesialis Obat (ISO) Indonesia. EGC,
Jakarta.
Jong, D. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3: Jakarta: EGC.
Lukman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin.A. & Sari. K. 2008. Asuhan keperawatan perioperatif, Konsep, Proses
dan Aplikasi. Jakarta. Salemba Medika.
Muttaqin.A. 2005. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. EGC, Jakarta.
NANDA
(Nursing
Diagnosis
and
Clasification)
2009-2011.
Diagnosa
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL: FRAKTUR DIRUANG IGD
RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL
Disusun Oleh :
Ibnu Purwa Jadmika
(15.0325.N)
PATHWAY
Trauma
langsung
Kondisi
patologis
Trauma tdk
langsung
Fraktur
Diskontinuitas
tulang
Pergeseran
fragmen tulang
Kerusakan
fragmen
tulang
Perubahan
jaringan sekitar
Pergeseran
fragmen tulang
deformitas
Gangguan
fungsi
MK : Hambatan
mobilitas fisik
Laserasi kulit
MK :
Kerusakan
integritas
jaringan
kulit
Spasme
otot
Arteri/vena
putus
MK : Nyeri
Peningkatan
tek. kapiler
Tekanan
sumsum
tulang lebih
tinggi dari
kapiler
Pelepasan
histamin
Reaksi stress
klien
Protein
plasma
hilang
Melepaskan
katekolamin
perdarahan
Kehilangan
volume
cairan
MK : Shock
hipovolemik
edema
Memobilisasi
asam lemak
Penekanan
pembuluh
darah
Bergabung
dengan
trombosit
Penurunan
perfusi
jaringan
MK :
Gangguan
perfusi
jaringan
emboli
Menyumbat
pembuluh
darah