Anda di halaman 1dari 14

SISTEM JAMINAN KESEHATAN DI JEPANG

1. Profile Negara
Negara dengan luas 377,864 km (145,894 miles) dan berpenduduk 126.9 juta jiwa
ini merupakan kekuatan ekonomi di Asia yang memiliki perkembangan yang sangat pesat.
Jepang memiliki pendapatan perkapita yang cukup tinggi sebesar US $37,870, dan
perekonomiannya berbasis pada sektor industri yang sangat padat teknologi. Secara
geografis, Jepang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari suatu rantai kepulauan.
Yang utama adalah Kyushu, Shikoku, Honshu (tempat Tokyo dan Osaka terletak) dan
Hokkaido. Tanah berbukit-bukit dan gunung berapi, dan hanya 17% dari luas total diolah.
Gunung tertinggi adalah Gunung Fuji (gunung berapi yang tidak aktif) pada 3.776 m1.
Pasca-perang ekonomi Jepang mengalami pertumbuhan yang pesat, meningkat sepuluh
kali lipat dari sebelumnya pada periode 1955-1990. Sejumlah faktor, termasuk suku bunga
rendah, deregulasi perbankan dan apresiasi yen yang dilakukan secara tiba-tiba,
mengakibatkan gelembung (bubble)2 pada pasar saham dan real estat pada akhir tahun
1980an. Pada akhir tahun 1989 gelembung pecah, dan setelah itu harga saham turun
sebanyak 75% dan nilai tanah komersial di Tokyo turun sebesar 85%. Ini adalah masa
terjadinya krisis yang menyebabkan negara ini memiliki defisit anggaran yang terus
meningkat hingga saat ini.
Perdagangan Jepang mulai terbukan pada tahun 1990-an, sebagai tekanan harga dan
persaingan pasar global telah mendorong perusahaan Jepang untuk melirik pasar luar
negeri dalam mengembangkan produk, teknologi, design dan jasa. Tetapi bagi para investor,
Jepang masih merupakan pasar dengan biaya tinggi, serta memakan banyak waktu untuk
para investor melaksanakan kegiatan produksi.
Jepang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ageing populations
tercepat didunia, yang disebabkan tingginya tingkat harapan hidup dan rendahnya tingkat
kelahiran. Akibatnya saat ini populasi di Jepang mulai berkurang, penduduk usia kerja
diperkirakan akan di kontrak lebih lama 20 persen selama 25 tahun ke depan jika tren ini
terus berlanjut. Hal ini menyebabkan tantangan yang sudah sangat familiar terjadi di

1 http://www.fco.gov.uk/en/travel-and-living-abroad/travel-advice-bycountry/country-profile/asia-oceania/japan?profile=geography
2 Pertumbuhan perekonomian yang terjadi dengan sangat cepat dan signifikan,
tetapi rapuh secara struktur terhadap gejolak perekonomian.
1

Negara-negara maju di Eropa, yaitu permasalahan penyediaan sistem pensiun dan jaminan
kesehatan dimasa yang akan datang.
2. SEJARAH PERKEMBANGAN JAMINAN KESEHATAN
Jepang memiliki sejarah panjang dalam pelaksanaan sistem jaminan kesehatan bagi
masyarakatnya. Akar pelaksanaan jaminan kesehatan telah ada di Jepang sejak abad ke
19, tepatnya pada tahun 1835 dimana pada saat itu terdapat semacam skema asuransi dari
penduduk secara sukarela untuk mengumpulkan kontribusi berupa bahan pangan (beras)
untuk mendapatkan jaminan asuransi bagi seluruh masyarakat, benefit yang diterima masih
berupa kebutuhan dasar pada saat itu3. Dari sini kemudian skema asuransi kesehatan di
Jepang mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Secara umum perkembangan sistem jaminan kesehatan di Jepang dibagi menjadi 2
periode, yaitu Periode Sebelum PD dan Periode Setelah PD.
Periode Sebelum PD, adalah pertama kalinya Jepang memberlakukan jaminan kesehatan
secara formal, yang waktu itu merupakan jaminan bagi pekerja di sektor swasta, yang
ditandai dengan pemberlakuan Health Insurance Law pada tahun 1922. Pada sistem
jaminan kesehatan ini hanya sedikit perusahaan yang memberikan jaminan kesehatan
secara penuh kepada para pekerjanya. Sistem jaminan kesehatan yang diperkenalkan ini
hanya memberikan perlindungan secara parsial kepada para pekerjanya dan benefit yang
diterima tidak komprehensif. Ketentuan bagi jaminan kesehatan hanya berlaku untuk
perusahaan dengan jumlah pegawai >10 orang dan dengan pendapatan minimal dibawah
1,200 yen tidak mendapatkan jaminan, serta hanya diberikan pada pekerja (tidak untuk
tanggungannya).
Pembelakuan sistem jaminan kesehatan pada periode ini mendapat hambatan yang
sangat besar dengan terjadinya Great Depression pada tahun 1929 yang berdampak
meluas keseluruh dunia. Namun akhirnya sejalan dengan perbaikan dalam pertumbuhan
perekonomian paska terjadinya krisis tadi, sistem jaminan kesehatan kembali mengalami
kestabilan dalam pengelolaannya. Ketika Jepang menghadapi PD II, sistem jaminan
kesehatan telah secara bertahap mengalami perbaikan dan diperluas sebagai bagian upaya
pemerintah untuk memperkuat angkatan kerja. Tahun 1938 dibentuk Kementrian Kesehatan
dan Kesehatan, dan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang berbasis regional dibentuk
pada tahun yang sama.

3 Guy Carrin and Chris James Social health insurance: Key factors affecting the
transition towards universal coverage.

Periode Pasca PD, secara berangsur-angsur sistem jaminan kesehatan mulai diperkenalkan
dan ditingkatkan secara bertahap. Pada tahun 1958 dilakukan revisi terhadap sistem
jaminan kesehatan nasional, dengan memberikan 50% benefit bagi peserta jaminan
kesehatan, dan kemudian pada tahun 1961

sistem jaminan kesehatan di Jepang

mengalami perkembangan yang sangat signifikan dengan diberlakukannya universal


coverage bagi seluruh masyarkat, yang diikuti dengan dibentuknya lembaga jaminan sosial
(Social Insurance Agencies) pada tahun 1962. Pada era 1970-an terjadi peningkatan benefit
yang diterima oleh peserta, dimana bagi peserta jaminan kesehatan bagi pekerja 100%
jaminan bagi peserta dan 50% bagi tanggungannya, sedangkan jaminan kesehatan nasional
memberikan 50% masing-masing untuk peserta dan tanggungannya. Pada tahun 1973
kembali dilakukan revisi terhadap sistem jaminan kesehatan dengan ditingkatkannya benefit
bagi tanggungan peserta menjadi 70% untuk peserta jaminan kesehatan pekerja,
diperkenalkannya batas atas biaya yang ditanggung oleh pasien, dan diberikannya subsidi
10% bagi sistem jaminan kesehatan yang dikelola oleh pemerintah.
Periode Reformasi Jaminan Kesehatan 1980-an, pada periode ini ditandai dengan
diperkenalkannya jaminan kesehatan bagi penduduk usia lanjut dengan diterbitkannya Law
of Health and Medical Services for The Elderly pada tahun 1982 dan efektif diberlakukan
pada 1983. Kemudian pada tahun 1984 kembali dilakukan pembaruan dalam sistem
jaminan kesehatan dengan menetapkan 10% cost sharing dari pasien, serta pengenalan
bagi pengobatan dengan menggunakan teknologi modern dan yang juga sebuah perubahan
yang cukup penting adalah diberlakukannya jaminan kesehatan bagi para pensiunan.

3. KONDISI JAMINAN KESEHATAN DI JEPANG SAAT INI


Jepang memiliki sumber daya yang cukup baik untuk dapat menciptakan sebuah
sistem jaminan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakatnya. Jaminan kesehatan
diberikan kepada seluruh masyarakatnya, sesuai dengan program yang diikuti, mulai dari
penyakit

umum

hingga

penyakit

yang

memerlukan

penanganan

khusus

dengan

menggunakan teknologi yang mutakhir seperti Tubercolosis (TBC). Di Jepang saat ini
terdapat lebih dari 1000 rumah sakit mental, 8700 general hospital dan 1000 comprehensive
hospital dengan total 1.5 juta tempat tidur. Ditambah dengan klinik gigi sebanyak 48.000
serta sejumlah 79.000 unit layanan kesehatan dengan fasilitas rawat jalan maupun rawat
inap.

DATA FASILITAS DAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN DI JEPANG


1990

1995

1998

1999

2000

2001

hospital beds per 1000


13,6
13,3
13,1
13
13
12,9
persons
personnel per bed
0,79
0,91
0,97
0,98
1
1,01
Average length of stay (in
50,5
44,2
40,8
39,8
39,1
38,7
days)
occupancy rate
83,6
83,6
84
84,6
85,2
85,361
admission rate per 100
8,2
9,2
9,8
10,1
10,3
n.a.
persons
Sumber : Klaus-Dirk Henke, Jonas Schreygg, Towards sustainable health care systems, 2004

Jumlah tenaga medis di Jepang, pada awal tahun 1990 terdapat hampir 191.400
dokter, 66.800 dokter gigi, 333.000 perawat dan lebih dari 200.000 tenaga medis alternatif
bersertifikasi. Di Jepang dokter dapat dengan bebas mengajukan klaim atas berbagai
layanan kesehatan yang mereka ingin berikan. Dan juga tidak ada batasan bagi pasien
dalam menentukan apakah mereka ingin menggunakan jasa dokter umum ataupun oleh
spesialis. Indikator tenaga kesehatan di Jepang dapat dilihat pada tabel berikut :
JUMLAH TENAGA MEDIS
1990
1995
1998
1999
2000
2001
physicians per 1000
1,7
1,9*
2
n.a.
2
2,1**
inhabitants
general practitioners
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
per 1000 inhabitants
specialists per 100
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
persons
dentists per 100
0,6
0,7*
0,7
n.a.
0,7
0,7**
persons
Sumber : Klaus-Dirk Henke, Jonas Schreygg, Towards sustainable health care systems, 2004

Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan Total Health Expenditure terhadap GDP di
Jepang, pada tahun 1995 total pengeluaran kesehatan di Jepang sebesar 6.9% dari total
GDP, yang kemudian terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2005
menjadi 8.2% dan kemudian kembali turun menjadi 8.1% pada tahun 2008. Pengeluaran
kesehatan masih didominasi oleh pengeluaran belanja kesehatan oleh pemerintah, dimana
komposisi pengeluaran yang dilakukan pemerintah berada pada >80% dari total
pengeluaran kesehatan. Pada tahun 1995 porsi pengeluaran pemerintah mencapai 83%
dari THE dan pengeluaran sektor privat hanya sebesar 17%, dan dominasi ini terus berlanjut
4

hingga tahun 2008 dengan porsi perbandingan 80:20, pemerintah masih memegang
peranan penting dalam proses pelaksanaan sistem jaminan kesehatan di Jepang.
Pemerintah sejak tahun 1995 telah menganggarkan sebesar 15.9% dari total pengeluaran
pemerintah di sektor jaminan kesehatan dan ini terus mengalami peningkatan hingga tahun
2008 menjadi 17.9%.
Asuransi privat pada periode tahun 1995 hingga 2002 hanya memiliki kontribusi yang
sedikit dalam pembentukan pengeluaran kesehatan sektor privat, yaitu sebesar 2.5% pada
tahun 1995 dan mengalami penurunan menjadi 1.8% pada tahun 1996 dan turun kembali
pada tahun 1997 menjadi 1.5%. yang menarik adalah pada tahun 2003 terjadi peningkatan
persentase kontribusi asuransi swasta dalam pengeluaran kesehatan sektor privat, dari
1.7% pada tahun 2002 menjadi 13.1% pada tahun 2003. Hal ini merupakan akibat dari
dilakukannya revisi pada sistem jaminan kesehatan di Jepang pada tahun 2003 untuk
membebankan biaya pada penduduk usia lanjut (elderly) dalam pemberian benefit asuransi
kesehatan dan digesernya pengelolaan asuransi kesehatan bagi wiraswastawan (self
employed) dan lansia menjadi dikelola oleh pemerintah daerah. Maka masyarakat seiring
dengan meningkatnya tingkat perekonomian negara, maka banyak masyarakat yang
mengalihkan kepesertaan mereka dari program yang dijamin oleh pemerintah kepada
program asuransi swasta. Artinya akumulasi dana yang dikumpulkan masyarakat secara
efektif telah memberikan kontribusi bagi penyelenggaraan jaminan kesehatan di Jepang.
INDIKATOR PENGELUARAN KESEHATAN JEPANG

Sumber : http://stats.oecd.org
Benefit dalam asuransi kesehatan di Jepang berlaku untuk seluruh rumah sakit baik
milik pemerintah maupun swasta, tetapi tidak berlaku untuk sistem dokter keluarga.
5

Rumah sakit hanya sebagai pemberi pelayanan, untuk biaya yang dikeluarkan Rumah Sakit
mengajukan klaim kepada Lembaga Asuransi pasien. Untuk pemeriksaan kesehatan
tahunan (kenshin) diberikan bebas biaya bagi seluruh penduduk. Asuransi menanggung
biaya mulai dari rumah sakit, dokter, sampai obat-obatan sesuai dengan jenis asuransi
peserta, dan tentunya terjadi perbedaan benefit yang diterima. Karena adanya perbedaan
contribusi pada masing-masing jenis asuransi, maka terjadi perbedaan benefit yang
diperoleh oleh peserta masing2 jenis asuransi.

SKEMA JAMINAN KESEHATAN DI JEPANG

Sumber : World Bank Institute, 2002

4. JENIS JAMINAN KESEHATAN


Di Jepang sistem jaminan kesehatan dibagi menjadi 3 cluster secara umum, yaitu :
1. Employer-Based Insurance (Shakai Kenkou Hoken),
Employer-Based Insurance adalah sebuah sistem asuransi berbasis tempat kerja
yang memberikan bantuan keuangan kepada para pekerja yang digaji oleh
perusahaan dan juga kepada anggota keluarga tanggungannya dengan memberikan
manfaat asuransi dalam hal sakit, melahirkan luka, dan kematian. Keluarga
tertanggung adalah keluarga sampai dengan level ke-3, yaitu sampai pada kakek/
nenek dan cucu.
6

KELUARGA TERTANGGUNG DALAM ASURANSI EMPLOYER-BASED INSURANCE

Sumber : http://www.sia.go.jp

Sistem asuransi ini dibagi menjadi kedalam beberapa bentuk, antara lain :
a. Union Managed Health Insurance
b. Government Managed Health Insurance
c. Seamans Insurance
d. National Public Workers Mutual Aid Association Insurance
e. Local Public Workers Mutual Aid Association Insurance
f.

Private School Teachers and Employees Mutual Aid Association Insurance


Union Managed Health Insurance dikenal juga dengan Society Managed

Insurance merupakan jenis asuransi yang memberikan paling banyak benefit bagi
pesertanya. Hal ini karena pengelolaan asuransi ini dikelola secara profesional oleh
perkumpulan profesi (society), yang kebanyakan berasal dari para pekerja dari
perusahaan-perusahaan besar. Asuransi ini meng-cover sebanyak 25,4% dari total
populasi. Yang bertindak sebagai penjamin dalam asuransi ini adalah asuransi
swasta yang bekerja sama dengan society

untuk mengelola dana kesehatan

mereka. Government Managed Health Insurance, merupakan asuransi untuk para


pekerja dari perusahaan dengan skala kecil sampai menegah, dimana pemerintah
bertindak sebagai penjamin dalam jaminan kesehatan mereka. Jadi sistem asuransi
ini merupakan asuransi kesehatan para pekerja yang dikelola oleh pemerintah.
Sistem asuransi ini mencakup 30.7% dari total populasi yang merupakan para
pekerja dari perusahaan kecil sampai menengah. Untuk empat jenis asuransi terakhir
7

merupakan jenis asuransi bagi para pegawai negeri, ditingkat pusat maupun daerah
dan termasuk didalamnya para pengajar, baik yang berstatus pegawai negara
maupun swasta, serta anggota angkatan laut, asuransi ini juga dikenal dengan nama
Mutual Aid Associations.
Sistem pembiayaan pada jenis asuransi ini berasal dari dua belah pihak, yaitu
pekerja dan pemberi kerja, yang secara umum kontribusi pada seluruh jenis asuransi
Employer-Based Insurance adalah sebesar 8,5% dari pendapatan peserta yang
dibagi rata antara pekerja dan pemberi kerja. Seorang pekerja yang bekerja pada
perusahaan yang memiliki 5 orang harus terdaftar pada asuransi ini, atau jika
bekerja pada perusahaan Hojin tanpa memperdulikan mengenai usia dan
kewarganegaraam. Secara khusus perusahaan atau pabrik yang dimaksud disini
harus memiliki penetapan secara hukum (formal), baik yang bergerak dalam bidang
produksi maupun jasa. Hal ini juga berlaku bagi para pekerja part time yang memiliki
baik hari atau jam kerja sebanyak kali dari hari atau jem kerja para pekerja penuh.
Untuk mendapatkan perlindungan dari asuransi ini pemberi kerja harus
mengambil dan menyerahkan formulir "Aplikasi untuk Mendaftar di Kesehatan
Karyawan Asuransi / Asuransi Pensiun Karyawan" (SHIKAKU SHUTOKU TODOKE KENKO Hoken / KOSEI NENKIN) pada kantor Asuransi Sosial Lokal dalam jangka
waktu 5 hari sejak seorang pekerja direkrut. Anggota keluarga yang menjadi
tanggungan pekerja juga bisa mendapatkan perlindungan dari asuransi ini jika
merupakan anggota keluarga sampai dengan lapis ke tiga dari peserta, yang
sebagian besar keuangannya ditanggung oleh pekerja. Ketika anggota keluarga
yang menjadi tanggungan pekerja layak untuk mendapatkan perlindungan maka
pemberi kerja harus memasukan formulir aplikasi perlindungan tanggungan
(HIFUYOSHA IDO TODOKE) dalam jangka waktu 5 hari sejak terjadi perubahan
dalam tanggungan.
Benefit yang didapatkan dari asuransi ini terbilang cukup lengkap mulai dari
pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap, layanan tambahan dalam
pelayanan kesehatan, ambulans, pelayanan bagi penyakit yang mengharuskan
treatment khusus, kelahiran sampai dengan pelayanan pemakaman, diberikan
kepada peserta maupun tertanggung. Bahkan sampai dengan layanan kesehatan
yang tidak termasuk dalam bentuk pelayanan dalam asuransi dapat diberikan
kepada peserta maupun tertanggung dengan pengaturan yang lebih lanjut dan
adanya pengenaan cost sharing atas layanan yang diterima oleh peserta maupun
tertanggung. Benefit yang diterima oleh peserta adalah sebesar 80% dari total biaya
dan untuk tertanggung dibagi menjadi 2 yaitu 80% untuk layanan rawat inap dan
8

70% untuk layanan rawat jalan. Pengecualian diberikan kepada pekerja untuk
layanan kesehatan yang mencapai cost sharing yang melebihi 64.000 yen (34.500
yen bagi yang berpendapatan rendah) perbulan, maka keseluruhan biaya ditanggung
asuransi.

2. National Health Insurance (Kokumin Kenkou Hoken), adalah sistem asuransi yang
meng-cover orang-orang yang tidak tercakup dalam sistem asuransi EmployerBased Insurance. Termasuk didalamnya adalah para petani, para pekerja di sektor
informal serta wiraswastawan (self employed). Jenis asuransi ini dibagi menjadi 2,
yaitu :

National Health Insurance untuk tiap kota

National Health Insurance Union


Tiap-tiap kota memiliki kewenangan untuk mengatur pelaksanaan jenis

asuransi ini, dimana skema pembiayaan dan pemberian benefit disesuaikan dengan
kondisi daerah masing-masing. Asuransi ini juga berlaku bagi warga negara asing
yang tinggal 1 tahun, bagi para warga negara asing yang memiliki gaijin card dapat
menerima layanan asuransi National Health Insurance dengan mendaftarkan diri
mereka di kantor jaminan sosial di kota yang ditinggali. Kepesertaan asuransi ini
disesuaikan dengan kota tempat tinggal peserta, artinya peserta yang melakukan
perpindahan kota tempat tinggal harus menghapuskan kepesertaan mereka di kota
yang lama dan kemudian mendaftarkan kepesertaan yang baru di kota tempat
tinggal barunya. Bagi warga negara asing setiap melakukan perpindahan kota
tinggal, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan meninggalkan Jepang harus selalu
melapor ke Kantor Jaminan Sosial.
Asuransi ini meng-cover sebanyak 34,7% dari total populasi, dan terdiri dari
3.249 National Health Insurance untuk tiap kota dan 166 National Health Insurance
Union. Asuransi jenis ini mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar 50% dari
total pengeluaran pemerintah untuk belanja kesehatan. Peserta dan tanggungan
dalam jenis asuransi ini mendapatkan 70% benefit dan harus membayarkan 30%
sebagai cost sharing, dan ada kemungkinn tambahan untuk biaya obat-obatan,
karena tidak seluruh jenis obat di tanggung oleh asuransi ini. Peserta berbagi biaya
pengobatan sampai dengan jumlah tertentu4, yang jika melebihi batas tersebut, maka
seluruh biaya akan ditanggung oleh asuransi. Kontribusi yang diberikan oleh peserta
4 Sama seperti yang berlaku pada Employe Based Insurance yaitu 63.000 yen
atau 35.400 yen bagi peserta dengan pendapatan rendah)
9

bergantung pada kemampuan ekonomis masing-masing peserta. Besaran premi


yang harus dibayarkan kira-kira dihitung dari gaji peserta, property (asset) dan
jumlah keluarga tanggungan. Rata-rata kontribusi yang dibayarkan oleh peserta
adalah sebesar 4% dari gaji peserta, pada perhitungan tahun 1997 setiap rumah
tangga rata-rata memberikan kontribusi sebesar 158,6 ribu yen pertahun, dan ada
bantuan 530 ribu yen per rumah tangga pertahun dari pemerintah. Pembayaran
premi dilakukan dengan cara transfer melalui bank ataupun melalui kantor-kantor
jaminan kesehatan di tiap kota.
Asuransi ini juga memberikan benefit yang cukup besar, yaitu 70% dari total biaya,
artinya peserta memberikan cost sharing sebesar 30%. Layanan yang diberikan juga
cukup lengkap seperti halnya asuransi Employer Based Insurance, mulai dari sakit
secara umum mapun khusus, perawatan gigi, persalinan sampai dengan kematian
dan pemakaman peserta atau tertanggung. Namun benefit yang diberikan tidak
mencakup orthodontiks, bedah kosmetik, vaksinasi, aborsi, cedera akibat mabuk dan
berkelahi. Kecelakaan lalu lintas sampai batas maksimal tertentu menjadi beban
peserta, namun jika melewati batas tersebut, biaya akan ditanggung seluruhnya oleh
asuransi.
3. National Health Insurance For Elderly, diperkenalkan pertama kali pada tahun 1983
untuk menyebar beban penyediaan pelayanan kesehatan kepada skema asuransi
yang telah berjalan di Jepang, dan diperkenalkannya cost sharing bagi para lansia.
Keanggotaan bagi asuransi ini diperuntukan bagi penduduk dengan usia yang telah
mencapai 70 tahun atau bagi penduduk dari usia 65 69 tahun yang memiliki cacat
permanen (disability). Orang usia lanjut dalam kategori ini biasany dimasukan
kedalam skema netional health insurance, secara spesifik cost sharing dari peserta
asuransi ini adalah 500 yen perhari, sampai dengan maksimum 2000 yen perbulan
untuk fasilitas kesehatan yang sama, untuk layanan rawat jalan dan 1.100 yen per
hari untuk layanan rawat inap. Asuransi ini membentuk sebuah pembiayaan yang
dikumpulkan dari jenis asuransi lain. Seperti pada tahun tahun 1997, data
menunjukan kontribusi dari masing-masing jenis asuransi bagi pembiayaan asuransi
bagi orang usia lanjut, dimana jumlah peserta Governement Managed Insurance
yang ikut berkontribusi untuk asuransi bagi usia lanjut sebesar 5.4% dari seluruh
peserta, Society Managed Insurance sebanyak 2.9%, Mutual Aid Association
sebanyak

4.1%

dan

National

Health

Insurance

sebesar

21.1%.

dalam

perkembangannya cost sharing dari peserta ditiadakan, dengan sistem penjaminan


70% dijamin oleh dana yang dikumpulkan dari kontribusi peserta serta asuransi jenis
lain, 20% ditanggung oleh pemerintah pusat dan 10% ditanggung oleh pemerintah
10

lokal. Sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan kesehatan secara jangka panjang
bagi penduduk usia lanjut, proporsi yang ditanggung oleh dana publik ditingkatkan
pada tahun 1992 dari 30% menjadi 50%. Pada tahun 2003 sebagai bentuk antisipatif
dari fenomena population ageing pemerintah mengalihkan pengelolaan jaminan
kesehatan bagi penduduk usia lanjut menjadi dibawah pemerintah daerah dan
membebankan biaya tambahan bagi penduduk usia lanjut yang menjadi peserta
asuransi ini. Asuransi ini melingkupi sebanyak 10.1% dari total populasi yang
merupakan penduduk usia lanjut dan cacat pada usia 65 69 tahun.

5. KESIMPULAN
Jaminan kesehatan di Jepang telah banyak mengalami perkembangan semenjak
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1922. Secara historis Jepang dapat dengan mudah
menerapkan sistem jaminan kesehatan bagi masyarakatnya karena budaya Jepang telah
mengenal konsep asuransi sejak tahun 1835. Asuransi kesehatan merupakan hal yang wajib
bagi seluruh penduduk Jepang, baik warga negara Jepang maupun warga negara asing
yang menetap di Jepang lebih dari satu tahun. Setiap orang harus terdaftar dalam asuransi
kesehatan, karena itu pemerintah menyediakan jenis asuransi kesehatan yang dimaksudkan
untuk menjaring penduduk yang tidak tercakup dalam jaminan kesehatan yang berbasis
tempat bekerja (Employer Based Insurance).
Sekuruh dana kesehatan mencakup secara luas jaminan kesehatan mulai dari
perawatan rumah sakit, termasuk tenaga kesehatannya, perawatan kesehatan gigi, obatobatan dan bahkan sampai layanan transportasi dan pemakaman. Cost sharing yang
ditanggung oleh peserta bervariasi dilihat dari jenis asuransi yang diikuti dan status
kepesertaan, apakah sebagai peserta atau sebagai tanggungan peserta, juga layanan rawat
jalan dan rawat inap memiliki share yang berbeda bagi pasien.
Konstribusi dikenakan bagi para pekerja dan pemberi kerja secara merata (Employer
Based Insurance) dan bagi peserta National Health Insurance tergantung pada pendapatan,
aset (property) dan jumlah tanggungan dalam keluarganya. Sedangkan bagi para penduduk
usia lanjut pembebanan premi hanya maksimal 2000 yen perbulan untuk rawat jalan dan
1100 yen perhari untuk rawat inap.
Dengan kondisi demografi yang menuju pada terjadinya population ageing
pemerintah Jepang saat ini dihadapkan pada kenyataan berkurangnya kapasitas
pembiayaan jaminan kesehatan dimasa yang akan datang, karena dengan sistem pay as ou
go yang masih diterapkan saat ini, akan sangat mungkin jika tidak dilakukan reformasi
11

dalam sistem pembiayaan asuransi kesehatan, Jepang akan mengalami tantangan yang
luar biasa.

Referensi
1. Francesca Colombo and Nicole Tapay, Private Health Insurance in OECD Countries: The
Benefits and Costs for Individuals and Health Systems, 2004
2. Guy Carrin and Chris James,

Social health insurance: Key factors affecting the

transition towards universal coverage, World Health Organization Geneva, 2005


3. Klaus-Dirk Henke, Jonas Schreygg,

Towards sustainable health care systems

Strategies in health insurance schemes in France, Germany, Japan and the Netherlands
A comparative study , 2004
4. Tetsuo Fukawa, Public Health Insurance in Japan, World Bank Institute, 2002
5. Worawan Chandoevwit, Social Security Systems in Japan: Lessons Learned for
Thailand, 2007
6. http://www.sia.go.jp/e/index.html
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Health_care_system_in_Japan
8. http://www.japan-zone.com/new/welfare.shtml
9. www.mhlw.go.jp
10. http://www.fco.gov.uk/en/travel-and-living-abroad/travel-advice-by-country/countryprofile/asia-oceania/japan?profile=geography

PAPER UJIAN AKHIR SEMESTER


SISTEM JAMINAN SOSIAL

SISTEM JAMINAN KESEHATAN DI NEGARA JEPANG

12

MOHAMAD FAJAR FAHRIZA


N I M 0906655004

MAGISTER PERENCANAAN & KEBIJAKAN PUBLIK


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir


adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan
menggunakannya.
13

Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nama

: MOHAMAD FAJAR FAHRIZA

NPM

: 0906655004

Mata Ajaran

: SISTEM JAMINAN SOSIAL

Judul Makalah/Tugas

: SISTEM JAMINAN KESEHATAN DI NEGARA JEPANG

Dosen

: MULYADI WIDJAYA, P.hd

Tandatangan

14

Anda mungkin juga menyukai