PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi telinga ?
1.2.2 Apakah definisi otitis media akut ?
1.2.3 Apa sajakah etiologi otitis media akut?
1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi otitis media akut ?
1.2.5 Bagaimana stadium otitis media akut ?
1.2.6 Bagaimana manifestasi klinik klien dengan otitis media akut ?
1.2.7 Bagaimana terapi otitis media akut ?
1.2.8 Apa sajakah komplikasi otitis media akut ?
1.2.9 Bagaimana pemeriksaan diagnostik otitis media akut ?
1.2.10 Bagaimana pencegahan otitis media akut ?
1.2.11 Bagaimana Hasil Penelitian Otitis media
1.2.12 Bagaimana konsep legal etis otitis media akut ?
1.2.13 Apa saja masalah keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan
1.3
Manfaat
1. Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penyebab serta upaya
pencegahan penyakit OMA agar terciptanya kesehatan masyarakat yang
lebih baik.
2. Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang OMA lebih dalam
sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.
3. Diharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
OMA sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan lebih baik.
4. Dapat menambah informasi tentang OMA serta dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap penyakit tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi fisiologi Telinga
Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra
mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang
suara yang terdapat di udara. Telinga menerima gelombang suara yang
frekuensinya
berbeda,
kemudian
menghantarkan
informasi
pendengaran
kesusunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam.
Gambar Telinga
Bagian-bagian telinga
Telinga terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :
a. Telinga Luar
Bagian
luar
merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga,
lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau
pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau
membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan
suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan
yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan
bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang
dan rawan yang dilapisi kulit tipis.
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi
kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada
lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan
perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus
auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat
dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut.
menelan.
Tuba
berfungsi
sebagai
drainase
untuk
sekresi
dan
terdiri atas tulang dan 2/3 anterior tulang rawan . berhubungan dengan nasofaring
setelah berjalan di atas muskulus konstriktor faring superior. Tuba auditiva
berfungsi membuat seimbang tekanan udara dalam kavum timpani dan nasofaring.
Antrum mastoideum merupakan bagian yang terletak di belakang kavum
timpani dalam pars petrosa ossis temporalis bentuknya bundar dengan garis 1 cm.
diding anterior berhubungan dengan kavum timpani dan dinding posterior
memisahkan antrum dari sinus sigoideum dan sereblum.
Sellulae mastoidea yaitu prosesus mastoideus mulai berkembang pada
tahun ke dua kehidupan.Sellulae mastoid adalah suatu rongga yang berhubungan
dalam prosessus mastoid,berhubungan dengan antrum dan kavum timpani sebelah
atasnya serta dilapisi membrane mukosa.
c. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ
untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu
juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya
merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis
bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan
lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ
yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh
perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti.. Di dalam lulang labirin, namun tidak
sempurna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal
dalam otak melalui aquaduktus koklearis.
Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus, dan duktus
semisirkularis, duktus koklearis.
a. Atrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gempeng terpaut pada
tempatnya oleh jaringan ikat. Disini terdapat saraf (nervus akustikus) pada
bagian depan dan sampingnya ada daerah yang lonjong yang disebut macula
akustika utrikola. pada dinding belakang atrikus ada muara dari duktus
semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus disebut utrikulosa
sirkularis, saluran yang menghubungkan atrikulus dengan sakulus.
b. Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada
bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat,
tempat terdapatnya nervus akustikus. Pada bagian depan sakulus ditemukan
serabut-serabut halus cabang nervus akustikus yang berakhir pada macula
akustika sakuli. Pada permukaan bawah sakulus ada duktus reunien yang
menghubungkan sakulus dengan duktus koklearis, di bagian sudut sakulus
ada saluran halus disebut duktus endolimfatikus, berjalan melalui aquaduktus
vestibularismenuju permukaan bagian bawah tulang temporalis dan berakhir
sebagai kantong buntu disebut sakus endolimfatikus yang terletak tepat di
lapisan otak duramater.
c. Duktus semisirkularis, ada tiga tabung selaput semisrkularis yang berjalan
dalam
kanalis
semisrkularis
(superior,
posterior,
dan
lateralis).
\
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan mediolus terdapat
ganglion spiralis yang sebagaian besar diliputi tulang bagian bawah dan menyatu
dengan membrane basilaris melintasi duktus koklearis dan melekat pada
ligamentum basilaris.
Membran basilaris : dibentuk oleh lapisan serat serat kolagen,
permukaan bawah yang menghadap skala timpani diliputi oleh jaringan
ikat fibbrosa yang mengandung pembuluh darah.
Membran vestibularis : suatu lembaran jaringan ikat tipis, diliputi pada
permukaan atas vestibular oleh pelapis rongga perilimf yaitu jaringan
epitel selapis gepeng yang terdiri atas sel mesenkim.
Dektus koklearis : dektus ini mengandung pigmen, bentuknya lebih tinggi
dan tidak beraturan, di bawahnya terdapat jaringan ikat yang banyak
Telinga
dalam terdiri
dari labirin
osea (labirin
tulang),
sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi
cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki
cairan endolimfe. Di labirin osea terdapat koklea, vestibulum, kanalis
semisirkularis.
kolea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga
bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar
dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela
berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani
berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas
skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner
dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran
basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara
menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di
atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang
lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak
dengan saraf vestibulokoklearis.
Definisi
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang
Otitis media
Risiko rendah
risiko media
tinggi
Otitis
akut
Akut
Sub akut
Kronik
Otitis media
akut
Tipe aman
Tipe
Otitisbahaya
media
supuratif kronik
dan
bakteri
piogenik
lain,
seperti
Streptococcus
hemolyticus,
Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yang
Stadium
STADIUM OMA
1. STADIUM OKLUSI TUBA EUSTACHIUS
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi
membrane timpani akibat terjadinya tekanan negative didalam telinga
tengah, akibat absorbs udara. Kadang-kadang membrane timpani
tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna kerut pucat. Efusi
mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar
dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau
alergi.
2. STADIUM HIPEREMIS
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis
serta edem. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat
eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. STADIUM SUPURASI
Edema yang terlihat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superfisial, sehingga terbentuknya eksudat yang purulent di
kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging)
kearah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan
submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai
daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini akan
terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani
(miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membrane
timpani akan rupture dan nanah keluar dari liang telinga luar. Dengan
melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan
apabila terjadi rupture, maka lubang tempat rupture (perforasi) tidak
mungkin menutup kembali.
4. STADIUM PERFORASI
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika
atau virulensi kuman yang tinggi, maka akan terjadi rupture membrane
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badab
turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan
otitis media akut stadium perforasi.
5. STADIUM RESOLUSI
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane
timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi
perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya
tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat
terjadi walaupun tanda pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK
bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus menerus atau
hiang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa
otitis media serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa
terjadinya perforasi.
2.6
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur klien.
a. Stadium Hiperemi
Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius
yang mengalami hiperemi dan edema
Demam
Pendengaran biasanya masih normal
b. Stadium Oklusi
Nyeri dan demam bertambah hebat
Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus
Pendengaran mulai berkurang
c. Stadium Supurasi
Keluar sekret dari telinga
Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani
ruptur
Demam berkurang
Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme
konduksi udara dalam telinga tengah
d. Stadium Koalesen
Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari
e. Stadium Resolusi
Pendengaran membaik atau kembali normal.
2.7
Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya
a. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk
membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negative di
telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl
efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak<12 tahun) atau HCl
efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12
tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeki harus
diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah
kuman, bukan oleh virus atau alergi.
b. Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung
dan analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan
penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat
di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.
Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi terhadap penisilin, maka akan diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per
hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/hari.
c. Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika , idealnya harus
disertai dengan miringotomi, bila membrane timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan
rupture dapat dihindari.
d. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar dan
kadang
terlihat
secret
keluar
secara
berdenyut
(pulsasi).
Komplikasi
1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi
secara benar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga
tengah termasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya
2.9
pemberian antibiotik.
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4. Keseimbangan tubuh terganggu
5. Peradangan otak
kejang
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri.
Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon.
Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada
sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini
BAB 3
PENUTUP
3.1
Simpulan
Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi
pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam
telinga tengah. Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnya saluran/tuba
eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi bakteri
yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yang berulang pada
anak juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya OMA pada anak. Stadium
OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: Stadium Hiperemi, Oklusi,
Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasi dari OMA juga
tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dari OMA juga
berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakit OMA, dapat
muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien, antara lain:
gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan sensori persepsi pendengaran,
gangguan komunikasi, dan kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia.Jakarta.
2.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu
penyakit THT. FKUI : Jakarta.
3.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC :
Jakarta.
4.
http://www.scribd.com/doc/36493975/OTITIS-MEDIA
5.
6.
http://pediatrics.uchicago.edu/chiefs/ClinicCurriculum/documents/AcuteO
titisMedia-Hersman.pdf, 3 Oktober 2011.