lingkungan.
Selain itu produsen KBLI 23205 juga harus bersaing dengan produsen pelumas lainnya
dalam memasok kebutuhan pelumas otomotif domestik dan mancanegara. Banyak
perusahaan sejenis yang memproduksi pelumas untuk industri otomotif membuat produsen
KBLI 23205 harus bisa bersaing dengan pasar yang ada. Oleh karena itu diperlukan sistem
1
Melihat kondisi dari sistem rantai pasok produk pelumas daur ulang yang berasal dari
refining pelumas bekas, diperlukan sesuatu sistem model dinamis untuk bisa memetakan
permasalahan dan mensimulasikan sistem rantai pasok ramah lingkungan dari pelumas daur
ulang. Penelitian ini akan meneliti model sistem closed loop supply chains dynamics pelumas
bekas dari mulai sistem sistem logistik daur ulang (reverse logistics), proses pemurniaan
(refining) dan produksi ulang (remanufacturing) serta sistem logistik langsung (forward
logistics) untuk distribusi pemasaran produk daur ulang.
Pemodelan sendiri akan menggunakan model sistem dinamis dengan bantuan software
Vensim. Adapun perancangan skenario yang akan dibangun untuk pengambilan kebijakan
dimana terdapat 4 kondisi skenario yaitu :
1.
2.
Skenario 1 apabila menambah tingkat produktivitas SDM dan kapasitas dari asosiasi
pengumpul pelumas bekas untuk mengumpulkan dan memasok pelumas bekas ke
produsen pelumas daur ulang.
3.
4.
Skenario 3 yaitu sama kondisi skenario 2 tetapi dengan penambahan aspek peremajaan
infrastruktur dan teknologi pada semua bagian, disertai peningkatan kualitas SDM dan
kualitas produk dengan promosi produk yang efektif.
pemasok, perantara, penyedia layanan pihak ketiga, dan pelanggan. Pada dasarnya,
manajemen rantai pasok mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan dalam dan
di seluruh perusahaan.
2.1.3 Manajemen Rantai Pasok Tertutup (Closed Loop Supply Chain)
Manajemen rantai pasokan tertutup dapat didefinisikan sebagai berikut (Guide,
Wassenhove, 2008 ) adalah suatu desain, kontrol dan pengoperasian sistem untuk
memaksimalkan penciptaan nilai atas seluruh siklus hidup produk dengan dinamis untuk
pemulihan nilai dari berbagai jenis dan volume dalam pengembalian dari waktu ke waktu.
(Bonev, 2012, Managing Reverse Logistics Using System Dynamics: A Generic End-to-end
Approach hal.5)
2.1.5 Logistik Daur Ulang (Reverse Logistics)
(Fleischmann, 1997) mengatakan bahwa logistik daur ulang adalah proses yang
mencakup kegiatan logistik sepanjang jalan dari produk yang digunakan dan tidak lagi
diperlukan oleh pengguna untuk produk-produk yang dapat digunakan kembali di pasar".
(Dowlatshahi, 2000) menjelaskan reverse logistics sebagai sebuah proses di mana
produsen secara sistematis menerima produk yang sebelumnya dikirimkan atau bagian dari
titik untuk konsumsi yang memungkinkan daur ulang, remanufacturing atau pembuangan.
7. Incineration 5. Caniballization
4.
Remanufacturing
8. Landfilling
6. Recycling
forward flows
return flows
4
Remanufacturing pada sistem loop tertutup yang longgar di mana produk diservis untuk
digunakan kembali memasuki sistem produksi. Produk eksternal ini kembali biasanya
memasuki kompleks pembongkaran subsistem. Gambar 2.12 mengungkapkan bagaimana
proses penyimpanan pada tahap yang berbeda dari product recovery system, terjalin untuk
kegiatan pembongkaran, pengolahan dan produksi perakitan. Masalah perencanaan produksi
sekarang harus diselesaikan sehubungan dengan berbagai subsistem dari sistem pemulihan
produk lengkap.
Gambar 2.5 Perencanaan Produksi untuk Product Recovery System (Inderfurt, Flapper,
Pappis,2004, Quantitative Models for Closed-Loop Supply Chains : Production Planning for
Product Recovery Management hal.249)
2.2.1 Definisi Sistem Berpikir
Sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut
Forrester bahwa sistem dapat didefinisikan sebagai kelompok komponen yang beroperasi
secara bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Sistem berpikir tidak memiliki definisi yang jelas atau penggunaan. Sistem berpikir
terminologi diterapkan ke bidang yang halus atau seperti berpikir sistem dan sistem praktek
(Checkland, 1981).
5Gambar 2.21 Model Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Sistem Berpikir (Richmond, 1993,
Sistem Dinamis adalah cara pendekatan dengan bantuan komputer untuk analisis
kebijakan dan desain. Hal ini berlaku untuk masalah yang dinamis yang timbul dalam
kompleks sosial, manajerial, sistem ekonomi, atau ekologi-secara harfiah setiap sistem
dinamis yang ditandai dengan saling ketergantungan, saling interaksi, umpan-balik informasi
dan kausalitas yang melingkar kausalitas. (System Dynamics Society, 2014)
Gambaran interaksi dalam sistem dinamis kurang lebih dijelaskan sebagai berikut :
a.
Sudut pandang sistem terbuka merupakan cara berpikir linier atau istilah nonfeedback.
faktor ini diyakini mempengaruhi sistem dari luar tanpa dipengaruhi itu sendiri,
bagaimanapun, ia diwakili sebagai variabel eksogen dalam model dalam melihat
masalah, memutuskan tindakan, mengharapkan hasil dan percaya itu adalah akhir dari
masalah.
Sudut pandang sistem tertutup merupakan analisis kebijakan secara signifikan yang
dipengaruhi oleh perspektif umpan balik dan kausalitas melingkar yang akan
mengungkap sumber sistem perilaku yang ada dalam struktur sistem itu sendiri.
Mengambil pandangan endogen memperlihatkan kecenderungan kompensasi alami
dalam sistem sosial yang berkonspirasi untuk mengalahkan banyak inisiatif dimana
persepsi yang lebih realistis di mana masalah mengarah pada tindakan yang
menghasilkan hasil yang juga akan menciptakan masalah masa depan dan tindakan.
Konsep perubahan variabel endogen merupakan dasar dalam pendekatan dinamika sistem.
Dalam menentukan aspek-aspek perumusan model, gangguan eksogen sering terlihat sebagai
pemicu sistem perilaku yang penyebab interaksi yang terkandung dalam struktur sistem itu
sendiri .
2.2.3 Model Causal Loop
Secara konseptual, konsep umpan balik adalah inti dari pendekatan sistem dinamis. Diagram
loop umpan balik informasi dan melingkar kausalitas adalah alat untuk konseptualisasi
struktur sistem yang kompleks dan berkomunikasi model-berdasarkan wawasan. Secara
intuitif, loop umpan balik ada ketika informasi yang dihasilkan dari beberapa tindakan
perjalanan melalui sistem dan akhirnya kembali dalam beberapa bentuk ke titik asal,
berpotensi mempengaruhi tindakan masa depan.
Ada dua jenis loop umpan balik positif dan loop umpan balik negatif (Pruyt, 2013) :
1.
atau memperkuat
Jika peningkatan
Gambar 2.27 Reinforcing Loops (Pryut, 2013 , Small System Dynamics Models for Big
Issues hal.35 )
2.
atau menyeimbangkan
Jika
peningkatan awal variabel memimpin setelah beberapa waktu penurunan a, dan jika
awal penurunan mengarah pada peningkatan A. Dalam isolasi, loop umpan balik seperti
menghasilkan perilaku menyeimbangkan atau mencari tujuan. Mereka adalah sumber
stabilitas serta penolakan terhadap perubahan. Kehadiran loop umpan balik negatif
dalam sistem tidak menyiratkan bahwa tujuan akan tercapai atau bahwa proses ini di
7
bawah kontrol. Umpan balik negatif juga dapat menyebabkan perilaku yang tidak
diinginkan, misalnya tidak diinginkan oskilasi perilaku karena loop umpan balik negatif
dengan penundaan.
Gambar 2.28 Balancing Loops (Pryut, 2013 , Small System Dynamics Models for Big
Issues hal.35 )
2.2.4 Stock-Flow Diagrams
Dalam sistem dinamika pemodelan, perilaku dinamis dianggap timbul karena prinsip
akumulasi. Lebih tepatnya, prinsip ini menyatakan bahwa semua perilaku yang dinamis di
dunia terjadi ketika aliran menumpuk di saham.
Stock
Flow
Gambar 2.37 Loop Sistem Dinamis Praktis ( Saeed, 1997, System Dynamics as a Technology
of Learning for New Liberal Education hal.5)
Boundary kecukupan: Apakah konsep penting dan struktur untuk mengatasi masalah
2.
3.
4.
5.
9
oleh
(Forrester dan Senge, 1980) sebagai tes validitas perilaku, dapat mendeteksi kelemahan
struktural utama dari model meskipun fakta bahwa model dapat menghasilkan pola perilaku
yang sangat akurat. Tes Pengaruh yang berorientasi struktural yaitu apakah real sistem akan
menunjukkan kepekaan tinggi serupa parameter-parameter tersebut untuk model mana
perilaku menampilkan sensitivitas tinggi.
2.
persen
error
untuk
C. Uji F Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi
dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah
Uji Homogenitas Variansi dan Uji Bartlett. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak.
Langkah-langkah menghitung uji homogenitas :
1. Mencari Varians/Standar deviasi Variabel X danY, dengan rumus :
(2-3)
Pembilang:
S besar artinya Variansi dari kelompok dengan variansi terbesar (lebih banyak)
10
Penyebut: S kecil artinya Variansi dari kelompok dengan variansi terkecil (lebih sedikit)
Jika variansi sama pada kedua kelompok, maka bebas tentukan pembilang dan penyebut.
Membandingkan F hitung dengan F tabel pada tabel distribusi F, dengan:
Untuk varians dari kelompok dengan variance terbesar adalah dk pembilang n-1
Untuk varians dari kelompok dengan variance terkecil adalah dk penyebut n-1
Jika F hitung < F tabel, berarti homogen, jika F hitung > F tabel, berarti tidak
homogen
11
Permintaan
+Indonesia Timur
R17
Penjualan
Indonesia Tengah
+
+
Nilai Penjualan +
R16
+
B37
ITA
Permintaaan
Stok Sisa ITA
Total Nilai
+
Indonesia Tengah
Ekspor
- Penyimpanan
B38
B44
Ekspor KBLI Pelumas Lainnya
+
+
Reduksi ITA
Durasi waktu
Sisa Stok IT
+
Indonesia Tengah +
Pengaturan Kapasitas
pengaturan kapasitas
Total Nilai Impor
Selisih Penyimpanan
R28
B43
ITA
- Indonesia Timur
B36
+
Indonesia Tengah
B45
Penyimpanan
+
Reduksi IT +
Nilai Penjualan IB
Delay Penyimpanan
+
+
R15
Indonesia Timur
Permintaan
Barang ITA
R10
Total Produksi +
Pengaturan Kapasitas
Selisih Penyimpanan
+Total Ekspor
Nilai Penjualan
R29
Indonesia
Barat
+
+
+
Impor Pelumas Mancanegara
Domestik
Indonesia Tengah
Indonesia Timur
Ekspor
R22 +
+ R21
Delay Penyimpanan
Biaya Logistik Pelumas
+
R20
+R30
+
+
Distribusi
Barang IT
Daur Ulang ITA
Biaya Logistik
Penjualan +
R26
R34
R14
Indonesia
Timur
+
+
Pelumas Daur Ulang
+
Indonesia Barat
+
+
Durasi Waktu
IT
+
Total Pasokan
Penjualan Ekspor
Durasi waktu pengaturan
+
B40
Persediaan Pelumas
R27
Stok Sisa IB
+
R32
pengaturan
Distribusi Indonesia
- Penyimpanan
Pelumas Domestik
kapasitas IB
R6
Produsen Pelumas +
Stok Sisa Ekspor
+
kapasitas Ekspor
Tengah
Indonesia Barat
Indonesia
B41 +
+
B47
+
+
+
R19
R31 Reduksi Ekspor
+
Reduksi IB
B39
+
Permintaan Ekspor
Selisih Penyimpanan +
+
B48
Indonesia Barat
R2
- Penyimpanan
Biaya Logistik
Pengaturan
+
+
Pelumas Daur Ulang
+
Ekspor
Kapasitas Indonesia
Selisih Penyimpanan
+
Total Nilai Pelumas
B46
Delay Penyimpanan
IB
Pengaturan
Barat
untuk
Ekspor
Domestik
Barang IB
Delay
B34
+
Gap Persediaan
Kapasitas Ekspor
+
R25+
Penyimpanan
Distribusi
Pelumas Indonesia
R18
R3
B33
+ R24
Barang Ekspor
Biaya Logistik Pelumas
Indonesia
Barat
Total Nilai Pelumas
+
B4
Daur Ulang Ekspor
Daur Ulang
B32
Pusat Distribusi
Pelumas Bekas
+
Pelumas Bekas Diolah
Distribusi Ekspor
Menjadi Bahan Bakar
- Pemakaian Pelumas
+
Menjadi Kimia
+
+
B35
R13
R1
Industri dan Transportasi
Biaya Logistik Pusat
Potensi
Bengkel
otomotif +
+
Jumlah Motor
Lain
Distribusi
+
Pencemaran
B10
B31
B11
B9
B5
+
Kapasitas
B1
Biaya Produksi
+ Indeks Limbah
Persediaan
- Produksi
B3
<Kiriman Pasokan
+ Maksimum
Pelumas Bekas
<Kiriman Pasokan
B7
Pelumas
+
R12
B28
+
.. Pengumpul IB>
+
Produksi
B2
Pengumpul IT>
,,
+ Pemakaian
+
R4
Biaya Pemurniaan
Pemakaian
-Total Kapasitas
+Produksi Pelumas Daur
B6
B8
Pelumas Truk
B22
Pelumas Motor
Pemurnian dan
Ulang KBLI 23205
B21
Pelumas Bekas Diolah
+ +
Produksi
+
R11
B30
Untuk Pelumas Daur
Jumlah Truk
- Proses Pembuangan
+
Pemakaian
+ Recoverable
Ulang
Durasi Waktu
Pelumas Bekas
-Proses Pengumpulan
+
Pelumas Mobil
Rata-rata Kebutuhan
Pemurnian
B24
Persediaan Pelumas
Servicable Persediaan
Produksi
B12
Pelumas Bekas Pusat Rata-rata kebutuhan
Pelumas 1 Motor
Pelumas
Bekas
Bekas
Pelumas Dasar
+ Pasokan Pelumas
pelumas 1 truk
+
Bekas Indonesia Timur
B27
B23
B13
Rata-rata
B14
Jumlah Mobil
B25
+
Indeks Pelumas Bekas
Kebutuhan 1 Mobil
Diolah Untuk Pelumas
Gap Servicable
Durasi Waktu
...
+ Pasokan Pelumas
B29
+
Daur Ulang
Persediaan Pasokan Pelumas
<Kiriman Pasokan Gap Recoverable +
Bekas Indonesia
Pemurniaan + Maksimum
+
Bekas Indonesia Barat
Tengah
Pengumpul ITA>
Kapasitas
+
Kesenjangan
- Pemurnian Tingkat Atas
Pemurnian
Kiriman Pasokan
Proyeksi Persediaan
Servicable Persediaan
B15 +
Cakupan
Pengumpul Indonesia
Pengumpul IB
Ulasan
Tingkat
Stok
Barat
Persediaan IB
B26
+
Tingkat Atas
Kinerja Pengiriman
Produksi
- Penerimaan Terminal
Kapasitas Pemurnian
Recoverable
Indonesia Barat
Pelumas Bekas IB +
Terpasang
Biaya Logistik
Produktifitas IB
Persediaan
R5
B48
Ulasan Tingkat Stok
Keuntungan KBLI
Pelumas Bekas IB
Delay Pengiriman
R41
+
Pemurnian
Pelumas Daur Ulang
B16
-Pelumas Bekas IB
Target
<Nilai Penjualan
+
+
- +
Frekuensi Waktu
Persediaan IB
IB>
B51
Total Biaya Pelumas
<Biaya Logistik
Pengumpul Pelumas
Kinerja
Proyeksi
R38
Daur
Ulang
+
Pelumas Bekas IB>
Bekas IB
Pengumpul
+
Frekuensi Waktu
Pengiriman
R35
+
+ Nilai Penjualan
Koreksi
<Nilai Penjualan
Total
Pelumas IB
Pengiriman Pelumas
- Pengumpul IB
<Biaya Logistik
Persediaan IB
IT>
Pelumas Daur Ulang
Bekas IB
<Pasokan Pelumas
Pelumas Bekas ITA>
R36
Biaya Logistik
R39
Bekas Indonesia
Proyeksi Persediaan
Kiriman Pasokan
.
+
<Biaya Logistik
Penerimaan Terminal
Tengah>
Pelumas Bekas
B17
Pengumpul Indonesia
Kinerja Pengiriman
Pengumpul ITA
<Nilai
Penjualan
R40
Pelumas Bekas IT>
R37
Indonesia Tengah
+
Tengah
Pelumas Bekas ITA +
ITA>
B49
Biaya Logistik
- ,. <Biaya Logistik
Cakupan
+
B18
Pusat Distribusi>
Pelumas daur Ulang Persediaan ITA
Delay Kedatangan
Produktifitas
ITA
R7
Target
<Biaya
....
Pelumas Bekas ITA
<Nilai Penjualan
Persediaan ITA<Biaya
Produksi>
Pemurniaan>
,,,,
+
Proyeksi
R42
<Biaya Logistik
Ekspor>
-Biaya Logistik
Pengiriman
+
Pelumas Daur Ulang
+
Pengumpul ITA
Kinerja
- + Koreksi
Pelumas Bekas ITA
IT>
<Biaya Logistik Pelumas
Frekuensi Waktu
<Biaya
Logistik
Pengumpul
,
<Pasokan
Pelumas
Daur Ulang Ekspor>
Pengiriman Pelumas
Persediaan ITA
Pelumas
Daur
Ulang
Pelumas ITA
Bekas Indonesia Timur>
Bekas ITA
ITA>
Nilai Penjualan+ IT
Kiriman Pasokan
Pengumpul IT
Kinerja Pengiriman
Pelumas Bekas IT +
B50
Proyeksi Persediaan
Pengumpul Indonesia
Timur
B19
-
Frekuensi Waktu
Pengiriman Pelumas
Bekas IT
Produktifitas IT
+
Kinerja
Pengumpul IT
Penjualan +
+ Indonesia Timur
R8
Durasi waktu
pengaturan kapasitas
IT
Frekuensi Waktu
Pengumpul Pelumas
Bekas ITA
Cakupan
Persediaan IT
Biaya Logistik
+ Target
R43 Pelumas Bekas IT
Persediaan IT
Penerimaan Terminal
Indonesia Timur
R9
Delay Kedatangan
Pelumas
Bekas IT
+
R23
B20
Proyeksi
Pengiriman
Pengumpul IT
Frekuensi Waktu
Pengumpul
Pelumas Bekas IT
- + Koreksi
Persediaan IT
Gambar 3.1 Gambar Diagram kausal untuk Closed Loop Supply Chain Pelumas daur ulang
Perbandingan nilai error rata-rata pelumas bekas industri dan transportasi dari hasil uji
validasi perilaku nilai error rata-rata, didapatkan nilai sebesar 0,102 % dan masih
dibawah 5 %, maka nilai rata-rata sah.
b.
Perbandingan nilai error rata-rata jumlah mobil di Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku nilai error rata-rata, didapatkan nilai sebesar 0,004 % dan masih dibawah 5 %,
maka nilai rata-rata sah.
c.
Perbandingan nilai error rata-rata jumlah truk dan bis Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku nilai error rata-rata, didapatkan nilai sebesar 0,02 % dan masih dibawah 5 %,
maka nilai rata-rata sah.
d.
Perbandingan nilai error rata-rata jumlah motor Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku nilai error rata-rata, didapatkan nilai sebesar 0,06 % dan masih dibawah 5 %,
maka nilai rata-rata sah.
e.
Perbandingan nilai error rata-rata produksi pelumas Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku nilai error rata-rata, didapatkan nilai sebesar 0,009 % dan masih dibawah 5 %,
maka nilai rata-rata sah.
f.
Perbandingan nilai error produksi pelumas daur ulang Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku nilai error rata-rata, didapatkan nilai sebesar 0,04 % dan masih dibawah 5 %,
maka nilai rata-rata sah.
Dari keenam pengujian nilai error rata-rata tidak ada yang melebihi dari 5%, artinya bahwa
semua perbandingan antara nilai simulasi mendekati nilai nyata, maka nilai rata-rata sah.
B. Analisa Uji Nilai Error Variansi
Uji membandingkan untuk nilai error variansi dimana kesalahan persen dalam
adalah kurang dari 30%. Adapun yang akan dilakukan pengujian adalah sebagai berikut :
a.
Perbandingan nilai error variansi produksi pelumas daur ulang Indonesia dari hasil uji
validasi perilaku nilai error variansi, didapatkan nilai sebesar 0,35 % dan masih
dibawah 30 %, maka nilai variansi sah
b.
Perbandingan nilai error variansi jumlah mobil di Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku nilai error variansi, didapatkan nilai sebesar 0,053% dan masih dibawah 30 %,
maka nilai variansi sah.
c.
Perbandingan nilai error variansi jumlah truk dan bis di Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku nilai error variansi, didapatkan nilai sebesar 0,17% dan masih dibawah 30 %,
maka nilai variansi sah.
d.
Perbandingan nilai error variansi jumlah motor di Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku nilai error variansi, didapatkan nilai sebesar 0,06% dan masih dibawah 30 %,
maka nilai variansi sah.
e.
Perbandingan nilai error variansi produksi pelumas di Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku nilai error variansi, didapatkan nilai sebesar 8,999 % dan masih dibawah 30
%, maka nilai variansi sah.
f.
Perbandingan nilai error variansi produksi pelumas daur ulang di Indonesia dari hasil
uji validasi perilaku nilai error variansi, didapatkan nilai sebesar 0,15 % dan masih
dibawah 30 %, maka nilai variansi sah.
Dari keenam pengujian nilai error variansi tidak ada yang melebihi dari 30%, artinya bahwa
semua perbandingan antara nilai simulasi mendekati nilai nyata, maka nilai variansi sah.
C. Analisa Uji F Nilai Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi
dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
dalam variabel data BPS dan variabel data hasil simulasi bersifat homogen jika nilai F hitung
lebih kecil dari nilai F tabel dengan derajat kepercayaan 95 %. Adapun yang akan dilakukan
pengujian adalah sebagai berikut :
a.
Perbandingan nilai uji F homogenitas pelumas bekas industri dan transportasi Indonesia
dari hasil uji validasi perilaku uji F homogenitas, didapatkan nilai F hitung sebesar
1,136 dan masih dibawah 9,278 dari nilai F tabel dengan n = 3, dan derajat = 0,05,
berarti perilaku data adalah homogen.
b.
Perbandingan nilai uji F homogenitas jumlah mobil di Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku uji F homogenitas, didapatkan nilai F hitung sebesar 1,003 dan masih dibawah
9,278 dari nilai F tabel dengan n = 3, dan derajat = 0,05, berarti perilaku data adalah
homogen.
c.
Perbandingan nilai uji F homogenitas jumlah truk dan bis di Indonesia dari hasil uji
validasi perilaku uji F homogenitas, didapatkan nilai F hitung sebesar 1,023 dan masih
dibawah 9,278 dari nilai F tabel dengan n = 3, dan derajat = 0,05, berarti perilaku data
adalah homogen.
d.
Perbandingan nilai uji F homogenitas jumlah motor di Indonesia dari hasil uji validasi
perilaku uji F homogenitas, didapatkan nilai F hitung sebesar 1,007 dan masih dibawah
9,278 dari nilai F tabel dengan n = 3, dan derajat = 0,05, berarti perilaku data adalah
homogen.
e.
Perbandingan nilai uji F homogenitas produksi pelumas di Indonesia dari hasil uji
validasi perilaku uji F homogenitas, didapatkan nilai F hitung sebesar 1,008 dan masih
dibawah 9,278 dari nilai F tabel dengan n = 3, dan derajat = 0,05, berarti perilaku data
adalah homogen.
f.
Perbandingan nilai uji F homogenitas pelumas daur ulang di Indonesia dari hasil uji
validasi perilaku uji F homogenitas, didapatkan nilai F hitung sebesar 1,043 dan masih
dibawah 9,278 dari nilai F tabel dengan n = 3, dan derajat = 0,05, berarti perilaku data
adalah homogen.
Dari keenam pengujian nilai uji F homogenitas tidak ada yang melebihi dari 9,278, berarti
perilaku data adalah homogen artinya semua perbandingan antara nilai simulasi mendekati
nilai nyata.
Nilai Penjualan IT
Selisih
Penyimpanan
Indonesia
Timur
Reduksi IT
Total Ekspor
Impor Pelumas Mancanegara
Total Produksi
Domestik
Stok Sisa Ekspor
Reduksi Ekspor
Total Nilai Pelumas
Domestik
Gap Persediaan
Pelumas Indonesia
Pemakaian Pelumas
Industri dan Transportasi
Lain
Jumlah Motor
Pemakaian
Pelumas Motor
Jumlah Truk
Jumlah Mobil
Rata-rata kebutuhan
pelumas 1 truk
Rata-rata
Kebutuhan 1 Mobil
Kiriman Pasokan
Pengumpul IB
Kinerja
Pengiriman
Pelumas Bekas
IB
Delay Pengiriman
Pelumas Bekas IB
Frekuensi Waktu
Pengiriman Pelumas
Bekas IB
Kiriman Pasokan
Pengumpul ITA
Kinerja
Pengiriman
Pelumas
Bekas ITA
Delay Kedatangan
Pelumas Bekas ITA
Frekuensi Waktu
Pengiriman Pelumas
Bekas ITA
Kinerja
Pengiriman
Pelumas
Bekas IT
Kinerja
Pengumpul
Pelumas IB
Proyeksi
Persediaan
Pengumpul
Indonesia Tengah
Delay Kedatangan
Pelumas Bekas IT
Pasokan Pelumas
Bekas Indonesia Timur
Proyeksi
Pengiriman
Pengumpul ITA
Produktifitas IT
Cakupan
Persediaan IB
Frekuensi Waktu
Pengumpul Pelumas
Bekas IB
<Pasokan Pelumas
Bekas Indonesia
Tengah>
Cakupan
Persediaan ITA
Target
Persediaan ITA
Penerimaan Terminal
Indonesia Timur
Proyeksi
Pengiriman
Pengumpul IT
Biaya Logistik
Pelumas Bekas IB
Koreksi
Persediaan IB
<Pasokan Pelumas
Bekas Indonesia Timur>
Proyeksi
Persediaan
Pengumpul
Indonesia Timur
Pasokan Pelumas
Bekas Indonesia
Tengah
Target
Persediaan IB
Penerimaan Terminal
Indonesia Tengah
Produktifitas ITA
Potensi
Pencemaran
Proses Pembuangan
Pelumas Bekas
Penerimaan Terminal
Indonesia Barat
Proyeksi
Pengiriman
Pengumpul IB
Permintaan Ekspor
Selisih
Penyimpanan
Indonesia
Barat
Reduksi IB
Nilai Penjualan IB
Biaya Logistik
Pelumas Daur Ulang
IB
Biaya Logistik
Pelumas Bekas ITA
Koreksi
Persediaan ITA
Frekuensi Waktu
Pengumpul Pelumas
Bekas ITA
<Kiriman Pasokan
Pengumpul IB>
Distribusi
Indonesia Barat
Biaya Logistik Pusat
Distribusi
<Kiriman Pasokan
Pengumpul ITA>
<Biaya Logistik
Pelumas Daur Ulang
IT>
<Biaya Logistik
Pelumas Daur Ulang
ITA>
Servicable
Persediaan Pelumas
Dasar
Gap Servicable
Persediaan
Target
Persediaan IT
Frekuensi Waktu
Pengumpul
Pelumas Bekas IT
Durasi Waktu
Produksi
<Kapasitas
Produksi>
Tingkat Atas
Servicable Persediaan
Kapasitas
Pemurnian
<Biaya Logistik
Pelumas Bekas IB>
<Biaya Logistik
Pelumas Daur Ulang
IB>
Maksimum
Pemurnian
Kapasitas Pemurnian
Terpasang
Tingkat Atas
Recoverable
Persediaan
Biaya Produksi
Produksi Pelumas Daur
Ulang KBLI 23205
Gap Recoverable
Kesenjangan
<Biaya Logistik
Pelumas Bekas IT>
Maksimum
Produksi
Keuntungan KBLI
Pelumas Bekas
Total Nilai Penjualan
Pelumas Daur Ulang
Biaya Logistik
Pelumas Bekas
Biaya Logistik
Pelumas daur Ulang
<Biaya Logistik
Pusat Distribusi>
<Biaya Produksi>
<Biaya
Pemurniaan>
Cakupan
Persediaan IT
Kinerja
Pengumpul IT
Distribusi Indonesia
Tengah
Biaya Pemurniaan
Recoverable
Persediaan Pelumas
Bekas
Proses Pengumpulan
Pelumas Bekas Pusat
<Biaya Logistik
Pelumas Bekas ITA>
Kapasitas
Produksi
Total Kapasitas
Pemurnian dan
Produksi
<Kiriman Pasokan
Pengumpul IT>
Biaya Logistik
Pelumas Bekas IT
Koreksi
Persediaan IT
Gambar 3.2 Grafik Diagram Stockflow Pelumas Daur Ulang KBLI 23205
<Nilai Penjualan
IB>
<Nilai Penjualan
IT>
<Nilai Penjualan
ITA>
<Nilai Penjualan
Ekspor>
Durasi waktu
pengaturan kapasitas
ITA
Pengaturan Kapasitas
Indonesia Tengah
Pengaturan
Kapasitas Indonesia
Barat
Pusat Distribusi
Total Nilai
Pelumas Daur
Ulang
Permintaan
Indonesia Barat
Penjualan
Indonesia Barat
Penyimpanan
Indonesia Barat
Delay Penyimpanan
Barang IB
Distribusi Ekspor
Delay Penyimpanan
Barang ITA
Penyimpanan
Indonesia Tengah
Persediaan
Pelumas Bekas
Pasokan Pelumas
Bekas Indonesia Barat
Produktifitas IB
Kinerja
Pengumpul
Pelumas ITA
Kiriman Pasokan
Pengumpul IT
Frekuensi Waktu
Pengiriman Pelumas
Bekas IT
Proyeksi
Persediaan
Pengumpul
Indonesia Barat
Biaya Logistik
Distribusi
Pelumas Daur Ulang
Indonesia Timur
Durasi Waktu
IT
pengaturan
Stok Sisa IB
kapasitas Ekspor
Penyimpanan
Ekspor
Pengaturan Kapasitas
Indonesia Timur
Permintaaan
Indonesia Tengah
Selisih
Penyimpanan
Indonesia
Tengah
Reduksi ITA
Penyimpanan
Indonesia Timur
Pengaturan
Kapasitas Ekspor
Delay
Penyimpanan
Barang Ekspor
Indeks Limbah
Pelumas
Selisih
Penyimpanan
untuk Ekspor
Pelumas Bekas
Menjadi Bahan Bakar
Pemakaian
Pelumas Truk
Pemakaian
Pelumas Mobil
Rata-rata Kebutuhan
Pelumas 1 Motor
Penjualan Ekspor
Total Pasokan
Pelumas Domestik
Persediaan Pelumas
Produsen Pelumas
Indonesia
Bengkel otomotif
Delay Penyimpanan
Barang IT
Nilai Penjualan
Ekspor
Permintaan
Indonesia Timur
Nilai Penjualan
ITA
Penjualan
Indonesia Tengah
Durasi waktu
pengaturan kapasitas
IT
Sisa Stok IT
Total Nilai
Ekspor
Penjualan
Indonesia Timur
Sistem
Pasokan Pelumas
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Dinamis
Bekas
4M
4M
3M
2M
2
2
3
2
3
2
3
2 1
1
2
1
2
12
1
2
2
3
Pasokan
1
3
16
20
Time (Month)
1
2
1
2
3
24
1
2
28
1
2
3
2 1
1
2
2
3
2
3
bekas
12
16
20
Time (Month)
1
1
2
2
3
bekas
pasokan
Pengumpulan
2M
Indonesia Barat
3
2
2 3
2
0
4
12
1 2
1
4
2
1 2
1
4
16
20
Time (Month)
4
1
2 3 1
4
24
28
pelumas
2 3
1
4
32
2
4
1
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
pelumas
bekas
5M
1
1
3
3
12
16
20
Time (Month)
1
2
1
2
2
3
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
meningkat tetapi
tahun
pasokan
pelumas
setiap
tahun
3
2
3 42 3
1
2
1
12
4
1
3 4
2
16
20
Time (Month)
3 4
2 3 4
2 3 4
1
3 4 1 2 3 1
4
1 2
28
Pasokan
pelumas
32
36
bekas
12
16
20
Time (Month)
2
3
24
1
28
1
2
3
32
1
2
1
2
2
3
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
meningkat tetapi
pasokan
setiap
tahun
3
1
15 M
4
1 2
3 42 3
1
10 M
2
1
12
4
1
3 4
2
3 4
16
20
Time (Month)
2 3 4
2 3 4
1
3 4 1 2 3 1
4
1 2
28
32
36
1 2
3 4 1
1 2
2
2
4
3
3 4
2 3 4
1
3 4
1 2
1
4
3
1 2 4 1 2 3
4 1 2 3
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
pasokan
cenderung
meningkat
setiap
menurun,tetapi produktivitas
tahun
2 3 4
1
bekas
pelumas
dan
2
3
5M
0
24
Pasokan
1
3
1.5 M
0
24
2
2
3 4
1
3
1
2
20 M
2
1
3M
4
1 2
1
2
cenderung meningkat
cenderung menurun
4.5 M
1.5 M
1
2
36
pasokan
setiap
Jumlah
bekas
2
1
2.5 M
2
3
32
1
2
28
1
2
3
1
2
24
tetapi
0
36
2 1
2
3
meningkat
Pasokan
10 M
0
36
3 4
1
3M
3
4
3
6M
2
1
4.5 M
6M
3
2
4M
8M
6M
1M
2
3
32
1
2
2
3
pasokan
1
2
28
2
3
1
2
24
Jumlah
1
2
cenderung menurun
Sistem
7.5 M
2M
0
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
pelumas
32
1
2
1M
2
3M
2M
1M
3M
1
meningkat.,
tetapi
produktivitas
kinerja
Simulasi
No
Sistem
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Dinamis
Sistem
Pengumpulan
pengumpul
bekas
sudah
pelumas bekas.
4M
1.8 M
1
4
Pengumpulan
Indonesia Timur
4M
8M
3M
3M
6M
2 4
1
1 2
-400,000
0
12
2 3
4
1
3 4
16
20
Time (Month)
2
1
2M
2 3
Pasokan
Sistem
terhadap
4M
3
2
24
2 1
4 1 3 4
28
4
1
2 3
3 4
1M
3
36
1 2
pelumas
12
2
1
4
3 4
1 2
1
3 4
3
2 4
28
32
36
Pasokan
3
1 2
pelumas
bekas
12
2
1
4
3 4
1 2
3 4
3
2 4
2 3 4
1
2M
1 2
3 4
4
2
2
1
3
1 2 4
4 2
4 2 3 1
1 2 3 1
4
3
1 2 3
4
1 2 3 4
1 2
3
1 2 4 1 2 3
4
4 1 2 3
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
Pasokan
1M
3
1 2 4
4 2
4 2 3 1
1 2 3 1
24
1 2
1
4M
3
4
1 2
4
4 1 2 3
1 2 3
16
20
Time (Month)
bekas
3 4
2
1
2M
3
4
1 2
4
4 1 2 3
1 2 3
0
32
baik
3
2
2.9 M
700,000
Indonesia Tengah
pelumas
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
bekas
pasokan
cenderung
pelumas
meningkat
setiap
menurun.,
pengumpul
produktivitas
pelumas bekas.
sudah
pelumas bekas.
1.475 M
750,000
2
425,000
4 1
1
4
2
2 4
2 3
3
3 4
1 2
-100,000
0
2
1
12
16
20
Time (Month)
4
1 2
24
2 1
4 1 3 4
28
4
1
4
3
2
2 3
3 1
1 2 4
4
3
1 2
12
2 4
1 3
1 2
4
3 1 2 3 4
2 3
3 4 1
1 2 3 4 1 2
16
20
Time (Month)
kinerja
produktivitas
kinerja
28
32
36
terhadap
3M
4
3
2
2 3
3 1
1 2 4
2M
250,000
4
3
1 2
0
24
baik
4
1
500,000
0
36
tetapi
4M
2
1
750,000
2 3
meningkat.,
250,000
2 3
32
500,000
2 3
2 3
1
tetapi
1M
bekas
tahun
2M
950,000
pelumas
dan
12
2 3 4
1 2
4
3 1 2 3 4
2 3
3 4 1
1 2 3 4 1 2
16
20
Time (Month)
1M
2 3 4
1
0
24
28
32
36
2
3
1 2
3 4
4
1 2
2
2
1
3 4
4
3
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2
1 3
4
4 1 2 3
2 4 1 2 3
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
Simulasi
No
Sistem
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Dinamis
Pasokan
pelumas
bekas
Pasokan
pelumas
bekas
Pasokan
pelumas
bekas
pasokan
cenderung
meningkat
setiap
menurun,tetapi produktivitas
meningkat,
pengumpul
bekas
produktivitas
pelumas bekas.
sudah
pelumas
dan
tahun
tetapi
kinerja
baik
terhadap
Sistem Pemurnian
Persediaan Pemurnian
Persediaan Pemurnian
8M
7.5 M
1
1
4M
2 3
1
1
3
2
4
2M
2 3
4
5M
2 3 1 2 3
2 3
2 3
2
1 3
4
4
4 1
4
4
2 3
4
12
16
20
Time (Month)
24
2 3
4
28
pelumas
2 3
2.5 M
3
2
2 3
4
2 3
1
2 3
3
2
1
2 3 1 2 3
4
2 3
1
3
2
2 3
1
0
32
36
Pasokan
1
4
2
4
1
2 3
1
0
0
20 M
20 M
15 M
15 M
6M
Persediaan Pemurnian
Persediaan Pemurnian
10 M
bekas
10 M
1
2 3
5M
4
1 2
3
2 3
2 3
1
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
Pasokan
pelumas
bekas
3
2
2 3
2 3
4
2 3
12
16
20
Time (Month)
2 3
3
2
24
28
32
Pasokan
36
setiap
tetapi
menurun,
meningkat konstan.
pemurnian
konstan.
2 3
2 3
2 3
4
3
2
4
2 3
4
2 3
4
2 3
4
2 3
4
3
2
0
0
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
pasokan
cenderung
dan
tahun
1 2
3
bekas
pelumas
meningkat
1
2 3
5M
1
1
4
10 M
2 3
proses
tetapi
proses
meningkat
meningkat
Simulasi
No
Sistem
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Dinamis
6
Sistem Produksi
Produksi
Produksi
Produksi
2M
2M
4M
1.5 M
1.5 M
3M
2 3
1M
2 3 2 3
1
2 3 2 3
1
2 3 2 3
2 3
3
2
2 3
3
2
23
2 3
0
8
12
16
20
Time (Month)
2 3 2 3
1
2 3 2 3
1
24
28
32
2 3
3
2
2 3
3
2
3
2
23
3
2
1
2 3 2 3
3
2
2 3 2 3
2 3 2 3
3
2
2 3 2 3
3
2
5M
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
pasokan
pelumas
Sistem Distribusi
2 3
2M
0
0
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
3
2
1
2 3 2 3
1
3
2
2 3 2 3
2 3 2 3
3
2
2 3 2 3
3
2
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
murni
dibandingkan
normal
dan
pasokan
normal
menurun.
konstan.
pelumas
murni
konstan.
produksi
pelumas
tetapi
produksi
murni
tetapi
daur
pelumas
Jumlah
meningkat
pasokan
Jumlah
2 3 2 3
1
1M
meningkat
kondisi
ulang setiap
1M
750,000
Pusat
3M
tahun
250,000
0
0
3
4 5
4 5
1
3
4
1
2
12
2
3
5
4
500,000
1
1
2
3
4 5
16
20
Time (Month)
4 5
24
1
2
3 4 5
28
250,000
1
2
3
4 5
32
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
0
0
3
4 5
4 5
1
3
4
1
2
12
5
4
4 5
1
3
4 5
24
dan
4.5 M
1
1
2
3 4 5
28
3
4 5
32
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
3M
1M
1
2
pasokan
3M
1
kondisi
2
3
16
20
Time (Month)
dibandingkan
4M
2M
1
2
meningkat
750,000
500,000
murni
cenderung meningkat.
cenderung menurun.
7
4M
1M
1
1
2 3
2 3 2 3
2M
36
2 3 2 3
500,000
1
1
3
2
1M
2 3
500,000
Produksi
6M
2 3
0
0
4 5
4 5
1
3
4 5
12
1
2
2
3 4 5
16
20
Time (Month)
1
1
1
1
2
2
2
3 4
3 4 5
3 4 5
3 4
5
5
24
28
32
2
3
0
0
36
1
2
1.5 M
1
2
3 4 5
4 5
2
3
4 5
4 5
12
4 5
4 5
16
20
Time (Month)
3
4 5
24
2
3
4 5
28
2
3
4 5
Pasokan
normal
dan
disebarkan
meningkat
ulang
sesuai
dengan
tingkat
kondisi
dibandingkan
dan
pelumas
32
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
normal
5
4
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
daur
meningkat
Simulasi
No
Sistem
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
setiap
tingkat
permintaan
cenderung menurun.
setiap
wilayah,
Dinamis
permintaan
dari
cenderung menurun.
dari
tetapi
setiap
wilayah,
permintaan
cenderung menurun.
tahunnya
tetapi
setiap
cenderung
meningkat.
Sistem Distribusi
4M
450,000
2M
300,000
1 3 1
3 1 3 1
3 1 3
150,000
1
3 1 3 1
3 1 3 1
0
0
12
16
20
Time (Month)
24
28
2
3 1 3 1
32
3 1 3 1
3 1 3
150,000
1
3 1
3 1 3 1
3 1 3 1 2
3 1 3 1
12
2
3
3M
2
2
2 3 1 2 1 2
3 1
1 2
2 3 1 2 1
2 3 1 2 1
3 1
3 1
3
3
3 2 3
3
2M
36
3
2
1
0
1 3 1
2
3 1 3 1 2
4M
450,000
300,000
600,000
2
Indonesia Barat
600,000
16
20
Time (Month)
24
28
2
3 1 3 1
32
2
3 1
36
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
1
3
12
1
3
16
20
Time (Month)
1
3
2
1
2 1
-4 M
2
2
1M
-2 M
24
28
32
36
Pasokan
Indonesia
ulang
berdasarkan pembagian ke
berdasarkan
dengan
setiap
wilayah
dengan
setiap
jumlah
yang
meningkat,
permintaaan
cenderung
permintaaan
pelayanan
menurun,
menurun,
kondisi
dan
normal,
tahunnya
dan
hasil
Barat
pelumas
Indonesia
Barat
pembagian
cenderung
tetapi
pelayanan
permintaaan
wilayah
ini
setiap
daur
tahunnya
Simulasi
No
Sistem
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
cenderung
tahun
Dinamis
sistem distribusi normal.
menurun,
dan
cenderung
normal
sistem
distribusi
meningkat
sehingga
sehingga
terjadi
backorder
yang
mengakibatkan
penundaan
terjadi
backorder
dalam
memenuhi
mengakibatkan
yang
penundaan
dalam
1 tahun pertama.
memenuhi
permintaan
Sistem Distribusi
200,000
150,000
450,000
500,000
1 3 1
3 1 3 1
3 1 3
300,000
50,000
2
1
3 1 3 1
1 3 1
3 1 3 1
3 1 3 1
0
0
12
16
20
Time (Month)
1
2
24
1
2
3
32
1
2
3 1 3 1
28
1
2
1
2
2
3
3 1 3 1
3 1 3
150,000
2
3 1
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
3 1 3 1
3 1 3 1 2
3 1 3 1
12
1
3
1
3
16
20
Time (Month)
24
28
2
3 1 3 1
32
3 1
2 2
3 1
2
1 2 1 2 1 1 2
2 2
2 2
3 3
3 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1
500,000
250,000
1
3
-1 M
36
750,000
-500,000
2
2
0
0
3
2
1
100,000
1M
2
Indonesia Tengah
600,000
12
16
20
Time (Month)
1
1
2
24
1
2
3
1
2
28
1
2
1
2
32
2
3
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
12
16
20
Time (Month)
1
2
24
1
2
3
28
1
2
1
2
32
1
2
3
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
Pasokan
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Tengah
Tengah
Tengah
pelumas
2
3
daur
berdasarkan pembagian ke
berdasarkan pembagian ke
berdasarkan pembagian ke
berdasarkan
setiap
setiap
wilayah
dengan
wilayah
dengan
pembagian
Simulasi
No
Sistem
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
jumlah
tetapi
cenderung
menurun,
permintaaan
ini
cenderung
tahun
Dinamis
menurun,
dan
dan
pelayanan
normal.
yang
meningkat,
wilayah
menurun,
dan
tahunnya
cenderung
normal
sistem
distribusi
meningkat
sehingga
sehingga
terjadi
backorder
yang
mengakibatkan
penundaan
terjadi
backorder
dalam
memenuhi
mengakibatkan
yang
penundaan
dalam
1 tahun pertama.
memenuhi
permintaan
Sistem Distribusi
Indonesia Timur
100,000
100,000
75,000
600,000
75,000
50,000
1 3 1
3 1 3 1
3 1 3
25,000
2
1
2
3 1 3 1
3 1 3 1
3 1 3 1
0
0
12
16
20
Time (Month)
24
28
2
3 1 3 1
32
1 3 1
3 1 3 1
3 1 3
25,000
2
3 1
36
600,000
300,000
50,000
2
1
2
3 1 3 1
3 1 3 1
12
16
20
Time (Month)
2
1
1
3
1
3
2 2
3 1
1 2 1 2 1 2 1 2
2 1 2 1
2
3 3
3 3 1 2 3 1
3
3 3 1
24
28
2
3 1 3 1
32
3 1
36
290,000
135,000
-300,000
445,000
0
4
3 1 3 1
1
3
-20,000
-600,000
0
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
12
16
20
Time (Month)
24
28
32
36
Pasokan
pelumas
daur
Simulasi
No
Sistem
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Dinamis
Indonesia
Timur
Indonesia
berdasarkan pembagian ke
berdasarkan pembagian ke
berdasarkan
setiap
setiap
wilayah
dengan
setiap
jumlah
yang
meningkat,
permintaaan
cenderung
menurun,
wilayah
dengan
menurun,
dan
tahunnya
dan
hasil
Timur
ulang
Indonesia
pembagian
cenderung
tetapi
pelayanan
permintaaan
ini
cenderung
tahun
wilayah
menurun,
dan
setiap
Timur
tahunnya
cenderung
normal
sistem
distribusi
meningkat
sehingga
sehingga
backorder
terjadi
yang
mengakibatkan
penundaan
terjadi
backorder
dalam
memenuhi
mengakibatkan
yang
penundaan
dalam
1 tahun pertama.
memenuhi
permintaan
Simulasi
No
Sistem
11
Sistem Distribusi
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Dinamis
Ekspor
Distribusi Ekspor
2
100,000
Distribusi Ekspor
100,000
75,000
Distribusi Ekspor
25,000
1
3
12
1 2
16
20
Time (Month)
1
2
1
2
1
2
2
3
1
2
2
1
28
1
2
24
1
2
3
32
1
2
3
2
3
2
1
25,000
2
1
1
3
1
3
1 2
3
3
12
16
20
Time (Month)
1
2
1
2
1
2
2
1
2
3
28
1
2
24
1
2
3
1
3
2 2
3 1
1 2 1 2 1 2 1 2
2 1 2 1
2
3 3
3 3 1 2 3 1
3
3 3 1
32
1
2
1
2
300,000
2
3
150,000
-300,000
2
1
12
16
20
Time (Month)
1
2
1
2
1
2
24
1
2
3
2
3
28
1
2
32
1
2
3
2
3
36
1
3
12
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
3
3
-600,000
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
450,000
0
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
1
3
50,000
300,000
50,000
Distribusi Ekspor
600,000
600,000
75,000
16
20
Time (Month)
1
2
1
2
1
2
24
1
2
3
28
1
2
32
1
2
1
2
2
3
Pasokan
Ekspor
Ekspor
Ekspor
berdasarkan
berdasarkan
berdasarkan
pembagian
ke
setiap
pembagian
dengan
setiap
meningkat,
yang
permintaaan
cenderung
permintaaan
pelayanan
menurun,
menurun,
dan
normal,
tahunnya
dan
hasil
setiap
daur
ke
pelumas
36
liter/bulan
liter/bulan
liter/bulan
tetapi
setiap
meningkat,
tetapi
tahunnya
hasil
cenderung
setiap
pelayanan
setiap
cenderung
pelayanan
tahun
menurun,
sistem
dan
distribusi
normal
pelayanan
sistem
distribusi
meningkat
yang
sehingga
terjadi
mengakibatkan
backorder
mengakibatkan
yang
Simulasi
No
Sistem
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Dinamis
1 tahun pertama.
penundaan
dalam
memenuhi
permintaan
Sistem
40 B
40 B
200 B
200 B
30 B
28.5 B
150 B
150 B
Keuntungan
20 B
2
1
17 B
100 B
1
10 B
3
1
1
3
0
0
2
1
2
3
12
2
1
3
2
3
2
1
24
1
28
1
2
1 2 1 2
3
16
20
Time (Month)
5.5 B
2
1
2
3
1
2
3
1
3
1 2 1 2
32
1
2
-6 B
36
rupiah/bulan
rupiah/bulan
rupiah/bulan
12
16
20
Time (Month)
1
2
24
1
1
2
50 B
2
1
3
1
100 B
32
1
2
1
2
28
1
2
3
3
1
36
rupiah/bulan
rupiah/bulan
rupiah/bulan
2
3
50 B
12
16
20
Time (Month)
1 2 1 2
1 2 1 2
1 2
3
3
3
3
3
3
24
1
28
1
2
3
1
2
2
2
2
2
3 1 3 1
1
1
1
3
3
3
2
3
32
1
2
2
3
1
2
3
3
1
3
1
3
1
3
1
3
1
3
1
3
1
0
0
36
12
16
20
Time (Month)
rupiah/bulan
rupiah/bulan
rupiah/bulan
24
1
28
1
2
3
32
1
2
1
2
36
rupiah/bulan
rupiah/bulan
rupiah/bulan
total
biaya,
sangat
biaya,
amat
sangat
amat
dipengaruhi
pasokan
barang,
bentuk
barang.
penjualan
ketidakseimbangan
yang
sehingga
lebih
tinggi
oleh
antara
terpengaruh
backorder
kondisi
siapnya
normal,
sehingga
akibat
oleh
kurang
pelayanan
Bentuk
bulan
terpengaruh
awal
kurfa
yang
oleh
Simulasi
No
Sistem
Kondisi Normal
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Dinamis
mendapatkan
selisih
keuntungan
semakin
pendistribusian
pelumas
siapnya
pelayanan
pendistribusian
tahunnya
pelumas
penjualan
daur
menurun.
cenderung
murni
bertambah
lebih
tinggi
pelumas
ulang,
tetapi
setelahnya
keuntungan
mendapatkan
pendistribusian
dikarenakan
selisih
pelayanan
susuai
dengan
bertambah.
tahunnya
menurun.
cenderung
penjualan
permintaaan
lebih
dibandingkan
tinggi
biaya
keuntungan
Subsistem
Subsistem
Kebijakan
1.
Pengumpulan
Pelumas Bekas
2.
Dampak
Membatasi
jumlah
1.
Aturan
tercipta
pembuangan
2.
AMDAL
Jumlah
perluasan
Industri
ramah
kendaraaan
angkutan
dimanfaatkan
bertambah
5.
Produsen
sulit
untuk
ramah lingkungan
menentukan
pelumas
dan
frekuensi
dari
pengumpulan
dibuat
rutin
Jumlah
6.
banyak
dan
frekuensi
jasa
para
asosiasi
pengumpul
jumlahnya
dengan
jumlah
bekas
yang
kembali.
Jumlah limbah pelumas
berpotensi meningkat
7.
Frekuensi
dan
7.
fasilitas
6.
3.
4.
Memperbaiki
pelumas
meningkat
semakin
bertambah
5.
Penyerapan
pemanfaatan
lingkungan
4.
limbah
kendaraan bermotor
limbah sesuai dengan
3.
Pembuangan
pengiriman
jumlah
pelumas
bekas bertambah.
8.
tambahan teknologi
menumpuk di gudang
asosiasi
pengumpul
No
Subsistem
Kebijakan
pengumpul
Dampak
pelumas
pelumas bekas
daur
ulang
frekuensi
dan
jumlah
Teknologi,
Kapasitas
penyimpanan
dan
armada
sarana
transportasi
pengangkutan ditambah
1.
Memperluas penanaman
1.
pelumas
ditingkatkan
kapasitas
pelumas
di
Jumlah
3.
pabrik
pasokan
dari
asosiasi
pengumpul
pelumas
bekas
Jumlah
bekas meningkat
5.
Jumlah
kapasitas
Jumlah
pabrik meningkat
6.
kapasitas
produksi ditingkatkan
6.
7.
kapasitas
pabrik ditingkatkan
Distribusi Pelumas
Daur Ulang KBLI
1.
Jumlah kapasitas
pelumas daur ulang di
pemurnian ditingkatkan
5.
Jumlah produksi
pemurnian pelumas
bertambah
4.
4.
Produksi Pelumas
KBLI 23205
Kapasitas penyimpanan
Jumlah
ditingkatkan
Pelumas Bekas
2.
bekas
3.
dari kapasitas
8.
Kualitas produk
pelumas
meningkat
daur
ulang
ditingkatkan
Meningkatkan promosi
pelumas daur ulang.
1.
Jumlah pasokan
meningkat
No
Subsistem
Kebijakan
2.
Dampak
2.
menggunakan pelumas
daur ulang.
3.
4.
23205
5.
6.
8.
1.
2.
3.
Total Biaya dan
4
Nilai Penjualan
4.
KBLI 23205
3.
Pabrik memenuhi
permintaan dari pasar,
karena permintaan
meningkat
meningkat
4.
Perusahaan melakukan
tinggi
Kapasitas penyimpanan
tetap
diprioritaskan untuk di
Tingkat permintaan
ulang
5.
wilayah yang
dikorbankan untuk
Menambah jumlah
dikurangi jumlah
distributor
1.
2.
Total penjualan
Jumlah pasokan
meningkat
pelumas tinggi
3.
Keuntungan meningkat
4.
tetap
meningkat
dinaikan
5.
disimpan meningkat
beda
7.
5.
6.
Jika kita melihat dalam faktor pasokan pelumas bekas maka hasil simulasi yang terbaik
adalah skenario 3 dan yang terburuk adalah pada kondisi normal.
2.
Jika kita melihat dari faktor produksi pelumas daur ulang KBLI 23205 maka hasil
simulasi terbaik adalah skenario 3 dan yang terburuk adalah skenario 1.
3.
Jika kita melihat pada faktor distribusi pasokan pelumas daur ulang KBLI 23205 maka
hasil terbaik adalah skenario 3 dan yang terburuk adalah skenario 2.
4.
Jika kita melihat pada faktor keuntungan pelumas daur ulang KBLI 23205 maka
skenario terbaik adalah skenario 3 dan yang terburuk adalah skenario 1.
Dari keempat skenario tersebut maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa skenario
terbaik adalah skenario 3 karena memiliki banyak keunggulan dari faktor-faktor yang ada,
sedangkan untuk terburuk adalah skenario 1 dimana memiliki banyak faktor kekurangan.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
Benita, Beamon., 1999, Designing The Green Supply Chain, Logistics Information
Management, Vol. 12 Iss, Ohio, Amerika Serikat
5.
6.
Bonev, Martin., 2012, Managing Reverse Logistics Using System Dynamics: A Generic
End-to-end Approach, Diplomica Verlag, Hamburg, Jerman.
7.
Carter, Craig., Elramm, Lisa., 1998, Reverse Logistics: A Review of the Literature and
Framework for Future Investigation, Journal of Business Logistics,Wiley-Blackwell
Publishers Limited, Northwestern University, Evanston, Amerika Serikat.
8.
9.
2012,
23. Rommert, Dekker., Moritz, Fleischmann., Karl, Inderfurth., dan Luk, Wassenhove.,
2004, Quantitative Models for Closed-Loop Supply Chains, Springer, New Mexico,
Amerika Serikat.
24. Saeed, Khalid., 1997, System Dynamics as a Technology of Learning for New Liberal
Education, FIE Conference Proceedings, Worchester Polythenic Institute, Worcester,
Amerika Serikat.
25. Sarkis, Joseph., 1998, Evaluating Environmentally Conscious Business Practices:
Theory And Methodology, European Journal Of Operational Research Vol.7, Clark
University, Worcester, Amerika Serikat.
26. Thierry, Martijn., Nunen, Jo., Wassenhove, Luke., 1995, Strategic Issues in Product
Recovery Management, California Management Review 37, California, Amerika
Serikat.
27. Ullah, Hassan., 2005, Structural Validation of System Dynamics and Agent Based
Simulation Models, Proceeding 19th , York University, Toronto, Kanada.