CONTOH SOAL
Arif, 53 tahun, korban perampokan dibawa oleh warga ke UGD. Ditemukan
beberapa luka bacok di lengan bawah kiri. Pasien tampak pucat dan
ketakutan. Dr.Noah membuat visum, melakukan perawatan luka, kemudian
pasien disarankan dirawat inap untuk observasi. Setelah seminggu pasien
bisa pulang untuk rawat jalan. Saat kontrol, pasien datang dengan polisi
yang membawa surat visum kembali. Jenis surat visum yang akan dr.Noah
buat saat ini adalah
a. VER psikiatrik
b. VER lanjutan
c. VER jenazah
d. VER sementara
e. VER definitive
VISUM ET REPERTUM
Definisi Visum et Repertum
Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik yang berwenang,
mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau
diduga bagian tubuh manusia berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah, untuk kepentingan
peradilan
Dasar Hukum
Pasal 133 KUHAP: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
dan atau ahli lainnya
PP No 27 tahun 1983: Penyidik polri berpangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua,
kepangkatan penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya adalah Sersan Dua
Jenis Visum et Repertum dan beberapa hal terkait yang harus kita ketahui:
VeR perlukaan
(termasuk
keracunan)
Deskripsi luka
VeR kejahatan
susila
Bukti
persetubuhan
Bukti kekerasan
Perkiraan umur
Penyakit jiwa
Kejahatan
sebagai produk
penyakit jiwa
Psikodinamik
kejahatan
Sebab dan
Mekanisme
kematian
Cara kematian
VeR psikiatrik
VeR jenazah
Identifikasi
Penyebab luka
Derajat luka
Pantas tidaknya
korban untuk
dikawin
Waktu perkiraan
kematian
keterangan
permohonan
(identitas
pemohon)
VeR
Bagian III
Bagian IV
Bagian V
PEMBERITAAN
KESIMPULAN
PENUTUP
- Pernyataan visum
telah dibuat sesuai
sumpah atau janji
sesuai jabatan
Berisi keterangan
Pro Justitia
mengenai
apa
Ditulis dibagian -keterangan dokter yang
ditemukan
atas visum
pada korban oleh
pembuat VeR
dokter
yang
-Identitas korban memeriksa
yang diperiksa
Dan peristiwa
OTOPSI FORENSIK
SEBAB
MEKANISME
CARA
1. Wajar
pencekikan, luka tusuk
luka tembak,
adenokarsinoma paru
Perdarahan, asfiksia
(mati lemas), refleks
vagal
Tanatologi
Bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut
KEMATIAN
Mati somatis (mati klinis)
Terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat,
system kardiovaskular dan sistem pernapasan yang menetap (irreversibble)
Mati serebral
Kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang
otak dan serebelum
Tanda Kematian
Tanda Kematian Tidak Pasti
Pernafasan berhenti, dinilai selama 10
menit
Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15
menit
Kulit pucat
Tonus otot menghilang dan terjadi relaksasi
primer
Cold stiffening
Heat stiffening
Terjadi
karena
koagulasi
protein
akibat suhu yang tinggi
Terjadi pada korban
yang mati terbakar
Jenazah yang terbakar
seluruhnya
akan
menunjukkan
posisi
seperti seorang petinju
(pugelistic
attitude/boxer housing)
PEMBUSUKAN (DEKOMPOSISI)
Terbentuk oleh dua proses: autolisis dan putrefaction
Autolisis pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril oleh kerja enzim
digestif yang dilepaskan sel pasca mati
Putrefaksi Clostridium welchii melakukan proses pembusukan dengan darah sebagai media
pertumbuhan dan menghasilkan gas-gas alkane, H2S, dan HCN,serta asam amino dan lemak
Pertama kali tampak pada perut kanan bawah berwarna hijau kekuningan oleh karena
terbentuknya sulf-met-hemoglobin
Lalat menempatkan telur pada mayat 8-24 jam menetas menjadi belatung 4-5 hari
menjadi pupa 4-5 hari kemudian menjadi lalat dewasa
Adiposera
Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak berbau
tengik akibat hidrolisis lemak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati
Faktor-factor yang mempermudah pembentukan adalah kelembaban tinggi, suhu
hangat, dan lemak tubuh yang cukup
Faktor-factor yang menghambat pembentukan adalah kelembaban rendah, suhu
dingin, dan adanya air yang mengalir
Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
Jaringan menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk
Terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik, tubuh yang dehidrasi,
dan waktu yang lama
TRAUMATOLOGI
MEKANIK
Tajam
tumpul
Senjata api
LUKA
FISIK
Arus listrik
Petir
Suhu
KIMIAWI
Asam
Basa
Luka Memar
Perdarahan di daerah jaringan lunak bawah kulit
akibat ruptur pembuluh darah baik kapiler maupun
vena.
Umur luka memar berdasarkan perubahan warna:
Awal muncul: merah lalu ungu
4-5 hari: hijau
7-10 hari:kuning
14-15 hari:menghilang
Luka Memar
Lokasi
Pembengkakan
Tak terdapat
Sering ada
Bila ditekan
Biasanya hilang
(tergantung waktu)
Tidak hilang
Bila diinsisi/diiris
LUKA ROBEK
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma
benda tumpul yang menyebabkan kulit teregang ke satu
arah dan batas elastisitas kulit terlampaui.
Ciri : tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata,
tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka,
bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka
lecet atau luka memar di sisi luka.
CIRI-CIRI
Tepi rata, sudut luka tajam, tidak ada jembatan jaringan, sekitar luka bersih tidak ada memar
KLASIFIKASI
Luka tusuk
Luka iris
Luka bacok
LUKA TUSUK
Arah biasanya tegak lurus
Luka terbuka dengan DALAM LUKA LEBIH BESAR DARI PANJANG LUKA
LUKA IRIS
Arah kurang lebih sejajar dengan permukaan tubuh
PANJANG LUKA BIASANYA LEBIH BESAR DARI DALAMNYA
Tidak dijumpai jembatan jaringan
LUKA BACOK
Semacam luka iris yang terjadi akibat benda tajam yang lebih besar dengan
pengerahan tenaga yang lebih besar pula
Derajat Perlukaan
Luka Ringan
Tidak menimbulkan
penyakit atau halangan
untuk menjalankan
jabatan atau pekerjaan
(KUHP 352)
Umumnya tanpa luka,
atau dengan luka lecet
atau memar kecil di
lokasi yang tidak
berbahaya/tidak
menurunkan fungsi alat
tubuh
Luka Sedang
Di antara luka ringan
dan luka berat
Dapat merupakan
hasil dari tindak
penganiayaan (KUHP
pasal 351 (1) atau 353
(3))
Luka Berat
Jatuh sakit atau mendapat
luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama
sekali atau menimbulkan
bahaya maut (KUHP 90)
Tidak mampu terus menerus
untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan
Kehilangan salah satu panca
indra
Cacat berat
Sakit lumpuh
Terganggu daya pikir selama
empat minggu lebih
Gugur atau matinya
kandungan seorang
perempuan
Luka Tembak
Components attending the bullet at the
time of firing
Definition
Gunshot wound is a wound caused by a
bullet with or without any other components
coming out of the gun barrel at the time of
firing
Smoke
Gunpowder particles
Flame
BULLET
FLAME
BARREL
Bullet Hole
Abrasion Zone
Bullet Hole
Abrasion Zone
A Bullet Hits the Target Obliquely (Oval-shaped)
Bullet Direction
Bullet Hole
Abrasion Zone
FAT ZONE
Because the inside of the
barrel of a well-maintained
gun is always greased, it cause
the outside of the bullet
become greasy after passing it
This greasy bullet gives a
blackish dirty abrasion zone
called fat zone
Bullet Hole
Blackish-dirty
Abrasion Zone
(Fat Zone)
Wound Shape
A bullet perpendicularly hitting a
body part having low density, such
as the stomach, will cause a
round-shape bullet wound
When it hits part of the body with
higher density, the head, for
instance, part of its kinetic energy
and the hot gas will be flung back
causing irregular laceration on the
soft tissue surrounding the bullet
hole creating stellar-shape wound
Bullet Hole
Abrasion Zone
A Bullet Hits the Head Perpendicularly
Bullet Hole
Laceration
Exit Wound
Laceration Like
No Abrasion Zone
Gunpowder Particles
Effect (Kelim Tatto)
Gun powder particles effect
black spots surrounding the
gunshot wound
Those gunpowder particles had
gone so deep into the flesh that
to remove them by rubbing the
skin surface was ineffective
Gunpowder particles can reach
the target at a range of 60 cm
Bullet Hole
Gunpowder
Particles
Abrasion Zone
Bullet Hole
Soot
Gunpowder
Particles
Abrasion Zone
Bullet Hole
Soot
Gunpowder
Particles
Abrasion Zone
Burn
Hard Contact
Luka tembak tempel
yang erat
Jejas
laras
jelas
mengelilingi
lubang
luka
Tidak akan dijumpai
kelim jelaga atau kelim
tattoo
Soft Contact
Luka tembak tempel
sebagian
Jejas laras tampak
sebagai garis lengkung
Terdapat kelim jelaga
dan kelim tattoo
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 15 cm (LUKA TEMBAK JARAK
SANGAT DEKAT)
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 30 cm. (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)
Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak maksimal 60 cm (LUKA TEMBAK
JARAK DEKAT)
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: berdasarkan sifat
lukanya luka tembak tersebut merupakan LUKA TEMBAK JARAK JAUH, ini mengandung arti:
1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak
tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban
dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Trauma Listrik
The essential factor in causing harm is the current (i.e. an electron flow) which is measured in
milliamperes (mA). This in turn is determined by the resistance of the tissues in ohms and the
voltage of the power supply in volts (V).
Usually, the entry point is a hand that touches an electrical appliance or live conductor, and the
exit is to earth (or ground), often via the other hand or the feet. In either case, the current will
cross the thorax, which is the most dangerous area for a shock because of the risks of cardiac arrest
or respiratory paralysis.
Internal and External Findings
30 mA
10 mA
Pain and muscle
twitching of the
hand
Hold-on effect,
the muscles will go
into spasm, which
cannot be
voluntarily released
because the flexor
muscles are
stronger than the
extensors
50 mA
Fatal ventricular
fibrillation is likely
to occur
Asfiksia
Definisi
Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan
oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea)
Etiologi
Penyebab alamiah penyakit yang menyumbat saluran napas seperti laryngitis difteri atau
menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru
Trauma mekanik trauma yang mengakibatkan asfiksia mekanik melalui sumbatan atau halangan pada
saluran napas
Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan
Hipoksik-hipoksia
Dimana oksigen gagal
untuk masuk ke
dalam sirkulasi darah
Anemik-hipoksia
Darah yang tersedia
tidak dpt membawa
oksigen yang cukup
untuk metabolisme
dalam jaringan
Stagnan-hipoksia
Di mana oleh karena
sesuatu terjadi
kegagalan sirkulasi
Histotoksik-hipoksia
Dimana oksigen yang
terdapat didalam darah,
oleh karena sesuatu hal,
tdk dapat dipergunakan
oleh jaringan
Fase Asfiksia
1.
2.
3.
4.
Fase dispnea
Fase Konvulsi
Fase Apnea
Fase akhir
Fase konvulsi
Fase apneu
Berlansung kira-kira
2 menit.
Awalnya berupa
kejang klonik lalu
kejang tonik
kemudian
opistotonik.
Kesadaran mulai
hilang, pupil dilatasi,
denyut jantung
lambat, dan tekanan
darah turun.
Berlangsung kira-kira
1 menit.
Depresi pusat
pernapasan (napas
lemah), kesadaran
menurun sampai
hilang dan relaksasi
spingter.
Pemeriksaan Jenazah
Pemeriksaan Luar
Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku
Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap
dan terbentuk lebih cepat distribusi lebam
lebih luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan
aktivitas fibrinolisin sehingga sulit membeku dan
mudah mengalir
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut
oleh karena peningkatan frekuensi dan
amplitude pernapasan dan sekresi lendir pada
fase dyspnea
Pembendungan pada mata berupa pelebaran
pembuluh darah konjungtiva bulbi & palpebral
terjadi pada fase konvulsi
Muncul Tardieus spot hipoksia dapat
merusak endotel kapiler pada jaringan ikat
longgar sehingga dapat pecah dan timbul bintikbintik perdarahan pada konjungtiva bulbi,
palpebral, wajah
Pemeriksaan Dalam
Darah berwarna lebih gelap dan
lebih encer
Busa halus di saluran pernapasan
Pembendungan sirkulasi sehingga
organ menjadi lebih berat, lebih gelap,
dan bila diiris mengeluarkan banyak
darah
Petekie pada mukosa-mukosa organ
dalam
Edema paru
Asfiksia
Pembekapan
(Smothering)
Penyumbatan
Pencekikan
(Gagging dan
(Manual
Choking)
Strangulation)
Penjeratan
(Strangaulation)
Gantung
Tenggelam
(Hanging)
(Drowning)
Pembekapan (Smothering)
Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru
Bunuh diri (suicidal smothering) misal pada penderita penyakit jiwa menggunakan bantal untuk
menutupi hidung dan mulut
Pembunuhan (homicidal smothering) misal pada kasus pembunuhan anak sendiri
Kecelakaan (accidental smothering) missal pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya
Pemeriksaan luar luka lecet tekan atau geser pada hidung, bibir, dagu, permukaan gusi dan gigi
Penjeratan (Strangulation)
Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat dan sebagainya melingkari atau
mengikat leher hingga saluran pernapasan tertutup
Bunuh diri (self strangulation) pengikatan oleh korban sendiri dengan simpul hidup dengan
jumlah lilitan lebih dari satu
Pembunuhan pengikatan biasanya dengan simpul mati
Kecelakaan misalnya pekerja yang bekerja dengan tali kemudian terjatuh dan terlilit
Pemeriksaan luar
Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas jerat pada kasus gantung
Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparent scotch tape, kemudian dilihat di bawah
mikroskop
Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat
Gantung (Hanging)
Kasus gantung hamper sama dengan kasus penjeratan, namun asal tenaga jerat
berasal dari tubuh korban sendiri
Berdasarkan posisi korban
- Complete hanging kedua kaki tidak menyentuh lantai
- Partial hanging kedua kaki masih menyentuh lantai
Berdasarkan posisi titik gantung
- Typical hanging titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada
arteri karotis paling besar
Atypical hanging titik gantung terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi
sangat miring (fleksi lateral)
Asfiksia seksual (Auto-erotic hanging)
Deviasi seksual yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk mendapatkan
kepuasan terlambat mengendurkan tali atau melepaskan diri setelah kehilangan
kesadaran
Drowning
Definisi
Klasifikasi
Immersion seluruh tubuh masuk
ke dalam air
Submersion sebagian tubuh
(kepala) masuk ke dalam air
Water enters
respiratory
passage
Deep
inspiration
Cough reflex
Asfiksia (Wet
Drowning)
Mekanisme
Kematian
Spasme Laring
(Dry Drowning)
Refleks Vagal (Dry
Drowning)
External Findings
A washerwoman appearance in
the hands and soles (Look white
and wrinkled)
Goose flesh (cutis anserina)
Mushroom like appearance in
the nostrils, mouth, and airways
(white foam or hemorrhagic fluid)
Cadaveric spasm
Internal Findings
A white or hemorrhagic foam is
found in the trachea and bronchi
Water may be found in the
stomach.
There could be dilatation of the
right ventricle
Pulmonary edema
Brain swelling
Congestion
Pembuktian
Hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman kepada seorang terdakwa kecuali dengan sekurangkurangnya 2 alat bukti yang sah ia yakin bahwa tindak pidana tersebut telah terjadi (pasal 183 KUHP)
Tanda Persetubuhan
Tanda Penetrasi
Robekan selaput dara pada
lokasi pukul 5 sampai 7
Luka lecet, memar, luka
robek di daerah kemaluan
Adanya penyakit menular
seksual
Tanda Ejakulasi
Pemeriksaan sperma dan
komponen cairan mani dengan
tes fosfatase asam
Pemeriksaan sperma
mikroskopik dengan pewarnaan
malachite green
Pemeriksaan sampel bercak
pakaian dengan tes Baechi
Pemeriksaan komponen sekret
kelenjar prostat, yaitu spermin
(uji Florence), cholin (uj), zink (uji
PAN)
Tanda Kekerasan
Luka lecet bekas kuku, gigitan
(bitemark), serta luka memar
pada tubuh
Pemeriksaan toksikologi obat
atau racun yang dapat
membuat pingsan
Abortus
Pengguguran kandungan menurut hukum
Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu
kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya
Tidak dipersoalkan apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi
hidup atau mati
Yang dianggap penting adalah kandungan masih hidup sewaktu pengguguran
dilakukan
Abortus
Abortus
spontan
Abortus
Provokatus
Indikasi ibu
Terapeutik
Indikasi anak
Kriminalis
Infanticide
Definisi
Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada saat dilahirkan atau tidak berapa
lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak
Faktor Penting
Ibu Hanya ibu kandung sendiri yang dapat dihukum, apabila orang lain turut membantu maka
orang lain tersebut diancam sebagai tindak pembunuhan biasa
Waktu Tidak disebutkan batasan waktu, hanya dinyatakan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
Psikis Terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahu orang telah melahirkan anak
Tugas Dokter
Apakah bayi tersebut dilahirkan mati
atau hidup?
Berapakah umur bayi tersebut?
Apakah bayi tersebut sudah dirawat?
Apakah sebab kematiannya?
Lahir Mati
Lahir Hidup
Viable
Cukup Bulan
Umur kehamilan
>28 minggu
>36 minggu
Panjang kepala-tumit
>35 cm
>48 cm
>30-33 cm
Berat badan
>1000 gram
>2500-3000 gram
Lingkar kepala
>32 cm
33 cm
(-)
(+/-)
Tanda Perawatan
Ada tidaknya tanda-tanda perawatan:
BIOETIK MEDIKOLEGAL
Informed
Consent
Threshold
Element
Information
Element
Consent
Element
keputusan medis
Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah
dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah
pengampuan
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan
understanding (pemahaman)
Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa
konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure)
sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang
adekuat
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan,
kebebasan) dan authorization (persetujuan)
Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun
paksaan.
Pasien juga harus bebas dari tekanan yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah-olah akan dibiarkan apabila tidak menyetujui tawarannya
Bioetika
Bioetika atau Biomedical Ethics
merupakan cabang dari etika normatif
merupakan etik yang berhubungan dengan praktek
kedokteran dan atau penelitian dibidang biomedis
KDB:
1.
2.
3.
4.
Etika Klinis
(Jonsen, siegler & winslade, 2002)
1. Medical Indication
( terkait prosedur diagnostik dan terapi yang sesuai dari sisi etik kaidah yang
digunakan adalah beneficence dan nonmaleficence )
2. Patient Preferrence
(terkait nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang akan
diterimanya cerminan kaidah otonomi)
3. Quality of Life
(aktualisasi salah satu tujuan kedokteran :memperbaiki, menjaga atau meningkatkan
kualitas hidup insani terkait dengan beneficence, nonmaleficence & otonomi)
4. Contextual Features
(menyangkut aspek non medis yang mempengaruhi pembuatan keputusan, spt
faktor keluarga, ekonomi, budaya kaidah terkait justice )
2004)
G eneral benefit
result, most of
people,
Time
Elective, educated,
bread-w inner, mature
person
Beneficence
Autonomy
Non
maleficence
Justi ce
Vulnerables,
emergency, life
saving, minor
beneficence
ketika kondisi pasien merupakan kondisi yang wajar dan berlaku
pada banyak pasien lainnya, sehingga dokter akan melakukan yang
terbaik untuk kepentingan pasien
dokter telah melakukan kalkulasi dimana kebaikan yang akan
dialami pasiennya akan lebih banyak dibandingkan dengan
kerugiannya.
non maleficence
Dalam konteks, prinsip prima-facienya adalah ketika pasien
(berubah menjadi atau dalam keadaan) gawat darurat dimana
diperlukan suatu intervensi medik dalam rangka penyelamatan
nyawanya.
Atau konteks ketika menghadapi pasien yang rentan, mudah
dimarjinalisasikan dan berasal dari kelompok anak-anak atau
orang uzur ataupun juga kelompok perempuan (dalam konteks
isu jender).
autonomy
Dalam konteks autonomy, prima facie disini muncul (berubah
menjadi atau dalam keadaan) pada sosok pasien yang
berpendidikan, pencari nafkah, dewasa dan berkepribadian
matang.
justice
Prima facienya pada (berubah menjadi atau dalam keadaan)
konteks membahas hak orang lain selain diri pasien itu sendiri.
Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama atau setara
dalam mengalami gangguan kesehatan di luar diri pasien, serta
membahas hak-hak sosial masyarakat atau komunitas sekitar
pasien.
Lampiran
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
YL-BLOK 1- 2010
autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
YL-BLOK 1- 2010
Kegagalan Medis/Hasil
Buruk/Adverse Event
Kegagalan
medis/hasil yang
buruk dapat
disebabkan oleh
empat hal, yaitu:
Medical
Error
Medical
Error
Adverse
Event
Potential
Adverse
Events
Near Miss
Malfeasance
Misfeasance
Nonfeasance
Latent Error
Active Error
Klasifikasi Malpraktik
Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari
sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice
Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical
malpractice akan tetapi semua bentuk Juridical malpractice pasti
merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).
Malpractice
Ethical
Malpractice
Juridical
Malpractice
Kelalaian atau
kesengajaan yang
menyebabkan
kerugian selain
kematian atau
luka berat.
3. Administrative malpractice
Dokter dikatakan telah melakukan administrative malpractice
manakala tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum
administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power,
pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan
di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga
perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin
Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila
aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan
dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi
Duty (Kewajiban)
Dalam hubungan perjanjian tenaga dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berdasarkan
Adanya indikasi medis
Bertindak secara hati-hati dan teliti
Bekerja sesuai standar profesi
Sudah ada informed consent
Disiplin
Aturan Penerapan
Keilmuan
Kedokteran
Etika
Hukum
Aturan Penerapan Aturan Hukum
Etika Kedokteran Kedokteran
(KODEKI)
Praktik Kedokteran
Rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh dokter dan dokter gigi
terhadap pasien dalam
melaksanakan upaya kesehatan
Ijazah
Sertifikat
Kompetensi
Surat Tanda
Registrasi
(STR)
Praktik kedokteran
dokter wajib
berpedoman pada 3
nilai, yaitu:
Etika
Disiplin
Surat Izin
Praktik (SIP)
Hukum
ETIK vs HUKUM
Hukum mengatur perilaku manusia dalam kaitannya dengan
ketertiban hubungan antar manusia, dengan aturan yang
tertentu dan baku.
Etik mengatur manusia dalam membuat keputusan dan dalam
berperilaku (profesi), dengan menggunakan dialog antar
beberapa kaidah moral, dengan hasil yang tidak selalu
seragam.
ETIKA DOK
1. NORMA MORAL
- MASALAH MORAL
2. PELANGGARAN:
DILEMA NORMA
INTERNAL
(BAIK - BURUK)
3. DAMPAK
- KUALITAS MORAL
- KEHORMATAN
PROFESI
4. LINGKUP
- PERILAKU ETIK
DISIPLIN DOK
1. NORMA DISIPLIN
~ STD PROFESI
(KOMPETENSI,
YAN, PRLKU)
2. PELANGGARAN
LANGGAR STANDAR
PROFESI
(BENAR - SALAH)
3. KUALITAS PROFESI
(LAYANAN, PERILAKU)
- KEHORMATAN PROFESI
4. KOMPETENSI
YANMEDIK
PERILAKU PROF
HUKUM DOK
1. NORMA HUKUM
2. PELANGGARAN
NORMA HUKUM
(BENAR SALAH)
3. PENYELESAIAN
KONFLIK/
KEDAMAIAN
4. PERATURAN HK TTG YAN
KEDOKTERAN
ETIKA DOK
DISIPLIN DOK
HUKUM DOK
5. BENTUK: KODE
ETIK PROFESI
6. DISUSUN: ORG.
PROFESI
7. SANKSI
- MORAL/HT NURANI
- NASEHAT/
TEGURAN
- PENGUCILAN
5. ATURAN DISIPLIN
KEDOKTERAN
6. KOMPILASI OLEH KKI
8. YANG MEMERIKSA
- MKEK
- MKEKG
- ANGG PROFESI
8. MKDKI:
- DOKTER
- DOKTER GIGI
- SARJANA HUKUM
7. SANKSI
~ TEGURAN RE-EDUKASI
~ CABUT STR /SIP
Kewajiban
Umum
Kewajiban
Dokter
terhadap Diri
Sendiri
Diatur dalam
Kode Etik
Kedokteran
Indonesia
(KODEKI)
Kewajiban
Dokter
terhadap
Teman
Sejawat
Kewajiban
Dokter
terhadap
Pasien
Kewajiban Umum
Pelanggaran
Etik Dokter
Persidangan
MKEK
Putusan
MKEK
Eksekusi
MKEK
Pelanggaran
Etik Dokter
Persidangan
MKEK
Putusan
MKEK
Eksekusi
MKEK
Pelanggaran
Etik Dokter
Persidangan
MKEK
Putusan
MKEK
Eksekusi
MKEK
Pelanggaran
Etik Dokter
Persidangan
MKEK
Putusan
MKEK
Eksekusi
MKEK
2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki kompetensi sesuai
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan
kewenangan yang sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental
sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak
melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan
pembenar atau pemaaf yang sah, sehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada
pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau
wali atau pengampunya.
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai
dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri
dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan
atau teknologi yang belum diterima atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai subjek
penelitian, tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yg diakui pemerintah.
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan
dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang
layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
atau etika profesi
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang
diketahuinya secara benar dan patut
19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau
eksekusi hukuman mati.
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap
pasien, di tempat praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan
resep obat/alat kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP)
dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI
untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin
Tugas MKDKI
Pengaduan
Pemeriksaan
Keputusan
Pengaduan
Pemeriksaan
Keputusan
Pengaduan
Pemeriksaan
Keputusan
Pengaduan
Pemeriksaan
Keputusan
Tugas KKI
Wewenang KKI
Divisi KKI
Euthanasia
Definisi
Secara harafiah Mati secara baik
dan mudah
Secara medis Membantu pasien
untuk mati cepat, untuk
membebaskan dari penderitaan
akibat penyakitnya
Lex Spesialis/khusus
Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Klasifikasi Euthanasia
Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan
Euthanasia Pasif
Mempercepat kematian dengan cara menolak memberikan atau mengambil tindakan
pertolongan, dan menghentikan pertolongan yang sedang berlangsung
Contoh: Tidak memberikan antibiotic pada pasien dengan pneumonia berat
Euthanasia Aktif
Secara aktif memberikan tindakan yang baik secara langsung atau tidak langsung apat
mengakibatkan kematian
Contoh: Memberikan tablet sianida pada pasien, menyuntikkan zat-zat yang dapat mematikan
tubuh
Physician-assisted suicide
Suicide committed with the aid of physician at the request and with
the consent of the patient, since he or she self-administers the
means of death