Anda di halaman 1dari 19

BAB VII

PEMBAHASAN
A. Profil Rumah Sakit
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah merupakan Rumah Sakit
Jiwa yang berada diujung tombak untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
terus menerus menigkatkan dan mengembangkan kapasitasnya untuk memenuhi harapan
masyarakat. RSJD Dr. Amino Gondohutomo milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,
yang terletak di Semarang Bagian Timur dengan Kapasitas 366 tempat tidur. Luas
tanah 60.000m2 ,terdiri dari 1 gedung administrasi, 1 gedung auditorium, 4 gedung
pelayanan, 13 gedung perawatan, 1 gedung rehabilitasi, 1 gedung diklat, 3 gedung
penunjang, 1 gedung asrama, 1 rumah dinas, 2 Mess, 3 lapangan tenis, dan 1 kamar
jenazah . Melalui pendekatan mutu, RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah selalu berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanannya di
seluruh jajaran Rumah Sakit (Hospital Wide Quality Improvement).
RSJD Dr. Amino Gondohutomo mengalami perkembangan yang demikian pesat
hingga pada tanggal 1 Januari 2002 Rumah sakit jiwa pusat Dr. Amino Gondohutomo
Semarang berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah sesuai dengan SK Gubernur No. 440/09/2002.
B. Supervisi Klinis Keperawatan Kepala Ruang
1. Pelaksanaan Supervisi Klinis Keperawatan di Ruang Arimbi dan Larasati RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Provisnsi Jawa Tengah
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (pengarahan) dalam fungsi
manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah
diprogramkan dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung
memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/ permasalahan
dalam pelaksanaan tugasnya. Pengawasan menurut American Nurse Association
(ANA) dalam (McEachen, & Keogh, 2007) adalah proses pengarahan, memandu, dan
mempengaruhi capaian kinerja individu dari suatu tugas atau aktivitas. Tanpa
melakukan supervisi maka akan sulit untuk menjaga dan mempertahankan mutu
asuhan keperawatan, karena masalah-masalah yang terjadi di ruangan tidak dapat
diketahui hanya melalui informasi yang diberikan perawat pelaksana.

Supervisi klinis keperawatan adalah suatu proses profesional mendukung dan


belajar di mana perawat dibantu dalam mengembangkan praktik mereka melalui suatu
diskusi berkala dengan rekan sekerja yang banyak mengetahui dan berpengalaman
(Fowler 1996). Pemahaman supervisi juga disampaikan Swansburg & Swansburg,
(1999) dimana Supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan untuk penyelesaian tugas-tugasnya. Tujuan supervisi adalah memberikan
bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut memiliki
bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang
baik, sedangkan, tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan praktik keperawatan
oleh karena itu perlu untuk dipusatkan pada interaksi pasien-perawat (van Ooijen,
2000).
Supervisi diarahkan pada kegiatan, mengorientasikan staf dan pelaksana
keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk
menimbulkan kesadaran dan pengertian akan peran dan fungsinya sebagai staf dan
difokuskan pada pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksanaan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan (Gillies, 1994). Jadi agar seorang manajer
keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi secara benar, harus mengetahui
dasar dan prinsip-prinsip supervisi seperti hubungan profesional, perencanaan yang
matang , bersifat edukatif, memberikan rasa aman, dan membentuk suasana kerja
yang demokratis.
Supervisi perlu dilakukan secara terprogram, terjadual, dan bukan untuk
mencari kesalahan atau penyimpangan. Supervisi juga dilakukan terutama
memberikan bimbingan dan arahan untuk meningkatkan pemahaman perawat
pelaksana dalam menjalankan tugas dan tangung jawabnya memberikan pelayanan.).
Proses

pengarahan

dan

bimbingan

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan

metodecoaching. Coaching merupakan suatu proses yang penting dalam melakukan


supervisi klinik, dimana proses ini membantu supervisor untuk mengimplementasikan
hasil evidence base practice dalam praktik klinik keperawatan. Sejalan dengan hasil
penelitian Skiffington dan Zeus (2008) bahwa terdapat beberapa pogram
pengembangan yang dapat digunakan dalam proses perubahan perilaku, diantaranya
training, coaching, mentoring, konsultasi dan terapi. Hasil penelitian menjelaskan
bahwa coaching memberikan dampak yang tinggi dalam pengembangan perubahan
perilaku. Coaching menjadi alternatif intervensi dalam proses pengarahan dan
bimbingan dalam praktik keperawatan. Proses evaluasi dalam supervisi klinis

dilakukan secara continue dan berkesinambungan oleh karena itu perlu adanya metode
evaluasi berkaladancontinue pulaagar tercapai kualitas pelayanan sesuai dengan visi
dan misi rumah sakit.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa praktik aplikasi saat
implementasi kegiatan supervisi klinis kepala ruang di Ruang Srikandi RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah didapatkan bahwa kepala ruang
melakukan kegiatan tersebut dengan baik sesuai SPO dan melakukan langkah-langkah
coaching saat supervisi dengan baik. Namun ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan
yaitu saat :
a. Pengkajian
Kepala ruang diharapkan dapat membuat jadwal supervisi klinis keperawatan
secara terjadwal dan continue serta jadwal supervisi klinik keperawatan yang akan
dilaksanakan harus sudah diketahui oleh semua staf perawat. Kepala ruang
diharapkan memiliki kesiapan terhadap materi yang akan disupervisi, dan memiliki
gambaran terhadap bentuk dan cara melakukan supervisi.
b. Persiapan
Sebelum melakukan supervisi pada area kegiatan yang telah terjadwal,
kepala ruang diharapkan sudah mengorientasikan materi supervisi klinis
keperawatan kepada staf perawat yang akan disupervisi, kepala ruang diharapkan
juga untuk memiliki gambaran terhadap kinerja, analisa permasalahan dan
identifikasi gaya kepribadian staf perawat yang akan disupervisi sehingga hal ini
akan mempermudah kepala ruang dalam melakukan pengarahan, bimbingan dan
evaluasi kepada staf perawat yang disupervisi.
b. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan pengarahan dan bimbingan dengan metode coaching,
diharapkan kepala ruang memiliki kemampuan dalam mengungkapkan pertanyaan
pertanyaan yang mengarahkan kesadaran, dimana dengan itu staf perawat akan
mendapatkan manfaat lebih banyak, disebabkan karena apapun yang dilakukan
kepala ruang terpusat pada upaya untuk mendapatkan kesadaran baru dan
wawasan, mengidentifikasi tujuan dan mengambil tindakan yang menantang.
c. Evaluasi
Saat melakukan evaluasi diharapkan kepala ruang mampu melakukan
penilaian supervisi, memberikan feedback dan klarifikasi serta reinforcement
terhadap pencapaian kemajuan staf perawat dan follow up perbaikan. Pada tahap

ini kepala ruang secara aktif meminta umpan balik dari staf perawat mengenai sesi
coaching (apa hambatan dan bagaimana pengalaman sesi coaching serta hal-hal
yang ingin diubah dalam sesi coaching berikutnya). Tahap ini juga diperlukan
untuk membuat ketentuan bagaimana hasil tindakan coachee akan dikaji pada sesi
coaching berikutnya.
Dari hasil observasi didapatkan pula bahwa kepala ruang telah memiliki
kemampuan untuk menjadi seorang Coach yang efektif , dimana kepala ruang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Dipercaya dan dihargai
2) Perilaku mereka dapat dijadikan contoh
3) Mempunyai pengalaman yang relevan dengan berbagai nilai tambah
4) Mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik
5) Memberi dukungan dan semangat
6) Menyediakan waktu untuk mendengarkan
7) Mempersilahakan setiap orang untuk menjadi dirinya sendiri
8) Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
9) Fokus pada tujuan akhir
10) Bertanggungjawab terhadap hasil yang diperoleh.
Hasil dari penelitian Etlidawati, 2012 menunjukan hasil terdapatnya
hubungan bermakna strategi supervisi kepala ruang dengan motivasi perawat
pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan ,yaitu dilihat struktur,
keterampilan, dukungan dan keberlanjutan, Sedangkan hasil analisis multivariat
faktor yang paling dominan adalah keberlanjutan supervisi setelah di kontrol
dengan keterampilan, struktur dan dukungan.
Hasil penelitian Leli Siswana, 2010, Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara peran supervisi kepala ruangan terhadap kinerja ruangan
dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi.
Supervisi dan bimbingan dalam keseharian akan meningkatkan kemampuan
masing-masing perawat dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan.
Supervisi kepala ruangan yang baik meningkatkan peluang pendokumentasian
asuhan keperawatan 3 kali lebih baik, sehingga semakin baik supervise kepala
ruang semakin baik pula pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat
pelaksana (Nindyanto, 2013). Terdapat hubungan antara supervisi kepala ruang
dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah

Ambarawa (Wirawan, 2013). Variabel yang paling mempengaruhi kelengkapan


pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan adalah supervisi kepala ruangan
(Dewi, 2007
2. Efektifitas Implementasi Supervisi Klinis Keperawatan Kepala Ruang di Ruang
Arimbi dan Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provisnsi Jawa Tengah.
Supervisi klinis merupakan sebuah proses profesional yang dilakukan oleh
supervisor melalui proses pengarahan, pembimbingan dan evaluasi kepada supervisee
(peserta supervisi) secara continue untuk meningkatkan kemampuan supervisee dalam
melaksanakan pekerjaanya guna mencapai kualitas pelayanan yang profesional dan
perlindungan keselamatan pasien (DepKes 2000, ANA 2005, Bernard & Good Year
2004). Supervisi perlu dilakukan secara terprogram, terjadual, dan perhatian
supervisor bukan hanya pada pelaksanaan praktik keperawatan tetapi juga pada sikap
dan tanggung jawab perawat pelaksana dalam praktik profesional.
Tabel. 7.1. Proses Manajemen Keperawatan Supervisi Klinis Keperawatan
-

Struktur/Input
Deskripsi pekerjaan
Standar Klinis
Indikator Kinerja
Pendidikan
berkelanjutan
Ketrampilan manajerial
klinis
-

Proses
Kepemimpinan
&
support
kualitas
Asuahan Kep./Keb.
Monitoring
IKK
feedbackkan hasil dan
coaching
untuk
mencapai
standar
kinerja
yang
dibutuhkan
Refleksi
Diskusi
Kasus

Hasil/Output
Staf termotivasi
Standarisasi
Kepuasan Pasien
Kepuasan Staf
Peningkatkan outcome
kesehatan

Supervisi klinis keperawatan kepala ruang di ruang Srikandi dan Larasati sudah
dilakukan sesuai SOP dan hasil penilaian supervisi klinis keperawatan yang dilakukan
oleh mahasiswa praktik Aplikasi sebagai observer pada kegiatan tersebut didapatkan
hasil bahwa proses pelaksanaan Supervisi klinis keperawatan kepala ruang
menunjukan pemahaman terhadap konsep dan definisi operasional pelaksanaan
Supervisi klinis keperawatan, kepala ruang sudah mampu melakukan proses
pengarahan dan bimbingan terhadap area yang disupervisi, langkah-langkah proses
pengarahan dan bimbingan dengan menggunakan metode coaching sudah mampu
diterapkan secara sistematis sesuai dengan SPO supervisi klinis keperawatan.

3. PDSA Pelaksanaan Supervisi Klinis Keperawatan di Ruang Arimbi dan Larasati


RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provisnsi Jawa Tengah
a. Analisa data pelaksanaan Supervisi Klinis Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan perawat ruangan
diketahui bahwa supervisi yang dilakukan pada perawat di ruangan bersifat
situasional (tidak terjadwal). Hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa
supervisi yang dilakukan diantaranya mengecek kedisiplinan (kehadiran perawat),
tindakan yang dilakukan serta pengecekan penulisan SOAP pada dokumentasi
keperawatan. Supervisi klinis keperawatan belum terlaksana karena belum terdapat
SOP kegiatan tersebut, dan masih terdapat perbedaan persepsi mengenai definisi
operasional antar kepala ruang dan staf perawat.
b. PDSA Pelaksanaan Supervisi Klinis Keperawatan
1) Plan
a) Judul Rencana : implementasi supervisi klinis keperawatan di ruang Srikandi
dan Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
b) Rumusan Pernyataan dan Uraian Masaalah : Supervisi klinis keperawatan
sudah dilaksanakan tetapi belum terjadwal dan terstruktur
c) Rumusan Tujuan : Supervisi klinis keperawatan dilaksanakan secara
terprogram, terjadwal, continue dan bukan untuk mencari kesalahan.
d) Tindakan :
(1) Sosialisasi draf SPO pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
(2) Penyusunan jadwal pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
(3) Pendampingan pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
2) Do
a) Melakukan sosialisasi draf SPO pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
b) Observer melakukan penilaian pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
kepala ruang
c) Melakukan pendampingan supervisi klinis keperawatan kepala ruang
3) Study
a) Observer melakukan observasi mulai dari persiaapan sampai penyusunan
laporan.
b) Hasil observasi dengan menggunkan lembar penilaian supervisi di dapatkan
bahwa supervisi klinis keperawatan sudah dilaksanakan dengan rata-rata 86.

c)

Hasil diskusi juga disampaikan bahwa SPO yang buat bisa dilaksanakan
sebagai acuan pelaksanaan supervisi klinis keperawatan secara terprogram,
terjadwal dan continue

4) Action
a) Susun SPO pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
b) Sosialisasikan kepada seluruh ruangan sehingga persepsi antar ruangan sama.
c) Susun jadwal supervisi dan materi yang akan disupervisi
d) Supervisi dilakukan secara bertahap untuk memudahkan pemahaman,
perubahan dan proses evaluasi
e) Lakukan supervisi berjenjang.
Tabel. 7.2. PDSA Supervisi Klinis Keperawatan
Plan
1. Lakukan
supervisi klinis
keperawatan oleh
kepala ruang.
2. Lakukan
supervisi
berjenjang oleh
case
manajer
terkait
pelaksanaaan
supervisi klinis
keperawatan.

Do
Study
Action
Pelaksanaan
Lakukan supervisi 1.Susun SPO dan
supervisi
klinis klinis
juknis
keperawatan
keperawatan
pelaksanaan
sesuai
dengan secara
supervisi
klinis
draf SPO yang terprogram,
keperawatan
telah di susun
terjadwal,
dan 2.Sosialisasikan
continue
yang
kepada
seluruh
disusun
oleh
ruangan sehingga
kepala ruang
persepsi
antar
ruangan sama.
3.Susun
jadwal
supervisi
dan
materi yang akan
disupervisi
4.Supervisi dilakukan
secara
bertahap
untuk
memudahkan
pemahaman,
perubahan
dan
proses evaluasi
5.Lakukan supervisi
berjenjang.

C. Supervisi Klinis Keperawatan Kepala Ruang terhadap Pelaksanaan Timbang


Terima
1.

Pelaksanaan Timbang Terima di Ruang Srikandi dan Larasati RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah


Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan salah satunya adalah dengan
memberikan pelayanan keperawatan yang prima melalui pemberian asuhan
keperawatan yang tepat guna, profesional, efektif dan efisien. Dalam memberikan
asuhan keparawatan pada klien perawat sering menemukan permasalahan permasalahan sehubungan dengan keluhan dan intervensi yang diberikan. Sebagai
jalan keluarnya dibutuhkan suatu pemecahan masalah yang membutuhkan komitmen
dari setiap perawat. Salah satu metode pemecahan masalah adalah dengan timbang
terima yang dilakukan secara baik dan sesuai dengan draf SPO, yaitu suatu metode
untuk memberikan informasi yang sebenarnya mengenai kondisi klien, menanyakan
keluhan pasien atau klarifikasi pasien saat timbang terima di samping tempat tidur
pasien. kepala ruangan dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan klien secara
langsung sebagai fokus kegiatan. Timbang Terima adalah suatu proses komunikasi
pemberian informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) tentang klien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang klien.
Berdasarkan hasil pengkajian timbang terima sudah dilakukan tetapi belum
optimal karena masih terdapat beberapa kegiatan di pergantiaan shif yang belum
melakukan klarifikasi disamping tempat tidur pasien, dan perawat masih belum
memperkenalkan diri pada klien. Selain itu adanya perbedaan persepsi perawat
tentang definisi timbang terima, ada yang menganggap bahwa timbang terima hanya
memberikan informasi menganai klien di ners station dan tidak harus dilakukan di
ruangan pasien.
Untuk mengatasi masalah diatas dilakukan bimbingan tehnik terkait dengan
timbang terima yang telah dilaksanakan pada tanggal 8 November 2016 yang dihadiri
oleh seluruh kepala ruang, kepala bidang keperawatan, kepala seksi keperawatan,
IPCN, case manager dan perawat senior RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah. Hasil dari kegiatan tersebut adalah pihak ruangan meminta adanya
feedback dari pihak manajemen (justifikasi), agar pihak ruangan tau apakah yang
dilakukan sudah sesuai atau belum.
Hasil observasi menunjukan bahwa pelaksanaan timbang terima belum sesuai
dengan evidence base yang menyatakan bahwa timbang terima lebih baik dilakukan
disamping tempat tidur pasien dengan menggunakan metode bedside, sehingga semua

informasi dan data klien terpenuhi sehingga mampu meningkatkan keselamatan


pasien.
2.

Supervisi Pelaksaan Timbang Terima di Ruang Srikandi dan Larasati


RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provisnsi Jawa Tengah
Supervisi klinis merupakan sebuah proses profesional yang dilakukan oleh
supervisor melalui proses pengarahan, pembimbingan dan evaluasi kepada supervisee
(peserta supervisi) secara continue untuk meningkatkan kemampuan supervisee dalam
melaksanakan pekerjaanya guna mencapai kualitas pelayanan yang profesional dan
perlindungan keselamatan pasien (DepKes 2000, ANA 2005, Bernard & Good Year
2004).Supervisi perlu dilakukan secara terprogram, terjadual, dan perhatian supervisor
bukan hanya pada pelaksanaan praktik keperawatan tetapi juga pada sikap dan
tanggung jawab perawat pelaksana dalam praktik profesional salah satunya yaitu
pelaksanaan timbang terima.
Tujuan

supervisi

klinis

terhadap

pelaksanaan

timbang

terima

yaitu

meningkatkan kemampuan staf perawat dalam memberikan informasi mengenai klien


sehingga dapat meningkatakan keselamatan klien. sehingga penting supervisi terhadap
pelasaan timbang teima. Timbang Terima adalah suatu proses komunikasi pemberian
informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) tentang klien yang dilakukan
oleh perawat pada pergantian shift jaga yang mencakup peluang tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang klien.
Tabel. 7.3. Proses Manajemen Keperawatan Timbang Terima
-

Struktur/Input
Deskripsi pekerjaan
Standar Klinis
Indikator Kinerja
Pendidikan
berkelanjutan
Ketrampilan
manajerial klinis

Proses
Kepemimpinan &
support
kualitas
Asuahan Kep./Keb.
Monitoring
IKK
feedbackan
hasil
dan coaching untuk
mencapai
standar
kinerja
yang
dibutuhkan
Refleksi
Diskusi
Kasus

Hasil/Output
Staf termotivasi
Standarisasi
Kepuasan Pasien
Kepuasan Staf
Peningkatkan
outcome kesehatan

Supervisi klinis kepala ruang terhadap pelaksanaan timbang terima di ruang


Arimbi dan Larasati sudah dilakukan dengan format pada tabel hasil nilai rata yang

didapatkan adalah 92 hal ini menunjukan bahwa proses pelaksanaan timbang terima
seluruh peserta menunjukan pemahaman terhadap konsep pelaksanaan timbang
terima, menggunakan strategi dan metoda yang tepat sesuai dengan draf SPO timbang
terima yang telah disediakan tabel 2.2, proses pelaksanaan timbang terima efektif
dengan menggunakan metode bedside.
Hasil diskusi dengan kepala ruang bisa dilakukan dan membantu kepala ruang
dalam melakukan penilaian. Format mudah digunakan karena menggunakan metode
cek list dan penilaian yang jelas (bobot nilai terlampir dengan jelas dan mudah
dihitung). Format juga membantu supervisor dalam mengidentifikasi nilai yang krang
sehingga mempermudah supervisor dalam melakukan supervisi. Format ini bisa
digunakan dalam pelaksaan supervisi kepala ruang terhadap pelaksaan timbang terima
3.

PDSA Pelaksanaan Timbang Terima di Ruang Srikandi dan Larasati


RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
a. Analisa data pelaksanaan Timbang Terima
Berdasarkan hasil pengkajian dan wawancara pelaksanaan timbang terima yang
telah dilakukan, didapatkan data dan keterangan bahwa pelaksanaan timbang
terima sudah berjalan tetapi penggunaan metode bedside belum optimal, proses
timbang terima dilakukan setiap pergantian shif, akan tetapi masih ada perawat
yang bertugas belum memperkenalkan diri/nama dengan klien, perawat belum
melakukan klarifikasi langsung mengenai keluhan kepada klien, dan proses
timbang terima belum sepenuhnya diakhiri di ners station untuk klarifikasi setelah
dari bedside.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala ruang bahwa penerapan
metode bedside saat timbang terima mengalami berbagai kendala diantaranya
adalah keadaan pasien yang gaduh gelisah dan ada perawat yang melakukan
tindakan keperawatan saat pelaksanaan timbang terima.
b. PDSA Pelaksanaan Timbang Terima
1) Plan
a) Judul Rencana : implementasi supervisi timbang terima di ruang Srikandi dan
Larasati instalasi rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah
b) Rumusan Pernyataan dan Uraian Masaalah : pelaksanaan timbang terima
secara bedside/ disamping tempat tidur pasien belum optimal.

c) Rumusan Tujuan : timbang terima diruangan dilakukan dengan metode


bedside / disamping tempat tidur pasien.
d) Tindakan :
(1) Sosialisasi draf SPO pelaksanaan timbang terima
(2) Sosialisasi draf lembar supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan
timbang terima.
(3) Pelaksanaan timbang terima oleh perawat di ruang Srikandi.
(4) Pelaksanaan timbang terima oleh perawat di ruang Srikandi.
(5) Identifikasi pelaksanaan dalam proses timbang terima.
(6) Evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan timbang terima.
-

Nilai pelaksanaan Timbang terima dengan metode bedside.

Nilai persepsi perawat tentang konsep, pendapatnya terhadap


pelaksanaan timbang terima

2) Do
a) Melakukan sosialisasi draf SPO dan lembar supervisi pelaksanaan timbang
terima kepada kepala ruang
b) Melakukan pendampingan pelaksanaan timbang terima.
c) Mengidentifikasi pelakasanaan timbang terima.
3) Study
a) Penulis melakukan observasi mulai dari persiaapan sampai pelaksanaan
timbang terima.
b) Hasil observasi dengan menggunkan lembar penilaian supervisi timbang
terima di dapatkan bahwa timbang terima sudah dilaksanakan dengan ratarata 92.
c) Hasil diskusi dengan kepala ruang bahwa timbang terima telah dilakukan
setiap pergantian shif akan tetapi tidak selalu dilakukan klarifikasi disamping
tempat tidur klien.
d) Hasil dikusi juga disampaikan bahwa SPO yang buat bisa dilakssanakan
sebagai acuan pelaksanaan timbang terima.

4) Action
Tabel. 7.4. PDSA Timbang Terima

Plan
1.
Lakukan
supervisi
pelaksaan timbang
terima oleh kepala
ruang.
2.
Lakukan
supervisi berjenjang
oleh case manajer
terkait pelaksanaaan
supervisi timbang
terima

Do
Pelaksanaan
timbang
terima
sesuai dengan draf
SPO yang telah di
susun

Study
Action
Lakukan timbang 1. Adakan
terima
setiap
supervisi kepala
pergantian shift
ruang terhadap
dengan klarifikasi
pelaksaan
disamping tempat
timbang terima
tidur klien.
oleh
kepala
ruang
2. Lakukan
supervisi klinis
keperawatan
dengan
menggunakan
metode
coaching dalam
pelaksaan
timbang terima
dengan metode
bedside
disamping
tempat
tidur
pasien.

D. Supervisi Klinis Keperawatan Kepala Ruang terhadap Pelaksanaan Diskusi


Refleksi Kasus
1.

Pelaksaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Arimbi RSJD Dr.


Amino Gondohutomo Provisnsi Jawa Tengah
Praktik klinik yang efektif dituntut untuk mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional, dinamis, menyeluruh dengan sistem pelayanan kesehatan
yang terpadu dalam menyelesaikan masalah yang hampir tidak ada pemecahannya
(Bleakley A, Blunting Occm Rzor et all, 2010). Seorang tenaga kesehatan dituntuk
untuk mampu melakukan perencanaan harian dalam menyelesaiakan masalah tersebut
hasil penelitian yang dilakukan oleh Iqbal Ahmad pada (2013) menunjukkan refleksi
kasus mampu meningkatkan individu dalam mebuat perencanaan harian. Refleksi
kasus membutuhkan pengetahuan baru serta kompetensi dalam keterampilan klinik
termasuk didalamnya adalah perilaku yang posistif, pembelajaran berkelanjutan,
evidence base practice serta kolaborasi interdisiplin sehingga diharapkan mampu
untuk meningkatkan profesionalisme bagi tenaga kesehatan. (Frasser SW. 2011 dalam
Michael Rowe, Jose Frans et all 2013).

Pengembangan profesionalisme masa kini bagi perawat menjadi tantangan,


dimana mutu pelayanan yang tinggi akan menjadi tuntutan dari pelanggan.
Peningkatan profesionalisme dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
dengan pemecahan masalah yang muncul dalam pelayanan kesehatan salah satunya
yaitu refleksi kasus (Iqbal Ahmad , 2013) di Indonesisa diperkenalkan melalui diskusi
refleksi kasus (DRK) sebagai suatu metoda baru. Apabila dilaksanakan secara rutin
dan konsisten oleh kelompok masing-masing akan dapat mendorong perawat lebih
memahami hubungan standar dengan kegiatan pelayanan yang dilakukan sehari-hari.
Dengan refeksi kasus maka seorang perawat akan melakukan introspeksi terhadap
tindakan atau kegiatan kerja yang sudah dilakukan sehingga peningkatan kualitas
kerja yang diharapkan (Chris Dawber, 2013).
Pentingnya pelaksaan DRK terhadap peningkatan asuhan keperawatan ini
mendorong rumah sakit untuk melaksanakan kegiatan ini secara rutin dan terjadwal.
Pelaksaan diskusi refleksi kasus diruang Arimbi RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah sudah terlaksana sesuai dengan SPO pelaksanaan DRK dan
kepala ruang sudah melakukan supervisi terhadap pelaksaan Diskusi Refeleksi Kasus
(DRK). Pelaksaan diskusi di Ruang Arimbi dilaksanakan pada tanggal 18 November
2016 dengan dihadiri oleh 5 perawat. Pelaksanaan diskusi dipimpin oleh fasilitator
dalam hal ini kepala ruang atau perawat yang telah ditunjuk olek kepala ruang untuk
mengantikannya sebagai fasilitator (tugas delegasi kepala ruang). Penyajian
disampaikan oleh penyaji dengan tema penurunan PANS skor pada pasien jiwa.
Presentasi dilakukan selama 10-15 menit kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi
yang dipimpin oleh fassilitator. Pelaksanaan diskusi efektif, seluruh staf terlihat
antusias dan aktif mengikuti kegiatan DRK. Hasil refleksi perawat mengakui
pentingnya pelaksanaan DRK ini untuk meningkatkan pengetahuan serta mengetahaui
standar pelaksaan yang sesuai sehingga perawat bisa bekerja sesuai dengan standar.
Harapan kedepannya laporan DRK dibuat oleh notelen, tujuan dari laporan ini
adalah sebagai acuan tindak lanjut bidang terkait sesuai dengan pembahasan kasus
tersebut sehingga laporan pelaksaan DRK harus jelas. Laporan ini akan bermanfaat
sebagai alat komunikasi dengan manajemen atau tim profesi lain sehingga akan
tercipta hubungan kerjasama yang baik antar staf ruang keperawatan dan manajemen
rumah sakit serta dengan tim profesi lain. Sesuai dengan hasil penelitian yang
menjelaskan bahwa diskusi yang berdasarkan kasus mampu untuk meningkatkan
kualitas pembelajaraan dan pemberian umpan balik (Fulya Mehta. 2013) hasil

penelitian ini diperkuat oleh Chris Dawber (2013) menunjukan bahwa diskusi refleksi
kasus yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan kerjasama tim,
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dalam hubungan interpersonal serta
mempunyai dampak positif terhadap perawatan klinis oleh perawat.
3. Supervisi pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Arimbi

RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Provisnsi Jawa Tengah


Supervisi klinis merupakan sebuah proses profesional yang dilakukan oleh
supervisor melalui proses pengarahan, pembimbingan dan evaluasi kepada supervisee
(peserta supervisi) secara continue untuk meningkatkan kemampuan supervisee dalam
melaksanakan pekerjaanya guna mencapai kualitas pelayanan yang profesional dan
perlindungan keselamatan pasien (DepKes 2000, ANA 2005, Bernard & Good Year
2004).Supervisi perlu dilakukan secara terprogram, terjadwal, dan perhatian
supervisor bukan hanya pada pelaksanaan praktik keperawatan tetapi juga pada sikap
dan tanggung jawab perawat pelaksana dalam praktik profesional salah satunya yaitu
pelaksanaan DRK.
Tujuan supervisi klinis terhadap pelasaan DRK yaitu meningkatkan kemampuan
staf perawat untuk mengembangkan dan mempertahankan kualitas praktik
keperawatan secara kreatif yang dilakukan secara kontinu selama menjalankan
kariernya baik ditatanan klinis, manajemen maupun pendidikan (RCN Institute, 1997,
dalam National Council for the Professionnal Development of Nursing and Midwifery,
2008) sehingga penting supervisi terhadap pelasaan DRK. DRK harus terlaksana
dengan baik karena DRK sendiri merupakan suatu metoda dalam merefleksikan
pengalaman klinis perawat dan bidan dalam mendiskusi suatu kasus yang ditemukan
dimana diskusi yang dilakukan mengacu pada pemahaman terhadap standar (Modul
MPKP). Jika DRK dilaksanakan dengan baik maka proses asuhan juga akan
terlaksana dengan baik begitu juga dengan kinerja perawat sehingga meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan.
Peningkatan Kualitas pelayanan rumah sakit dan keperawatan pada khususnya
disusun berupa kegiatan komprehensif dan integratif yang menyangkut struktur,
proses dan output / outcome secara objektif, sistematik dan berlanjut seperti tertulis
pada tabel 4.1 tentang proses manajemen keperawatan. Memantau dan menilai mutu
serta

kewajaran

pelayanan

tehadap

pasien,

menggunakan

peluang

untuk

meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan masalah yang terungkapkan,


sehingga pelayanan yang diberikan di rumah sakit berdaya guna dan berhasil guna

(Emanuel Vensi Hasmoko, 2008). Dari tabel tersebut jelas bahwa supervisi pelaksaan
DRK harus dilakukan oleh kepala ruang guna mendatkan out pun yang sesuai dengan
harapan.
Tabel. 7.5. Proses Manajemen Keperawatan DRK
-

Struktur/Input
Deskripsi pekerjaan
Standar Klinis
Indikator Kinerja
Pendidikan
berkelanjutan
Ketrampilan manajerial
klinis

Proses
Kepemimpinan
&
support
kualitas
Asuahan Kep./Keb.
Monitoring
IKK
feedbackkan hasil dan
coaching
untuk
mencapai
standar
kinerja
yang
dibutuhkan
Refleksi
Diskusi
Kasus

Hasil/Output
Staf termotivasi
Standarisasi
Kepuasan Pasien
Kepuasan Staf
Peningkatkan outcome
kesehatan

Supervisi klinis kepala ruang terhadap pelaksaan DRK di Arimbi sudah


dilakukan dengan format (draf SPO terlampir) hasil nilai rata yang didapatkan adalah
90 hal ini menunjukan bahwa proses pelaksanaan DRK seluruh peserta menunjukan
pemahaman terhadap konsep pelaksan DRK, menggunakan strategi dan metoda yang
tepat sesuai dengan SPO DRK yang telah disediakan proses pelaksaan DRK efektif
dan memenuhi pemecahan masalah yang dinginkan.
Hasil diskusi dengan kepala ruang bahwa format supervisi tabel (terlampir) bisa
dilakukan dan membantu kepala ruang dalam melakukan penilaian. Format mudah
digunakan karena menggunakan metode cek list dan penilaian yang jelas (bobot nilai
terlampir dengan jelas dan mudah dihitung). Format juga membantu supervisor dalam
mengidentifikasi nilai yang krang sehingga mempermudah supervisor dalam
melakukan supervisi. Format ini bisa digunakan dalam pelaksaan supervisi kepala
ruang terhadap pelaksaan DRK.
4. PDSA Pelaksanaan DRK di Ruang Arimbi RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah
a. PDSA Pelaksanaan DRK
1) Plan

a) Judul Rencana : implementasi supervisi Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di


ruang Arimbi instalasi rawat inap RSJD Amino GondohutomoProvinsi Jawa
Tengah
b) Rumusan Pernyataan dan Uraian Masaalah : DRK belum terjadwal dan
belum dilaksanakan tiap bulan
c) Rumusan Tujuan : Diskusi Refleksi Kasus (DRK) terjadwal dan dilaksanakan
setiap bulan
d) Tindakan :
(1) Sosialisasi draf SPO pelaksanaan DRK
(2) Sosialisasi draf lembar supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan
DRK
(3) Pendampingan penyusunan materi DRK
(4) Pendampingan pelaksaan DRK
(5) Pendampingan penyususnan laporan pelaksanaan DRK
2) Do
a) Melakukan sosialisasi draf SPO dan lembar supervisi pelaksanaan DRK
kepada kepala ruang
b)Melakukan pendampingan nenyusunan materi dan laporan pelaksaan DRK
c) Melakukan pendampingan DRK
3) Study
a) Penulis melakukan observasi mulai dari persiaapan sampai penyususnan
laporan DRK.
b) Hasil observasi dengan menggunkan lembar penilaian supervisi di dapatkan
bahwa DRK sudah dilaksanakan dengan rata-rata 87.
c) Hasil dari DRK telah menentukan pemateri di bulan selaanjutnya
d) Hasil diskusi dengan kepala ruang bahwa DRK akan dibuatkan jadwal dan
masuk perencanaan tahunan pada tahun 2017
e) Hasil diskusi juga disampaikan bahwa SPO yang buat bisa dilakssanakan
sebagai acuan pelaksanaan DRK
4) Action
a) Adakan DRK secara terjadwal sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
oleh kepala ruang.
b) Adakan supervisi terhadap pelaksaan DRK oleh kepala ruang.

c) Lakukan supervisi klinis keperawatan dengan menggunakan metode


coaching dalam pelaksanaan DRK oleh kepala ruang.
Tabel 7.6. PDSA Supervisi Pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus
Plan
1. Lakukan supervisi
pelaksaan
DRK
oleh kepala ruang.
2. Lakukan supervisi
berjenjang
oleh
case
manajer
terkait
pelaksanaaan
supervisi DRK

Do
Pelaksanaan
1.
DRK
sesuai
dengan draf SPO
yang telah di
susun

Study
Action
Lakukan
DRK 1. Adakan
supervisi
setiap
bulan
kepala
ruang
sesuai
dengan
terhadap pelaksaan
jadwal yang telah
DRK oleh kepala
disusun
oleh
ruang
kepala ruang
2. Lakukan supervisi
2. Lakukan
klinis keperawatan
supervisi
dengan
pelaksanaan
menggunakan
DRK oleh kepala
metode
coaching
ruang.
dalam
pelaksaan
DRK

E. Supervisi Klinis Keperawatan Kepala Ruang terhadap Pelaksanaan Discharge


Planing
1.

Pelaksanaan Discharge Planing di Ruang Arimbi dan Ruang


Larasati RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provisnsi Jawa Tengah
Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam
proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai
pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning
menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan team atau memiliki tanggung
jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya
(RCP,2001).
Tujuan pelaksanaan discharge planning meningkatkan kontinuitas perawatan,
meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan
kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah
kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan
beban perawatan pada keluarga (Naylor, 1990).
Pelaksanaan discharge planning di ruang Arimbi dan Larasati telah
dilaksanakan sesuai dengan SPO yang ada. SPO discharge planning yang ada
diruangan telah diimplementasikan dengan baik dan telah secara continue dan
berkesinambungan.

2.

Supervisi Pelaksanaan Discharge Planning di Arimbi dan Larasati RSJD


Dr. Amino Gondohutomo Provisnsi Jawa Tengah
Supervisi klinis kepala ruang terhadap pelaksaan discharge planning di Arimbi
dan Larasati sudah dilakukan dengan format (draf SPO terlampir) proses pelaksanaan
discharge planning menunjukan pemahaman terhadap konsep pelaksanaan discharge
planning hal ini dapat terlihat dari kepatuhan perawat dalam menyusun format
discharge planningyang dimulai dari awal pasien mendapatkan pelayanan
keperawatan sampai dengan pasien pulang.
Hasil diskusi dengan kepala ruang bahwa format supervisi tabel (terlampir) bisa
dilakukan dan membantu kepala ruang dalam melakukan penilaian. Format mudah
digunakan karena menggunakan metode cek list dan penilaian yang jelas (bobot nilai
terlampir dengan jelas dan mudah dihitung). Format juga membantu supervisor dalam
mengidentifikasi nilai yang krang sehingga mempermudah supervisor dalam
melakukan supervisi. Format ini bisa digunakan dalam pelaksaan supervisi kepala
ruang terhadap pelaksaan discharge planning.
3.PDSA Pelaksanaan Discharge Planning di Ruang Arimbi dan Larasati RSJD
Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
1.

PDSA Pelaksanaan Discharge Planning


1) Plan
a) Judul Rencana : implementasi supervisi discharge planning di ruang Arimbi
dan Larasati instalasi rawat inap RSJD Amino GondohutomoProvinsi Jawa
Tengah
b) Rumusan Pernyataan dan Uraian Masaalah : discharge planning telah
diakukan tetapi belum terstruktur
c) Rumusan Tujuan : discharge planning dilaksanakan sesuai dengan SPO dan
adanya jadwal supervisi terkait dengan penyusunan discharge planning
d) Tindakan :
1. Sosialisasi draf SPO pelaksanaan discharge planning
2. Sosialisasi draf lembar supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan
discharge planning
3. Pendampingan penyususnan laporan pelaksanaan discharge planning

2) Do
a) Melakukan sosialisasi draf SPO dan lembar supervisi pelaksanaan discharge
planning kepada kepala ruang
b)Melakukan pendampingan menyusunan discharge planning
3) Study
a) Penulis melakukan observasi mulai dari persiaapan sampai penyususnan
discharge planning
b) Hasil observasi dengan menggunkan lembar penilaian supervisi di dapatkan
bahwa discharge planning telah dilaksanakan dengan nilai rata-rata 92
4) Action
a) Susun discharge planning sesuai dengan SPO yang ada.
b) Adakan supervisi terhadap pelaksaan discharge planning oleh kepala ruang.
c) Lakukan supervisi klinis keperawatan dengan menggunakan metode
coaching dalam pelaksanaan discharge planning oleh kepala ruang.

Anda mungkin juga menyukai