PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sprain adalah kerusakan yang terjadi pada ligamen (jaringan yang menghubungkan
tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang
parah pada ligamen atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi.
Pengertian lain cedera sprain adalah cedera pada ligamen di sekitar persendian tulang yang
dibentuk oleh permukaan tulang rawan sendi yang membungkus tulang-tulang yang
berdampingan. Kerusakan serat ligamen sering dibarengi oleh perdarahan yangmenyebar
disekeliling jaringan dan terlihat sebagai memar.
Kata trauma sering disalah persepsikan oleh orang awam. Masyarakat sering
mendefinisikan trauma sebagai suatu kejadian di masa lalu yang menyebabkan
ketidaknyamanan pikiran di saat ini. Namun bagi kalangan medis, trauma bukan hanya ada
di pikiran, tapi juga dapat diakibatkan oleh benturan, zat kimia, api, dll. Seperti halnya
memar yang merupakan trauma akibat benda tumpul, luka sayat yang merupakan trauma
benda tajam, dll. Salah satu bentuk trauma yang sering kita jumpai sehari-hari dikenal
sebagai keseleo. Per definisi, sprain merupakan terenggangnya atau robeknya ligamen.
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang SPRAIN
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengertian SPRAIN
b. Untuk mengetahui tentang etiologi SPRAIN
c. Untuk mengetahui tentang patofisiologi SPRAIN
d. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis SPRAIN
e. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan medis dan keperawatan SPRAIN Untuk
mengetahui tentang pemeriksaan penunjang SPRAIN
f. Untuk mengetahui tentang komplikasi pada pasien SPRAIN
g. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien SPRAIN
C.
Rumusan Masalah
D.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber pembahasan
dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa literatur yang ada.
Kemudian kami saling menghubungkan satu sama lain dalam pembahasan sehingga menjadi
karangan lengkap, objektif dan akurat.
E. Sistematika Penulisan
Pada penyajian makalah ini akan kami sajikan terdiri dari tiga bagian.
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Teori
Bab III Asuhan Keperawatan
Bab V Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI
I.
ANATOMI FISIOLOGI
Otot
yaitu
musculus, berasal dari kata latin, yang artinya little mouse. Otot adalah alatgerak aktif
karena otot dapat menggerakkan bagian bagian tubuh yang lain. Semua sel-sel otot
mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.Terdapat lebih dari 600 buah otot pada
tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka
tubuh oleh tendon, dan sebagiankecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
1. Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai
pelindungotot.
2. Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril
danmiofilamen berada.
3. Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
4. Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari myofibril, terbagiatas 2
macam, yakni :
a. Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos).
b. Miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot
rangka/ototlurik)
a. Fungsi sistem muskuler/otot:
1. Pergerakan
Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebutmelekat dan bergerak
dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur.
Otot menopang rangka danmempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri
atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas.
Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panasuntuk mepertahankan suhu
tubuh normal.
b. Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
1. Kontrakstilitas.
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak melibatkan
pemendekan otot.
2. Eksitabilitas.
Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf.
3. Ekstensibilitas.
Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihipanjang otot saat rileks.
4. Elastisitas
Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksiatau meregang.
c. Jenis-jenis Otot
1. Otot rangka,
merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut otot sangat panjang,
sampai 30 cm, berbentuk silindris denganlebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
Setiap serabut memiliki banyak inti yang
tersusun di bagian perifer. Kontraksinya sangat
cepat
dan
kuat.
bedaukurannya : yang kasar terdiri dari protein myosin, yang halus terdiri dari
protein aktin/actin.
Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara
kerjanya disadari /sesuai kehendak ( voluntary ), bentuknya memanjang
dengan banyak lurik-lurik,memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Otot
lurik terdiri dari sel sel serabutotot yang dilindungi membran yang
dapat dirangsang listrik yang disebut sarkolemma.Sel serabut otot terdiri dari
miofibril ( terdapat dalam cairan intraselular/ Sarkoplasma).
2. Otot Polos
Merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapatditemukan pada
dinding berongga seperti kandung kemih dan
uterus, sertapada dinding tuba, seperti pada sistem
respiratorik, pencernaan, reproduksi,urinarius, dan
sistem sirkulasi darah. Serabut otot berbentuk
spindel dengan nukleus sentral. Serabut ini
berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron
(melapisi pembuluhdarah) sampai 0,5 mm pada
uterus wanita hamil. Kontraksinya kuat dan lamban.S arcoplasmanya terdiri dari
myofibril yang disusun oleh myofilamen-myofilamen. Otot polos adalah salah satu
otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong.Cara kerjanya tidak
disadari (tidak sesuai kehendak) / involuntary, memiliki satu nukleusyang terletak di
tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaanseperti:lambung dan usus
3. Otot Jantung
Merupakan otot lurik, Disebut juga otot seran lintang involunter. Bekerja terusmenerus setiap saat tanpa henti, tapi otot
jantung jugamempunyai masa istirahat, yaitu
setiap kali berdenyut. Otot jantung
hanya
yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan denganotot polos
dalam hal cara kerjanya yakni involuntary (tidak disadari).
B. Tendon
Tendon adalah tali atau
protein
(kolagen).
Tendon
berfungsi
C. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang
dengan
II.
Sprain (Keseleo)
A. Pengertian.
1. Sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum. (Giam &
Teh 1993: 92)
2. Sprain adalah cedera struktur ligament di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit serta
memutar. (Keperawatan Medikal Bedah)
3. Sprain trauma pada sendi biasanya berkaitan dengan cedera ligament. (Buku Saku
Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin)
B. Etiologi
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan
jaringan. Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh tahun kekuatan otot akan
relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia tiga puluh tahun.
2. Terjatuh atau kecelakan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga lutut mengalami
sprain.
3. Pukulan
Sprain knee dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian lututnya dan
menyebabkan sprain.
4. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain karena kurangnya pemanasan.
C. Manifestasi Klinis
1. Merasakan nyeri pada lutut
2. Adanya bengkak / oedem
3. Mengalami keterbatasan gerak
E. Komplikasi
1. Plica Syndrome
Sindrom plica disebabkan oleh adanya penebalan pada lapisan persediaan lutut. Biasanya
terjadi pada bagian dalam tepat pada perbatasan patella bagian atas.Lapisan-lapisan
persendian tersebut tersebut tersusun dari jaringan yang dinamakan synovium. Jaringan
synovium ini memproduksi cairan pelumas yang disebut cairan synovial. Jika terjadi
penebalan pada lapisan ini lapisan akan menggesek pada bagian-bagian lutut lainnya,
khususnya bagian dalam femural condyle (ujung bagian bawah dari tulang paha)
sehingga menimbulkan rasa sakit dan iritasi.
2. Compartment Syndrome
Para atlet pada umumnya sering mengalami permasalahan (gangguan rasa nyeri atau
sakit) yang terjadi pada kaki bawah (meliputi daerah antara lutut dan pergelangan kaki).
Terkadang rasa sakit/nyeri tersebut terjadi karena adanya suatu sindrom kompartemen.
Diagnosa terhadap sindrom tersebut dilakukan dengan cara perkiraan, karena pola
karakteristik (gejala) dan rasa sakit tersebut dan ukuran tekanan kompartemennya.
Diantara beberapa penyakit yang menyertai sindrom ini dapat diatasi dengan
pembedahan (operasi).
3. Shin Splints
Istilah shin splints kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan adanya rasa sakit
(cedera pada kaki bagian bawah yang seringkali terjadi akibat melakukan berbagai
aktivitas olahraga, termasuk olahraga lari. Shin splints tersebut dibedakan menjadi dua
jenis menurut lokasi rasa sakitnya. Anterior Shin Splints, yaitu rasa sakit yang terjadi
pada bagian depan (anterior) dari tibia. Dan yang kedua adalah Posterior Shin Splints,
rasa sakit tersebut terasa pada bagian dalam (medial) kaki pada tulang tibia. Shin splints
disebabkan oleh adanya robekan sangat kecil pada otot-otot kaki bagian bawah yang
berhubungan erat dengan tibia. Pertama-tama akan mengalami rasa sakit yang menariknarik setelah melakukan lari. Apabila keadaan ini dibiarkan dan terjadi terus, maka akan
semakin parah, bahkan dapat juga terasa sakit meskipun pada saat kita berjalan kaki.
Rasa sakit tersebut biasanya terasa seperti adanya satu / beberapa benjolan kecil pada
sepanjang sisi tulang tibia.
F. Pemeriksaan Diagnostic
1. Foto Rontgen
iregularitas.
X-Ray sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, spur, penyempitan, dan
Digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi
dengan cara menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan
suatu struktur tulang yang rusak.
4. Artrografi
Penyuntikan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur
jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya
sementara itu diambil gambar sinar-X serial. Artrogram sangat berguna untuk
mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligament penyangga
lutut, bahu, tumit, panggul, dan pergelangan tangan.
G. Penatalaksanaan Medis
a. Penanganannya dapat dilakukan dengan RICE :
pertolongan
pembengkakan
jaringan
dan
Pathway Sprain
Aktivitas Sehari-hari
Ligament robek
Port de entre
Infeksi
MK : Resti Infeksi
SPRAIN
Inflamasi sel terhadap cedera
Peradangan
Metabolisme otot
Kelemasan
MK : Hipertermi
gg. Mobilitas fisik
Vasodilatasi P D
Bengkak (tumor)
MK:
Defisit
Nyeri
MK : Nyeri
Perdarahan di bwah kulit
Kemerahan
MK :Body image
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Identitas klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat.
b. Identitas penanggung jawab meliputi: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat.
c. Tanggal masuk RS, No. Medical Record dan Diagnosa Medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Badan bengkak, muka sembab dan nafsu makan menurun.
b. Riwayat penyakit sekarang : Badan bengkak, muka sembab, muntah, nafsu makan
menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
c. Riwayat penyakit dahulu : Edema, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar
bahan kimia.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini
tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun
pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
3. Pengkajian fungsional kesehatan
Pada klien dengan nefrotik sindrom, hal yang perlu di kaji menurut 11 pola
konseptual Gordon yang dikemukakan oleh Doengoes (2000) dan Carpenito (2001).
a. Persepsi kesehatan
Kaji pandangan klien/keluarga jika ada anggota keluarga yang sakit apa yang
akan dilakukan, pengobatan apa yang akan diberikan.
b. Pola nutrisi metabolic
Tanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama sakit, kaji status
nutrisi klien dengan, kaji input cairan klien selama 24 jam, dan kaji turgor kulit serta
observasi adanya oedema anasarka.
c. Pola eliminasi
Kaji pola bab dan bak klien sebelum sakit dan selama sakit.apakah terjadi
perubahan pola berkemih seperti peningkatan frekuensi, proteinuria.
d. Pola aktivitas
Kaji tanda tanda vital terutama tekanan darah, kaji adanya tanda - tanda
kelelahan,
e. Kebutuhan istirahat tidur
Kaji pola tidur klien sebelum dan selama sakit
f.
yang di deritanya.
g. Pola persepsi diri
Kaji persepsi diri klien meliputi body image, harga diri, peran diri, ideal diri,
konsep diri.
h.
i. Pola seksualitas
Kaji kebutuhan seksual klien
j. Pola mekanisme koping
Kaji bagaimana respon diri klien terhadap penyakit yang dideritanya
k. Pola spiritual
Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama, apakah klien memahami bahwa
penyakitnya adalah ujian dari Tuhan.
4. Pemeriksaan fisik
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.
tekanan
pada
area
yang
peka
dan
resiko
abrasi/kerusakan kulit.
2.3 Rubah posisi selang seling sesuai indikasi.
Rasional: Mengurangi penekanan yang terus-menerus pada posisi tertentu.
2.4 Gunakan bed matres/air matres.
Rasional: Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh dan untuk anggota tubuh
yang kurang gerak efektif untuk mencegah penurunan sirkulasi.
3. Dx.3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar
fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.
Tujuan: Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang.
Kriteria Hasil:
a. Klien akan meningkat/mempertahankan mobilitas pada tingkat kenyamanan
yang lebih tinggi.
b. Klien mempertahankan posisi/fungsional.
c. Klien meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian
tubuh.
d. Klien menunjukkan teknik yang mampu melakukan aktifitas.
Intervensi:
3.1 Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan
persepsi pasien terhadap imobilisasi.
Intervensi :
4.1 Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari fraktur.
Rasional: Pulsasi perifer, kembalinya perifer, warna kulit dan rasa dapat
normal terjadi dengan adanya syndrome comfartemen syndrome karena
sirkulasi permukaan sering kali tidak sesuai.
4.2 Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik/fungsi sensorik.
Rasional: Lemahnya rasa/kebal, meningkatnya penyebaran rasa sakit terjadi
ketika sirkulasi kesaraf tidak adekuat atau adanya trauma pada syaraf.
4.3 Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.
Rasional: Panjang dan posisi syaraf peritoneal meningkatkan resiko terjadinya
injuri dengan adanya fraktur di kaki, edema/comfartemen syndrome/malposisi
dari peralatan traksi.
4.4 Monitor posisi/lokasi ring penyangga bidai.
Rasional: Peralatan traksi dapat menekan pembuluh darah/syaraf, khususnya
di aksila dapat menyebabkan iskemik dan luka permanen.
4.5 Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosis umum, kulit dingin,
perubahan mental.
Rasional: Inadekuat volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi
jaringan.
4.6 Pertahankan elevasi dari ekstremitas yang cedera jika tidak kontraindikasi
dengan adanya compartemen syndrome.
Rasional: Mencegah aliran vena/mengurangi edema.
Data Objektif
1. Adanya
bertanya
keluhan
tentang
kondisi
dirinya
2. Adanya keluhan klien sedih
dengan keadaannya
klien
tampak
B. Analisa Data
N
Data
Masalah
Penyebab
o
1
DS:
Nyeri
1. Klien mengeluh nyeri
2. Klien
mengatakan
bengkak
pada
sendi
Cedera
Ligamen
pada
bawah terluka
DO:
1. Terlihat
ada
pembengkakan
pada
nyeri 7
DS:
1. Klien mengeluh nyeri
2. Klien
mengatakan
bengkak
pada
Gangguan
Cedera jaringan
mobilitas fisik
sekitar fraktur
sendi
pada
Ortikulasio
sinistra
humerus
tidak
digerakkan
2. Terlihat
pembengkakan
dapat
ada
pada
DS:
1. Adanya keluhan klien
Kurang
Kurang informasi,
pengetahuan
salah interpretasi
dirinya
informasi,
tidak
dengan
keadaannya
kebutuhan
mengenal sumber
pengobatan
informasi.
DO:
1. Kemungkinan
dibuktikan dengan klien
bertanya-tanya
tentang
kondisi dirinya
2. Kemungkinan
dibuktikan dengan klien
tampak
kebingungan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga dengan jenis yang
paling sering adalah strai dan sprain dengan derajat dari yang ringan sampai yang berat.
Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan
olahraga yang sesuai. Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga
sebaiknya memakai perlengkapan yang sesuai seperti sepatu yang bisa mewlindungi
pergelangan kaki selama aktivitas. Selalu melakukan pemanasan atau streching sebelum
melakukan aktivitas atletik, serta tidak malkukan latihan yang berlebihan.
B. Saran
Diharapkan klien dapat mengetahui dan memahami etiologi atau penyebab penyakit
agar perawat mudah melakukan intervensi keperawatan seperti:
-
Menganjurkan kepada keluarga klien untuk memantau kesehatan klien dan membantu
dalam pencegahan komplikasi lanjut.