Anda di halaman 1dari 13

Batas Normal Tekanan Darah Berdasarkan Usia

Tekanan darah pada setiap jenjang usia ukurannya berbeda beda tidak bisa semua di
pukul rata normalnya 120/80 namun ada hitungan tersendiri berdasarkan umur dari individu
tersebut .
Batas Normal Tekanan Darah Berdasarkan Usia
Sehingga penting untuk mengenali apakah diumur anda tersebut , anda mengalami penyakit
darah tinggi atau tidak .
Dan berikut daftar Batas Normal Tekanan Darah Berdasarkan Usia
Umur
Batas normal
Umur Dibawah 2
< 104(sistolik) / 70(diastolik) mmHg
tahun
Umur 3 5 Tahun < 108(sistolik) / 70(diastolik) mmHg
Umur 6 9 Tahun < 114(sistolik) / 74(diastolik) mmHg
Umur 10 12 Tahun < 122(sistolik) / 78(diastolik) mmHg
Umur 13 15 Tahun < 130(sistolik) / 80(diastolik) mmHg
Umur 16 20 Tahun < 136(sistolik) / 84(diastolik) mmHg
< 120-125(sistolik) / 75-80(diastolik)
Umur 20 45 Tahun
mmHg
< 135-140(sistolik) / 85(diastolik)
Umur 45 60 Tahun
mmHg
Umur > 65 Tahun < 150(sistolik) / 85(diastolik) mmHg

Hipertensi
> 112(sistolik) / 74(diastolik) mmHg
> 116(sistolik) / 76(diastolik) mmHg
> 122(sistolik) / 78(diastolik) mmHg
> 126(sistolik) / 82(diastolik) mmHg
> 136(sistolik) / 86(diastolik) mmHg
> 140(sistolik) / 90(diastolik) mmHg
> 135(sistolik) / 90(diastolik) mmHg
> 140-160(sistolik) / 90-95(diastolik)
mmHg
> 160(sistolik) / 90(diastolik) mmHg

Keterangan :

Tanda ( < )= Kurang dari


Tanda ( > )= Lebih dari

Sistolik = Tingkat tekanan ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh

Diastolik = Tingkat tekanan ketika jantung beristirahat sejenak sebelum kembali


memompa lagi

mmHg = Ukuran tekanan / Tenaga mm air raksa

Gambar Rongga Dada Peletakkan Titik-titik Penempatan Elektroda

Chest lead
V1 : ICS 4 sternal line kanan

V2 : ICS 4 sternal line kiri

V3 : pertengahan V2 dan V4

V4 : ICS 5 mid-clavicular line kiri

V5 : anterior axillary line kiri, segaris dengan V4

V6 : mid-axillary line kiri, segaris dengan V4

Penempatan elektroda
Daerah kiri
V1: Ruang intercostal IV garis sternal kanan

V2: Ruang intercostal IV garis sternal kiri


V3: Pertengahan antara V2 dan V3
V4: Ruang interkostal V midclavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid aksila kiri

Bagian posterior
V7: Ruang interkostal V garis aksila posterior
kiri
V8: Ruang interkostal V garis skapula
posterior kiri
V9: Ruang interkostal V samping kiri tulang
belakang
Daerah kanan
V1R diletakkan seperti V1
V2R diletakkan seperti V2.
V3R: Antara V1-V4R

V4R:Ruang interkostal ke-5 garis


midklavikula kanan
V5R:Ruang interkostal ke-5 antara V4R-V5R
V6R: ICS ke-5 garis mid aksila kanan

Sebelum manambah bagian posterior (V7-V9) semua sadapan prekordial dari V1-V6 dilepas
terlebih dulu dari dinding dada. Selanjutnya, untuk sadapan V7-V9 dapat digunakan sadapan
prekordial mana pun (elektrode prekordial V1-V3 atau V3-V6 sesuai keinginan).
Letak jantung di lihat dari sadapan
Menurut Sundana, 2008
Daerah jantung
Inferior
Anterior
Septal
Lateral
Posterior
Ventrikel kanan

Sadapan
II, III, dan aVF
V3, V4
V1, V2
I, aVL, V5, dan V6
V1-V4 resiprokal
V3R-V6R

Bunyi Suara pada Rongga Dada dan Abdomen

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Auskultasi adalah
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh.
Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Berapa pun dapat didengar oleh
telinga tanpa alat bantu, meskipun sebagian besar bunyi hanya dapat didengar dengan stetoskop.
Perawat akan lebih berhasil dalam melakukan auskultasi ika mengetahui jenis bunyi yang
muncul dari setiap strutur tubuh dan lokasi dimana bunyi tersebut dapat didengar dengan
jelas.Untuk mengauskultasi dengan benar, perawat memerlukan ketajaman pendengaran yang
baik, stetoskop yang baik dan pengetahuan tentang bagaimana menggunakan stetoskop dengan
benar (Potter & Perry, 2005).

Semua bunyi mempunyai empat karakteristik :

1.

Frekwensi adalah jumlah siklus gelombang suara dihitung perdetik denngan obyek bergetar,
berkisar dari tinggi ke rendah.

2.

Kepekakkan adalah amplitude dari gelombang suara, berkisar dari lembut kekeras.

3.

Kualitas adalah suatu karakteristik yang membedakan bunyi dari frekuensi dan kepekakkan
yang serupa, digambarkan dengan istilah tiupan, desiran dan berdeguk.

4.

Durasi adalah lamanya waktu bunyi berakhir sebagai bunyi yang terus meneru, berkisar antara
pendek sampai menengah sampai panjang.

Dengan auskultasi pada setiap sisi, perawata harusmemperhitungkan sumber dan penyebeb,
sisi yang pasti dimana bunyi terdengar sebaik-baiknya dan kualitas nnormal yang diharapkan
mengkaji penyimpangan dari normal ( Potter & Patricia, 1996 )

A.

Auskultasi jantung

Dari jantung yang normal dapat didengar lub-dub, lub-dub, lub-dub... Lub adalah suara
penutupan katup mitral dan katup trikuspid, yang menandai awal sistole. Dub adalah suara katup
aorta dan katup pulmonalis sebagai tanda awal diastole. Pada suara dub, apabila pasien bernafas
akan terdengar suara yang terpecah.
Bunyi jantung
Bunyi jantung jantung utama : Bunyi jantung I, bunyi jantung II, bunyi jantung III, bunyi jantung
IV
Bunyi jantung I
ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi di awal sistolik mereganggnya daun-daun
katup mitral dan trikuspid yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat
dengan cepat, meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi daun-daun katup
yang telah menutup dengan sempurna, dan getaran kolom darah dalam outflow tract (jalur
keluar) ventrikel kiri dan dinding pangkal aorta dengan sejumlah dasra yang ada di dalamnya.
Bunyi jantung I terdiri dari komponen mitral dan trikuspidal.

1)
2)

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas bunyi jantung I, yaitu :


Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya.
Posisi daun katup atrioventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. makin dekat terhadap
posisi tertutup, makin kecil kesempatan akselerasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin
pelan terdengarnya bunyi jantung I, dan sebaliknya makin lebar terbukanya katup
atrioventrikular sebelum kontraksi, makin keras bunyi jantung I, karena akselerasi darah dan

gerakan katup lebih cepat.


3) Jarak jantung terhadap dinding dada. pada pasein dengan dada kurus, bunyi jantung lebih keras
terdengar dibandngkan pasien gemuk dengan bunyi jantung yang terdengar lebih lemah.
Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum bunyi jantung terdengar lebih lemah.

a)

Bunyi jantung II ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup aorta (komponen aorta),
penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal), perlambatan aliran yang mendadak dari darrah
pada akhir ejeksi sistolik, dan benturan balik dari kolom darah pada pangkal aorta dan
membentup katup aorta yang baru tertutup rapat.. Bunyi jantung II terdiri dari komponen aorta
dan pulmonal.

Pada bunyi jantung II, komponen aorta lebih keras terdengar pada aortic area komponen
pulmonal hanya dapat terdengar keras di area pulmonal, di sebelah kanan sternum pada ruang
interkostal II kanan.

Kegiatan fisis akan memeprkeras buni jantung II (aorta dan pulmonal), inspirasi cenderung
memperkeras pulmonal (P2) dan ekspirasi cenderung memperkeras aorta (A2). Pada inspirasi P2
terdengar sesudah A2 karena ejeksi ventrikel kanan berlangsung lebih lama daripada ejeksi pada
ventrikel kiri pada inspirasi.

Pada keadaan fisiologis, pada inspirasi, kembalinya darah ke dalam ventrikel kanan menjadi
lebih lama. keadaan ini disebut physiological splitting (bunnyi terbelah yang terjadi secara
fisiologis). Pada ekspirasi, masa ejeksi ventrikel kanan sama dengan masa ejeksi ventrikel kiri
sehingga P2 terdengar bertepatan dengan A2. Pada hipertensi sistemik, bunyi A2 mengeras,
sedangkan pada hipertensi pulmonal, bunyi P2 mengeras.
b) Bunyi jantung III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (rapid filling phase). Vibrasi
yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada pengisian ventrikel
karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul oleh perlambatan aliran
pengisian.

c)

Bunyi jantung IV : dapat terdengar terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan
yang lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan akhir diastol dan ventrikel yang meninggi
sehingga memerlukan dorongan pengisian yang lebih keras dengan bantuan kontraksi atrium
yang lebih kuat.

B.

AUSKULTASI PARU
Dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu
mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara yang
diucapkan atau dibisikan.
Dengarkan semua area paru dan dengarkan pada keadaan tanpa pakaian; jangan
dengarkan bunyi paru dengan klien mengenakan pakaian, selimut, gaun, atau kaus. Karena bunyi
yang terdengar kemungkinan hanya bunyi gerakan pakaian di bawah stetoskop.
Untuk dapat mendengarkan bunyi napas di seluruh bidang paru, perawat harus meminta
klien untuk bernapas lambat, sedang sampai napas dalam melalui mulut. Bunyi napas dikaji
selama inspirasi dan ekspirasi.
Umumnya bunyi napas tidak terdengar pada lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi
napas harus mendekati simetris bila dibandingkan pada kedua paru. Bunyi napas normal disebut
sebagai vesikular, bronkhial, dan bronkhovesikular.

Suara napas adalah suara yang dihasilkan aliran udara yang masuk dan keluar paru pada
waktu bernapas. Suara napas ada 3 macam yaitu
a.

b.

suara napas normal/ vesikuler,


Suara napas vesikuler bernada rendah, terdengar lebih panjang pada fase inspirasi daripada
ekspirasi dan kedua fase bersambung/ tidak ada silent gaps.
suara napas campuran/ bronkovesikuler dan

Sedangkan kombinasi suara nada tinggi dengan inspirasi dan ekspirasi yang jelas dan tidak ada
silent gaps disebut bronkovesikuler/ vesikobronkial.
c.
suara napas bronkial.
Suara napas bronkial bernada tinggi dengan fase ekspirasi lebih lama daripada inspirasi dan
terputus/ silent gaps.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri
khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
Wheezing : bunyi yang terdengar ngiii.k. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi.
Misalnya pada bronchitis akut, asma.
Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar kering seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

Suara napas asmatik yaitu inspirasi normal/ pendek diikuti ekspirasi lebih lama dengan
nada lebih tinggi disertai wheeze. Suara tambahan dari paru adalah suara yang tidak terdengar
pada keadaan paru sehat. Suara ini timbul akibat dari adanya secret didalam saluran napas,
penyempitan dari lumen saluran napas dan terbukanya acinus/ alveoli yang sebelumnya kolap.
Karena banyaknya istilah suara tambahan, kita pakai saja istilah Ronki yang dibagi menjadi 2
macam yaitu :
a.

ronki basah dengan suara terputus- putus dan


Ronki basah kasar seperti suara gelembung udara besar yang pecah, terdengar pada saluran napas
besar bila terisi banyak secret. Ronki basah sedang seperti suara gelembung kecil yang pecah,

terdengar bila adanya secret pada saluaran napas kecil dan sedang, biasanya pada bronkiektasis
dan bronkopneumonia. Ronki basah halus tidak mempunyai sifat gelembung lagi, terdengar
seperti gesekan rambut, biasanya pada pneumonia dini.
b. ronki kering dengan suara tidak terputus.
Ronki kering lebih mudah didengar pada fase ekspirasi, karena saluran napasnya menyempit.
Ronki kering bernada tinggi disebut sibilan, terdengar mencicit/squacking, ronki kering akibat
ada sumbatan saluran napas kecil disebut wheeze.

Ronki kering bernada rendah akibat

sumbatan sebagaian saluran napas besar disebut sonourous, terdengar seperti orang mengerang/
grouning,.
Suara tambahan lain yaitu dari gesekan pleura/ pleural friction rub yang terdengar seperti
gesekan kertas, seirama dengan pernapasan dan terdengar jelas pada fase inspirasi, terutama bila
stetoskop ditekan.
B. Tujuan Pemeriksaan Auskultasi pada Paru-paru :
Pemeriksaan berguna untuk mengkaji aliran udara melalui bronkial dalam rangka mengevaluasi
adanya cairan atau obstruksi padat dalam paru. Untuk mengevaluasi kondisi paru, pemeriksa
mengauskultasi bunyi napas normal, bunyi napas tambahan dan bunyi suara.
a.

Suara nafas normal


Evaluasi suara nafas normal ditunjukkan dengan mengkaji pergerakan udara melalui sistem
pulmoner dan untuk mengidentifikasi adanya suara abnormal. Hal ini dilakukan dengan
meletakkan diafragma stetoskop pada dinding dada dan instruksikan pasien untuk bernafas dan
mengeluarkannya secara perlahan dengan mulut terbuka. Auskultasi harus dilakukan secara
sistematik, dari satu sisi ke sisi yang lain, dari atas ke bawah, ke bagian anterior, posterior dan
lateral. Suara nafas normal berbeda-beda tergantung pada lokasinya. Suara nafas normal
dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu bronkial, bronchovesikular, dan vesicular.

Tabel Karakteristik Suara Paru Normal

a.

Suara nafas abnormal


Adanya kondisi abnormal yang mempengaruhi pohon bronkhial dan alveoli dapat menghasilkan
bunyi tambahan. Ada 3 kategori suara nafas abnormal yaitu tidak adanya atau berkurangnya
suara nafas, suara nafas bronchial yang berpindah tempat dan suara nafas tambahan.
1. Tidak adanya atau berkurangnya suara nafas mengindikasikan bahwa kecilnya atau tidak
adanya aliran udara pada area tertentu.
2. Suara nafas bronchial yang berpindah tempat adalah suara beronchial normal yang
terdengar pada daerah perifer paru. Kondisi ini biasanya merupakan indikasi adanya
cairan atau eksudat pada alveoli.
3. Suara nafas tambahan adalah suara ekstra yang terdengar selain suara nafas normal.

Tabel Suara nafas abnormal dan kondisi yang berhubungan

AUSKULTASI ABDOMEN
Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakan usus dan adanya
gangguan pembuluh darah. Bunyi usus akan terdengar tidak teratur seperti orang berkumur

dengan frekwensi 5 35 kali permenit. Normal tidak terdengar bunyi vaskuler disekitar aorta,
ginjal, iliaka atau femoral, apabila terdapat desiran mungkin suatu aneurisma .
TOPOGRAFI ANATOMI ABDOMEN
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukan
lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
a.

Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan yang kedua
dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).

b.

Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-line
abdomen.

c.

Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan,


umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat dan
teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu,
misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan
saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal
dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba
di daerah suprapubik.
Kegunaan auskultasi abdomen ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising
pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.

1. Mendengarkan suara peristaltic usus.


2. Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh
bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam
usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
3. Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila
obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi seperti
dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
4. Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai
hilang.
5. Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada
aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar
adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.

Anda mungkin juga menyukai