Anda di halaman 1dari 16

Ilham Akbar

tak lagi mengenalmu


buat i.k.
daun kering mengubah tanah jadi kehitaman
dan sayap-sayap malaikat tak lagi putih merpati
tak perlu aku jelaskan
kemana dan seperti apa
engkau kujadikan aksara-aksara
saat fajar tertahan di balik bukit
aku mengukir langit dengan segaris asap dan api
dan aksara-aksara menghilang
terhanyut oleh berat embun malam
dan sampai nanti
aku temukan kembali
pada
sembilan ratus sembilan puluh sembilan masaku
hingga aku tak lagi mengenalmu
2009

Ilham Akbar
beri aku makan
beri aku nasi
aku belum makan satu abad
jangan tangisi aku
beri aku makan saja sudah cukup
biar aku berikan padamu semua doaku
agar engkau sanggup lebih banyak memberi makan
engkau patut menagih doa padaku
bila aku telah hilang
dan doaku tertahan di pintu langit
keruklah semua tulang-tulangku
di dalam rumah tuhan
dan lunaslah hutangku
2010

Ilham Akbar
hawa merintih di balik danau hitam
wanita penghisap luka
tak ada matahari di sinidi balik danau hitam
hanya air-air terhenti
di tengah kehitaman
tak akan kau jumpai
angin-angin memanah
dahan-dahan pepohonan
hanya hitam dan irama kosong
rintihanmu tak terdengar oleh suara-suara
dan kata-kata,
terhalang sendi-sendimu, di luar kuasamu
engkau biarkan usiamu
tak beranjak dari sini,
bedusta kepada cahaya
yang mengajakmu menemukan kota, kebisingan,
lampu-lampu, dan kuil,
tempat tuhanmu mendengar
rintihanmu yang menambah keindahan
ombak-ombak yang menepi ke tanah raya, neraka;
kau hanya akan terus mencari
di mana tuhan menciptakanmu
di sana iblis akan mengasuhmu
2010

Ilham Akbar
mati di peradaban busuk
aku terlahir dari masa itu:
menghampiri bumi yang padat
saat begitu suci
dan belum ditelan gelap
saat semua tersenyum padaku
dan dimensiku mampu kulukis
dengan ketabahan bintang bersinar
namun, abad ini begitu tandus dan petang
aku buta
ingin menyamar menjadi malaikat
tapi aku menciptakan iblis
bagi jiwa-jiwa mereka
2010

Ilham akbar
bocah berkain putih
bocah berkain putih
berambut hitam kemerahan
dua kakinya berpaku ke tanah asam
yang menghendaki hujan dan cinta
namun, jiwanya mengambang
menelusuri lautan, tanah, kahyangan
tempat para dewa memberi penilaian
dia berjalan
kemana saja dia berjalan
meski ada jeda yang membelah dirinya
antara tarikan nafasnya
dan rasa takutnya pada maut
dia bernaung pada kalung ibunya
nukilan awan dan tetasan air
meresap ke dalam hatinya
bocah, rapikan kainmu
dan terbanglah ke langit bersama ruhmu
simpan sayapmu agar tak seorang mengenal
engkau malaikat
dan kau akan selalu diseru oleh bumi:
sepasang kakimu yang berjalan di atas khayal
dan tanganmu yang dapat meraih langit
2010

Ilham Akbar
dua masabersama seorang kawan
kawan, maafkan masa kecilku
mengecilkan segala tingkahmu
saat siang datang aku menyambutmu
dengan tangan yang lain
banyak waktu kuaduk hingga kering
namun lama aku tak membuatmu
mengoceh seperti biasanya
kita telah berpindah mata, jiwa dan hati,
bintang semakin menyilaukan malam
dan lautan menepi ke daratan
mengapa kau hanya duduk memandang langit cekung
seakan ada dan tak ada cemburu
dengannya
atap-atap rumahmu kini telah menembus
hingga ke percikan awan
apakah kau terlalu bersemangat pada harimu
hingga kau syukuri semua keadilan alam itu?
maafkan aku, tentu kau mengerti kebiasaanku
memegang pundakmu
saat kau lumuri waktu
dengan keringatmu
aku ini memang sepertimu
namun aku yakin kau semakin mengerti
hukum sebuah cermin
dengan sekilas mata
dengan otak yang memutar hingga
timbul kata dan makna
kita pernah saling merangkul
menghitung langkah
di jalan setapak
namun kau memilih mengeruk tanah
di setengah jalanku
2010

Ilham Akbar
tentang denyutan di kepalaku
tabuhan seru siang ini masih membisingkanku
dan asap-asap rokok
saling menabrak dan memecah
berpencar
mencari titik berkumpul kembali
pelantun penuh padam
pita suara seperti pipa
termakan api, membuat denyutan di kepalaku
batu dan debu berlari
menambah serunya di kepalaku
suara tangis, berjalan
bocah perempuan mencari daun berguguran
untuk mengimpun pertanda-pertanda
tak mengerti,
mengapa aku mencari surau yang hening
mencari keberadaan yang terselimuti
doa-doa
dan pujian
kembali pada persengketaan suci
kapan gelap sunyi akan berkunjung?
ingin aku bertemu bercumbu dengan pelukan
dan suara lirihnya
tapi, gitar bersenar nadiku itu
semakin gila
menyerang pusat kepala
2010

Ilham Akbar
bahagia dan duka
bagi kedua adikku
musim selalu dapat kita temukan dan kita
lewati sepanjang hidup kita
seperti kebahagiaan dan duka, semua sama;
kebahagiaan adalah duka
dan duka adalah kebahagiaan yang lain,
akan selau berputar
saat aku seperti kalian,
saat kalian sudah menjadi diriku
saat kita sudah menjadi diri kita sendiri
saat kita tak mampu untuk tertidur
dan saat kehilangan jalan
saat kita teringat kelak,
sesudah mereka meninggalkan demi kita,
meninggalkan kita untuk bertemu kembali
dan saat aku juga tak di sisi kalian
mereka, aku,dan kalian.
tak ada bedanya antara kebahagiaan dan duka
2011

Ilham Akbar
daun kering terjatuh di antara kita
daun kering terjatuh di antara kita
menyeberang angin demi angin
debu di jalanan serta merta menembak dan menampar
dinding-dinding pagar pembatas taman kota
menembak bagai mesiu lurus dan tajam
menaklukan angin yang buta dan pecah
daun kering terjatuh di antara kita
kering katamu memanggil tanganku yang telah lama
tak menyentuhmu
di sini saat kita sama-sama terduduk
riang anak-anak di taman bagai perlombaan kicau burung
bernyanyi dan mengisi irama diam kita
setahun telah terbakar
semenjak pertemuan sederhana di malam itu
kita berada di sini, daun kering mengurung air
agar tak diserap udara
mengingatkanku padamu
berjalan tanpa lara, tanpa gemuruh dalam dada,
tanpa benci
diam
daun kering terjatuh di antara kita
2010

Ilham akbar
rumahku
rumahku di tengah belantara desa
rumahku kayu berjajar berbentuk undakan
cinta tertata rapi di setiap pintu
udara sopan bergeming lewat
tawa anak laki-laki
memamerkan mainan kayu susunnya
menjadi kebanggaan
dan lukisan pelangi
menyihir
agar semua tersenyum
rumput-rumput hijau menari
seakan punya mata dan kaki-kaki menari
di pagi hari
aku begitu cemburu
setelah sekian lama hampir melupakan
rumah kayuku
bukan bebatuan di tengah kota
canda ibuku
dia mungkin jauh setua tiang-tiang rumahku
namun mengerti aku yang muda
sambil menirukan gaya mudaku
dalam usianya
yang hampir menyentuh tanah
ayahku
dia tak mirip denganku
tubuhnya gempal
penuh daging dan darah
kumisnya menjalar
di sisi bibirnya
yang kehitamanhingga bertemu
dengan rambut di janggutnya
dia selalu berbisik di sepanjang garis putih di jalanku
saat jauh, saat aku berpura tak kenal rumahku, di sini
ini udaraku
dan hanya cicak-cicak semenjak itu
merekam duka sekaratku

rumahku
menyentuh hingga ke langit
keharuanku
aku terbawa aroma kopi ibuku
aku tertampar, aku bahagia
aku berontak
dan aku sekarang merangkul
semuanya
kembalilah jiwaku di sini
rumahku yang penuh tanda dan kiasan
rumahku di desa belantara
rumput-rumput di sini menari
dengan kaki hijaunya, menari
dengan mata dan senyum hijaunya
kulihat mereka setiap pagi
dan di kala siang mereka tertidur
dalam pelukan matahari
dan di sore hari, angin bergeming
mengitari ladang layaknya sebuah cincin
membangunkan petani yang tidur kelelahan
setelah payah mengairi sawah
yang melahirkan biji-bijian
dari perut tanah
dan seorang pengembara
yang tertawan kebebasan
di jalan-jalan liar
langkahnya mengiris sebentang ladang
memungut kembali mainan kayu susunnya
di sebuah beranda
ibu dan ayahnya
masih tersimpan di dalam rumah
seperti dua boneka penuh debu
sepasang matanya memberi salam
saat kaki pengembara menapaki undakan
bayangan tubuhnya memeluk
cinta yang tertata di setiap pintu
layaknya kembang sesaji
aromanya merestui ingatan
2010

ilham akbar
sajak masa muda si tua

di hadapan bumi yang basah


dan kewibawaan matahari
si lelaki tua membuka kembali
sebuah kitab usang
berisi sajak-sajak masa muda.
mengingatkannya kepada api dan sahabat
yang lama tenggelam
oleh ranjang masa tua: kepada ladang, wabah
dan banjir
musim telah sekerontang ia
sepikun ia
telah dibacanya halaman satu
sampai seperempat buku:
sajaknya yang bergelora
dimana tangan kanannya
ia kepalkan kuat-kuat
demi jas dan tuhan
kepada bumi dan leluhur
kepada cinta juga darah
Sajak ini;
akan tetap muda, dan hidup
seperti lidah api yang menjulur dalam gelap
mereka mempunyai alasan untuk tetap bertahan
bahkan ketika mati, pasti ada seseorang yang coba menyalakan kembali;
sajak ini, dia bisa saja tua dan mati
namun pasti akan selalu terlahir kembali
2013

Ilham Akbar
nama
setiap aku merasa kehilangan
kau selalu menatapku dalam cermin
lalu mengajakku ke suatu tempat,
di dunia lain, dalam sebuah dimensi lain
dimana aku menemukan diriku yang telah mati dan telanjang.
dan bunga-bunga bertebar menyelimuti;
kau ada dalam tubuhku,
mencintaiku sangat dalam.
dan kau adalah sebuah perjalanan yang menguatkan
2013

Ilham Akbar
peristiwa
dalam peristiwa semua orang memiliki andil. masing-masing berperan sebagai sebab atau akibat.
Seperti konspirasi tak sadar antara orang satu dengan yang lainnya untuk membuat satu kejadian.
Dimana masing-masing harus menjalankan misi denagan baik, dalam waktu yang sudah
ditentukan dan detail. Dan tak ada satu orang pun yang bisa mundur dari tugas ini. Kecuali ia
datang dari masa depan dan mengetahui segala peristiwa yang telah terjadi. Walau begitu, ia tak
akan menyadari tentang konspirasi ini.
2013

Ilaham Akbar
suara romantisme
jangan pernah pergi,
walaupun untuk sehari
karena aku tak bisa melewatkan bunga lahir dari
dirimu
jangan pernah menghilang;
aku tak bisa yang berjalan
dan selalu kembali ke angka awal
aku juga bukan seoarang pengembara
yang menerima segala sesuatu untuk hilang
dan aku juga bukan seseorang yang pandai
meniru tabiat matahari: melenyapkan masalalu
dan melahirkan hari-hari baru
janganlah pergi,
hidup bukan semacam untuk ditinggalkan
atau meninggalkan;
atau sebaiknya kita sama-sama berpikir:
kelak,setelah melewati satu lingkaran kehidupan
kita akan dipertemukan dengan kembali
dan membuat takdir baru
2013

Biodata
Ilham Akbar lahir di desa Salebu, Cilacap, 19 Januari 1991. Bergiat di Kebun Makna, sebuah
komunitas yang mewadahi minat pada penulisan kreatif dan keorganisasian di Pondok Pesantren
Cigaru, Majenang, Cilacap. Karyanya pernah dimuat dalam kumpulan puisi penyair Jawa
Tengah pendhapa 13: Dongeng Tentang Batu dan creative writing STAIN Purwokerto.
Email: ilhamakbarku@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai