Hernia Po2
Hernia Po2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal
melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara
kongenital yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang
tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi
(Mansjoer, 2002). Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis
dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus
(Sjamsuhidayat, 2004). Hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki
daripada perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu
perkembangan janin terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis
tidak menutup dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia
inguinalis (Oswari, 2005). Disebutkan bahwa 1 dari 544 orang yaitu sekitar 0,18%
mengalami hernia inguinalis lateral. Meskipun terbilang angka insiden ini rendah
tetapi masalah ini bisa menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi
kegawatan yang mengancam nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong
hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan
nyeri dan kerusakan organ tersebut
Pembedahan traktus gastrointestinal sering kali mengganggu proses
fisiologi normal pencernaan dan penyerapan. Mual, muntah dan nyeri dapat
terjadi selama pembedahan ketika digunakan anestesi spinal. Selain itu, nyeri pada
luka operasi juga akan timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan sehingga
terjadi penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme
anaerob. Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga
aktivitas sehari-hari dapat terganggu (Smeltzer, 2000). Kondisi yang seperti ini
mengharuskan adanya asuhan keperawatan yang tepat agar dapat mencapai
kesehatan yang optimal serta untuk menghindari komplikasi pada klien dengan
post operasi hernia inguinalis .
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
komplikasi
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis
yang berisi kandung kencing.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laparaskopi : untuk menentukan adanya hernia inguinalis lateralis
apakah ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi
hernia berulang atau tidak.
b. Pemeriksaan darah lengkap : lebih spesifik leukosit.
c. EKG : terjadi peningkatan nadi adanya nyeri.
d. USG Abdomen : untuk menentukan isi hernia.
e. Radiografi : terdapat bayangan udara pada thoraks.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia : hernia dikembalikan pada tempat semula
bisa langsung dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai
pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang
lemah, hernioplasty sering dilakukan pada anak-anak.
2) Hernioraphy. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia
dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bainyplasty atau
tehik yang lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
3) Herniotomy. Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu
dibuang. Ini dilakukan pada hernia yang sudah nekrosis.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Asuhan keperawatan perioperatif terdiri dari 3 tahap yaitu mempunyai
pra, intra dan pasca operative, dimana perawat mempunyai peran integral
dalam rencana asuhan kolaboratif dengan pembedahan.
1. Perawatan Preoperatif
Perawatan preoperatif meliputi :
Kelengkapan rekam medis dan status
Memeriksa kembali persiapan pasien
Informed concent
Menilai keadaan umum dan TTV
Memastikan pasien dalam keadaan puasa
Pada fase preoperatif ini perawat akan mengkaji kesehatan fisik dan
emosional klien, mengetahui tingkat resiko pembedahan, mengkoordinasi
berbagai pemeriksaan diagnostik, mengidentifikasi diagnosa keperawatan
yang mengambarkan kebutuhan klien dan keluarga, mempersiapkan
kondisi fisik dan mental klien untuk pembedahan.
2. Perawatan Intraoperatif
Perawatan intraoperatif meliputi :
Melaksanakan orientasi pada pasien
Melakukan fiksasi
Mengatur posisi pasien
Menyiapkan bahan dan alat
Drapping
Membantu melaksanakan tindakan pembedahan
Memeriksa persiapan instrument
Pada fase intraoperatif perawat melakukan 1 dari 2 peran selama
pembedahan berlangsung,yaitu perawat sebagai instrumentator atau
perawat sirkulator.Perawat instrumentator memberi bahan-bahan yang
dibutuhkan selama pembedahan berlangsung dengan menggunakan
teknik aseptic pembedahan yang ketat dan terbiasa dengan instrumen
pembedahan.Sedangkan perawat sirkulator adalah asisten instrumentator
atau dokter bedah.
3. Perawatan Post Operasi
Pada fase postoperasi setelah pembedahan,perawatan klien dapat menjadi
komplek akibat fisiologis yang mungkin terjadi.klien yang mendapat
anastesi umum cenderung mendapat komplikasi yang lebih besar dari
pada klien yang mendapat anastesi lokal. Perawatan post operative
meliputi :
Mempertahankan jalan napas dengan mengatur posisi kepala.
Melaksanakan perawatan pasien yang terpasang infus di bantu
dengan perawat anastesi
Mengukur dan mencatat produksi urine
Mengatur posisi sesuai dengan keadaan.
Mengawasi adanya perdarahan pada luka operasi
Mengukur TTV setiap 15 menit sekali
b. Diagnosa Keperawatan
RASIONAL
memberikan
berkelanjutan
dampak
serangan
jantung
Kaji tanda tanda ansietas verbal dan non Reaksi verbal / non verbal dapat
verbal
jenis operasi
dan
akan
merasa
nyaman
Beri dukungan pra bedah
Hindari konfrontasi
marah,
kerjasama
menurunkan
dan
mungkin
memperlambat penyembuhan
Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin danOrientasi
aktifitas yang diharapkan
dapat
menurunkan
kecemasan
aktivitas
pengalihan
menurunkan
perasaaan
terisolasi
Kolaborasi
pemberian
anti
cemas
sesuaiMeningkatkan
relaksasi
menurunkan kecemasan
anastesi
Tujuan
Ketidaktahuan prosedur pasien teradaptasi
Kriteria Hasil :
Pasien kooperatif terhadap intervensi premedikasi
anastesi
Persiapan prabedah dapat terlaksana secara optimal
dan
INTERVENSI
Jelaskan prosedur rutin prabedah
RASIONAL
Untuk dapat mempersiapkan pasien
yang menjalani pembedahan dengan
baik
premedikasi
Lakukan pemindahan dan pengaturan posisi Untuk menghindari cedera atau
saat pemindahan pasien dari barngkar ke
meja operasi
2. Intra Operasi
1) Resiko
RASIONAL
Untuk mengevaluasi terjadinya
kekurangan cairan tubuh dan untuk
menetukan intervensi selanjutnya
terpasang
urine
Monitoring perdarahan dan menghitung
RASIONAL
Lepaskan gigi palsu/ kawat gigi, kontak lensa, Menghindari cedera akibat
perhiasan sesuai dengan protokol operasi
pembedahan
Letakan plate diatermi sesuai dengan prosedur Jika tidak diletak dengan benar
dapat menimbulkan cedera pada
daerah sekitar penempatan diatermi
plate dan mengganggu kelancaran
operasi
Pastikan untuk mencatat jumlah pemakaian
3)
RASIONAL
langkah
awal
dalam
doek
steril
pada
pembedahan
Cek
kadaluarsa
alkes
yang
akanUntuk
dipergunakan
mencegah
infeksi
akibat
4)
RASIONAL
Sebagai
data
untuk
menentukan
intervensi selnjutnya
Kaji suhu lingkungan dan modifikasi sesuaiDengan pengaturan suhu lingkungan
lingkungan
selimut
selama pembedahan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat di ambil :
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. E. Marilyn (2000), rencanaasuhankeperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC.
Price. A. Silvia (2006), Pathophysiolg : Clinical Concepts of Disease Processes,
(dr. Brahm U. Pendit. dkk: penerjemah) volume 2, edisi 6, Jakarta: EGC.
Smeltzer. C. Suzanne (2010), Brunner and Suddarths textbook of
Medical-Surgical Nursing, (dr. H. Y. Kuncara. dkk: penerjemah), volume
2,edisi VIII, Jakarta: EGC.