Anda di halaman 1dari 2

Subsistem Pengolahan dan Penyimpanan Benih

Dormansi benih
Salah satu permasalahan dalam meningkatkan produksi benih kelapa sawit adalah pada

tahap awal perkecambahan, dapat diketahui benih kelapa sawit memiliki kulit yang sangat keras
sehingga harus melalui perlakuan khusus agar benih dapat berkecambah lebih cepat.
Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) dalam Kartika (2015) menyatakan bahwa ketika baru
dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang
terjadi. Benih kelapa sawit mempunyai endokarp yang sangat keras sehingga diperlukan
perlakuan kusus untuk mempercepat perkecambahannya Umumnya perlakuan pematahan
dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik
meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih.
Kimiawi biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia seperti
asam kuat (H2SO4 dan HCl), alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak atau melunakkan
kulit benih (Silomba, 2006).

Penyimpanan Benih Pasca Pematahan Dormansi


Adakalanya benih yang telah siap untuk berkecambah tidak segera dikecambahkan

karena tertundanya pembelian dari pihak konsumen. Hal ini menjadi salah satu permasalahan
bagi lembaga pensuplai benih untuk dapat mempertahankan mutu benih senantiasa berada dalam
keadaan yang optimum jika suatu hari kelak akan dikecambahkan. Mempertahankan viabilitas
benih pasca pematahan dormansi setelah disimpan memerlukan perlakuan yang khusus terhadap
benih. Upaya agar benih kelapa sawit mampu kembali berkecambah dengan melakukan
pemanasan ulang untuk memacu perkecambahan. Sekelompok benih yang urung berkecambah
ini akan ditempatkan dalam ruang penyimpanan dengan temperatur 18 - 22C, kemudian benih
yang disimpan ini selanjutnya dipanasi kembali untuk memacu proses perkecambahan. Tahap
selanjutnya setelah pemanasan ulang benih kembali direndam selama 2 hari (Lubis, 1993).
Subsistem Pasar dan Pemasaran
Saat ini ramai diberitakan tentang benih kelapa sawit palsu (ilegitim) yang diproduksi
tidak mengikuti standar proses produksi benih seperti yang lazim dilakukan oleh produsen benih
dan dipersyaratkan oleh pemerintah melalui standar nasional Indonesia (SNI, sedang dalam tahap

penggodokan final) untuk benih kelapa sawit. Solusi Untuk meredam peredaran dan penggunaan
benih ilegitim kelapa sawit, maka peran dan program PPKS ke depan adalah sebagai berikut:
1. Sumber benih diharapkan lebih mendekatkan diri kepada konsumen dengan jalan
menggalakkan program waralaba (varietas, benih, bibit, dll.) serta ikut mengambil
tanggung jawab bagi penyediaan bahan tanaman berkualitas untuk masyarakat pekebun
di wilayah yang berdekatan dengan kebun produksi benihnya.
2. Perlu lebih ditingkatkan peran Dinas Perkebunan di provinsi maupun di kabupaten
pengembangan kelapa sawit untuk mempermudah pemasaran benih kelapa sawit,
terutama kepada pekebun rakyat. Dalam hal ini Dinas Perkebunan dapat bertindak
sebagai outlet pemasaran benih dan teknologi kelapa sawit yang dihasilkan oleh sumber
benih.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, A. U. 1992. Kelapa sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar
Kuala, Pematang Siantar, Indonesia
Kartika., Surahman, M., dan Susanti, M. 2015. Pematahan dormansi benih kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) menggunakan KNO3 dan skarifikasi. Enviagro, Jurnal Pertanian dan
Lingkungan. 8 (2): 48-55
Silomba SDA. 2006. Pengaruh Lama Perendaman dan Pemanasan Terhadap Viabilitas Benih
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai