Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KASUS PKKT KMB

KELOMPOK I

Disusun oleh :
(Kelompok 1/Kelas Blora)
1. Ariema Pramista Dewi
2. Lukmini Anita R
3. Nanang Anacardia
4. Ery Vamirawati
5.

Imam Syaroni

6. Sugianto

STIKES KARYA HUSADA SEMARANG


2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AMI DAN DIABETES MILITUS


KASUS :
Seorang perempuau umur 50 tahun di rawat diruang penyakit dalam dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri seperti ditekan benda berat sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit, nyeri dada tidak
menyebar, mual dan muntah. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu,
obisetas sejak remaja dan sudah menopause sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mempunyai
diabetes miletus sejak 7 tahun yang lalu pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 128/78
mmHG, nadi 73 x/menit, pernafasan 17 x/menit, bunyi jantung S1-S2 normal. Terdapat luka di
dorsalis pedis sinistra dengan pengkajian luka : panjang 10 cm, lebar 6 cm, kedalaman sampai
tendon, 65 % jaringan nekrotik. Hasil pemeriksaan GDS 240 mg/dl, LDL 230 mg/dl. Gambaran
EKG sinus rytme (SR) dan ST elevasi pada lead II, III, aVF.
I.

PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 08.30 di Ruang X RSUD Y.
sumber data diperoleh dari anamnesa, observasi, pengkajian fisik, dan catatan medik
pasien.
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 50 tahun
Status Perkawinan: Sudah menikah
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Alamat
: Jalan xxx
Diagnosa Medis : AMI dan Diabetes Militus
Sumber Biaya
: BPJS
B. Alasan di rawat :
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
Saat masuk rumah sakit, pasien mengeluh Nyeri dada sebelah kiri seperti ditekan
benda berat sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit
2. Keluhan Utama Sekarang
Saat pengkajian pasien terlihat menahan nyeri pada dada sebelah kiri, seperti
tangan memegang dada dan menahan sakitnya.
C. Riwayat Penyakit

1. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dalam keadaan sadar, wajah meringis menahan nyeri di dada
sebelah kiri, mual (+), muntah (+), makan berkurang, wajah tampak pucat dan
keluar keringat dingin (+). Pasien tersebut datang dari IGD dan mendapat terapi
- infus D5% 20 tpm,
- morfin 1amp di encerkan 20cc NaCl,
- injeksi Ranitidin 1 amp,
- oksigen sungkup 8lpm.
2. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien menderita hipertensi sejak 3 tahun yang lalu, dan mempunyai riwayat
diabetes militus sejak 7 tahun yang lalu dan sejak remaja obesitas
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang memiliki riwayat
penyakit yang sama.
E. Data Bio- Psiko-Sosial-Spiritual
1. Bernafas
Saat pengkajiann pasien mengatakan sebelum dan sesudah masuk rumah sakit
tidak mengalami kesulitan dalam bernafas baik saat menarik nafas maupun
menghembuskan nafas.
2. Makan dan minum
Saat pengkajian pasien mengatakan Sebelum masuk rumah sakit pasien bisa
makan, habis 1 porsi dan makan bisa 3-4x sehari, suka ngemil dan makanmakanan yang manis. Setelah masuk rumah sakit pasien mengatakan hanya
makan 3-4 sendok makan dengan menu yang disediakan di Rumah Sakit.
Minum : saat pengkajian sebelum masuk rumah sakit pasien bisa minum kurang
lebih 8 gelas blimbing dalam sehari dan suka minum-minuman yang manis.
Setelah masuk rumah sakit dalam sehari pasien minum 3 gelas blimbing ( 600
cc) dan tambahan dari cairan infus yang terpasang
3. Eliminasi
BAB : Pasien terbiasa BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning,
bau khas.
BAK :Pasien BAK 10x perhari jumlah kira kira 1,5 liter, warna kuning, bau
khas.
4. Gerak dan aktivitas
Pasien mengatakan suda 2 minggu Pasien berjalan dengan menggunakan alat
bantu karena di dorsalis pedis sinistra pasien terdapat luka yang lebar dan dalam.
Namun pasien tidak mengalami kesulitan dalam melakukan miring kiri dan
kanan.

Aktivitas pasien sebelum masuk rumah sakit, pasien jarang melakukan aktivitas
karena semua aktivitas sudah dilakukan oleh pembantu dan pasien sebelum
mempunyai luka di kaki pasien juga jarang berolahraga
5. Istirahat dan tidur
Pasien dapat istirahat dan tidur, hanya terkadang pasien tidak bisa istirahat apabila
rasa nyeri di dadanya timbul.
6. Kebersihan diri
Selama di rumah sakit pasien memenuhi kebutuhan akan kebersihan diri di bantu
oleh keluarga.
7. Temperature/suhu tubuh
Sebelum masuk rumah sakit pasien suhu tubuh pasien normal (36C) tapi setelah
masuk rumah sakit suhu tubuh pasien naik menjadi 38C.
8. Rasa Aman
Pasien merasa aman selama berada di rumah sakit. Ketika ditanyakan oleh dokter,
perawat, keluarga maupun yang lain pasien tampak kooperatif
9. Rasa Nyaman
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa nyaman dan tidak
merasakan nyeri. Saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri
tidak menyebar, sakitnya seperti ditekan benda berat skala nyeri pasien 5 setelah
diberikan skala nyeri 0-10, nyeri apabila dipakai beraktivitas dan nyeri menetap
terus-menerus.
10. Sosialisasi dan Komunikasi
Hubungan pasien dan keluarga sangat baik. Keluarga pasien memberi dukungan
kepada pasien untuk kesembuhannya. Pasien juga ramah kepada dokter, perawat.
Pasien kooperatif ditanya oleh perawat.
11. Rekreasi
Saat pengkajian pasien mengatakan bosan dirumah sakit, pasien ingin segera
pulang, sembuh dan ingin melakukan aktivitasnya seperti biasa.
12. Belajar
Pasien cukup mengerti dan tahu mengenai penyakit yang dideritanya
13. Bekerja
Pasien sebelum masuk rumah sakit bisa mengerjakan sedikit pekerjaan rumah
tangga. Setelah masuk rumah sakit pasien hanya berbaring ditempat tidur.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Kesan Umum
: baik
b. Kesadaran
: Compos Mentis
c. Kebersihan diri : Kurang
d. Warna kulit
: sawo matang

2. Gejala cardinal
a. Suhu
:38 C
b. Nadi
: 73 x/menit
c. Tekanan Darah : 128/78 mmHg
d. Respirasi
: 17 x/menit
3. Keadaan Fisik :
a. Kepala
: Rambut hitam lurus keadaan bersih, nyeri tekan (-), benjolan (-)
b. Mata
: Pergerakan mata normal, konjungtiva merah muda, sklera putih,
c.
d.
e.
f.

pupil berefleksi baik, lingkar hitam (-), tidak menggunakan lat bantu melihat.
Hidung
: bentuk simetris, bersih, tidak ada polip,penciuman baik
Mulut dan Gigi : mukosa bibir kering, bersih tidak ada caries, lidah bersih.
Telinga
: bentuk simetris, pendengaran baik, kebersihan cukup
Leher
: bentuk simetris, nyeri tekan (-), tidak ada pemebsaran kelenjar

tiroid dan terdapat peningkatan tekanan vena jugularis


g. Genitalia : kurang bersih karena terpasang kateter
h. Kuku
: bersih, tidak panjang
i. Thorax
Inspeksi : dada ekspansi teratur
Perkusi : sonor area dada kiri dan pekak area dada kanan
Palpasi : teraba iktus cordis pada intercosta ke 4
Auskultasi jantung S1 dan S2 reguler S3 dan S4 murmur
Auskultasi paru
j. Abdomen
Inspeksi
: perut tampak buncit
Perkusi
: timpani
Palpasi
: teraba lunak dan tidak ada nyeri tekan,tidak ada massa.
Auskultasi : peristaltik usus 24x per menit.
k. Anus
Tidak ada haemoroid,tidak ada fistul.
l. Ektermitas
- Ektermitas bawah kiri terdapat luka dipunggung kaki dengan pjg 10
-

cm,lebar 6 cm ,dalam sampai tendon,65% jaringan nekrotik.


Ektermitas atas terpasang infus D5% pada ektermitas atas kanan,kekuatan

otot normal.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
- GDS 240 mg/dl,
- LDL 230mg/dl
- Hb 9 gr/dl
2. EKG
- Gambaran EKG sinus rytme (SR )dan ST elevasi pada lead II, III, aVF.
II.

PENGELOMPOKAN DATA

DATA SUBYEKTIF
Pasien mengatakan nyeri pada dada

sebelah kiri tidak menyebar (R),


sakitnya seperti ditekan benda berat
(Q), skala nyeri pasien 5 setelah
diberikan skala nyeri 0-10 (S), nyeri

DATA OBYEKTIF
TD : 128/78 mmHg
Nadi : 73 x/ menit
Pernafasan : 17 x/ menit
Suhu : 38 C
GDS : 240 mg/dl
LDL 230 mg/dl
Tampak luka di dorsalis pedis sinistra

apabila dipakai beraktivitas (P) dan

dengan pengkajian luka : panjang 10 cm,


lebar 6 cm, kedalaman sampai tendon, 65

nyeri menetap terus-menerus (T)


Pasien mengatakan mual dan muntah
Pasien mengatakan napsu makan

berkurang
Pasien mengatakan sudah mempunyai
riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang

lalu
Pasien mengatakan sejak remaja sudah

obesitas
Pasien mengatakan sudah menopause

sejak 5 tahun yang lalu


Pasein mengatakan sudah mempunyai

% jaringan nekrotik
EKG : sinus rytme (SR), ST elevasi pada

lead II,III,aVF
Pasien tampak pucat dan keringat dingin
Pasien tampak meringis menahan sakit

riwayat diabetes militus sejak 7 tahun


yang lalu

III.

ANALISA DATA
NO
1.

DATA
DS:
-

ETIOLOGI
Agen injuri biologis

Pasien mengatakan nyeri pada


dada sebelah kiri tidak
menyebar (R), sakitnya seperti
ditekan benda berat (Q), skala
nyeri pasien 5 setelah diberikan
skala nyeri 0-10 (S), nyeri
apabila dipakai beraktivitas (P)
dan nyeri menetap terusmenerus (T)

(iskemi miokard)

PROBLEM
Nyeri akut

DO:
- Pasien tampak meringis

menahan kesakitan
Pasien tampak pucat dan

keringat dingin
Pasien mengatakan tidak napsu

makan
Hasil EKG sinus rthyme ST

elevasi pada Lead II,III,AVF


LDL 230 mg/dl

DS:
Gangguan Sirkulasi
- Pasien mengatakan kurang lebih

Kerusakan
integritas jaringan

sudah 2 minggu terdapat luka di


-

dorsalis pedis sinistra


Pasien mengatakan sejak remaja
sudah mempunyai riwayat
obesitas

DO:
-

Ada luka di dorsalis pedis


sinistra

luka panjang : 10cm, lebar 6


cm, kedalaman sampai tendon

65 % jaringan nekrotik

- Terdapat ondermining di luka


DS :
-

Pasien mengatakan mempunyai


riwayat DM sudah 7 tahun yang
lalu

DO :
-

Nampak luka di dorsalis pedis

luka panjang : 10cm, lebar 6


cm, kedalaman sampai tendon

65 % jaringan nekrotik

Penyakit Kronis (DM)

Resiko Infeksi

IV.

Terdapat ondermining di luka

Adanya tanda-tanda inflamasi

Suhu 38 C

GDS : 240 mg/dl

Hb : 9 gr/dl

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injuri biologis (iskemi miokard) ditandai dengan pasien
mengatakan mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri tidak menyebar (R), sakitnya
seperti ditekan benda berat (Q), skala nyeri pasien 5 setelah diberikan skala nyeri 010 (S), nyeri apabila dipakai beraktivitas (P) dan nyeri menetap terus-menerus (T),
ST elevasi pada Lead II,III,AVF dan LDL 230 mg/dl
2. Kerusakan Integritas jaringan b/d gangguan sirkulasi ditandai dengan Adanya luka di
dorsalis pedis sinistra luka panjang : 10cm, lebar 6 cm, kedalaman sampai tendon, 65
% jaringan nekrotik dan Terdapat ondermining di luka
3. Resiko infeksi b/d penyakit kronis (DM) ditandai dengan Nampak luka di dorsalis
pedis luka panjang : 10cm, lebar 6 cm, kedalaman sampai tendon 65 % jaringan
nekrotik,Terdapat ondermining di luka, Adanya tanda-tanda inflamasi, Suhu 38 C,
GDS : 240 mg/dl dan Hb : 9 gr/dl

V.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/Jam

Dx Kep

Tujuan keperawatan

NOC
Diagnosa Setelah dilakukan asuhan
1

keperawatan selama
3x24 jam diharapkan nyeri
akut Teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan

Intervensi Keperawatan
(NIC)
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif ( lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas dan faktor
pesipitasi)
2. Observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
teraipetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
4. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lalu
5. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,

TTD

managemen nyeri
3. Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda
nyeri
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

pencahayaan, kebisingan
6. Ajarkan tentang teknik
pernafasan / relaksasi
7. Berikan analgetik untuk
menguranggi nyeri
8. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
9. Anjurkan klien untuk
beristirahat
10. Kolaborasi dengan dokter
jika keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Analgetic Administration
1. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan
frekuensi
2. Cek riwayat alegi
3. Monitor vital sign
sebelumdan sesudah
pemberian analgetik pertama
kali
4. Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
5. Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala (efak
samping)

Diagnosa Setelah dilakukan tindakan


2

keperawatan selama 3x 24

Wound care :
1. Catat karakteristik luka

jam wound healing

tentukan ukurandan

meningkat dengan

kedalaman luka serta

indicator:

klasifikasi pengaruh ulkus

1. Luka mengecil dalam


ukuran
2. Peningkatan granulasi
jaringan

2. Catat karakteristik cairan


secret yang keluar
3. Bersihkan dengan cairan
anti bakteri
4. Bilas denganNaCl
5. Lakukan nekrotomi
6. Lakukan tampon yang

sesuai
7. Dressing dengan kassa steril
sesuai dengan kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
9. Pertahankan teknik dressing
steril ketika melakukan
perawatan luka
10. Amati setiap perubahan
pada balutan
11. Bandingkan dan catat setiap
adanya perubahan pada luka
12. Berikan posisi terhindar dari
Diagnosa Setelah dilakukan tindakan
3

keperawatan selama
3x24 jam status kekebalan

tekanan
KONTROL INFEKSI
1. Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien Lain

pasien meningkat

2. Pertahankan teknik isolasi

dengan indilaktor:

3. Batasi pengunjung bila perlu

1. tidak didapatkan infeksi 4. Instruksikan pengunjung


berulang
2. temperatur badan sesuai
yangdiharapkan
3. integritas kulit
4. integritas mukosa

untuk mencuci tangan saat


berkunjung dan setelah
berkunjung
5. Gunakan sabun anti mikroba
untuk cuci tangan

5. tidak didapatkan fatigue 6. Cuci tangan sebelum dan


kronis

sesudah tindakan
keperawatan

setelah dilakukan tindakan 7. Gunakan universal


keperawatan selama 3x24

precaution dan gunakan

jam pasien mengetahui

sarung tangan selama kontak

cara mengontrol infeksi

dengan kulit yangtidak utuh

dengan indikator:
1. Mendeskripsikan
proses penularan
penyakit
2. Mendeskripsikan
faktor

perlu
9. Observasi dan laporkan tanda
dan gejal infeksi seperti
kemerahan, panas, nyeri,
tumor

yangmempengaruhi

10. Istirahat yang adekuat

terhadap proses

11. Kaji warna kulit, turgor dan

penularan penyakit
3. Mendeskripsikan
tindakan yang dapat
dilakukan untuk
pencegahan proses
penularan penyakit
4. Mendeskripsikan tanda
dan gejala infeksi
5. Mendeskripsikan

VI.

8. Berikan terapi antibiotik bila

tekstur, cuci kulit dengan


hati-hati
12. Pastikan teknik perawatan
luka yang tepat
13. Ajari pasien dan keluarga
tanda dan gejal infeksi dan
kalau terjadi melaporkan
padaperawat
14. Ajarkan klien dan anggota

penatalaksanaan

keluarga bagaimana

yangtepat untuk infeksi

mencegah infeksi

IMPLEMENTASI

NO Hari/tgl/jam

Diagnosa

kep
Diagnosa

IMPLEMENTASI
-

RESPON PASIEN

Mengkaji lokasi

DS : pasien mengatakan

karakteristik, kualitas

nyerinya berkurang Skala

dan keparahan nyeri

Nyeri 4 setelah diberikan

sebelum mengobati

obat anti nyeri dan

pasien

didaerah dada sebelah kiri,


nyeri seperti ditekan benda

Memeriksa catatan

berat
DO : -

PARAF

medis terkait obat,


dosis dan frekuensi
pemberian analgesic
-

Menciptakan

DS : pasien mengatakan

lingkungan yang

agak tenang
DO : -

nyaman, membatasi
jumlah pengunjung.

DS : pasien mengatakan
-

Mengajarkan tekhnik
mengurangi nyeri non

mengerti cara teknik

farmakologi (teknik

relaksasi
DO : pasien dapat

relaksasi)

memperagakan teknik
relaksasi

Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
DS : pasien mengatakan

Anjurkan pasien untuk


beristirahat

dapat istirahat
DO : pasien tampak tenang
dan tidak lemas

Kerusakan -

Mengkaji karakteristik

DS : -

Integritas

luka

DO :
-

jaringan
b/d

Nampak luka di
dorsalis pedis

gangguan
sirkulasi

luka panjang : 9cm,


lebar 5 cm, kedalaman

Melakukan wound
care

sampai tendon
65 % jaringan nekrotik

DS : -

Mencatat perubahan

DO : luka tampak bersih

perubahan pada luka


DS : DO :
- granulasi membaik
- Tidak ada tanda-tanda
inflamasi
3

Resiko

Membersihkan

ruangan
Membatasi pengunjung

bila perlu
Mengistruksikan

infeksi b/d
penyakit
kronis
(DM)

pengunjung untuk

DS : pengujung paham
cara bercuci tangan
DO : sebagian pengunjung

mencuci tangan dengan mau cuci tangan


sabun anti mikroba
saat berkunjung dan

setelah berkunjung

DS : DO : tanda-tanda inflamasi

Mengobservasi tanda

sudah tidak ada

dan gejala infeksi


-

Melakukan teknik
perawatan luka dengan
tepat

Kolaborasi pemberian
antibiotik

VII.

EVALUASI

HARI

DIAGNOSA
Nyeri akut b/d agen
injuri biologis (iskemi

CATATAN PERKEMBANGAN
S:
- Pasien mengatakan nyeri agak
berkurang, skala nyeri menjadi 4

miokard)

setelah diberikan obat anti nyeri dan di


daerah dada sebelah kiri, nyeri seperti
-

ditekan benda berat


Pasien mengatakan nafas dalam dapat

mengalihkan rasa sakit/ nyeri


Pasien mengatakan selalu melakukan
teknik relaksasi jika timbul nyeri

O:
- pasien tampak tenang
- KU : CM
- Pasien mampu menjelaskan manfaat
-

dan jenis managemen nyeri


TD : 120/70 mmhg, RR 17 x/menit,

Nadi 88 x/menit
Pasien melakukan teknik

relaksasi/nafas dalam
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan Intervensi NIC pengelolaan
Kerusakan Integritas
jaringan b/d gangguan
sirkulasi

Resiko infeksi b/d

nyeri akut
S:
O:
- Nampak luka di dorsalis pedis
- luka panjang : 9cm, lebar 5 cm,
kedalaman sampai tendon
- 50 % jaringan nekrotik
- Luka tampak bersih
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi wound care
S:
- Pasien mengatakan tidak punya riwayat

PARAF

penyakit kronis (DM)

alergi
O:
- Skiin test cefotaxime hasil negative
- Keluarga pasien mampu melakukan
-

cuci tangan yang benar


tidak terdapat tanda inflamasi
Nampak luka di dorsalis pedis
luka panjang : 9cm, lebar 5 cm,

kedalaman sampai tendon


- 50% jaringan nekrotik
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
NIC : Kontrol Infeksi

VIII. SKILL
PERAWATAN LUKA
NO DOKUMEN

NO.Revisi

Halaman
I

PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal Terbit

Ditetepkan Oleh

STANDAR
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PETUGAS

PERALATAN

PROSEDUR
PELAKSANAAN

Perawatan luka adalah Perawatan pada luka yang bertujuan untuk


mencegah komplikasi dan meningkatkan proses penyembuhan luka .
1. Meningkatkan Hemostsatis luka .
2. Mencegah infeksi .
3. Mencegah Cidera jaringan yang lebih lanjut.
4. Mempertahankan Integritas kulit.
5. Mencegah terjadinya komplikasi pada luka .
6. Meningkatkan proses penyembuhab luka .
7. Mendapatkan kembali fungsi normal.
8. Memperoleh rasa nyaman .
Luka kotor, Luka Dikubitius, Luka Diabetik.
PERAWAT
Bak Instrumen Yang berisi
1. Pinset Anatomi .
2. Pinset Chirurgis .
3. Gunting Debridemand .
4. Kasa Steril.
5. Kom 3 buah.
Peralatan Lain terdiri dari
1. Sarung Tangan .
2. Gunting Plester.
3. Plester
4. mnnAlkohol .
5. Desinfektan
6. Na CL 0,9 %
7. Bengkok 2 buah , 1 buah berisi larutan desinfektan.
8. Verband
9. Obat luka sesuai Kebutuhan
10. Perlak / Pengalas .
A. FASE PRA INTERAKSI
1. Melakukan Verifikasi Program Terapi.
2. Mencuci tangan .
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar.
B. TAHAP ORIENTASI
1. Mengucapkan Salam .
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan Tujuan dan Prosedur tindakan pada keluarga /
pasien .

4. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan di lakukan .


C. TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi pasien
2. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas .
3. Membuka Peralatan .
4. Memakai Sarung tangan .
5. Membasahi pleter dengan alcohol dan membuka
menggunakan pinset.
6. Membuka balutan lapis luar .
7. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester .
8. Membuka balutan lapis dalam.
9. Menekan tepi luka ( sepanjang luka ) untuk mengeluarkan
pus.
10. Melakukan debridement.
11. Membersihakan luka dengan cairan Na CL
12. Melakukan Kompres desinfektan dan tutup dengan kasa .
13. Memasang plester atau verban .
14. Merapikan Pasien.
D. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi Tindakan yang di lakukan .
2. Menyampaikan hasil pengamatan dan analisa .
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut .
4. Membereskan alat alat .
5. Mencuci tangan.
6. Berpamitan.
7. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan .
E. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Melakukan komunikasi Terapeutik .
2. Melakukan Tindakan dengan aman .
3. Memantau tanda dan gejala infesksi lokal atau sistemik.
4. Memperhatikan kenyamanan klien selama perawatan luka .
5. Jika drainase luka meningkat, tingkatkan frekwensi
pergantian balutan.

TUGAS JURNAL
NO KOMPONEN JURNAL 1
1
Pengarang dan Ns. I Wayan
tahun

Sukawana S. Kep,

JURNAL 2
Cipto Susilo

JURNAL 3
Niputu Nirah Ayu

JURNAL 4
Sri Puguh K

Hidayat Sujuti

Abdul Majid

Ahmad Solekhan

penelitian

M. Pd

Titin Andri W

Santi Damayati

Soni Hermawanto

Ns. Made

Tahun 2013

Tahun 2013

Tahun 2011

Tahun 2014
EFEKTIFITAS

HUBUNGAN

PENGARUH

HUBUNGAN

PERAWATAN

LUAS INFARK

PENDIDIKAN

ANTARA

LUKA KAKI

MIOKARD

KESEHATAN

OBESITAS

DIABETIK

(BERDASARKAN TERHADAP

SENTRAL DAN

MENGGUNAKAN

SKOR

TINGKAT

DISLIPIDEMIA

BALUTAN

SELVESTER)

PENGETAHUAN

TERHADAP

MODERN DI

DENGAN

PASIEN

TERJADIAN AKUT

RSUP SANGLAH

RESPON NYERI

DIABETUS

MIOKARD INFARK

DENPASAR DAN

DADA PADA

MILITUS TIPE 2

(AMI) DI RS

KLINIK DHALIA

SIDROM

DALAM

TLOGOREJO

CARE

KORONER AKUT PENCEGAHAN

Suindrayas S. Kep
2

Judul

(SKA) DI RSD Dr.

ULKUS KAKI

SOEBANDI

DIABETIK DI

JEMBER

POLI KLINIK
RSUD
PANEMBAHAN
SENOPATI
BANTUL

Latar

Kasus DM telah

Sindrom koroner

Belakang atau

menjadi enyakit

akut

Alasan diteliti

endemik dalam 10

menggambarkan

tahun terakhir yang

suatu penyakit

meningkat 2-3 kali

yang erat dengan

lipat. Di Indonesia

mortaliatas tinggi

menempti urutan ke

serta metupakan

4 angka kejadian

suatu keadaan

DM di dunia

gaawat darurat

setelah India, Cina

jantung dengan

SEMARANG

dan Amerika

manisfestasi klinis

Serikat.

berupa keluhan

Peningkatan jumlah

perasaan tidak

kejadian DM juga

enak atau nyeri

meningkatkan

dada yang disertai

angka kejadian

dengan gejala lain

DM, salah satunya

sebagai akibat

luka kaki diabetik.

iskemia miokard

Di amerika Serikat

(Depkes RI 2007).

dari 2.5% penderita


DM per tahunnya
15% menjalani
amputasi.
Dengan perawatan
luka konvensional
menyebabkan rasa
sakit pada klien dan
sel-sel baru yang
akan tumbuh akan
rusak. Saat ini
tekhnik perawatan
luka mengalami
banyak
perkembangan.
Prinsip dari
perawatan luka
modern menjaga
lingkungan luka
tetap lembab untuk
memfasilitasi
penyembuhan luka.

Dan tehnik
perawatan luka
konvensional
membutuhkan
waktu jangka
panjang sehingga
beban yang
dikeluarkan pasien
lebih banyak,
beberapa
penelitaian
mebuktikan bahwa
balutan luka
modern lebih
efektif
dibandingkan
balutan
konensional/dengan
4

Tujuan

kasa.
Mempercepat

Untuk mengetahui

penyembuhan luka

respon nyeri dada

DM

pada pasien

Menurunkan biaya

berdasarkan luas

perawatan pasien

infark dan
berdasarkan skor

Manfaat

Tekhnik perawatan

silvester.
Untuk mengetahui

luka balutan

pengaruh luas

modern dapat

infark miokard

diterapkan di klinik

terhadap respon

dan rumah sakit

nyeri sedang dan


berat

Teori utama

Prinsip dari

Sindrom koroner

yang

perawatan luka

akut

mendasari

modern menjaga

menggambarkan

lingkungan luka

kejadian

tetap lembab untuk

kegawatan pada

memfasilitasi

pembuluh darah

penyembuhan luka

koroner yang

dan

bersifat progresif

mempertahankan

terjadi perubahan

kehilangan cairan

secara tiba-tiba

dan kematian sel

dari stabil menjadi

(De Laune, 2002

tidak stabil.

dalam Dewi, 2008)

Berdasarkan
luasnya presentasi
klinis SKA
mengacu adanya
segment ST elevasi
atau Stemi, non
Stemi serta
unstable angina
(UA) (Soerianata
et al 2004, Depkes
RI 2007 coven

Jenis penilitian Kuatitatif

2012)
Analitik
observasioal

Rancangan

Eksperiment semu

penelitian

(quesy-experiment)

Cross sectional

non equivalent
9

Populasi

control group
Pasien DM dengan

166 orang

luka kaki (grade IIIV sesuai kalsifikasi


10
11

Sample
Tekhnik

Wagner)
8 orang
Non Probability

20 orang
Konsekutive

sampling

sampling dengan

sampling

tekhnik purposive
12

Pengolahan

sampling
One-Way ANOVA

13

data
Hasil dan

Nilai signifikan (p)

Hasil Penilitian ini

kesimpulan

lebih kecil dari

rata-rata responden

pada nila alpha

berusia 50-69

(0,05) sehingga Ho

tahun (kolompok

yang bermakna ada

pertama), usia 60-

perbeaan efektifitas

69 tahun

perawatan luka .

(kelompok kedua)

SPSS

masing-masing 8
responden 40%,
jenis kelamin lakilaki sebanyak 16
responen sebanyak
80%.
Luas infark
miokard
berdasarkan skor
silvester
menunjukan antara
10-20% berjumlah
9 responden (45%)
hasil penelitian
menunjukan bahwa

respn nyeri dada


pada pasien
sebagian besar
14

Saran

Bagi peniitian lain

nyeri ringan (45%)


Bagi peniitian lain

yang ingin

yang ingin

melanjtkan

melanjtkan

penelitian ini

penelitian ini

diharapka agar

diharapka agar

menambah jumlah

mrnambah jumlah

responden dan

responden

waktu yang lebih


lama sehingga luka
bener-benar
sembuh.

Anda mungkin juga menyukai