Anda di halaman 1dari 58

Menanamkan Nilai-Nilai Antikorupsi

dalam Pembelajaran Inovatif


berdasarkan Kurikulum 2013
Zulfikri Anas
Pusat Purikulum dan Perbukuan
Email : fikrieanas@yahoo.com
Blog : http://fikrieanas.wordpress.com/
Facebook.com/zulfikri.anas
HP: 08121032210

Janji dunia pendidikan terhadap Bangsa:


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara
(Bab I, Pasal I, Ayat (1) UUSPN No. 20 tahun 2003)

Menjadi Guru = Berani

Pembangunan Karakter:

KITA ADALAH MURID PERTAMA


DARI SETIAP UCAPAN KITA
Jemy V. Confido (2011)

Company Logo

Ada apa dengan karakter?

Titipan Muatan Kurikulum


Banyaknya titipan berbagai pihak terhadap
pendidikan, seperti: HAM, Kesehatan Reproduksi,
Pengurangan Resiko Bencana, Antikorupsi dll
SEMUA ITU SUDAH TERINTEGRASI MELALUI
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

Climate
Change

Pend. Lansia

Pend. Lalulintas

Pend. Karakter
Bangsa

Apa lagi ?

Pendidikan
Kewirausahaan

Pend. Kesehatan
Reproduksi

SKL
Pendidikan
Ekonomi Kreatif

SI
KTSP

EfSD

Pend. Pencegahan
HIV/AIDS

Pend. Pengurangan
Resiko Bencana

MultiKultur
Pendidikan
Kelautan

Pend. Lingkungan
Hidup

Pendidikan
Anti Korupsi
Pend. HAM

Faktor-Faktor Kultural/Kebiasaan yang


berkontribusi terhadap Perilaku Korupsi,
Tradisi memberi hadiah, ucapan terimakasih,
dan upeti berpeluang berkembangnya
perilaku tindak pidana korupsi.
Mental menerabas (instan) dan perilaku
konsumtif
Jam Karet (menunda-nunda pekerjaan) dsb.

ANTIKORUPSI = INTEGRITAS
(Semua sikap/tindakan menghindari, melawan, memberantas,
mencegah korupsi, spt: konsisten pada aturan, berani bersaksi dsb. )

Integritas

VS
Integritas

Korupsi

(Kesatuan atau keselarasan


antara pikiran, kata, perbuatan
dan hati nurani )

Sumber : Bahan diskusi KPK :2012

Anti Korupsi dan Pendidikan Anti Korupsi


Anti Korupsi :
Semua tindakan yang melawan,
memberantas, menentang, dan mencegah
korupsi
Pendidikan Anti Korupsi:
Upaya memberikan pemahaman dan
penanaman nilai-nilai kepada peserta didik
agar berperilaku anti korupsi

Tujuan PAK
Membangun kehidupan sekolah sebagai bagian dari
masyarakat melalui penciptaan lingkungan belajar yang
berbudaya integritas (antikorupsi), yaitu: jujur, disiplin,
tanggung jawab, bekerja keras, sederhana, mandiri, adil,
berani, peduli dan bermartabat (dignity).
Mengembangkan potensi kalbu/nurani peserta didik melalui
ranah afektif sebagai manusia yang memiliki kepekaan hati
dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai budaya sebagai wujud
rasa cinta tanah air, serta didukung oleh wawasan
kebangsaan yang kuat.
Menumbuhkan sikap, perilaku, kebiasaan yang terpuji sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius;
Menanamkan jiwa kepemimpinan yang profesional dan
bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa;
Menyelenggarakan manajemen sekolah secara terbuka,
transparan, profesional, dan bertanggung jawab.

Peran Pendidikan
Mencegah meluasnya perilaku tindak korupsi sejak dini
melalui:

Penyelenggaraan manajemen berbasis sekolah


(MBS) secara profesional, transparan, dan
akuntabel
Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran secara
holistik yang mengembangkan semua ranah
kemampuan melalui pendekatan belajar aktif,
keteladanan, pembiasaan dan pembudayaan
Meningkatkan kepedulian dan partisipasi publik
agar sekolah menjadi institusi yang berbudaya
integritas (antikorupsi) dalam setiap aktifitasnya.

Perilaku Anti Korupsi


Bidang
Politik

Sosial

Ekonomi

Contoh Perilaku Anti Korupsi


(Ditjen Mandikdasmen 2010)

Nilai-Nilai yang
Ditanamkan

Kebijakan didasarkan pada kepentingan


bersama.

Keterbukaan, Peduli,
Tanggung Jawab

Melaksanakan kebijakan didasari pada sikap


menjunjung tinggi kebenaran.

Jujur, Adil, Tanggung


Jawab

Melaksanakan pengawasan secara adil dan


berani

Adil, Tanggung Jawab,


Berani, Jujur,

Menepati janji

Tanggung Jawab, Disiplin,

Tidak diskriminatif dalam memberikan layanan

Peduli, Adil, Keterbukaan,

Tidak nepotisme dan kolusi

Adil, Keterbukaan,

Melakukan persaingan secara sehat

Adil, Keterbukaan, Jujur,


Kerja Keras

Tidak melakukan penyuapan

Jujur, Keterbukaan

Tidak boros dalam menggunakan sumber


daya

Tanggung Jawab, Kerja


Keras

Peluang Tindakan Korupsi dan cikal-bakal Korupsi di Sekolah


KEGIATAN

CONTOH/KEMUNGKINAN

Penyusunan, penetapan, dan pengesahan rencana kerja


menengah dan tahunan sekolah

Gratifikasi, pemerasan, suap

Proses pengadaan barang dan jasa di sekolah

Gratifikasi, pemerasan, suap ,


Mark-up

Penerimaan, penempatan dan mutasi pendidik dan


tenaga kependidikan

Gratifikasi, pemerasan, suap

Penerimaan siswa baru, kenaikan kelas dan mutasi siswa Gratifikasi, pemerasan, suap
Kegiatan belajar mengajar, ekstra kurikuler dan kegiatan
lain dalam rangka pengembangan diri

Kecurangan, tidak konsisten


dalam penegakkan disiplin
sekolah

Penyelenggaraan ulangan atau ujian (ulangan harian,


ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ulangan kenaikan ujian sekolah dan ujian nasional)

Kecurangan, menyontek,
menjiplak, pilih kasih,
gratifikasi,

Proses kenaikan dan kelulusan siswa

Gratifikasi, kecurangan

Pengawasan/supervisi dan monitoring sekolah

Gratifikasi

Proses akreditasi sekolah dan sertifikasi pendidik

Gratifikasi, rekayasa data,


plagiat/menjiplak

DESAIN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI SEBAGAI BAGIAN


DARI PENDIDIKAN KARAKTER
PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN
Agama, Pancasila, UUD 1945,
UU No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Teori
Pendidikan,
Psikologi, Nilai,
Sosial Budaya

Nilai-nilai
Luhur :

INTERVENSI

SATUAN
PENDIDIKAN

KELUARGA

MASYARAKAT

Perilaku
Berkarakter
Perilaku
Anti
Korupsi

Nilai-Nilai
Anti
Korupsi

PEMBIASAAN

Pengalaman terbaik
(best practices) dan
praktik nyata

PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya,
Lingkungan, Sarana dan Prasarana, Kebersamaan,
Komitmen Pemangku Kepentingan

17

9 Nilai Antikorupsi Menurut KPK


Nilai
Jujur

Disiplin

Tanggung
Jawab
Kerja Keras
Sederhana
Mandiri

Adil
Berani

Peduli

Contoh Indikator

Selalu berbicara dan berbuat sesuai dengan fakta,


Tidak melakukan perbuatan curang,
Tidak berbohong,
Tidak mengakui milik orang lain sebagai miliknya
Berkomitmen untuk selalu berperilaku konsisten dan berpegang teguh pada aturan yang
ada dalam semua kegiatan
Selalu menyelesaikan pekerjaan atau tugas-tugas secara tuntas dengan hasil terbaik
Selalu berupaya untuk menuntaskan suatu pekerjaan dengan hasil yang terbaik,
Tenghindari perilaku instan (jalan pintas) yang mengarah pada kecurangan
Selalu berpenampilan apa adanya, tidak berlebihan, tidak pamer dan tidak ria
Selalu menuntaskan pekerjaan tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain,
Tidak menyuruh-menyuru atau menggunakan kewenangannya untuk menyuruh orang lain
untuk sesuatu yang mampu dikerjakan sendiri
Selalu menghargai perbedaan,
Tidak pilih kasih
Berani jujur,
Berani menolak ajakan untuk berbuat curang,
Berani melaporkan adanya kecurangan,
Berani mengakui kesalahan
Menjaga diri dan lingkungan agar tetap konsisten dengan aturan yang berlaku,
Selalu berusaha untuk menjadi teladan dalam menegakkan disiplin, kejujuran, dan
tanggung jawab bersama

3 Pilar Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi di sekolah


(Manajemen, Pembelajaran, Partisipasi Publik)

Sekolah Berbudaya Integritas (Antikorupsi)


KETELADANAN

Manajemen
Berbasis
Sekolah
(MBS)

Pembelajaran (Integrasi
Melalui Mata Pelajaran,
Muatan Lokal,
Pengembangan Diri )
Dalam
Kelas

Partisipasi
Publik

Luar
Kelas

Nilai-Nilai Karakter/Antikorupsi: Religius ,Sederhana, Jujur, Toleransi, Disiplin,


Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis , Adil, Rasa Ingin Tahu, Semangat
Kebangsaan , Cinta Tanah Air ,Berani, Menghargai Prestasi,
Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan,
Peduli Sosial, Tanggung Jawab

Metodologi Pembelajaran dan Evaluasi

Metodologi Pembelajaran:
Pembiasaan, keteladanan,
learning by doing/belajar melalui
pengalaman, diskusi,klarifikasi,
refleksi diri,
Evaluasi: performans, produk,
proses

Kurikulum 2013

Perubahan proses pembelajaran


[dari siswa diberi tahu menjadi
siswa mencari tahu] dan proses
penilaian [dari berbasis output
menjadi berbasis proses dan
output] memerlukan penambahan
jam pelajaran
7/17/2014

DRAFT

22

Makna Kegagalan Pendidikan

Anak-anak yang gagal dan sekolah


yang gagal adalah sebuah indikasi
dari adanya sistem yang salah,
bukan otak yang salah.(Eric Jensen:
2008)

Pembelajaran menggunakan lingkungan vs Instruksi


Langsung
Daya ingat setelah 14 hari

Hari 1

Hari 14

A. Pembelajaran dengan instruksi langsung kemampuan mengingat akan turun dihari ke-14

Daya ingat setelah 14 hari


Hari 1

Hari 14

B. Pembelajaran yang menggunakan lingkungan kemampuan mengingat akan naik di hari ke-14
Sumber: The Hippocampus as a Cognitive Map by OKeefe and Nadel dalam Eric Jensen (2008)

KURIKULUM = JANJI KITA (GURU) PADA ANAK


TIDAK TAHU

TAHU

TIDAK BISA

BISA

TIDAK
TERBIASA
MALAS,
TIDAK
DISIPLIN,
NAKAL

KURIKULUM
TERBIASA
RAJIN,
DISIPLIN,
AKHLAK
MULIA

Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013


Penjelasan UU No. 20 Tahun 2003, Bagian Umum:
Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undangundang ini meliputi: ....., 2. pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,.....;

Penjelasan Pasal 35, UU No. 20 Tahun 2003:


Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.

Melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis


Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004
dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan secara terpadu

27

27

Kurikulum2013
Mengurangi Verbalisme
Berbasis Kompetensi
Pendekatan Saintifik (Mengamati, Menanya,
Mengeksplorasi, Mangasosiasi,
Mengkomunikasikan)
Penilaian Otentik beracuan kriteria (Dapat
ditelusuri dan dibuktikan Siapa, melakukan
apa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana : 5
W, 1 H)

Kesalahan Kita
Kesalahan fatal kita adalah ketika kita merasa peduli
dengan pendidikan anak-anak kita dengan

membimbing mereka untuk mencapai


titik atau posisi tertentu;

Seharusnya kita mendampingi mereka untuk


mampu terus belajar (dalam artian yang
sesungguhnya) dengan cara yang kondusif bagi
masing-masing anak untuk menemukan titik-

titik tak terhingga dan mungkin sama


sekali tidak ada dalam bayangan kita
saat ini.

(Alfie Kohn: 2009)

Potret Sekolah Unggulan


Abigail mendapatkan banyak sekali lembar kerja di kelas,
juga pekerjaan rumah. Ia belajar untuk mendapatkan nilai
bagus. Sekolahnya bangga dengan standar nilai yang
tinggi. Murid-murid berprestasi dapat dikenal dari daftar
siswa terbaik, pemberian piagam penghargaan, dan
dipasangnya stiker penghargaan di mobil mereka. Guru
Abigail adalah seorang pembicara kharismatik yang sangat
menguasai kelasnya. Para siswa mengangkat tangan
dengan sabar menunggu giliran bicara. Sang guru
menyiapkan rencana pembelajaran dengan mendetail jauh
hari sebelumnya, menggunakan buku teks terbaru dan
memberikan kuis secara berkala untuk memastikan bahwa
siswanya berada di jalur yang benar (hal. 1)
Apa yang salah dengan gambaran ini?. SEMUANYA! (Alfie
Kohn, 2009: 1

Penekanan Berlebihan pada Prestasi


Ketertarikan murni akan tugas sering mulai menguap saat prestasi
menjadi tujuan utama. Tekanan yang kuat untuk tidak gagal berbahaya
bagi siswa yag memiliki kemampuan dan prestasi tinggi. Penonjolan pada
pencapaian prestasi akan menihilkan proses belajar itu sendiri.
Jika yang penting adalah keberhasilan bukan memperluas pemikiran atau
menemukan ide-ide baru, sangat logis jika siswa selalu ingin melakukan
yang termudah untuk memperbesar kemungkinan keberhasilan dan
memperkecil kemungkinan kegagalan.
Di kelas remedial, mereka tidak dibantu belajar, mereka hanya dibantu
untuk mendapatkan nilai bagus. Cara ini tidak memberikan manfaat apaapapun, bahkan sesungguhnya sangat berbahaya bagi mereka!.
(Kohn, 2009 :156-157)

Nak, kamu harus berhati-hati dalam belajar, angka 10 yang ada di


rapormu akan menjebak pikiranmu dan akan mempersempit ruang
gerakmu, angka itu akan membawa kamu ke zona nyaman, dan
lama kelamaan kamu akan enggan keluar dari zona nyaman itu.
Angka 10 berpotensi menghentikan langkah belajarmu karena tidak
ada lagi angka yang lebih tinggi dari itu. Panjang langkahmu akan
semakin mengecil ketika kamu mendapatkan angka 10 untuk semua
mata pelajaran karena ini akan membawamu ke dunia semu yang
menggambarkan solah-olah kamu orang super dan serba bisa.
Kondisi ini akan memperkokoh kamu untuk mempertahankan diri di
zona nyaman itu. Itu artinya kamu akan berhenti belajar dalam
artian yang sesungguhnya, kamu juga akan terjebak dalam belajar
yang semu karena untuk mepertahankan posisi kamu, kamu
akan berusaha melakukan segala cara, termasuk cara-cara instan.
Pelan-pelan di dalam dirimu akan tumbuh rasa takut pada
kegagalan, kamu akan takut tersaingi, kamu akan takut
penghargaan orang lain akan berkurang. Dan kamu akan
memandang orang-orang di sekitarmu sebagai pesaing, sehingga
kamu akan menjadi egois, tidak mau berbagi, apalagi berbagi ilmu
(Zulfikri Anas)

Mencari kemudahan......
Cintailah kemudahan, takutilah

kesulitan, maka kita tidak akan


mendapatkan apa-apa (Yasadipura:
Kakek Ranggoworsito).

Kurikulum sebagai Integrator


Sistem Nilai, Pengetahuan dan Keterampilan
Watak/Perilaku Kolektif

Sistem
Nilai

Kompetensi:
-Sikap
-Keterampilan
-Pengetahuan

Kurikulum

Pembelajaran
PTK dan dukungan lain:
SarPras,...

Aktualisasi
(Action)

Internalisasi
(Reflection)

Watak/
Perilaku
Individu

-Produktif
-Inovatif
-Peduli
-...

34

Curriculum Alignment

Intended
Curriculum
Hidden
Curriculum

Implemented
Curriculum
Achieved
Curriculum

www.themegallery.com

Pemerintah = Standar Penyeragaman


Sekolah = menyesuaikan

SUKSES
Kondisi Maximal
Nasional plus,
Standard
Nasional

SKL 100%
KKM (60-85%)

Batas kelulusan
UN
Kondisi Minimal (is)
Zulfikri Anas : Pusat Kurikulum

55%

Kur -13 : Mengurangi Verbalisme


Kurikulum 2013 sarat dengan nilai (values) karakter
Kompetensi Inti (KI-1) = Nilai-nilai Ketuhanan (Religius)
Kompetensi Inti (KI-2) = Nilai-nilai sosial-kemanusiaan
Kompetensi Inti (KI-3) = Pengetahuan
Kompetensi Inti (KI-4) = Proses (tahapan) pembelajaran
Paradigma:
Direct learning dan Indirect learning (tidak semua KD
diajarkan secara langsung)
Kompetensi Inti 1 dan 2 = values (nilai) dan bersifat
indirect learning

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) - RINGKAS


DOMAIN

SD

SMP

SMA-SMK

Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan

SIKAP

PRIBADI YANG BERIMAN, BERAKHLAK MULIA, PERCAYA DIRI, DAN BERTANGGUNG JAWAB
DALAM BERINTERAKSI SECARA EFEKTIF DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL, ALAM SEKITAR, SERTA
DUNIA DAN PERADABANNYA

Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta

KETERAMPILAN

PRIBADI YANG BERKEMAMPUAN PIKIR DAN TINDAK YANG EFEKTIF DAN KREATIF DALAM
RANAH ABSTRAK DAN KONKRET

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi


PENGETAHUAN

PRIBADI YANG MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, BUDAYA DAN


BERWAWASAN KEMANUSIAAN, KEBANGSAAN, KENEGARAAN, DAN PERADABAN

Gradasi antar Satuan Pendidikan memperhatikan;


1. Perkembangan psikologis anak
2. Lingkup dan kedalaman materi
3. Kesinambungan
4. Fungsi satuan pendidikan
5. Lingkungan

39

Ruang Lingkup SKL


Dunia (Peradaban) Global
Negara

Konten
kurkulum

Sat
Pendidikan

Keluarga

Sosial-Ekonomi-Budaya

Metakognitif

PT

SMA/K

Prosedural
SMP

Konseptual
Faktual
SMP
PT SMA/K

SD

SD
40

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)


SKL
SMP/MTS/SMPLB/PAKET B
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.

SKL
SMA/MA/SMAL/PAKETC
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,
dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian yang tampak mata
penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan


kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai
dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain
sejenis.

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan


kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara
mandiri.

KOMPETENSI INTI SMP/MTS KELAS VII, VIII, IX


1. Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya
2. Menghargai dan
menghayati perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong
royong), santun,
percaya diri, dalam
berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak
mata

1. Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya
2. Menghargai dan
menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual, konseptual,
dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak
mata

1. Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya
2 Menghargai dan
menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab,
peduli
(toleransi, gotong
royong), santun,
percaya diri, dalam
berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan
pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak
mata

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji


dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori

4. Mengolah, menyaji, dan menalar


dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori

4. Mengolah, menyaji, dan menalar


dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori

Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah


KOMPETENSI INTI KELAS X

KOMPETENSI INTI KELAS XI

KOMPETENSI INTI KELAS XII

1.

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama


yang dianutnya

1.Menghayati dan mengamalkan ajaran agama


yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,


disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,


disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,


disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia

3. Memahami,menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis


pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah

3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan


mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah


konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah


konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta


dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri serta bertindak secara
efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama


yang dianutnya

Permen Dikbud Nomor 69 th 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA

CONTOH MUATAN NILAI-NILAI ANTIKORUPSI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP


Kompetensi Dasar
1.1.Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan
Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam
ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta
mewujudkannya
dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu;
objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung
jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari
3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang
ada pada diri, makhluk hidup, dan lingkungan fisik sekitar
sebagai bagian dari observasi, serta pentingnya perumusan
satuan terstandar (baku) dalam pengukuran
4.1 Menyajikan hasil pengukuran terhadap besaranbesaran pada diri, makhluk hidup, dan lingkungan fisik
dengan menggunakan satuan tak baku dan satuan baku

Indikator
Menggunakan berbagai alat ukur
untuk mengetahui besaran dan
satuan suatu benda
Melakukan pengukuran dengan
prosedur yang benar
Mengidentifikasi berbagai jenis
besaran dan satuan
Membedakan manfaat satuan baku
dengan satuan tidak baku
Mengungkapkan contoh-contoh
konkrit manfaat pengkuran
dalamkehidupan sehari-hari
Menerapkan kaidah pengukuran
yang benar dalam kehidupan sehari
Menyampaikan tausiah pendek
tentang pengukuran dalam
kehidupan sehari-hari

Pendekatan Pembelajaran Saintifik


Saintifik merupkan sikap yang didasari oleh cara berfikir yang mengikuti metode
ilmiah dalam menghadapi suatu persoalan atau fenomena.
Saintifik = jujur, kritis, amanah karena sebelum menyampaikan sebuah informasi, anak
yang bersangkutan melakukan serangkaian proses pembuktian bahwa informasi yang
disampaikan benar-benar valid sehingga dapat dipertanggungjawabkan, bebas dari
prasangka, manipulatif, dan plagiat.

Langkah tersebut dimulai dari mencermati lewat pengamatan (mengamati) untuk


mendapatkan data awal, lalu memunculkan pertanyaan (menanya) sebagai dasar
untuk melangkapi data yang dibutuhkan (mendorong tumbuhnya rasa ingin tahu yang
lebih jauh), melakukan eksplorasi dalam rangka menjawab sejumlah pertanyaan
sehingga diperoleh data yang lebih lengkap, melakukan analisis melalui proses asosiasi
dengan mengkaitkan antara satu fakta dengan fakta lain, antara fakta dengan konsep
atau teori, lalu diperoleh kesimpulan. Setelah yakin terhadap semua kesimpulan, baru
informasi itu di komunikasikan melalui berbagai media penyampaian.
Proses ini akan membebaskan manusia dari perilaku tercela, seperti menyebar fitnah,
memanipulasi data, dan menghilangkan barang bukti.

Penilaian Otentik
Otentik artinya nyata, aktual, konkrit, faktual, relevan dengan keadaan yang sebenarnya
dalamkehidupan dan valid. Penilaian otentik dapat dilakukan apabila terdapat kesesuaian
atau kecocokan antara alat dan cara yang digunakan dengan aspek kemampuan yang
dinilai. Keputusan yang diambil sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tidak dibuatbuat, tidak dimanipulasi.
Hasil penilaian otentik berupa data (kuantitatif dan kualitatif). Untuk melihat penguasaan
pengetahuan, pada umumnya dilakukan melalui tes, baik pilihan ganda, essay atau yang
lainnya, hasilnya umumnya kuantitatif (berepa persen anak menguasainya). Untuk
melihat penguasaan keterampilan, pada umumnya menggunakan pengamatan
(observasi), produk, kinerja, dan porto folio (untuk melihat konsistensi). Untuk melihat
perkembangan sikap juga pada umumnya menggunakan pengamatan, produk, skala
sikap, serta
Porto folio : keajegan atau konsistensi (ajeg, naik-turun), data yang dihasilkan pada
dasarnya bersifat kualitatif.
Penilaian otentik membebaskan kita dari penilaian yang subyektif, dan manipulasi, semua
berlangsung secara transparan, nyata, sehingga dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

Proses Penilaian yang Mendukung Kreativitas


Sharp, C. 2004. Developing young childrens creativity: what can we
learn from research?:
Guru dapat membuat peserta didik berani berperilaku kreatif melalui:
tugas yang tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar
[banyak/semua jawaban benar],
mentolerir jawaban yang nyeleneh,
menekankan pada proses bukan hanya hasil saja,
memberanikan peserta didik untuk mencoba, untuk menentukan sendiri yang
kurang jelas/lengkap informasinya, untuk memiliki interpretasi sendiri terkait
dengan pengetahuan atau kejadian yang diamatinya
memberikan keseimbangan antara yang terstruktur dan yang spontan/ekspresif

Perlunya merumuskan kurikulum yang mencakup proses penilaian yang


menekankan pada proses dan hasil sehingga diperlukan penilaian berbasis
portofolio (pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal, memberi nilai bagi
jawaban nyeleneh, menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasilnya, penilaian
47
spontanitas/ekspresif, dll)

47

Kesalahan Pembelajaran..
Kebanyakan anak-anak memiliki kreatifitas tinggi
(yang diatur oleh otak kanan) sebelum mereka masuk
sekolah. Hanya 10% dari anak-anak ini yang tingkat
kreatifitasnya sama pada usia 7 tahun, dan ketika
telah dewasa hanya 2% yang tetap memiliki
kreatifitas.
Ini salah satu akibat dari proses pembelajaran yang
mengutamakan otak kiri saja (Guinever Eden). (Sumber:
Veronica Sri Utami, Majalah Nirmala, Okt 2008)

Lanjutan..
Tidak hanya kehilangan kreatifitas, meningkatnya kekerasan
yang dilakukan oleh anak sebagai salah satu akibat metode
pembelajaran yang mengutamakan otak kiri (Sidiarto).
Disamping itu pembelajaran yang demikian juga bisa membuat
orang menjadi stress, bahkan musikpun tidak sempat lagi
mereka nikmati karena sibuk menganalisis, serta akan
menciptakan orang-orang yang :selalu berkompetisi dan selalu
memandang sesuatu dari sisi menang-kalah
(Dr. Paul E. Dennison : Pencipta Brain Gym).

THOMAS ARMSTRONG: Setiap anak jenius


Sang juara di bidang
masing-masing

INGIN TAHU
GEMBIRA

JENAKA

HUMOR/LUCU

IMAJINASI

12 CIRI
KEJENIUSAN
MANUSIA

FLEKSIBEL

PEKA

KREATIF

RASA TAKJUB
VITALITAS

BIJAKSANA
DAYA CIPTA

FUNGSI

TIDAK HANYA

ARGUMEN
FOKUS

KEMAMPUAN
ABAD 21

DESAIN
CERITA

TAPI
JUGA

SIMPONI

LOGIKA

EMPATI

KESERIUSAN

PERMAINAN

AKUMULASI

MAKNA

Daniel H Pink (2009)

Rumah di atas Batu

Sumber: http://id.berita.yahoo.com/foto/rumah-dibangun-di-atas-batu-slideshow/

Fungsi Pendidikan
Thomas Armstrong

Melahirkan
kegembiraan
dalam
belajar .

Engku Sjafei

Upaya
membangkitkan
minat siswa agar
berkemauan keras
untuk memilih
sendiri arah jalan
hidupnya.

UU Sisdiknas

Pendidikan adalah usaha sadar dan


terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Rahmatan Lil-Alamin
(perilaku semua warga sekolah)

Akhlak mulia

Kurikulum
Al-Iman
Alquran dan
Hadits

Tauhid

Kurikuler

Ekstra Kurikuler dan Pembiasaan

Bahan Ajar
Validity :

Hal-hal penting: penting untuk apa


(pengetahuan, skills, sikap), dan untuk
siapa (siswa/guru/ortu?)
Significance:

Kebermanfaatan
untuk apa dan
siapa (akademik
dan kehidupan)

Benar sesuai
fakta : Jujur,
rasa ingin tahu,
religius .....

Learnability :

Interest :

Memotivasi untuk
mempelajari lebih
lanjut secara mandiri:
rasa ingin tahu, kreatif,
inovatif .................

Utility

Buku : Efektif
membangun
karakter

Layak dan dapat


dipelajari : sesuai
dengan
perkembangan
anak, pesan-pesan
moral.......

Contoh Model Pembelajaran


PROBLEM BASED LEARNING
DISCOVERY LEARNING
INQUIRY LEARNING

Anda mungkin juga menyukai